A.
Stoke adalah salah satu penyabab kematian dan kecatatan neurologis yang
utama di Indonesia dan syndrome klinis yang awalanya timbulnya mendadak,
progresi cepat, berupa neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata
ditimbulkan oleh gangguan peredaran darah otak nontroumatik. ( Kapita
Selekta jilid 2, 2000)
Stroke non hemoragik adalah gangguan peredaran darah di otak atau dikenal
dengan stroke iskemik yang merupakan kematian jaringan otak karena
pasokan darah yang tidak adekuat. Gangguan fungsi saraf yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala
atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu. (www.google.com)
200.000. insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah 750.000 per tahun,
dengan 200.000 merupakan stroke rekuren. Dua per tiga kasus stroke terjadi pada
orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Berdasarkan data dari seluruh dunia,
statistiknya bahkan lebih mencolok yaitu bahwa penyakit jantung koroner dan
stroke adalah penyebab kematian tersering pertama dan kedua dan menempati
urutan kelima dan keenam sebagai penyebab kecacatan. ( Sylvia A. Price, 2006 )
3. Penyebab / Faktor Predisposisi
hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari trombosit, fibrin, sel
eritrosit, dan leukosit. Thrombus yang lepas dan menyangkal pembuluh darah
lebih distal disebut embolus
-
Aterosklerosis
traumatic )
-
sel sabit )
Embolisme (bekuan darah atau material lain) kelainan dari arteri ukuran
besar atau sedang yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di
intracranial
Perdarahan / hemoragik
-
Hipertensi
4. Patofisiologi
Darah merupakan suatu suspense yang terdiri dari plasma dengan berbagai
macam sel di dalamnya. Dalam keadaan fisiologik, jumlah darah yang mengalir
ke otak adalah 50-60 ml/100gram otak/menit atau 700 -840 ml/menit. Faktorfaktor yang mempengaruhi aliran darah otak adalah :
a. Faktor sistemik
Kualitas darah :
Platelet
b. Faktor intrinsik
otak untuk
Hemiplegia
Hemipharesis
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan neurologik
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan pungsi lumbal : menunjukkan
adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli cerebral, dan
TIA. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunukkan
adanya hemoragic subarachnoid atau perdarahan intrakranial. Kadar protein
total meninggkat pada kasus trombosis sehubungan dengan adanya proses
inflamasi
b. Pemeriksaan radiology :
-
: perdarahan suprapentorial
- Skor-1s.d 1
: perlu CT-Scan
- Skor <-12
: infark serebri
- Derajat kesadaran
- Vomitus
Terapy Farmakologi
Anti koagulasi dapat diberikan pada stroke nonhemoragic, meskipun
heparinisasi pada pasien dengan stroke iskemik akut mempunyai potensi
untuk menyebabkan komplikasi hemoragic. Heparinoid dengan berat molekul
rendah (HBMR) menawarkan alternatif pada penggunaan heparin dan dapat
menurunkan kecendrungan perdarahan pada penggunaannya. HBMR ini masi
dalam tahap percobaan, tetapi uji klinik sangat baik dan cukup memberi
harapan. Heparinoids harus diberikan dalam 24 jam sejak awitan gejala-gejala
dan diberikan secara intravena, seperti halnya pemberian heparin. Obat ini
memberikan efek anti trombotik, namun menyebabkan perubahan yang tidak
signifikan dalam masa protrombin pasien serta masa tromboplastin parsial.
Intervensi Pembedahan
Episode iskemik transien sering dipandang sebagai peringatan bahaya stroke
karena
oklusi
pembuluh
darah.
Sebagian
pasien
dengan
panyakit
B.
1.
PENGKAJIAN
a.
Pengkajian Primer
Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk.
Breathing.
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
Circulation.
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
b.
Pengkajian Sekunder
Aktivitas dan istirahat.
Data Subyektif:
o
Data obyektif:
o
Gangguan penglihatan.
Sirkulasi
Data Subyektif:
o
Data obyektif:
o
Hipertensi arterial
Integritas ego
Data Subyektif:
o
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan.
Eliminasi
Data Subyektif:
o
Inkontinensia, anuria
Makan/ minum
Data Subyektif:
o
Data obyektif:
Sensori Neural
Data Subyektif:
o
Kelemahan,
kesemutan/kebas,
sisi
yang
terkena
terlihat
seperti
lumpuh/mati.
o
Penglihatan berkurang.
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral (sisi yang sama).
Data obyektif:
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral.
Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
o
Data obyektif:
o
Respirasi
Data Subyektif:
o
Keamanan
Data obyektif:
o
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali.
Interaksi social
Data obyektif:
o
(Doenges E, Marilynn,2000).
b. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
Perubahan
perfusi
jaringan
serebral
b.d
Kerusakan
mobilitas
fisik
b/d
kerusakan
5.
6.
7.
Resiko
kerusakan
integritas
kulit
b/d
hemiplegia
c. Rencana Tindakan
Dx
Bersihan jalan
Tujuan
Setelah
Intervensi
Mandiri :
Madiri :
Rasional
diberikan
1. Untuk mengetahui
berhubungan
asuhan
pernapasan, reflek
dengan
keperawatan
batuk
penurunan refleks
selama x
batuk, penurunan
jam, diharapkan
kepala untuk
drainase/secret, mencegah
kesadaran.
jalan nafas
menghindari
pasien bersih
jalan nafas
dengan criteria
dan memberikan
2. Meningkatkan aliran
hasil :
pengeluaran sekresi
Pasien
yang optimal.
memperlihatkan
3. Lakukan suction
kepatenan jalan
napas.
atau asfiksia
4. Auskultasi dada
* Ekspansi dada
simetris.
setiap 4 jam
jalan napas
5. Berikan oksigenasi
* Bunyi napas
bersih saat
sesuai advis
auskultasi.
5. Memaksimalkan oksigen
sesuai indikasi.
* Tidak terdapat
tanda distress
nafas,fungsi
pernapasan.
kardiopulmunal,ada/tidak
* GDA dan
tanda vital
dalam batas
Perubahan perfusi
normal.
Setelah
Mandiri:
jaringan serebral
diberikan
b.d terputusnya
asuhan
yang
aliran darah :
keperawatan
dengan
penyakit oklusi,
selama .x
individu/
perdarahan,
jam diharapkan
koma / penurunan
spasme pembuluh
pasien
darah serebral,
menunjukan
potensial PTIK
edema serebral
peningkatan
2.
berhubungan
situasi
dalam
menentukan
intervensi
selanjutnya
penyebab
Monitor
perfusi dengan
catat
status
criteria hasil :
neurologist
secara
Terpelihara
dan
meningkatny
teratur.
3.
Monitor
tanda vital
3. Hipoksemia
tanda
menurunkan
kemammpuan
untuk
a tingkat
tanpa
dispnea
kesadaran,
kognisi dan
kemungkinan
fungsi
Parameter
sensori /
motor.
Menampakan
yang
di
berat,
hipotensi.
ini
membantu
inginkan
dan
stabilisasi
kemempuan
tanda vital
berparisipasi
Bantu
Peran pasien
meningkatakan
menampakan
fungsi,
tidak adanya
bicara
kemunduran /
kekambuhan.
fungsi
5.
termasuk
jika
pasien
bagi pasien.
Kepala
dielevasikan perlahan
lahan
pada
posisi
netral.
Pertahankan
baring
tirah
sediakan
lingkungan
tenang
yang
,
atur Kolaborasi :
kunjungan
sesuai 1. Memaksimalkan
indikasi.
oksigen
Kolaborasi :
1. Berikan
sedaan
untuk
pertukaran
gas.
suplemen 2. Hipertensi
oksigen
sesuai
indikasi
memerlukan
yang
2. Berikan
medikasi
sesuai indikasi :
yang
penanganan
hati-hati
karena
resiko
Antihipertensi
terjadinya
Vasodilator
kerusakan jaringan
perifer,
lama
perluasan
missal cyclandelate,
isoxsuprine.
memperbaiki
sirkulasi
Setelah
Mandiri :
Mandiri :
1. kaji kemampuan
1.
kerusakan
asuhan
secara
neuromuscular
keperawatan
kerusakan
awal
dapat
dengan
cara
informasi
d/d
hemiplegia selama x
dan hemiparesis
jam, diharapkan
jalan nafas
fungsional
mengidentifika
si kekuatan/kelemahan dan
teratur.
2. Ubah
memberikan
mengenai
pemulihan.
posisi
2.
menurunkan
pasien bersih
minimal setiap 2
resika
dengan criteria
jam
trauma/iskemia jaringan.
hasil :
3. Lakukan latihan
terjadinya
3.
meminimalkan
Kekuatan
dan
dan
sirkulasi,
fungsi
pasif
pada
bagian
semua ekstremitas
tubuh yang
saat masuk.
terkena atau
4. Evaluasi
membantu
mencegah kontraktur.
4.
kontraktur
fleksi dapat terjadi akibat
kompensasi
penggunaan dari /
kembali
kebutuhan
meningkat.
Bantu
alat
untuk
ekstensor.
pengaturan posisi
dan atau pembalut
selama
periode
paralysis spastic
5. tinggikan tangan
5.
dan kepala.
meningkatkan
aliran
balik
membantu
vena
dan
mencegah
terbentuknya edema.
6. posisikan
pada
lutut
6.
posisi
mempertahank
an posisi fungsional
ekstensi.
7. pertahankan
7.
mencegah
rotasi
netral
pinggul.
dengan
gulungan
eksternal
pada
atau
bantalan trokanter.
8. Bantu
mengembangkan
8.
keseimbangan
duduk
9. observasi daerah
yang
terkena
termasuk
warna,
9.
jaringan
mengalami
tujuan
yang
edemalebih
sirkulasi
10. susun
membantu
penyembuhannya
dengan
pasien/orang
10.
terdekat
untuk
Meningkatkan
harapan
terhadap
berpartisipasi
perkembangan
dalam
memberikan
aktivitas/latihan
control/kemandirian
dan
dan
perasaan
mengubah
posisi.
Kolaborasi :
1. berikan
tempat
kolaborasi :
1.
2. konsultasikan
dengan
Meningkatkan
yang menurunkan tekanan
ahli
pada tulang-tulang.
fisioterapi
2.
Program
khusus
dapat
menemukankebutuhan yang
3. bantulah
berarti/
menjaga
denganstimulasi
elektrik,
seperti
keseimbangan,
TENS
sesuai
dan kekuatan.
indikasi
4. berikan
3.
obat
Dapat
membantu
relaksan otot
koordinasi
memulihkan
kekuatan otot.
4.
Mungkin
diperlukan
untuk
menghilangkan
pada
spatisitas
ekstremitas
yang
tenrganggu.
Gangguan proses Setelah
pikir b/d rusaknya diberikan
fungsi intelektual asuhan
Mandiri:
1. Kaji
tingkat
gangguan proses
1.
Mengetahui
kondisi dan sebagai patokan
kortikal
yang keperawatan
pikir
2. Bentuk program
latihan
2.
kembali
persepsi kognitif
hilangnya
pasien bersih
dan orientasilitas.
memori.
dengan criteria
Melatih
kembali dam merangsang
persepsi secara perlahan.
3.
Memimnulkan
3. Berikan
sikap
hasil :
rercaya
serta
pasien.
Kinerja dan
dukungan
fungsi
berpengharapan.
dan
bagian yang
sakit
Kerusakan
meningkat
Setelah
Mandiri :
komunikasi
diberikan
1. kaji
verbal
b/d asuhan
Mandiri :
tipe
dan
1.
derajat disfungsi.
membantu
menentukan
daerah
dan
yang
fasial
dalam
beberapa
hemiparesis
jalan nafas
seluruh
tahap
ataksik/disatria
pasien bersih
2. bedakan
dengan criteria
afasia
hasil :
disatria
Pasien
antara
dengan
kesulitan
pasien
atau
proses
komunikasi.
2.
intervesi yang
dipilih tergantung pada tipe
3. mintalah
pasien
mampu
untuk
mengidentifi
perintah sederhana,
kasikan
ulangi
pemahaman
kata/kalimat
tentang
sederhana
masalah
4. tunjukkan
komunikasi
dan
mengikuti
kerusakannya.
3.
dengan
minta
yang
melakukan
sensorik)
objek
pasien
4.
melakukan
untuk menyebutkan
nama
benda
tersebut.
5. berikan
motorik)
metode
komunikasi
5.
alternative
memberikan
komunikasi
kebutuhab
6. bicaralah
dengan
keadaan
tentang
berdasarkan
deficit
yang
nada
normal
hindari
dan
mendasarinya
percakapan
6.
yang cepat
pasien
tidak
7. anjurkan
pasien/menyebabkan
pengunjung/orang
kepedihan
terdekatmempertaha
7.
mengurangi
isolasi social pasien dan
berkomunikasi
meningkatkanpenciptaan
dengan pasien.
8. hargai kemampuan
pasien
sebelum
terjadi
penyakit,
8.
hindari
kemampuan
pasien
pembicaraan yang
harga
merendahkan pada
merasakan
diri,
kemampuan
untuk
sebab
intelektual
yang
baik
menentang
kebanggaan pasien.
Kolaborasi :
1.konsultasikan
dengan rujuk ke ahli
wicara
kolaborasi :
1.
pengkajian
secara
kemampuan
individual
bicara
dan
untuk
mengidentifikasi
kekurangan/
Gangguan
sensori
b/d
sensori
Setelah
persepsi diberikan
perubahan asuhan
persepsi keperawatan
terapi
Mandiri :
Mandiri :
1. lihat
proses
kebutuhan
kembali
patologis
kondisi individual.
1.
kesadaran
akan
dalam
d/d
disorientasi selama x
mengkaji/ mengantisipasi
deficit
orang, visual.
perawatan.
jalan nafas
pasien bersih
2. evaluasi
adanya
2.
spesifik
munculnya
dengan criteria
gangguan
pengllihatan
hasil :
pengelihatan.
berdampak
dan
gangguan
dapat
negatif
Tingkat
terhadap
kesadaran
dan
lingkungan
fungsi
kemampuan
dan
perseptual
mempelajari
kembali
tidak
memburuk
meningkatkan
risiko
terjadinya cedera.
3. dekati pasien dari
3.
pemberian pengenalan
daerah
terhadap
adanya
penglihatan yang
orang/benda
norma.
membantu
dapat
masalah
4.
lingkugan
yang
menurunkan/membatasi
jumlah
stimulasi
sederhana,
pindahkan
dapat
perabotan
yang
kebingungan
membahayakan.
kesadaran
sensorik,
terhadap
interpretasi lingkungan.
5.
5. kaji
menimbulkan
penurunan
terhadap
seperti
kesadaran
sensorik
kerusakan
dan
perasaan
membedakan
panas/dingin,
terhadap
tajam/tumpul
dan
posisi
keseimbangan
tubuh/otot
bagian
rasa
keseimbangan
posisi
tubuh
/
dan
posisi
persendian.
gerakan
mengganggu
yang
ambulasi,
meningkatkan
risiko
terjadinya trauma.
6.
membantu
melatih
6. berikan stimulasi
terhadap
kembali
rasa
jaras
untuk
sensorik
mengintegrasikan
sentuhan,
seperti
berikan
pasien
stimulasi.
7.
7. lindungi
dari
pasien
meningkatkan
keamanan
pasien
suhu
yng
menurunkan
berlebihan,
kaji
terjadinya trauma.
yang
risiko
adanya
lingkungan
yang
membahayakan.
8. bicara
dengan
8.
pasien
mungkin
tenang, perlahan,
mengalami
dengan
menggunakan,
kalimat
keterbatasan
yang
pendek.
Pertahankan
kontak mata.
9. lakukan
9.
validasi
terdapat persepsi.
ketidak
integrasi
integritas
stimulus
mungkin
distorsi
dan
dan
menurunkan
persepsi
pada
realitas
Resiko kerusakan Tidak
terjadi Mandiri :
integritas
pada pasien
1. Inspeksi
kulit
area
kulit,
seluruh
1.
catat
Kulit cenderung
rusak
karena perubahan
adanya kemerahan,
sirkulasi
pembengkakan.
imobilisasi
2. Lakukan
dan
masase
perifer
dengan
2.
meningkatkan
sirkulasi dan melindungi
lotion/minyak.Lind
permukaan
dekubitus
kulit
dari
menggunakan
bantalan
busa,
wool.
3. Lakukan perubahan
posisi
3.
sesering
mungkin di tempat
tidur/sewaktu
daerah
duduk.
4. Bersihkan
dan
keringkan
kulit
khususnya
pada
daerah
tulang
4.
Kulit
yang
dengan
akan
mengalami
kerusakan
yang
menonjol.
kelembaban
5.
Meningkatkan
dari
5.
Mencegah
adanya iritasi pada kulit.
d. Evaluasi
No.
1.
Diagnosa
Evaluasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif S :berhubungan dengan penurunan O :
refleks
batuk,
penurunan
kesadaran.
Tidak
terdapat
tanda
distress
pernapasan.
A : Tujuab tercapai
2.
Perubahan
perfusi
P : Pertahankan kondisi
jaringan S :-
perdarahan,
penyakit
spasme
oklusi,
pembuluh
A : Tujuan tercapai
3.
P :Pertahankan kondisi
Kerusakan mobilitas fisik b/d S : -.
kerusakan
neuromuscular
d/d O:
Pasien
mencapai
peningkatan
mobilisasi
terkena
atau
kompensasi
kembali meningkat.
A : Tujuan tercapai sebagian.
4.
Gangguan
proses
rusaknya
fungsi
pikir
P : Lanjutkan intervensi
b/d S : -
intelektual O :
hilangnya memori.
Kinerja dan
sakit meningkat
A : Tujuan belum tercapai
5.
P : Lanjutkan intervensi
Kerusakan komunikasi verbal b/d S : kelemahan
sistem
muskulo O :
hemiparesis
ataksik/disatria
tentang
masalah
komunikasi
tentang
masalah
komunikasi
A : Tujuan tercapai.
6.
P : Pertahankan kondisi.
Gangguan sensori persepsi b/d S : perubahan sensori persepsi d/d O:
disorientasi
terhadap
tempat,
Tingkat
kesadaran
dan
fungsi
orang, visual
Tingkat
kesadaran
dan
fungsi
P : Pertahankan kondisi.
Resiko kerusakan integritas kulit S : b/d hemiplegia
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis.
Edisi 6. Jakarta : EGC.
------. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
Price, A. Sylvia. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Jakarta: EGC
Santosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika.
Smeltzer. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8, Vol. 2.
Jakarta: EGC.
Wikipedia. 2009. Stroke Nonhemoragik. www.wikipwdia.com. Diakses pada tanggal 17
Januari 2015.