Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JUDUL PERCOBAAN
B. TANGGAL PERCOBAAN
: 2 April 2014
C. TUJUAN
Gambar 1. Aldehid
Gambar 2. Keton
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada
nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai
berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana,
reaksi Stephens dan untuk pembuatan aldehida aromatik. Sedangkan untuk pembuatan
keton ynag paling umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator
dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO 3), phiridinium khlor
kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4).
Aldehid dan keton keduanya mempunyai gugus fungsi yang sama, yakni gugus
karbonil. C = O. oleh karena itu keduanya menjalankan reaksi yang sama. Biasanya,
aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen yang sama. Ini
disebabkan karena atom karbon karbonil pada aldehida kurang terlindungi dibandingkan
dengan atom karbon karbonil pada keton.
Uji Tollens
Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa, tetapi pada umumnya aldehid
lebih reaktif dibanding keton. Uji Tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk
membedakan senyawa aldehid dan senyawa keton. Aldehid lebih mudah dioksidasi
dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam dengan jumlah atom karbon yang
sama. Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol juga dapat mengoksidasi suatu
aldehid. Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan
basa dari perak nitrat. Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah
pengendapan ion perak sebagi oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes
larutan amonia. Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Pereaksi
Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan
amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag 2O yang bila tereduksi
akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi
yang akan menjadi cermin perak. Oleh karena itu, pereaksi Tollens sering juga disebut
pereaksi cermin perak. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + dalam
pereaksi Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu
mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat
dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan
menggunakan pereaksi Tollens. Hal ini disebabkan karena keton tidak mempunyai atom
hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonil. Keton hanya dapat dioksidasi
dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara
karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan
jumlah atom karbon yang lebih sedikit daripada bahan keton asalnya. Hasil dari pengujian
Tollens adalah, jika yang diuji merupakan senyawa keton, maka tidak ada perubahan pada
larutan tersebut, sedangkan jika yang diuji merupakan senyawa aldehid, maka pada larutan
akan menghasilkan endapan perak berwarna abu-abu atau yang sering disebut cermin
perak pada tabung.
Persamaan reaksinya :
dalam
Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini jarang diberi nama secara sistematis, dan
biasanya dikenal sebagai senyawa adisi "hidrogensulfit (atau bisulfit)". Reaksi adisi
natrium hidrogensulfit pada aldehid dan keton biasanya digunakan dalam pemurnian
aldehid dan keton dimana reaksi ini berlangsung baik. Senyawa adisi yang dihasilkan bisa
diurai dengan mudah untuk menghasilkan kembali aldehid atau keton dengan
memperlakukannya dengan asam encer atau basa encer.
Pengujian Fenilhidrazin
Reaksi aldehid dan keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin (pereaksi Brady) adalah
sebuah reaksi uji untuk ikatan rangkap C=O. 2,4-dinitrofenilhidrazin sering disingkat
menjadi 2,4-DNP atau 2,4-DNPH. Larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam sebuah
campuran metanol dan asam sulfat dikenal sebagai pereaksi Brady. Walaupun namanya
kedengaran rumit, dan strukturnya terlihat agak kompleks, namun sebenarnya sangat
mudah untuk dibuat. Pertama-tama gambarkan rumus molekul dari hidrazin, yaitu sebagai
berikut:
Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh sebuah
gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzena.
Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus fenil
di posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap sebagai atom
karbon nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.
Reaksi adisi-eliminasi aldehid dan keton memiliki dua kegunaan dalam pengujian
aldehid dan keton.
Pertama, reaksi ini bisa digunakan untuk menguji keberadaan ikatan rangkap C=O.
Ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid atau keton hanya memiliki endapan
berwarna oranye atau kuning.
Kedua, reaksi ini bisa digunakan untuk membantu mengidentifikasi aldehid atau keton
tertentu.
Endapan disaring dan dicuci dengan, misalnya, metanol dan selanjutnya direkristalisasi
dari sebuah pelarut yang cocok, dimana pelarut ini bisa bereda-beda tergantung pada sifat
aldehid dan keton. Sebagai contoh, kita bisa merekristalisasi produk-produk aldehid dan
keton kecil dari sebuah campuran etanol dan air.
Kristal-kristal yang terbentuk dilarutkan dalam pelarut panas dengan jumlah yang
minimum. Jika larutan telah dingin, kristal-kristal diendapkan ulang dan bisa disaring,
dicuci dengan sedikit pelarut dan dikeringkan. Kristal-kristal ini akan menjadi murni.
Jika diketahui titik lebur kristal-kristal, maka bisa membandingkannya dengan tabeltabel titik lebur 2,4-dinitrofenilhidrazon dari semua aldehid dan keton umum untuk
mencari aldehid atau keton mana yang diperoleh.
Ada dua campuran reagen yang cukup berbeda yang bisa digunakan untuk melakukan
reaksi ini. Walaupun sebenarnya kedua reagen ini sebanding secara kimiawi.
a.Penggunaan larutan iodin hidroksida dan natrium hidroksida
Larutan iodin dimasukkan ke dalam sedikit aldehid atau keton, diikuti dengan larutan
natrium hidroksida secukupnya untuk menghilangkan warna iodin. Jika tidak ada yang
terjadi pada suhu biasa, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran dengan
sangat perlahan. Hasil positif ditunjukkan oleh adanya endapan kuning pucat-pasi dari
triiodometana (yang dulunya disebut iodoform) CHI3. Selain dapat dikenali dari
warnanya, triiodometana juga dapat dikenali dari aromanya yang mirip aroma "obat".
Senyawa ini digunakan sebagai sebuah antiseptik pada berbagai plaster tempel,
misalnya untuk luka-luka kecil.
b. Penggunaan larutan kalium iodida dan natrium klorat(I)
Natrium klorat(I) juga dikenal sebagai natrium hipoklorit. Larutan kalium iodida
ditambahkan ke dalam sedikit aldehid atau keton, diikuti dengan larutan natrium
klorat(I). Lagi-lagi, jika tidak ada endapan yang terbentuk pada suhu biasa, maka
campuran mungkin perlu dipanaskan dengan sangat perlahan. Hasil positif ditunjukkan
oleh endapan kuning pucat yang sama seperti sebelumnya.
Reaksi Haloform
Hasil reaksi yang ditunjukkan triiodometana (iodoform). Hasil positif berupa endapan
kuning pucat dari triiodometana (iodoform) dihasilkan oleh sebuah aldehid atau keton
yang mengandung penggugusan berikut:
"R" bisa berupa sebuah atom hidrogen atau sebuah gugus hidrokarbon (misalnya,
sebuah gugus alkil). Jika "R" adalah hidrogen, maka diperoleh aldehid etanal, CH 3CHO.
Etanal merupakan satu-satunya aldehid yang dapat menghasilkan reaksi triiodometana.
Jika "R" adalah sebuah gugus hidrokarbon, maka diperoleh keton. Banyak keton dapat
menghasilkan reaksi ini, tetapi semua keton tersebut memiliki sebuah gugus metil pada
salah satu sisi ikatan rangkap C=O. Keton-keton ini dikenal sebagai metil keton.
Persamaan reaksi triiodometana (iodoform)
Untuk pembahasan ini, diasumsikan bahwa pereaksi yang kita gunakan adalah
larutan iodin dan natrium hidroksida. Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom
hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida
cukup penting untuk berlangsungnya reaksi ion-ion ini terlibat dalam mekanisme
reaksi.
Pada tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus
menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam.
Jika semua persamaan ini digabungkan, persamaan lengkap diperoleh sebagai berikut:
Kondensasi Aldol
Anion enolat ialah suatu nukleofil, maka ia dapat ditambah kepada gugus karbonil.
Reaksi ini akan menghasilkan suatu ikatan karbon-karbon yang baru, sehingga sangat
berguna di dalam sintesa. Bila aldehida direaksikan dengan larutan basa yang encer, ia
akan berkondensasi sesamanya menghasilkan aldol, yang bila dipanaskan akan
menyingkirkan air menghasilkan aldehida tak jenuh, yakni krotonaldehida.
O
OH-
H3C
H2C
OO
H3C
H3C
+ H2C
+ H+
+ H-
C
H2
H2
C
CH
OH
H3C
C
H
O
H2
C
O
panas
CH
H2O
H3C
C
H
C
H
CH
(Krotonaldehid)
Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aldol tidak perlu keduaduanya mempunyai atom hidrogen alfa, mudah berkondensasi dengan benzaldehid yang
tidak mempunyai atom hidrogen alfa karena benzaldehid sendiri tidak bisa menjalankan
reaksi aldol.
2. Bahan
AgNO3 1%
NaOH 5% dan NaOH 1%
NH4OH 2%
Asetaldehid
Aseton
Sikloheksanon
Formaldehid
Fehling A dan Fehling B
NaHSO3 jenuh
Etanol
HCl pekat
Fenilhidrazin
Benzaldehid
Iodium
Isopropil alkohol
Asetaldehid
F. ALUR KERJA
1. Uji Tollens
- Pembuatan Reagen Tollens
Reagen tollens
1 mL benzaldehid
1 mL aseton
1 mL
1 mL formalin
siklohekasanon
Dikocok
untuk
tiap
tabung,
reaksi
didiamkan 10 menit
Tabung dipanaskan pada suhu 35-50
dalam
penangas
air
hingga
terjadi
2.
UJI FEHLING
-
10 mL Fehling A + 10 mL Fehling B
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Dikocok
Reagen Fehling
Pengujian
reagen fehling
Aseton
heptaldehid
perubahannya
pengamatan
setelah
3.
ADISI BISULFIT
Dimasukkan
ke
dalam
tabung
Erlenmeyer 50 ml
Didinginkan dalam air es
Ditambahkan 2,5 ml aseton tetes demi tetes
sambil dikocok
Ditambah 10 ml etanol setelah 5 menit
+ larutan
Disaring
Filtrat
Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
Diambah beberapa HCl
pekat beberapa tetes 15
tetes
Diamati
Hasil
Sikloheksanon
Hablur fenilhidrazin
Disaring
Hablur dicuci dengan air dingin
Dihablurkan lagi dengan sedikit
etanol
Dibiarkan sampai kering
Hablur kering
Ditentukan titik lelehnya
Titik leleh
5.
REAKSI HALOFORM
3 ml larutan 5% NaOH
Dimasukkan tabung reaksi
Ditambah 5 tetes
Aseton
Isopropil Alkohol
hingga
6.
KONDENSASI ALDOL
warna
G. HASIL PENGAMATAN
Prosedur Percobaan
Hasil Pengamatan
Dugaan/ Reaksi
Kesimpulan
1. UJI TOLENS
- Pembutan reagen tollens
1 ml larutan
2NaNO3
menghasilkan cermin
AgNO3 5 %1 ml
perak.
2 mL larutan
Dimasukkan ke dalam tabung
AgNO3 5 %reaksi
endapan
coklat larut :
3OH-
Tabung 1 :
- Pengujian aldehid keton dengan reagen tollens
+ 2Ag(NH3)2OH
CH
+2Ag +
berikut
1 mL
1 mL
1 mL
1 mL
benzaldehid
aseton
siklohek
formalin
1 mL
tollens
siklohe
Dikocok
Didiamkan 10 menit (bila
tidak terjadi reaksi,
tidak
membentuk
Setelah dipanaskan
CH3COCH3(aq) + 2Ag(NH3)2COH
OH(aq)
Tabung 3:
Tidak terbentuk cermin perak
+ Ag(NH3)2OH
formalin
dan
bereaksi
- Benzaldehid
membentuk
Tabung 4 :
teori).
C
H
+ 2Ag(NH3)2OH
O
H
cermin
C
ONH 4
Hasil
sikloheksanon
dapat
dan
Tabung 2 :
sanon
- Aseton
2NH3+
2.
UJI FEHLING
- Pembuatan Reagen Fehling
10 mL Fehling A + 10 mL Fehling B
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
- Dikocok
Reagen Fehling
-Pengujian
Fehling A : biru +
Formaldehid
Tabung 1:
O
H
bereaksi
C
H+
2Cu2+
5OH-
C
O-
+ Cu2O + 3H2O
Aseton
Setelah dipanaskan
dan
Siklohe
Tabung 2 :
tidak
+2Cu2+ + 5OH-
Ditempatkan dalam
penangas air
Diamati
perubahannya
setelah pemanasan 10-15
Hasil pengamatanHasil
membentuk
reagen
sikloheksanon termasuk
Aseton
fehling
dengan
1 ml reagen fehling1 ml
formalde
termasuk
merah
bata
endapan
membentuk
3.
ADISI BISULFIT
5 ml larutan jenuh
Dimasukkan ke dalam tabung
Erlenmeyer 50 ml
Didinginkan dalam air es
Ditambahkan 2,5 ml aseton tetes
demi tetes sambil dikocok
Ditambah 10 ml etanol setelah 5
Hablur + larutanHablur
Disaring
CH 3
HSO3Na+
Natrium
Aseton
H3 C
C
CH 3
SO3Na +
C2H5OH
H3 C
C
CH 3
bisulfit
mengadisi
OH
OC 2H 5
akan
aseton
dan
dengan
memutuskan
rangkap dari keton.
Dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
H3C
ikatan
4.
PENGUJIAN MENGGUNAKAN
FENILHIDRAZIN
Tabung 1
1430C.
O
C
H2N
H
N
Diambah 10 tetes
OH
Tabung 1
Benzaldehid
Sikloheksano
n
Ditutup dan diguncang selama
1-2 menit
C
H
N
N
H
Fenilhidrazin + Benzaldehid :
Hablur berwarna kuning, menggumpal
karena
H
N
Tabung 2
H2N
H
N
Tabung 2
Fenilhidrazin + Sikloheksanon :
Hablur berwarna kuning muda,
menggumpal sedikit kecil-kecil namun
strukturnya kasar
yang
dan
hablur
mongering
Hablur fenilhidrazin
Disaring
H
N
+ H2O
5. REAKSI HALOFORM
O
3 ml larutan 5% NaOH
H3C
Ditambah 5 tetes
H3C
C
O
CH 3 +
CI3
I2 + 3
Isopropil Alkohol
+ 3H2O + 3
senyawa
NaI
Diguncang-guncang
warna
iodium
hilang
Endapan kuning
Iodoform
hingga
H3C
C
H
O
OH
H3C
CH 3
Dicatat baunya
Hasil pengamatan
I
2
OH
obat.
H3C
diuraikan
oleh
basa
menghasilkan haloform.
2
OH
tetap/tidak
Tabung 2
trihalometil
karbon
CH 3
atom
NaOH
Tabung 1
Aseton
pada
+ CHI3
6. KONDENSASI ALDOL
NaOH 1% : tidak berwarna
4 ml larutan 1% NaOH+ 0,5 ml
reaksi
Digoncang dengan baik
OHH3C
dikocok
O
CH3
CH3
C
H
C
H
Asetaldehid
jika
direaksikan
dengan
CH2
OH H
Dicatat baunya
Dididihkan 3 menit
Asetaldehid
Dimasukan dalam tabung
dipanaskan
H
CH
akan
H2O
+ H2O
berkondensasi
sesamanya menghasilkan
aldol
yang
dipanaskan
menyingkirkan
menghasilkan
Hasil
tak jenuh
bila
akan
air
aldehida
Uji Tollens
Pada uji tollens ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu senyawa
mengandung aldehid atau keton. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat reagen
tollens dengan cara mencampurkan 2 mL larutan AgNO3 5% jernih tak berwarna
dengan 2 tetes larutan NaOH 5% jernih tak berwarna yang menghasilkan larutan
berwarna coklat keruh dan terdapat endapan. Persamaan reaksinya adalah
2AgNO3 + 2 NaOH Ag2O +H2O + 2NaNO3
Setelah terbentuk endapan, ditambahkan 3 mL larutan NH4OH 2% (tidak
berwarna) untuk melarutkan endapan dan menghasilkan reagen Tollens yang jernih
tidak berwarna dengan reaksi :
Ag2O(s) + 2NH4OH 2Ag(NH3)OH(aq)
Pelarutan perak atas NH4OH tidak boleh larut seluruhnya hanya tepat larut saja
yang diperbolehkan hal ini disebabkan akan bertambahnya sifat basa atau ion OHdalam larutan yang akan mempengaruhi reagen tollens. Dalam larutan tersebut gugus
amina mengikat perak membentuk ion [Ag(NH3)]+ sedangkan basanya pun ikut mengion menjadi OH-, kedua ion dalam satu larutan dinamakan reagen tollens.
Regen tollens merupakan larutan ion perak beramoniak, yang direduksi oleh
aldehid menjadi logam perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi asam bertalian.
Keton tidak dioksidasi oleh reagen tollen, karena keton merupakan oksidator lemah.
O
O
R
2Ag(NH3)2OH
ONH4
+ 2 Ag + 2NH3 +H2O
Aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu reagen tollens yang
sama. Ini disebabkan karena atom karbon karbonil dari aldehid lebih kurang terlindungi
dibandingkan dengan atom karbon karbonil dari keton. Aldehid sangat mudah
menjalalani oksidasi menghasilkan asam karboksilat yang mengandung jumlah atom
karbon yang sama. Sementara itu keton tidak menjalani reaksi yang serupa, karena pada
oksidasi terjadi pemutusan ikatan karbon-karbon menghasilkan dua asam karboksilat
masing-masing mengandung atom karbon yang jumlahnya lebih sedikit daripada keton
semula (keton siklik menghasilkan suatu asam dikarboksilat yang mengandung atom
karbon yang sama banyaknya sebagai akibat putusnya ikatan karbon).
O
R
OH
O
H2
C
R'
OH
HO
+ 2Ag + 2NH3+
CH
memiliki gugus OH, sehingga tidak dapat membentuk garam asam karboksilat.
Persamaan reaksinya adalah
CH3COCH3(aq)
+ 2Ag(NH3)2OH(aq )
+ Ag(NH3)2+ + 3OH-
Pada tabung keempat, 1 mL formalin yang berupa larutan tidak berwarna (dibuat
dari 5 tetes formaldehid dan 5 mL air)
O
H
C
H
+ 2Ag(NH3)2OH
C
ONH 4
Dari keempat larutan yang diuji dengan reagen tollens, dapat disimpulkan bahwa
reagen tollens dapat digunakan untuk menguji aldehid, dengan terbentuknya cermin
perak yang menunjukkan adanya aldehid.
Cermin perak pada formaldehid lebih banyak terbentuk dibanding cermin perak
pada benzaldehid karena atom karbon karbonil pada formaldehid kurang terlindung
dibanding atom karbon karbonil pada benzaldehida. Hal ini dapat terjadi karena pada
benzaldehid terdapat gugus siklik yang mempersulit terjadinya pemutusan ikatan atom
karbonnya.
2. Uji Fehling
Percobaan kedua ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aldehid dan keton
melalui uji Fehling dengan menggunakan reagen fehling. Reagen fehling ini dibuat
dengan cara mencampurkan 10 mL fehling A yang berwarna biru + dan 10 mL fehling
B yang tidak berwarna. Campuran fehling A dan fehling B tersebut menghasilkan
larutan berwarna biru ++ dan reagen fehling ini siap digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan aldehid dan keton.
Uji fehling (benedict) digunakan untuk menguji kemudahan suatu aldehid dan
keton untuk teroksidasi. Dibandingkan dengan keton aldehid lebih mudah dioksidasi.
Aldehid dapat mereduksi fehling, sedangkan keton tidak dapat mereduksi fehling.
Penggunaan pereaksi fehling dilakukan karena fehling merupakan oksidator (zat yang
menyebabkan zat lain mengalami oksidasi). Fehling A merupakan CuSO4, dan fehling
B merupakan campuran NaOH, dan Na.K- tatrat. Adanya reaksi antara sampel dan
pereaksi fehling ditunjukkan dengan terbentuknya endapan. Reagen fehling
mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah. Ion tersebut dapat mengoksidasi
gugus aldehid tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton seperti halnya reagen
tollens. Persamaan reaksinya adalah:
RCOH + 2Cu2+ + 5OH- RCOH- + Cu2O + 3H2O
Endapan Merah bata
Pada percobaan ini, larutan yang akan diuji ada tiga, yaitu formaldehid, aseton,
dan sikloheksanon. Sedangkan untuk n-heptaldehid tidak dilakukan karena bahan tidak
tersedia di laboratorium.
Pada tabung pertama, reagen fehling ditambahkan dengan formaldehid yang
berupa larutan jernih tak berwarna. Tabung kemudian ditempatkan dalam air mendidih
dan dibiarkan selama 15 menit menghasilkan larutan biru dengan endapan merah
bata. Endapan ini terbentuk akibat ion Cu2+ yang terdapat dalam reagen fehling yang
merupakan oksidator lemah mengoksidasi gugus aldehid pada formaldehid. Persamaan
reaksinya adalah
O
H
C
H+
2Cu + 5OH
2+
C
O-
Cu2O + 3H2O
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ion Cu2+ yang terkandung
pada reagen fehling dapat mengoksidasi gugus aldehid. Aldehid mereduksi ion
tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida.
Pada tabung kedua, reagen fehling ditambah dengan aseton (tidak berwarna).
Kemudian ditempatkan dalam penangas air dan dibiarkan selama 15 menit
menghasilkan larutan biru. Pada percobaan ini tidak menghasilkan endapan merah bata
karena ion Cu2+ yang terdapat dalam reagen fehling yang merupakan oksidator lemah
tidak dapat mengoksidasi gugus keton pada aseton . Persamaan reaksinya :
CH3COCH3 +2Cu2+ + 5OH-
Pada tabung ketiga, reagen fehling ditambah dengan sikloheksanon yang berupa
larutan jernih tak berwarna. Kemudian ditempatkan dalam penangas air dan dibiarkan
selama 15 menit menghasilkan larutan biru. Pada percobaan ini juga tidak dihasilkan
endapan merah bata karenak ion Cu2+ yang terdapat dalam reagen fehling yang
merupakan oksidator lemah tidak dapat mengoksidasi gugus keton pada sikloheksanon.
Persamaan reaksinya :
+2Cu2+ + 5OH-
O
Dari ketiga larutan yang telah teruji dengan reagen fehling, dapat disimpulkan
bahwa reagen fehling dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya aldehid, karena
aldehid dapat mereduksi reagen fehling dengan terbentuknya endapan merah bata yang
menunjukkan adanya aldehid seperti pada formaldehid. Sedangkan pada aseton dan
sikloheksanon tidak terdapat reaksi, karena keton (aseton dan sikloheksanon) tidak
mempunyai gugus OH sehingga tidak dapat dioksidasi menjadi garam asam
karboksilat.
3. Adisi Bisulfit
Pada percobaan ketiga ini bertujuan menguji senyawa keton dengan reaksi adisi
aseton dengan natrium bisulfit. Percobaan dilakukan dengan mereaksikan 5 mL larutan
natrium bisulfit (NaHSO4) yang telah didinginkan dengan air es, dan ditambahkan
dengan 2,5 mL aseton (larutan tidak berwarna). Kemudian larutan tersebut ditambah
dengan etanol sebanyak 10 mL. Pada larutan tersebut terdapat hablur berwarna putih.
Pada reaksi ini reagen bisulfit merupakan nukleofil. Aseton tidak mengandung gugus
yang besar artinya rintangan steriknya kecil sehingga reaksi adisi bisulfit dapat
berlangsung. Adisi tersebut dapat diindikasi dari bereaksiya aseton dengan larutan
natrium bisulfit membentuk hablur yaitu 2-natriumsulfit-2-pentanol yang berwarna
putih. Selain itu reaksi-ini dapat berlangsung karena ikatan-ikatan rangkap karbonkarbon yang menyendiri bersifat non-polar. Dan nukleofil tersebut menyerang ikatan
pi sehingga ikatan-pi dapat terputus dan terbentuk ikatan tunggal dengan nukleofil.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
Kemudian ditetesi dengan HCl pekat 15 tetes sehingga timbul bau menyengat
dan hablur larut yang menunjukkan aseton kembali terbentuk.
OH
H2N
H
N
N
H
H
N
H
N
Hablur disaring dan dicuci dengan air dingin dan dihablurkan kembali dengan
etanol. Hablur dikeringkan didalam desikator untuk menghilangkan kandungan airnya
selama 3 hari. Setelah tiga hari diperoleh hablur kering berwarna jingga yang
kemudian ditentukan titik lelehnya.
Setelah dilakukan pengukuran diketahui titik leleh hablur adalah 143 oC. Angka
ini menunjukkan bahwa senyawa yang diuji adalah senyawa aldehid yaitu benzaldehid.
Jika dibandingkan dengan hablur keton, hablur benzaldehid memiliki titik leleh yang
lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pada aldehid terdapat ikatan hidrogen antar molekul
sehingga mengakibatkan ikatannya kuat sehingga titik lelehnya tinggi.
Pada percobaan kedua, sikloheksanon direaksikan dengan fenilhidrazin akan
menghasilkan hablur berwarna kuning muda, menggumpal sedikit kecil-kecil namun
strukturnya kasar. Hal tersebut dapat terjadi karena pasangan bebas elektron pada atom
fenilhidrasil menyebabkan senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk fenil hidrason
yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Hasil dari reaksi ini adalah berupa hablur.
Dimana hablur ini nantinya dapat mengidentifikasi senyawa keton. Reaksinya adalah
sebagai berikut:
5. Reaksi Haloform
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui reaksi aldehid-keton dengan
halogen yang menghasilkan haloform. Dengan iodin dan NaOH, aseton dapat
membentuk CH3I ( iodoform ).
Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :
Pada percobaan ini larutan yang akan diuji ada dua, yaitu aseton dan isopropil
alkohol. Percobaan pertama dilakukan dengan memasukkan 3 mL NaOH 5% yang
merupakan larutan tidak berwarna ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5 tetes
aseton (tidak berwarna) terbentuk larutan tidak berwarna. Kemudian, ditambahkan
larutan iodium sampai warna iodium tidak hilang sehingga terbentuk larutan kuning
kecoklatan ada endapan berwarna kuning (++) serta timbul bau menyengat. Endapan
kuning tersebut adalah iodoform (haloform). Persamaan reaksinya adalah :
O
H3C
CH 3
+ I2 + 3 NaOH
H3C
CI3
+ 3H2O + 3 NaI
Atom hidrogen yang terikat pada atom karbon alfa dari aldehida dan keton mudah
diganti oleh halogen di dalam larutan basa. Reaksi ini berlangsung cepat karena
pengaruh tarikan elektron dari halogen, maka atom hidrogen yang masih ada pada
karbon alfa akan lebih asam, dan semakin mudah tertukar oleh halogen. Oleh karena
itu, gugus metil yang terikat pada atom karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa
trihalometil oleh halogen dan basa.senyawa trihalo yang dihasilkan ini mudah sekali
diuraikan oleh basa menghasilkan haloform.
Percobaan kedua adalah isopropil alkohol yang jernih tak berwarna sebagai
ditambahkan dengan NaOH. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambah iodium
sampai warna iodium tidak hilang, yaitu berwarna kuning kecoklatan dan terbentuk
endapan (+) dan bau menyengat karena reagen dalam reaksi ini dapat merupakan
oksidator, isopropil alkohol [CH(OH)-CH2] akan mudah teroksidasi menjadi aseton (CO-CH3).
Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa gugus metil yang terikat pada
atom karbon karbonil diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen dan basa.
Senyawa trihalo mudah diuraikan oleh basa menghasilkan haloform.
6. Kondensasi Aldol
Pada percobaan ini 4 ml larutan NaOH 1% (tidak berwarna) ditambah dengan 0.5
ml asetaldehid (tidak berwarna) kemudian campuran kedua larutan tersebut digoncanggoncangkan. Setelah itu larutan tersebut dipanaskan beberapa saat dan larutan menjadi
jernih kekuningan dan timbul bau yang lebih tengik seperti balon. Timbulnya bau
tengik ini menandakan terjadinya reaksi kondensasi aldol. Reaksi yang terjadi adalah :
Proses
Dari percobaan ini asetaldehid jika direaksikan dengan basa encer (NaOH 1%)
mengalami kondensasi menghasilkan aldol. Kondensasi Aldol ini hanya terbentuk pada
aldehid yang mempunyai Hidrogen alfa, yakni atom yang terikat pada karbon alfa.
Aldol yang dihasilkan jika dipanaskan akan lepaskan molekul air dan menghasilkan
aldehid tak jenuh yakni krotonaldehid. Krotonaldehid ini dapat dideteksi dari bau
tengik yang terbentuk, yaitu bau dari krotonaldehid.
I. KESIMPULAN
1. Uji Tollens
Reagen tollens dapat digunakan untuk menguji aldehida, dengan terbentuknya cermin
perak yang menunjukkan adanya aldehida.
3. Adisi Bisulfit
Adisi bisulfit dapat merubah ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal terhadap gugus
keton.
5. Reaksi Holoform
Haloform dapat mengidentifikasi adanya metal keton. Jika bereaksi dengan I 2 dan
basa, maka akan membentuk iodoform yang mengendap sebagai hablur berwarna
kuning.
6. Kondensasi aldol
Aldol terbentuk melalui proses kondensasi (aldehid direaksikan dengan larutan basa
encer)
J.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Tulislah persamaan reaksi dengan formaldehid
a. Reaksi Tollens dengan Formaldehid
ONH4
O
HC
H+
2 Ag(NH3)2OH HC
+ 2Cu2+ + 5OH-
+ Cu2O + 3H2O
CH
CH3
C2H5OH
HSO3Na+
OH
CH3
SO3Na+
C
CH3
O
HCl
CH3
CH3
CH + H2N
NH
OH
C
H
NH
NH
NH
H2O
C
H2
C
H2
C
5. Tuliskan persamaan yang menunjukkan apa yang terjadi jika senyawa hasil adisi
bisulfit direaksikan dengan asam klorida pekat !
O
C
H 3C
HO
H
HSO3Na
CH
H 3C
SO3 Na
+ HCl
HO
CH
H 3C
SO3 Na
K. DAFTAR PUSTAKA
Clark,
Jim.
2007.
Adisi
Sederhana
pada
Aldehid
dan
keton.
Fesenden, J Ralp, dan Joan s. Fessenden. 2006. Kimia Organik Jilid 1. Terjemahan
Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga
Reskasari,
Revi.
2011.
Kimia
Organik
Aldehid
keton
(Online).
Tim Dosen Kimia Organik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Surabaya :
FMIPA UNESA.