PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bentuk sediaan obat adalah melalui jalur topikal. Topikal sendiri
berarti penggunaan dilakukan dengan cara meletakkan sejumlah obat di atas
permukaan tubuh, baik di kulit, hidung, telinga, mata, maupun vagina.
Penggunaan sediaan topikal dapat digunakan untuk tujuan lokal maupun sistemik,
misalnya untuk obat luka bakar sebagai tujuan lokal dan insulin transdermal untuk
tujuan sistemik.
Sediaan topical yang beredar biasanya dalam bentuk sediaan setengah
padat. Sediaan setengah padat banyak tersebar di pasaran dalam berbagai bentuk,
baik krim, gel, salep, dan pasta. Sebagai sediaan obat, banyak sediaan setengah
padat yang sudah terkenal di kalangan masyarakat, misalnya obat jerawat, krim
steroid, dan gel penutup luka. Namun, ada juga sediaan topical yang bentuknya
bukan sediaan setengah padat, yaitu Transdermal patch.
Banyaknya penggunaan sediaan semisolid pada masa sekarang ini, baik
sebagai obat maupun kosmetik menjadi perhatian para farmasis dunia, dan
mendorong pengembangan bentuk sediaan yang lebih baik sehingga dapat
mencakup berbagai bidang dan mengatasi permasalahan dalam dunia kosmetik
dan terutama mengobati penyakit yang diderita manusia sehingga lebih cepat
teratasi.
Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga
bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut
pelindung, maupun pembalut penyumbat. Salah satu bahan pembawa yang biasa
digunakan dalam sediaan topikal adalah gel yang dibuat dari partikel anorganik
maupun molekul organic. Sediaan dalam bentuk gel banyak digunakan karena
mudah mengering dan membentuk lapisan film sehingga mudah dicuci. Bahan
pembentuk gel yang biasa digunakan adalah turunan selulosa seperti metil
selulosa (CMC), karbomel dan hidroksi propil metil selulosa (HPMC). HPMC
dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna dan tidak berasa, stabil
pada pH 3 hingga 11, mempunyai resistensi yang baik terhadap serangan mikroba
serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada kulit
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi sediaan gel.
2. Mengetahui jenis-jenis sediaan gel.
3. Mengetahui basis-basis dan bahan-bahan utama pembentuk sediaan gel
serta fungsinya masing-masing.
4. Mengetahui cara pembuatan sediaan gel.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sediaan gel?
2. Apa saja jenis sediaan gel yang ada?
3. Apa saja basis-basis dan bahan-bahan pembentuk sediaan gel?
4. Apa fungsi dari masing-masing basis dan bahan pembentuk sediaan gel?
5. Bagaimana cara membuat sediaan gel?
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan untuk pembuatan makalah ini adalah studi
pustaka. Kami pun mencari data dan informasi dari buku-buku dan jurnaljurnal untuk menunjang teori-teori yang mendasar.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 2 ISI
2.1. Definisi Gel
2.2. Penggolongan Gel
2.3. Manfaat Sediaan Gel
2.4. Metode Umum Pembuatan Gel
2.5. Basis Sediaan Gel
2.6. Formulasi Sediaan Gel
BAB 3 PENUTUP
2
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB 2
ISI
2.1 Definisi Gel
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masingmasing terbungkus dan saling terserap oleh cairan (Formularium Nasional,
1979).
Gel adalah sediaan dasar berupa lembekan sistem dispersi. Terdiri dari
partikel
anorganik
submikroskopis
atau
organik
makromolekul
yang
tersuspensi atau terbungkus dan terbacam dalam cairan, yang bercorak dari
transparan atau transluen hingga buram opak (Depkes RI, 1985).
Gel adalah sediaan setengah padat yang terdiri partikel anorganik kecil
atau molekul besar yang tersuspensi dalam cairan (Ansel, 1989).
Gel juga dapat dirumuskan sebagai sistem dispersi, yang minimal terdiri
dua fase, sebuah fase padat dan sebuah fase cair (liogel) atau sebuah fase padat
dan fase gas (serogel) (Voight, 1995).
Fase yang terdispersi dapat mengandung partikel padat (contoh: platelet
clay), makromolekul (contoh: gelatin), atau molekul surfaktan (contoh: sabun).
Gel bersifat transparan, lunak, lembut, mudah dioleskan, dan tidak
meninggalkan lapisan berminyak pada permukaan kulit.
2.2 Penggolongan Gel
Berdasarkan sifatnya, gel dapat digolongkan menjadi:
1. Gel bersifat hidrofobik
Gel jenis ini disebut juga oleogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari basis
parafin liquid dengan dengan polyethylene aau minyak serta penyabunan
dengan silika, aluminium atau zink.
2. Gel bersifat hidrofilik
Gel jenis ini disebut hydrogels yaitu formulasi gel yang terdiri dari air,
gliserol atau propilenglikol dan sebagai gelling agent digunakan tragakan,
pati, derivat selulosa, polimer karboksivinil, dan magnesium-aluminium
silikat.
Berdasarkan sistem fase yang terbentuk, gel dapat digolongkan menjadi:
1. Gel sistem fase tunggal (satu fase)
Gel sistem fase tunggal disebut juga gel satu fase, yaitu massa gel yang
terdiri dari makromolekul seragam, tersebar merata ke seluruh cairan
sedemikian rupa sehingga tidak lagi tampak batas yang jelas antara molekul
4
cara.
Hidrogel
bersifat
lembut/lunak,
elastis
sehingga
matriks gel. Contoh: gelatin kering, tragakan ribbons dan acacia tears, dan
sellulosa kering dan polystyrene.
2.3 Manfaat Sediaan Gel
Manfaat sediaan gel secara umum antara lain dapat mempertahankan
kestabilan sediaan untuk waktu yang lebih lama. Selain itu, sediaan gel juga bagus
secara penampilan sehingga lebih dapat lebih menarik bagi konsumen.
Selanjutnya, sediaan gel juga merupakan sediaan yang tepat bagi pengobatan ke
kulit dan membran mukosa dengan laju pelepasan obat yang tinggi dan absorbsi
yang cepat. Sediaan gel memiliki sifat menyebar yang baik pada kulit serta
memiliki efek pendingin akibat dari penguapan pelarut.
2.4 Metode Umum Pembuatan Gel
Secara umum, proses pembuatan gel adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Gom Alam
Basis Lemak
Basis Lain
Contoh
Metilselulosa
Karboksimetilselulosa
Karboksipropilselulosa
Na-Karboksipropilselolusa
Pektin
Carageenan
Gelatin
Tragacanth
Gom Xanthan
Plastibase
Petrolatum
Lard
Cocoa Butter
Carbowax bases
Alginat
Bentonit
Karbomer
Polietilen
Tipe Gel
Hidrogel
Hidrogel
Hidrogel
Hidrogel
Hidrogel
Hidrogel
Hidrogel
Hidrogel
Hidrogel
Organogel
Organogel
Organogel
Organogel
Organogel
Hydrogel
Anorganik
Hidrogel
Organik
yang
: 5,0- 8,0
Derajat substitusi
: 1,64 1,92
Titik lebur
: 190-200 C
Kelarutan
Inkompatibilitas
ii. Hidroksietilselulosa
: 5,0- 8,0
Derajat substitusi
: 1,64 1,92
Titik lebur
: 190-200 C
Kelarutan
Inkompatibilitas
higroskopis.
Kekentalan
hidroksietilselulosa
dipengaruhi
oleh
: 5,0- 8,5
Titik lebur
: 260275 oC.
Kelarutan
Inkompatibilitas
: Garam-garam inorganik
10
11
KCl.
Alkohol
yang
digunakan
terbatas
pada metanol, etanol, dan isopropanol. Karagenan dapat digunakan pada makanan
hingga konsentrasi 1500mg/kg.
12
karagenan yang paling stabil pada larutan asam serta membentuk gel yang
kuat pada larutan yang mengandung garam kalsium.
mendominasi
pada Euchema
cottonii). Karagenan
jenis
iniakan terputus pada larutan asam, namun setelah gel terbentuk, kargenan
ini akan resisten terhadap degradasi. Kappa karagenan membentuk gel
yang kuat pada larutan yang mengandung garam kalium.
alam
serta
merupakan
komponen
utama
pada Gigartina
13
iv. Gelatin
Gelatin bersumber dari tulang hewan yang diproses dengan larutan kimia
hingga larutan tersebut mengental dan mengandung gelatin. Selain dari tulang
hewan, gelatin juga dapat diperoleh dari jaringan kolagen kulit atau ligamen
(jaringan ikat) hewan.
14
v. Gom Xanthan
Gum Xanthan bisanya digunakan sebagai bahan tambahan yang aman
pada makanan dalam industri makanan misal produksi susu, kuah salad, minuman
buah-buahan, dan sebagai pengental. Pada tingkatan yang lebih tinggi gum
xanthan digunakan sebagai suspending agent yang baik untuk menghilangkan
pulp dan bahan-bahan yang dapat membuat keruh dalam beberapa minuman. Gum
xanthan juga dipakai sebagai stabilizer untuk emulsi minyak flavor (flavour oil
emulsion) dalam beberapa minuman khusus.
Dalam bidang farmasi, Gom Xanthan digunakan untuk membuat gel
hidrofilik dan stabilizer pada sediaan emulsi O/W. Konsentrasi yang biasa
digunakan yaitu sangat rendah anatara 0,5% - 1 % dan sudah dapat meningkatkan
viskosits suatu sediaan dengan baik. Gom xanthan stabil pada rentang pH dan
rentang suhu yang luas namsun viskositnya menurun dengan adanya peningkatan
shear; disebut juga memiliki sifat pseudoplastis. Xanthan gum dapat mengembang
dengan air pada suhu ruang.
15
d. Alginat
16
manuronat, interaksi -COOH pada C-5 dan -OH pada C-3 akan kaku, sedangkan
pada C1 gugus-gugus ini berada pada posisi ekuatorial sehingga lebih stabil.
Sebaliknya, untuk alasan yang sama, -L-guluronat terdapat dalam konfigurasi
1C dibandingkan C1.
Polimer
alginat
dibentuk
dari
hubungan
antara
C-1
dan
C-4
tiap monomer dan dihubungkan oleh ikatan eter oksigen. Polimer alginat terdiri
dari 3 jenis, yaitu polimer M (manuronat), polimer G (guluronat), dan polimer
MG. Polimer M dibentuk dari struktur ekuatorial gugus C-1 dan C-4 dan
membentuk polimer lurus, sedangkan polimer G dibentuk dari struktur
aksial. Perbedaan struktur polimer ini menyebabkan polimer G lebih banyak
digunakan untuk proses pembentukan gel alginat dengan penambahan ion Ca2+.
Ion tesebut akan menggantikan ion H+ pada gugus karboksilat dan membentuk
jembatan ion penghubung antara polimer G yang satu dengan yang lainnya.
Hubungan antar polimer G ini akan membentuk struktur egg-box.
Sifat koloid, membentuk gel, dan hidrofilik menyebabkan senyawa ini
banyak
digunakan
sebagai
emulsifier,
pengental,
industri. Sifat hidrofilik alginat dimanfaatkan untuk mengikat air dalam proses
pembekuan
makanan.
Pada
makanan
yang
dibekukan,
polimer
ini
17
untuk
melihat
proses
salah
satu
dari
abu vulkanik
dengan
rumus
struktur
18
Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium.
Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning,
merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng
perlu aktivasi terlebih dahulu.
Endapan bentonit pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit).
Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), Lumpur bor,
sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air.
Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap. Untuk lumpur
pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit
dan lempung lain yang telah diaktifkan.
f. Polivinil Asetat (PVA)
Polivinil asetat adalah suatu polimer karet sintetis dengan rumus
(C4H6O2)n. Polivinil asetat dibuat dari monomernya, vinil asetat. PVA dapat
dihidrolisis sempurna atau sebagian dimana kana membentuk polivinil
alkohol (PVOH). Rasio hasil hidrolisis ini berkisar antara 87% - 99%. Polivinil
alkohol ini uga dapat digunakan sebagai basis gel.
dijual
dalam
bentuk emulsi di
air.
PVA
sering
19
20
g. PVP
dengan
21
22
Basis gel atau gelling agents adalah suatu polimer penyusun matriks
tiga dimensi yang akan mengikat air dan zat-zat pengisi gel yang lain di
dalamnya. Basis gel telah dijelaskan dengan terperinci sebelumnya.
Selain zat tersebut di atas, gel juga terdiri dari beberapa bahan tambahan,
antara lain:
1. Kosolven
Seringkali air saja tidak cukup sebagai pelarut sehingga dibutuhkan
pelarut tambahan atau sering disebut kosolven. Kosolven yang sering
digunakan antara lain propilen glikol, alkohol, gliserol, dan polietilen glikol.
Kosolven selain berfungsi untuk meningkatkan kelarutan zat aktif di dalam
pembawa, juga dapat berfungsi untuk meningkatkan penetrasi gel ke dalam
kulit seperti etanol.
2. pH adjusment
Beberapa gel memerlukan rentang pH yang tepat agar dapat terbentuk
sempurna. Karena itu, diperlukan pengatur pH untuk mengatur pH sediaan
baik saat proses produksi maupun penyimpanan. Salah satu contoh pH
adjusment adalah NaOH pada karbomer yang berfungsi menetralkan larutan
sehingga gugus karboksil pada karbomer akan terionisasi. Hal ini akan
menghasilkan pengembangan dari rantai polimer karena gaya tolak menolak
antara grup terionisasi yang saling berhadapan.
3. Enhancer
Penambahan enhancer ke dalam sediaan semisolid, terutama gel
ditujukan untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran kulit
(Williams dan Barry, 2004). Enhancer sendiri bekerja melalui 3 mekanisme,
yaitu dengan cara (1) mempengaruhi struktur stratum korneum, misalnya
dengan mendegradasi protein pelindung (lapisan tanduk) dan lipid yang
menjadi barrier penetrasi obat ke dalam kulit, (2) berinteraksi dengan protein
intraseluler dan memperbaiki partisi obat, serta (3) sebagai coenhancer atau
23
cosolvent yang menjadi media bagi molekul zat aktif untuk berpenetrasi ke
dalam stratum corneum (Swarbrick dan Boylan, 1995)
Senyawa-senyawa yang dapat berfungsi sebagai enhancer antara lain
air, sulfoksida, senyawa sejenis azone, pirolidon, asam-asam lemak, alkohol
dan glikol, surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen, dan fosfolipid. (Swarbrick
dan Boylan, 1995; Williams dan Barry, 2004). Contoh penggunaan enhancer
dalam sediaan misalnya penggunaan asam oleat. Asam oleat merupakan
golongan asam lemak yang dapat berfungsi sebagai peningkat penetrasi pada
pemberian melalui transdermal, dengan cara berinteraksi dengan lipid pada
stratum corneum menggunakan konfigurasi cis (Swarbrick dan Boylan,
1995). Asam oleat dapat digunakan sebagai enhancer dalam jenis gel lipogel
yang terdiri dari emulsi fase minyak dan fase air. Contoh lainnya adalah
Tween 80, yang merupakan jenis surfaktan nonionik yang dapat digunakan
sebagai peningkat penetrasi dengan cara melarutkan senyawa yang bersifat
lipofilik dan melarutkan lapisan lipid pada stratum korneum (Williams dan
Barry, 2004)
4. Antioksidan
Dalam semua pembuatan sediaan farmasi, termasuk sediaan gel,
stabilitas adalah salah satu hal yang wajib diperhatikan dan dievaluasi. Oleh
karena itu, beberapa bahan tambahan dimasukkan untuk memelihara
kestabilan sediaan hingga batas waktu tertentu. Penambahan bahan ini
disesuaikan dengan mekanisme penghancur kestabilan itu sendiri. Salah satu
hal yang dapat merusak kestabilan sediaan, terutama kestabilan zat aktif
adalah adanya ion radikal bebas yang dapat berikatan dengan salah satu gugus
di dalam zat aktif dan menyebabkan terjadinya degradasi oksidatif. Hal ini
dapat menyebabkan sediaan menjadi tidak aman lagi untuk dikonsumsi.
Untuk mencegah terjadinya degradasi oksidatif tersebut, antioksidan
biasanya ditambahkan pada sediaan gel. Antioksidan bekerja dengan
menyediakan tempat untuk oksidasi sehingga senyawa tersebut akan
teroksidasi terlebih dulu dibandingkan zat aktif. Pemilihan antioksidan
24
0,02% b/v
Na CMC: metil hidroksi benzoat 0,2 % b/v dan propil hidroksi
benzoat 0,02% b/v
6. pH balancer
Stabilitas suatu sediaan gel terkadang juga dipengaruhi oleh pH.
Karena itu buffer atau dapar adakalanya juga dibutuhkan, selain dalam proses
pembuatan maupun penyimpanan. Di samping itu, dalam penggunaan atau
25
26
3.
4.
5.
Nama bahan
NaOH
Fungsi
pH adjusment /
Propilen glikol
pengatur pH
Kosolven dan pembawa
Na Askorbat
Metil paraben
Antioksidan
Pengawet /
C3H8O2 = 76.09.
C6H7NaO6 = 198.1
C8H7NaO3 = 174.1
Air
preservatives
Pelarut/pembawa
H2O = 18.02
Nama Bahan
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ekstrak
Karbomer
NaOH
Propilen glikol
Na Askorbat
Metil paraben
Air
% Bahan (%)
50
5
2
50
0,5
0,9
ad 500
10
1
0,4
10
0,1
0,18
ad 100
27
3) Dibuat larutan nipagin dalam air panas dan larutan natrium askorbat
kemudian dimasukkan dalam massa gel dan terus diaduk dengan mixer
sampai homogen.
4) Ekstrak sejumlah 50 gram didispersikan dalam 50 gram propilen glikol
dan 50 gram air, diaduk hingga homogen kemudian dicampurkan ke
dalam massa gel dan diaduk dengan kecepatan rendah. Sisa air
ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil terus diaduk hingga gel
homogen
2. Pembuatan gel berbasis Na CMC
Komposisi bahan gel:
Tabel 6. Formulasi gel berbasis Na CMC
No
Nama Bahan
% Bahan (%)
.
1.
3.
4.
5.
6.
7.
Ekstrak
Na CMC
Propilen glikol
Na Askorbat
Metil paraben
Air
50
20
50
0,5
0,9
ad 500
10
4
10
0,1
0,18
ad 100
28
4) Sisa air ditambahkan hingga tepat 500 gram sambil terus diaduk
hingga gel homogen
3. Pembuatan gel berbasis Na alginat
Komposisi bahan gel:
Tabel 7. Formulasi gel berbasis Na alginat
No
Nama Bahan
.
1.
3.
4.
5.
6.
7.
Ekstrak
Na alginat
Propilen glikol
Na Askorbat
Metil paraben
Air
% Bahan (%)
10
4
10
0,1
0,18
ad 100
Klorheksidin diasetat
2 gram
29
1,2-Propilen glikol
3 gram
Lutrol F 127
22 gram
Air
46 gram
Dalam
pembuatannya,
gel
ini
menggunakan
beberapa
eksipien.
Diantaranya adalah propilen glikol dan air. Campuran pelarut ini dapat membantu
kelarutan klorheksidin diasetat karena zat aktif ini tidak dapat larut dalam air.
Sebagai gelling agent digunakan Lutrol F 127 yang memiliki sinonim Poloxamer.
Lutrol terbuat dari polietilen glikol 73% dan polipropilen glikol 27%. dengan
bobot molekul kira-kira 12.000. Untuk membuat sediaan, larutkan klorheksidin
diasetat dengan propilen glikol dan sedikit air. Lalu ditambahkan Lutrol F 127 dan
sisa air sedikit demi sedikit. Sediaan yang dihasilkan adalah gel yang tak
berwarna.
2.
R/
Neomisin sulfat
0.05 gram
0.5 gram
Lutrol F 127
20 gram
Air
74.5 gram
Untuk membuat sediaan, paraben dan Lutrol F 127 dilarutkan air panas
kira-kira 800 C. Lalu larutan ditambahkan propilen glikol dan neomisin sulfat.
Setelah itu gel didinginkan pada suhu ruang. Gel yang didapat adalah gel bening
yang lembut. Eksipien yang digunakan adalah paraben yang berguna sebagai
pengawet dengan menjadi antibakteri dan antijamur. Propilen glikol dan air
digunakan sebagai campuran pelarut dan Lutrol sebagai gelling agent.
30
3.
R/
6 gram
Trietanolamin
0.9 gram
Air
7.6 gram
Etanol 96%
60 gram (1)
Carbopol 940
0.5 gram
Air
Betametason valerat
0.1 gram
Etanol 96%
10 gram
Propilen glikol
20 gram
Lutrol F 127
22 gram
31
Air
47 gram
Pembuatan gel hampir sama seperti gel-gel sebelumnya. Pertama zat aktif
(betametason valerat) dilarutkan dalam etanol dan propilen glikol karena zat ini
sulit larut dalam air tapi larut dalam etanol (1:65). Oleh karena itu digunakan
campuran pelarut propilen glikol. Setelah itu air dan Lutrol F 127 dicampurkan
dalam suhu 700 C. Kedua larutan lalu dicampur dan didinginkan pada suhu ruang.
Gel yang didapat adalah gel tidak berwarna dan jernih.
Proses pembuatan gel dalam skala industri pun sebenarnya memiliki
prinsip yang sama, namun dengan jumlah bahan dan alat-alat yang lebih mutakhir.
Berikut beberapa contoh formulasi gel skala industri:
A. Gel diklofenak dietilamonium
Tabel 8. Bahan penyusun gel diklofenak dietilamonium dan keterangannya
No.
1.
Nama bahan
Carbopol 940 /
Fungsi
Gelling agents
Carbomer 940
2.
Kosolven dan
pembawa
C2H5OH = 46.07
3.
Menthol
Adjuvant (penyejuk
dalam gel)
32
C10H20O = 156.3
4.
Diclofenac
diclofenac
diethylammonium
C18H22Cl2N2O2 = 369.3
5.
6.
Trolamine
pH adjusment
C6H15NO3 = 149
H2O = 18.02
Fase air
purified)
Komposisi bahan:
Tabel 9. Komposisi dan presentase bahan penyusun gel diklofenak
dietilamonium
No
Nama Bahan
Jumlah Bahan
% Bahan (%)
.
1.
(g/kg)
Diclofenac USE diclofenac
12,47
1,247%
2.
3.
4.
5.
6.
diethylammonium
Air murni (Water purified)
Alkohol 190 proof
Trolamine
Carbopol 940 / Carbomer 940
Menthol
465,53
500,00
12,00
8,00
2,00
46,553%
50%
1,2%
0,8%
0,2%
Cara pembuatan:
1) Air dan dan alkohol dimasukkan ke dalam tangki pencampur stainless
steel grade 316.
2) Tambahkan kristal mentol pada campuran alkohol-air. Campur selama
5 menit hingga semua terlarut.
33
Fungsi
Fase air
Gelling
agents
3.
Gliserin
Pelarut,
lubrikan, dan
peningkat
4.
Panthenol
kelembaban
C3H8O3 = 92.09
2 5% untuk
Propane-1,2,3-triol
C9H19NO4 = 205.3
terapi
HO
HN
berbagai
penyakit kulit
minor
HO
OH
Dexpanthenol: (R)-2,4Dihydroxy-N-(3-hydroxypropyl)3,3dimethylbutyramide
34
5.
Disodium EDTA
Chelating
agent (agen
pengompleks)
C10H14N2Na2O8,2H2O = 372.2
Disodium dihydrogen
ethylenediaminetetra-acetate
Dehydrate
6.
Benzophenone-4
Sunscreen,
melindungi
dari UVA
maupun UVB
C14H12O6S = 308.3
5-Benzoyl-4-hydroxy-2methoxybenzenesulphonic
7.
Preservatives
Acid
C8H12INO2 = 281.1
butylcarbamate
(pengawet)
3-Iodo-2-propynyl-N-butyl
carbamate.
8.
Air #2
Pelarut
H2O = 18.02
(pembawa)
35
9.
PVP K-90
Suspending
agent &
dispersing
agent
(C6H9NO)n
Poly (2-oxopyrrolidin1-ylethylene)
10.
11.
12.
PVP /
Suspending
dimethylaminoethylmethacrylate
agent &
dispersing
MW)
Oleth-20
agent
Cleansing,
Poly(oxy-1,2-ethanediyl),
Fragrance
surfaktan
Pewangi
(Z)-octadecenyl-..-hydroxy
Dapat bervariasi. Dalam
..-9-
Aminomethylpropanol
Dapar / buffer
C4H10NO = 89,13624
36
Komposisi bahan:
Tabel 11. Komposisi dan presentase bahan penyusun gel rambut viskositas
tinggi
No
Nama Bahan
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Air #1
Carbomer
Gliserin
Panthenol
Disodium EDTA
Benzophenone-4
Diazolidinyl urea & iodopropynyl butylcarbamate
Air #2
PVP K-90
PVP / dimethylaminoethylmethacrylate copolymer
berat/berat
72,23
0,5
0,5
0,05
0,05
0,02
0,2
20,0
2,0
3,0
11.
12.
13.
0,8
0,15
0,5
Cara pembuatan:
1) Karbomer didispersikan secara merata pada Air #1 di ketel utama
menggunakan vortex yang kuat dengan agitator shear rendah (tipe
propeller). Campur hingga benar-benar homogen dan lembut (warna
abu-abu transparan).
2) Bahan-bahan lain (nomor 2 7) ditambahkan sesuai urutan.
3) Di ketel samping, PVP ditambahkan pada Air #2 dan diaduk hingga
terlarut. Kecepatan pengadukan diturunkan untuk mencegah udara
masuk ke dalam formulasi.
4) Bahan lain ditambahkan sesuai urutan.
5) Bahan-bahan yang telah tercampurkan
pada
ketel
samping
apakah ada gelembung air di dalam gel yang akan membuat gel
menjadi keruh. Penggunaan ketel vakum akan mencegah hal ini
terjadi, dan memang lebih baik dilakukan tindakan pencegahan karena
bila telah terbentuk gelembung akan sangat sulit menghilangkannya
meskipun menggunakan Versator.
C. Gel klorheksidin
Klorheksidin diasetat
1,2-Propilen glikol
Lutrol F 127
Air
Dalam pembuatannya, gel
2%
30 %
22 %
46 %
ini menggunakan beberapa eksipien.
Diantaranya adalah propilen glikol dan air. Campuran pelarut ini dapat
membantu kelarutan klorheksidin diasetat karena zat aktif ini tidak dapat
larut dalam air. Sebagai gelling agent digunakan Lutrol F 127 yang
memiliki sinonim Poloxamer. Lutrol terbuat dari polietilen glikol 73%
dan polipropilen glikol 27%. dengan bobot molekul kira-kira 12.000.
Untuk membuat sediaan, larutkan klorheksidin diasetat dengan propilen
glikol dan sedikit air. Lalu ditambahkan Lutrol F 127 dan sisa air sedikit
demi sedikit. Sediaan yang dihasilkan adalah gel yang tak berwarna.
38
1,1 %
1,2 %
23 %
2,5 %
2,5 %
2,0 %
0,9 %
0,1 %
68 %
39
E. Gel eritromisin
Eritromisin
Lutrol E 400
Propilen glikol
Lutrol F 127
Air
1,0 %
20 %
20 %
20 %
39 %
40
04 %
5%
20 %
73,6 %
QS
1,1 %
QS
Untuk membuat gel aloe vera, larutkan ekstrak aloe vera, propilen
glikol pengawet dan air. Setelah itu, buat campuran Cremophor dan
parfum. Campurkan kedua campuran. Lalu dinginkan pada suhu <10o C
dan larutkan Lutrol. Pertahankan temperatur hingga gelembung hilang.
Viskositas harus kurang lebih 60 Pa. PH kira-kira 5.5 pada suhu 20-250
41
42
43
Gambar 29. Gelling plant, terdiri dari mixer, homogenizer dan penghilang busa,
serta filler
44
45
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sediaan gel merupakan sediaan semisolid yang digunakan secara topikal
dan terdiri dari partikel anorganik kecil atau molekul besar yang tersuspensi dalam
cairan dan merupakan suatu sistem disperse yang minimal terdiri dari dua fase.
Secara umum sediaan gel terdiri dari gel hidrofilik dan gel hidrofobik. Meskipun
demikian, masih terdapat beberapa penggolongan lain untuk gel berdasarkan fase
yang terbentuk, fase koloid, maupun sifat pelarut. Gel dibuat dengan
menggunakan basis gel dan pensuspensi/pelarut dengan beberapa bahan tambahan
lain seperti pengawet, antioksidan, dan lain-lain. Basis gel terdiri dari berbagai
macam senyawa yang merupakan suatu polimer. Pembuatan gel secara umum
adalah dengan mendispersikan air dan pelarut/pensuspensi serta bahan-bahan
pembuat gel yang lain ke dalam basis gel.
3.2 Saran
Untuk memperdalam pengetahuan mengenai sediaan gel, sebaiknya
dibahas juga mengenai cara produksi obat yang baik, pengemasan, serta
distribusinya. Selain itu, akan lebih baik lagi jika sediaan gel dibahas per tempat
aplikasi, karena perbedaan tempat aplikasi biasanya juga memberikan perbedaan,
meski hanya sedikit, pada formulasi.
46
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. Allen, Loyd V. PoPovich, Nicholas G. 1999. Pharmaceutical
Dosage Form and Drug Delivery System Seventh Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia Volume 1. London: The
Stationery Office
Djajadisastra, Joshita; Munim, Abdul; NP, Dessy. 2009. Formulasi Gel Topikal
dari Ekstrak Nerii Folium dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi
Indonesia Vol. 4 No. 4 Juli 2009: 210 -216.
Folker, Buhler.2001.Generic Drug Formulations.British: BASF Pharma
Ingredients
Jones, David. 2008. FastTrack: Pharmaceutical Compounding and
Dispensing.London-Chichago: Pharmaceutical Press
Jones, David. 2008. Pharmaceutical Dosage Form and Design. London: RPS
Publishing
Langley, Chris; Belcher, Dawn. 2008. Pharamceutical Compounding and
Dispensing. London: RPS Publishing
Niazi, Sarfaraz K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations: Semisolid Products. CRC Press: Washington DC
Rieger, Martin M. 2000. Harrys Cosmeticology 8th Edition. Chemical Publishing
Company
Rowe, Raymond et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients Sixth
Edition. London: Pharmaceutical Press.
Sweetman, Sean C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. London:
RPS Publishing
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal.399- 400
47
48