Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN) GREY EDITION

1. Pdtt jelaskan perbedaan sifat dari 3 jenis pdtt dan berikan contohnya!
Berdasarkan penjelasan undang--- undang UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negar, pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan dan pemeriksaan kinerja. PDTT bisa bersifat eksaminasi (pengujian), reviu, atau
prosedur yang disepakati (agreed upon procedures).
KRITERIA
Definisi

EKSAMINASI
Pengujian yang memadai
untuk menyatakan simpulan
dengan tingkat keyakinan
positif bahwa suatu pokok
masalah telah sesuai atau
telah disajikan secara wajar
dalam semua hal yang
material
sesuai
dengan
kriteria.

REVIU
Pengujian yang memadai
untuk
menyatakan
simpulan dengan tingkat
keyakinan negatif bahwa
tidak ada informasi yang
diperoleh pemeriksa dari
pekerjaan yang dilaksanakan
menunjukkan bahwa pokok
masalah tidak sesuai dengan
kriteria dalam semua hal
yang material.

PROSEDUR YANG DISEPAKATI


Pengujian yang memadai untuk
menyatakan simpulan atas hasil
pelaksanaan prosedur tertentu
yang disepakati dengan pemberi
tugas terhadap pokok masalah

Keluasan
Pekerjaan
Hasil Audit

Tidak Terbatas

Terbatas

Sesuai kesepakatan

Tingkat
Keyakinan

Pemahaman
Entitas
Penilaian
Risiko dan SPI
Penetapan
Kriteria
Pemeriksanaan
Penyusunan
Program
Pemeriksaan
dan Program
Kerja
Perorangan

Keyakian yang diberikan Keyakinan yang diberikan Hanya menyatakan kesesuaian


adalah keyakinan positif.
pada
review
adalah kesesuaian prosedur yang diuji
keyakinan negatif / terbatas dengan prosedur yang disepakati
Simpulan berupa temuan atas
penerapan
prosedur
yang
disepakati
tingkat keyakinan tinggi tingkat
keyakinan
yang Bervariasi antara menengah sampai
bahwa pokok masalah telah menengah
dengan tinggi
sesuai dalam semua hal yang
material
Dilakukan
Dilakukan
Dilakukan
dengan
mempertimbangkan harapan dari
auditee
Dilakukan secara mendalam Dilakukan secara terbatas Dilakukan dengan pemahaman
dengan pemahaman dan dengan pemahaman dan SPI. Jika diperlukan, juga dilakukan
pengujian SPI
pengujian SPI
pengujian SPI.
Oleh pemeriksa
Oleh pemeriksa
Disepakati dengan auditee

Oleh pemeriksa

Oleh pemeriksa

Oleh
pemeriksa
berdasarkan
kesepakatan
yang
telah
ditandatangani oleh pemberi tugas
dan auditee.

Contoh:
BPK RI Perwakilan Propinsi Sulawesi Utara melakukan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu atas PD Pasar Kota
Manado Tahun Buku 2012 dan 2013 (Semester I) dan bertujuan untuk menilai apakah: 1) Regulasi pemerintah
telah mendukung penguatan pasar tradisional yang dikelola PD Pasar, 2) Pembentukan PD Pasar dan penyertaan
modal pada PD Pasar telah memadai dan sesuai ketentuan yang berlaku, 3) Kerjasama PD Pasar dengan pihak
ketiga telah memperhatikan kepentingan perusahaan dan sesuai ketentuan yang berlaku, 4) Pengelolaan sumber
daya PD Pasar telah dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi pendapatan dan efisiensi biaya operasional
serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penentuan sifat PDTT yang akan dilakukan pemeriksa harus mempertimbangkan prosedur yang akan dijalankan
dan tingkat keyakinan yang diinginkan pengguna.
Apabila PD Pasar belum memiliki standar yang memenuhi peniaian tujuan tersebut, dan prosedur
pemeriksaan belum disepakati sebelumnya, maka PD Pasar dan BPK bisa menyepakati prosedur
pelaksanaannya. Pemeriksaaan akan bersifat agreed upon procedure.
Apabila PD Pasar sudah memiliki kriteria penilaian tujuan tersebut dan menghendaki tingkat keyakinan
tinggi bahwa pokok masalah telah sesuai dalam semua hal yang material maka dilakukan PDTT yang bersifat
eksaminasi
Namun jika PD Pasar menghendaki tingkat keyakinan yang menengah, maka BPK akan melaksanakan PDTT
yang bersifat reviu.
Sebagian besar pemeriksaan yang dilaksanakan BPK bersifat eksaminasi.
2. Pemeriksaan kinerja a) penilaian atas 3E + rekomendasi; b) uraikan langkah2 penentuan kriteria dan target
kinerja dalam pemeriksaan kinerja! Berikan contoh kriteria2 yang diberikan dan sumbernya (misal PMK,....)
sesuai eselon masing2.
Sesuai dengan juknis penetapan kriteria no 200.002/2011, Tahapan yang perlu dilakukan oleh pemeriksa untuk
menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam pemeriksaan kinerja adalah sebagai berikut:
1. Memahami area kunci dan tujuan pemeriksaan; kriteria
dikembangkan berdasarkan tujuan pemeriksaan (firm audit
objective) yang telah ditetapkan. Sementara, tujuan dan lingkup
pemeriksaan didasarkan pada area kunci yang telah ditentukan.
Oleh karena itu diperlukan pemahaman area kunci dan tujuan
pemeriksaan terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperoleh data dan informasi sehubungan dengan area yang
diperiksa.
2. Mengidentifikasi ketersediaan kriteria yang akan digunakan
berdasarkan hasil pemahaman atas tujuan pemeriksaan;
Identifikasi yang dimaksud adalah dengan mengidentifikasi
terkait kondisi yang mungkin muncul, pertama jika entitas telah
memiliki kriteria sendiri untuk menilai keberhasilan program/
kegiatan, dan kedua jika entitas belum memiliki kriteria yang
sesuai.
3. Jika kriteria telah tersedia, pemeriksa mengidentifikasi sumber
kriteria tersebut, kemudian menguji apakah kriteria tersebut
sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan memenuhi karakteristik
kriteria yang baik;
Pada kondisi objek yang diperiksa telah memiliki kriteria
sendiri, terdapat kemungkinan kriteria yang disusun oleh entitas
berpotensi bias, yang berarti bahwa kriteria yang telah
dikembangkan oleh objek yang diperiksa memiliki standar di atas
kemampuan entitas sehingga sulit untuk dicapai, atau di bawah
kemampuan entitas/standar umum sehingga mudah dicapai.
Apabila entitas belum memiliki kriteria atau kriteria yang ada
belum sesuai dengan karakteristik kriteria yang baik. Beberapa
contoh kriteria yang bersumber dari entitas yang diperiksa antara
lain:
SOP yang dikembangkan oleh entitas, Standar pelayanan minimum yang ditentukan oleh entitas, Dokumen
perencanaan entitas (seperti Renstra atau RKA KL) atau dokumen perencanaan awal (seperti studi kelayakan),
Anggaran yang disusun oleh entitas, Indikator kinerja utama (KPI)
Untuk mengetahui kewajaran dan objektivitas kriteria yang dimiliki oleh entitas, dapat dilakukan dengan
cara membandingkan antara kriteria yang telah dimiliki entitas dengan beberapa hal di bawah ini:

standar yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang---undangan;


pendapat ahli dan organisasi profesional dan institusi penentu standar (lembaga pembuat standar);
kriteria yang telah digunakan pada pemeriksaan sejenis;
kriteria yang digunakan oleh institusi pemeriksa lain; dan
kriteria yang digunakan oleh program/kegiatan sejenis (jika dimungkinkan untuk diperoleh).
Jika telah dilakukan perbandingan, maka pemeriksa dapat menilai kewajaran dan objektivitas kriteria
tersebut dan memutuskan apakah kriteria tersebut akan digunakan dalam pemeriksaan.
Pemeriksa perlu mengembangkan kriteria yang sesuai dengan dengan kondisi objek yang diperiksa bila
kriteria dinilai belum memenuhi karakteristik kriteria yang baik. Tim pemeriksa dapat menggunakan jasa dari
pihak-pihak profesional apabila pemeriksa tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk membuat kriteria.
4. Mengembangkan kriteria pemeriksaan, jika kriteria tidak tersedia atau kriteria yang ada tidak memenuhi
karakteristik kriteria yang baik;
Apabila pada pelaksanaan pemeriksaan kinerja tidak ada suatu standar umum yang dapat digunakan
sebagai kriteria pemeriksaan, maka pemeriksa perlu mengembangkan kriteria yang sesuai dengan tujuan
pemeriksaan. Langkah---langkah yang dapat dilakukan oleh pemeriksa dalam mengembangkan kriteria adalah:
Mempelajari sumber---sumber kriteria dalam rangka pengidentifikasian kriteria yang relevan dan
memadai.
Melakukan studi atau observasi atas operasional entitas. Misalnya, dengan melakukan analisis tren
kinerja tahun---tahun sebelumnya dan membandingkan kinerja entitas yang diperiksa dengan organisasi
lain yang mirip (jenis organisasi maupun ukurannya) atau disebut benchmarking.
Mengomunikasikan hasil pengembangan kriteria tersebut dengan pihak berwenang dari entitas yang
diperiksa
5. Mengomunikasikan kriteria tersebut dengan entitas yang diperiksa; dan
Sebelum pemeriksaan dilaksanakan, pemeriksa harus mengomunikasikan kriteria yang akan digunakan
kepada entitas yang diperiksa. Hal ini dilakukan agar diperoleh kesepahaman antara entitas yang diperiksa
dengan pemeriksa, sehingga nantinya tidak ada penolakan terhadap hasil pemeriksaan. Perlu adanya
kesepakatan antara entitas dan tim pemeriksa, jika ada ketidaksepakatan diantara keduanya, maka tim
pemeriksa perlu melakukan analisa dan mendisuksikan dengan entitas. Fakta dan argumentasi yang
disampaikan oleh entitas yang diperiksa perlu dibandingkan dengan pendapat dari sumber lain yang relevan
(misalnya pendapat ahli). Seiring dengan berjalannya pemeriksaan, pemeriksa dapat menyempurnakan
(mengubah, menambah, atau mengurangi) kriteria. Penyempurnaan ini juga perlu dikomunikasikan dengan
manajemen entitas yang diperiksa.
6. Mengimplementasikan kriteria tersebut dalam program pemeriksaan.
Ketika kriteria telah terbentuk, selanjutnya adalah dengan menggunakan kriteria yang telah disetujui
entitas dan tim pemeriksa dalam kegiatan pemeriksaan.
Contoh pada DJP, sumber:
Lampiran KMK Nomor 29/KMK.01/2014 tentang Penetapan Peta Strategi Dan Indikator Kinerja Utama
Tingkatkementerian Dan Unt Eselon I Di Lingkungan Kementerian Keuangan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja Di Lingkungan
Kementerian Keuangan
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-105/PJ/2012 Pedoman Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak
PERSPEKTIF

BOBOT

PENJELASAN IKU

TARGET

Stakeholder

30%

Jumlah Penerimaan Pajak

Rp 1.110,19 T

Pelanggan

20%

Proses
Internal

20%

Indeks Kepuasan Pengguna Layanan


Presentase Penyampaian SPT melalui e-filling
Persentase Tingkat Kepatuhan Formal WP
Presentase panggilan call center terjawab
Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan DJP
Tingkat efektifitas penyuluhan dan humas
Presentase WP terdaftar

3,94 (skala 5)
100%
70%
81%
71 (skala 100)
71 (skala 100)
40,2%

PERSPEKTIF

Pembelajaran
dan
Pertumbuhan

BOBOT

30%

PENJELASAN IKU

TARGET

Audit Coverage Ratio


Tingkat efektivitas pemeriksaan pajak
Persentase keberhasilan pelaksanaan joint audit
Persentasi hasil penyidikan yang dinyatakan lengkap oleh
Kejaksaan
Presentase pencairan piutang pajak
Indeks Kesehatan Organisasi
Presentase implementasi inisiatif transformasi kelembagaan
Persentase penyelesaian pembangunan dan pengembangan
modul sistem informasi yg dapat dikaitkan dengan Renstra DJP
Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan
Persentase penyerapan anggaran dan pencapaian output belanja

100%
85%
72%
50%
25%
68 (skala 100)
100%
100%
81%
95%

Format Kertas Kerjanya..

3. Pemeriksaan BLU jelaskan penyimpangan yang terjadi pada pengelolaan BLU! (ambil contoh BLU)
Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Aset pada Pusat Pengelolaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno (PPKGBK)
terdiri dari 19 temuan. Temuan pemeriksaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Obyek Kerjasama Pengelolaan Aset Hotel Atlet Century Oleh PPKGBK Dengan PT Lingga Hamparan Krida
(LHK) dan Golf Driving Range Dengan PT Adil Andaru (AA) Tidak Dirinci Secara Jelas
Perhitungan Kontribusi dan Jangka Waktu Perjanjian BOT dan KSO Dibuat Tidak Sama
Pusat Pengelolaaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno Kurang Cermat Dalam Menentukan Atau
Melepaskan Hak Pengelolaan Asetnya Ke Pihak Mitra
Hasil Rapat Negosiasi Antara PPKGBK dengan Kajima Overseas Asia (KOA) Khususnya Mengenai Kontribusi
Variabel Belum Ditindaklanjuti oleh PPKGBK
PT Lestari Bangun Indah Belum Mentaati Sepenuhnya Perjanjian Kerja Sama Yang Dibuat Dengan PPKGBK
Pemberian Perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Oleh Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno
(PPKGBK) Kepada PT Ratu Sayang International (PT.RSI) Belum Memberikan Kontribusi Optimal
Pelaksanaan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Nomor 276 PK/Pdt/2011atas Sengketa Perpanjangan HGB
No. 26/Gelora dan 27/Gelora Berlarut---larut
PPKGBK belum pernah mengevaluasi atas hasil pengadaan dan/atau pembangunan yang dilakukan oleh
Mitra BOT
PPKGBK Belum Konsisten dalam Menerapkan Isi Perjanjian dengan PT. MCM
Penggunaan Gedung Menara Olahraga Senayan (MOS) Lantai 11, 16, 17, 18, dan 19 Belum ada Perikatan
dan Belum Memberikan Kontribusi Kepada PPKGBK
PPKGBK Berpotensi Kehilangan Pendapatan Atas Tertundanya Perjanjian Kompensasi Peniadaan Media
Promosi Luar Ruang di Lingkungan Plaza Senayan

Obyek Kerjasama Pengelolaan Aset Hotel Atlet Century Oleh PPKGBK Dengan PT Lingga Hamparan Krida
(LHK) dan Golf Driving Range Dengan PT Adil Andaru (AA) Tidak Dirinci Secara Jelas
Perhitungan Kontribusi dan Jangka Waktu Perjanjian BOT dan KSO Dibuat Tidak Sama
Pusat Pengelolaaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno Kurang Cermat Dalam Menentukan Atau
Melepaskan Hak Pengelolaan Asetnya Ke Pihak Mitra
Hasil Rapat Negosiasi Antara PPKGBK dengan Kajima Overseas Asia (KOA) Khususnya Mengenai Kontribusi
Variabel Belum Ditindaklanjuti oleh PPKGBK
PT Lestari Bangun Indah Belum Mentaati Sepenuhnya Perjanjian Kerja Sama Yang Dibuat Dengan PPKGBK
Pemberian Perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Oleh Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno
(PPKGBK) Kepada PT Ratu Sayang International (PT.RSI) Belum Memberikan Kontribusi Optimal
Pelaksanaan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Nomor 276 PK/Pdt/2011atas Sengketa Perpanjangan HGB
No. 26/Gelora dan 27/Gelora Berlarut-larut
PPKGBK belum pernah mengevaluasi atas hasil pengadaan dan/atau pembangunan yang dilakukan oleh
Mitra BOT
PPKGBK Belum Konsisten dalam Menerapkan Isi Perjanjian dengan PT. MCM
Penggunaan Gedung Menara Olahraga Senayan (MOS) Lantai 11, 16, 17, 18, dan 19 Belum ada Perikatan
dan Belum Memberikan Kontribusi Kepada PPKGBK
PPKGBK Berpotensi Kehilangan Pendapatan Atas Tertundanya Perjanjian Kompensasi Peniadaan Media
Promosi Luar Ruang di Lingkungan Plaza Senayan
Besaran Nilai Kontribusi Dari PT Terminal Builder Kepada PPKGBK Belum Mengacu Pada Perhitungan Indeks
Inflasi
Besaran Nilai Kontribusi dari PT Amana Jaya Kepada PPKGBK Belum Mengacu pada Perhitungan Indeks
Inflasi
PT. Interland Citra Mandiri (PT.ICM) Terlambat Membayar Penyetoran Kontribusi Tetap dan Kontribusi
Variable Tidak Dikenakan Denda Senilai Rp1.873.000.000,00
PPKGBK Belum Mengenakan Denda Keterlambatan dan Kurang Bayar Pembayaran Sewa Lahan Parkir di
Senayan Trade Center pada PT MKIS Minimal Sebesar Rp163.465.620,00
PPKGBK Belum Mengenakan Denda Keterlambatan Pembayaran Kontrusi Variabel Pada PT Mitra Indotama
Karsajaya Sebesar Rp5.248.693,65 68
BPGBK/ PPKGBK Menerima Pengganti Pengusahaan Areal Tanah Seluas 20 Ha kepada PT KOA Sebesar
USD30.300.000 dan tidak diterima dalam bentuk hibah
namun diperhitungkan dalam kepemilikan saham 10%
Terdapat Tunggakan Pembayaran Sewa Pada Unit V PPKGBK Sebesar Rp286.428.120,00 dan potensi Denda
Keterlambatan Pembayaran sebesar Rp31.836.180,00
Terdapat Selisih Luas Ruangan yang Disewakan Antara Kontrak Perjanjian Dengan Kondisi Fisik dan
Penerimaan Fee Dekorasi dan Fotocopy Aula Gedung Serbaguna Belum Ditetapkan Tarif

4. SPIP jelaskan konsep 3 lines of defense dan perannya serta berikan contoh!
Konsep 3 lines of defense merupakan salah satu bentuk model multiple lines of defense yang banyak digunakan
entitas dalam aktivitas assurance nya. Dengan kesadaran bahwa assurance akan dapat diwujudkan dengan aktivitas
di dalam dan luar organisasi, banyak organisasi yang menerapkan teknik assurance berbentuk layering semacam ini.
Secara umum, konsep 3 lines of defense digambarkan dengan:
THE THREE LINES OF DEFENSE MODEL

Penjelasan dan peran untuk masing---masing line adalah sebagai berikut:


a. The first line of defense merepresentasikan aktivitas pengendalian internal yang dijalankan oleh manajemen
dan seluruh pegawai yang melaksanakan proses bisnis. Aktivitas pada layer ini terdiri dari pengendalian
internal dan pengendalian manajemen (yang mengawasi aktivitas individual). Lini pertahanan ini merupakan
lini pertahanan terpenting dalam mencegah kesalahan, mendeteksi kecurangan, serta mengidentifikasi
kelemahan dan kerentanan, namun dijalankan oleh individu dan manajemen yang bertanggung jawab secara
langsung pada area pengendalian tersebut, sehingga dianggap sebagai line of defense yang paling kurang
independen dan objektif.
Contoh: SOP yang jelas. Dengan demikian, seluruh pimpinan dan pegawai harus memahami dan melaksanakan
dengan sungguh-sungguh tugas dan tanggung jawab pengendalian kegiatan masing-masing.
b. The second line of defense merupakan fungsi pemantauan, merepresentasikan aktivitas assurance lainnya
seperti yang tertera pada gambar. Unit pemantau ini harus memperingatkan lini pertahanan pertama
apabila dijumpai kelemahan pengendalian intern baik dari segi tahapan rancangan sampai dengan tahapan
pelaksanaannya. Tingkat independensi dan objektivitasnya dianggap lebih tinggi dari layer pertama.
Contoh: Dalam konteks pengendalian intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh Unit
Kepatuhan Internal (UKI) yang bertugas memantau pengendalian intern di setiap tingkatan manajemen.
c. The third line of defense adalah fungsi auditor internal entitas, merepresentasikan bentuk assurance yang
paling independen dan objektif. Peran layer ketiga ini melakukan monitoring terhadap aktivitas layer pertama
dan kedua.
Contoh: Dalam konteks pengendalian intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh Inspektorat
Jenderal. Dengan demikian, seluruh organisasi harus memperhatikan dengan seksama rekomendasi
Inspektorat Jenderal untuk peningkatan pengendalian intern dan memperbaiki kekurangan.
5. Reviu LK oleh APIP jelaskan perbedaan reviu LK APIP dengan pemeriksaan keuangan!
KRITERIA
PENGERTIAN

REVIU LAPORAN KEUANGAN


penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma
yang telah ditetapkan (PP 60/2008 SPIP)
Pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan
analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan
untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak ada
modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan
keuangan agar laporan keuangan tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia atau sesuai
dengan basis akuntansi komprehensif yang lain (SPAP)

PEMERIKSAAN KEUANGAN
Pemeriksaan yang bertujuan untuk
memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.

KRITERIA

REVIU LAPORAN KEUANGAN

PEMERIKSAAN KEUANGAN

STANDARD

PMK 41/PMK.09/2010 Tentang Standar Reviu atas Peraturan BPK No. 1 tahun 2007 ttg
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
PMK 9/PMK.09/2015 Tentang Standar Reviu atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
PMK 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu
atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

TUJUAN

Tujuan reviu adalah untuk meyakinkan keandalan


informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan
Memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan
keuangan pemerintah disusun berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai dan disajikan sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan.
membantu terlaksananya konsolidasi dan penyajian
LKPP.
penelaahan atas kesesuaian proses konsolidasi dengan
sistem akuntansi pemerintah dan kesesuaian penyajian
LK dengan SAP.

RUANG
LINGKUP

Memberikan pernyataan opini tentang


tingkat kewajaran informasi, dalam
semua hal yang material, yang disajikan
dalam laporan keuangan pemerintah
berdasarkan SAP / standard yang
berlaku.

WAKTU
Reviu LK dilakukan pada LK unaudited. Dan biasanya
PELAKSANAAN dilakukan selama proses penyusunan LK.

Pemeriksaan laporan keuangan


yang disusun berdasarkan SiAP yang
menghasilkan LRA, Neraca, LAK dan
Catatan atas Laporan Keuangan
Pemeriksaan keuangan dilakukan setelah
LK direviu APIP.

PELAKSANA

APIP

BPK

PENGUJIAN
BUKTI

Tidak mencakup pengujian atas catatan akuntansi, dan Iya


dokumen sumber, serta pengujian atas respon permintaan
keterangan, yang biasanya dilaksanakan dalam suatu audit.
Tidak
Iya

PENGUJIAN
SPI
JENIS OPINI

Keyakinan negatif atau terbatas

Keyakinan Positif

6. Pemeriksaan investigatif jelaskan konsep 5W+1H atau 5W+2H dengan matriks dan berikan contohnya!
(dari juknis pemeriksaan investigatif 2009)
Pada tahapan pra pemeriksaan investigatif, pemeriksa harus melakukan penanganan atas informasi awal.
Informasi yang diperoleh dapat bersumber dari intern BPK seperti: Temuan Pemeriksaan (TP), Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), inisiatif Badan, maupun ekstern BPK seperti permintaan instansi yang berwenang/Instansi
Pemerintah/Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), LHP Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah/SPI, dan laporan/pengaduan masyarakat.
Hasil penanganan atas informasi awal bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where, when,
why, how, and how much). Dalam hal unsur 5W + 2H tidak terpenuhi, maka terdapat keputusan pemeriksaan
investigatif ditentukan sebagai berikut:
a. Tidak cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif karena tidak memenuhi unsur
3W (What, Where, and When) dan indikasi unsur TPKKN
b. Belum cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif karena data pendukung belum lengkap untuk
memenuhi unsur 3W (What, Where, and When) dan indikasi unsur
TPKKN
c. Cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif dalam arti bahwa terpenuhinya unsur 3W (What,
Where, and When) dan beberapa indikasi unsur TPKKN dengan mempertimbangkan materialiyas dari nilai
kerugian negara.
Format matriks dari 5W + 2H adalah sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai