syndrome
PUSPITASARI; NURUL H. ; RAHMA D.; & REYNALDI S.
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI, FMIPA, UNDIKSHA, SINGARAJA,
2014
PENDAHULUAN
Sindroma Down diderita paling sedikit 300 ribu anak di seluruh Indonesia. Sindroma Down
bukan merupakan penyakit genetik yang diturunkan tetapi disebabkan kromosom 21 memiliki 3
kembaran (copy), berbeda dengan kromosom normal yang hanya memiliki 2 kembaran. Anak yang
menyandang sindroma down bertubuh lebih mungil dengan pertumbuhan fisik dan mental yang
lebih lambat dibanding anak-anak seusianya. Sebagian besar anak sindroma down berada pada taraf
intelegensia retardasi mental ringan sampai moderat. Sindroma Downdapat disembuhkan melalui
teknologi terbaru yang dikenal dengan terapi gen.
TUJUAN :
1. MENGETAHUI FAKTOR PENYEBAB DOWN SYNDROME DAN CIRICIRINYA.
2. MENDESKRIPSIKAN TEKNIK TERAPI GEN UNTUK MENYEMBUHKAN
DOWN SYNDROME
TEKNIK TERAPI
GEN
Berikut Bagan teknik terapi gen pada penderita Syndroma Down melalui
pendekatan ex vivo: Pasien penderita Syndroma Down mengubah gen-gen yang
ekspresinya menyebabkan kerusakan, atau membuat gen-gen tertentu lebih resisten
terhadap ketidakimbangan gen yang terdapat dalam sel melaui vektor yang
mengantarkan gen asing ke tubuh pasien adalah Adenovirus (Kee, L.H.2002).
Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab
pembiakan sel target dan retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu
terapi gen somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain
dengan memberikan gen tertentu baik secara local maupun sistemik. Penggunaan
vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang sedang membelah supaya
dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak jaringan yang merupakan target terapi gen,
sebagian besar selnya dalam keadaan tidak membelah. Akibatnya, sejumlah
strategi diperlukan baik penggunaan system vector virus maupun non-virus untuk
menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat bervariasi. System
penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya gen terapetik
dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan sedikit mungkin
terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun ada perubahan kondisi.
Gambar 2: Metode Ex-vivo dan In-vivo dalam Terapi gen Syndrom Down.
Salah satu vektor dalam terapi gen adalah Sleeping beauty (SB). Sleeping beauty
(SB) merupakan gen yang dapat meloncat yang diisolasi dari ikan. Loncatan dari
gen ini dimanfaatkan dalam terapi gen karena mampu melakukan mutasi pada
transpos penerjemahan gen. Gen SB ini akan terpotong jika bertemu dengan enzim
transposase, kedua ujungnya selanjutnya akan berikatan dengan enzim tersebut dan
bersama-sama berpindah ke rantai DNA yang lain. Transposase akan memotong
rantai DNA tersebut dan menyambungnya dengan gen SB. Apabila dalam gen SB
ini ditambahkan gen yang kita inginkan, gen tersebut juga akan ikut melompat
bersama dengan gen SB ke rantai DNA pasien, sehingga gen tersebut dapat
diekspresikan dan mengembalikan fungsi tubuh pasien(Smaglik, P., 2000).
Gambar 3: Teknologi rekayasa yang merubah gen rusak menjadi gen normal.
PEMBAHASAN
Pengertian Syndrom Down
Nama Down Syndrome sendiri berasal dari nama seorang dokter yang pertama kali
melaporkan kasus hambatan tumbuh kembang psikomotorik dan berakibat
gangguan mental pada tahun 1866. Dokter tersebut adalah Dr. John Langdon Down
dari Inggris. Sebelumnya kelainan genetika ini disebut sebagai Monglismus,
sebab memang penderitanya memiliki ciri fisik menyerupai ras Mongoloid. Karena
berbau rasialis maka nama ini diganti menjadi Down Syndrome. Terlebih setelah
tahun 1959 diketahui bahwa kelainan genetika ini dapat terjadi pada ras mana saja
tanpa membedakan jenis kelamin. Bahkan setiap tahunnya jumlah penderita
khususnya pada usia balita semakin meningkat. Dibawah ini kurva peningkatan
bayi penderita Sindroma Down.
kemampuan
mental
anak
Sindroma
Down
bervariasi.
disebabkan oleh gen yang cacat. Para ilmuwan melakukan percobaan di mana
sebuah gen yang memproduksi enzim untuk memperbaiki penyakit itu
disuntikkan ke sekelompok sel. Perkembangan terapi gen selama 4 dekade
terakhir, terapi gen telah pindah dari preklinik untuk studi klinis untuk berbagai
penyakit mulai dari gangguan resesif monogenik seperti hemofilia terhadap
penyakit yang lebih kompleks seperti kanker, gangguan jantung, dan human
immunodeficiency virus (HIV).
Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi
karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke
dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah
melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dengan gen
normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen, dan
melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal
kembali. Sebuah gen normal dapat dimasukkan ke lokasi yang spesifik dalam
genom untuk mengganti gen berfungsi.
mungkin juga akan diberi dosis rendah androgen (hormon laki-laki yang
perempuan juga memproduksi dalam jumlah kecil) untuk meningkatkan tinggi dan
mendorong rambut normal dan pertumbuhan otot. Beberapa pasien mungkin
mengambil hormon estrogen pada wanita untuk mempromosikan perkembangan
seksual yang normal.
Pengobatannya suportif supaya si penderita tinggi badan bertambah, serta kelainan
pada bagian fisiknya maka, bisa diberikan hormon pertumbuhan.Terapi gen
penghasil hormone estrogen dimulai pada usia 12-13 tahun untuk merangsang
pertumbuhan ciri seksual sekunder sehingga penderita akan memiliki penampilan
yang lebih normal pada masa dewasa nanti. Tetapi terapi estrogen tidak dapat
mengatasi kemandulan. Untuk mencegah kekeringan, rasa gatal dan nyeri selama
melakukan hubungan seksual, bisa digunakan pelumas vagina. Untuk memperbaiki
kelainan jantung kadang perlu dilakukan pembedahan.
Uji klinis transfer gen untuk penyembuhah Syndroma down hanya dilakukan
terhadap sel-sel somatik bukan ke sperma atau ovum yang jika dilakukan pasti
akan menimbulkan kecaman dan pelanggaran etika. Transfer gen ke sel somatik
dapat dilakukan melalui dua metode yaitu ex vivo atau in vitro. Melalui pendekatan
ex vivo, sel diambil dari tubuh pasien, direkayasa secara genetik dan dimasukkan
kembali ke tubuh pasien.
Keunggulan metode ini adalah transfer gen menjadi lebih efisien dan sel terekayasa
mampu membelah dengan baik dan menghasilkan produk sasaran. Kelemahannya,
yaitu memunculkan immunogenisitas sel pada pasien-pasien yang peka, biaya
lebih mahal dan sel terekayasa sulit dikontrol.
Terapi gen Syndroma down saat ini menggunakan teknik in vivo, yaitu transfer
langsung gen target ke tubuh pasien dengan menggunakan pengemban (vektor).
Pengemban yang paling sering dipakai untuk mengantarkan gen asing ke tubuh
pasien adalah Adenovirus. Selain itu dikembangkan juga pengemban-pengemban
lain yaitu Retrovirus, Lentivirus, Adeno-associated virus, DNA telanjang (naked
DNA), lipida kationik dan partikel DNA terkondensasi.
DAFTAR RUJUKAN
Amarila Malik. Departemen Farmasi FMIPA-UI, Universitas Indonesia,
Depok. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.2, Agustus 2005, 51