1. Pdtt jelaskan perbedaan sifat dari 3 jenis pdtt dan berikan contohnya!
Berdasarkan penjelasan undang--- undang UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negar, pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan dan pemeriksaan kinerja. PDTT bisa bersifat eksaminasi (pengujian), reviu, atau
prosedur yang disepakati (agreed upon procedures).
KRITERIA
Definisi
EKSAMINASI
Pengujian yang memadai
untuk menyatakan simpulan
dengan tingkat keyakinan
positif bahwa suatu pokok
masalah telah sesuai atau
telah disajikan secara wajar
dalam semua hal yang
material
sesuai
dengan
kriteria.
REVIU
Pengujian yang memadai
untuk
menyatakan
simpulan dengan tingkat
keyakinan negatif bahwa
tidak ada informasi yang
diperoleh pemeriksa dari
pekerjaan yang dilaksanakan
menunjukkan bahwa pokok
masalah tidak sesuai dengan
kriteria dalam semua hal
yang material.
Keluasan
Pekerjaan
Hasil Audit
Tidak Terbatas
Terbatas
Sesuai kesepakatan
Tingkat
Keyakinan
Pemahaman
Entitas
Penilaian
Risiko dan SPI
Penetapan
Kriteria
Pemeriksanaan
Penyusunan
Program
Pemeriksaan
dan Program
Kerja
Perorangan
Oleh pemeriksa
Oleh pemeriksa
Oleh
pemeriksa
berdasarkan
kesepakatan
yang
telah
ditandatangani oleh pemberi tugas
dan auditee.
Contoh:
BPK RI Perwakilan Propinsi Sulawesi Utara melakukan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu atas PD Pasar Kota
Manado Tahun Buku 2012 dan 2013 (Semester I) dan bertujuan untuk menilai apakah: 1) Regulasi pemerintah
telah mendukung penguatan pasar tradisional yang dikelola PD Pasar, 2) Pembentukan PD Pasar dan penyertaan
modal pada PD Pasar telah memadai dan sesuai ketentuan yang berlaku, 3) Kerjasama PD Pasar dengan pihak
ketiga telah memperhatikan kepentingan perusahaan dan sesuai ketentuan yang berlaku, 4) Pengelolaan sumber
daya PD Pasar telah dilakukan dengan memperhatikan optimalisasi pendapatan dan efisiensi biaya operasional
serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penentuan sifat PDTT yang akan dilakukan pemeriksa harus mempertimbangkan prosedur yang akan dijalankan
dan tingkat keyakinan yang diinginkan pengguna.
Apabila PD Pasar belum memiliki standar yang memenuhi peniaian tujuan tersebut, dan prosedur
pemeriksaan belum disepakati sebelumnya, maka PD Pasar dan BPK bisa menyepakati prosedur
pelaksanaannya. Pemeriksaaan akan bersifat agreed upon procedure.
Apabila PD Pasar sudah memiliki kriteria penilaian tujuan tersebut dan menghendaki tingkat keyakinan
tinggi bahwa pokok masalah telah sesuai dalam semua hal yang material maka dilakukan PDTT yang bersifat
eksaminasi
Namun jika PD Pasar menghendaki tingkat keyakinan yang menengah, maka BPK akan melaksanakan PDTT
yang bersifat reviu.
Sebagian besar pemeriksaan yang dilaksanakan BPK bersifat eksaminasi.
2. Pemeriksaan kinerja a) penilaian atas 3E + rekomendasi; b) uraikan langkah2 penentuan kriteria dan target
kinerja dalam pemeriksaan kinerja! Berikan contoh kriteria2 yang diberikan dan sumbernya (misal PMK,....)
sesuai eselon masing2.
Sesuai dengan juknis penetapan kriteria no 200.002/2011, Tahapan yang perlu dilakukan oleh pemeriksa untuk
menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam pemeriksaan kinerja adalah sebagai berikut:
1. Memahami area kunci dan tujuan pemeriksaan; kriteria
dikembangkan berdasarkan tujuan pemeriksaan (firm audit
objective) yang telah ditetapkan. Sementara, tujuan dan lingkup
pemeriksaan didasarkan pada area kunci yang telah ditentukan.
Oleh karena itu diperlukan pemahaman area kunci dan tujuan
pemeriksaan terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan
memperoleh data dan informasi sehubungan dengan area yang
diperiksa.
2. Mengidentifikasi ketersediaan kriteria yang akan digunakan
berdasarkan hasil pemahaman atas tujuan pemeriksaan;
Identifikasi yang dimaksud adalah dengan mengidentifikasi
terkait kondisi yang mungkin muncul, pertama jika entitas telah
memiliki kriteria sendiri untuk menilai keberhasilan program/
kegiatan, dan kedua jika entitas belum memiliki kriteria yang
sesuai.
3. Jika kriteria telah tersedia, pemeriksa mengidentifikasi sumber
kriteria tersebut, kemudian menguji apakah kriteria tersebut
sesuai dengan tujuan pemeriksaan dan memenuhi karakteristik
kriteria yang baik;
Pada kondisi objek yang diperiksa telah memiliki kriteria
sendiri, terdapat kemungkinan kriteria yang disusun oleh entitas
berpotensi bias, yang berarti bahwa kriteria yang telah
dikembangkan oleh objek yang diperiksa memiliki standar di atas
kemampuan entitas sehingga sulit untuk dicapai, atau di bawah
kemampuan entitas/standar umum sehingga mudah dicapai.
Apabila entitas belum memiliki kriteria atau kriteria yang ada
belum sesuai dengan karakteristik kriteria yang baik. Beberapa
contoh kriteria yang bersumber dari entitas yang diperiksa antara
lain:
SOP yang dikembangkan oleh entitas, Standar pelayanan minimum yang ditentukan oleh entitas, Dokumen
perencanaan entitas (seperti Renstra atau RKA KL) atau dokumen perencanaan awal (seperti studi kelayakan),
Anggaran yang disusun oleh entitas, Indikator kinerja utama (KPI)
Untuk mengetahui kewajaran dan objektivitas kriteria yang dimiliki oleh entitas, dapat dilakukan dengan
cara membandingkan antara kriteria yang telah dimiliki entitas dengan beberapa hal di bawah ini:
BOBOT
PENJELASAN IKU
TARGET
Stakeholder
30%
Rp 1.110,19 T
Pelanggan
20%
Proses
Internal
20%
3,94 (skala 5)
100%
70%
81%
71 (skala 100)
71 (skala 100)
40,2%
PERSPEKTIF
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
BOBOT
30%
PENJELASAN IKU
TARGET
100%
85%
72%
50%
25%
68 (skala 100)
100%
100%
81%
95%
3. Pemeriksaan BLU jelaskan penyimpangan yang terjadi pada pengelolaan BLU! (ambil contoh BLU)
Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Aset pada Pusat Pengelolaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno (PPKGBK)
terdiri dari 19 temuan. Temuan pemeriksaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Obyek Kerjasama Pengelolaan Aset Hotel Atlet Century Oleh PPKGBK Dengan PT Lingga Hamparan Krida
(LHK) dan Golf Driving Range Dengan PT Adil Andaru (AA) Tidak Dirinci Secara Jelas
Perhitungan Kontribusi dan Jangka Waktu Perjanjian BOT dan KSO Dibuat Tidak Sama
Pusat Pengelolaaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno Kurang Cermat Dalam Menentukan Atau
Melepaskan Hak Pengelolaan Asetnya Ke Pihak Mitra
Hasil Rapat Negosiasi Antara PPKGBK dengan Kajima Overseas Asia (KOA) Khususnya Mengenai Kontribusi
Variabel Belum Ditindaklanjuti oleh PPKGBK
PT Lestari Bangun Indah Belum Mentaati Sepenuhnya Perjanjian Kerja Sama Yang Dibuat Dengan PPKGBK
Pemberian Perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Oleh Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno
(PPKGBK) Kepada PT Ratu Sayang International (PT.RSI) Belum Memberikan Kontribusi Optimal
Pelaksanaan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Nomor 276 PK/Pdt/2011atas Sengketa Perpanjangan HGB
No. 26/Gelora dan 27/Gelora Berlarut---larut
PPKGBK belum pernah mengevaluasi atas hasil pengadaan dan/atau pembangunan yang dilakukan oleh
Mitra BOT
PPKGBK Belum Konsisten dalam Menerapkan Isi Perjanjian dengan PT. MCM
Penggunaan Gedung Menara Olahraga Senayan (MOS) Lantai 11, 16, 17, 18, dan 19 Belum ada Perikatan
dan Belum Memberikan Kontribusi Kepada PPKGBK
PPKGBK Berpotensi Kehilangan Pendapatan Atas Tertundanya Perjanjian Kompensasi Peniadaan Media
Promosi Luar Ruang di Lingkungan Plaza Senayan
Obyek Kerjasama Pengelolaan Aset Hotel Atlet Century Oleh PPKGBK Dengan PT Lingga Hamparan Krida
(LHK) dan Golf Driving Range Dengan PT Adil Andaru (AA) Tidak Dirinci Secara Jelas
Perhitungan Kontribusi dan Jangka Waktu Perjanjian BOT dan KSO Dibuat Tidak Sama
Pusat Pengelolaaan Komplek Gelanggang Olahraga Bung Karno Kurang Cermat Dalam Menentukan Atau
Melepaskan Hak Pengelolaan Asetnya Ke Pihak Mitra
Hasil Rapat Negosiasi Antara PPKGBK dengan Kajima Overseas Asia (KOA) Khususnya Mengenai Kontribusi
Variabel Belum Ditindaklanjuti oleh PPKGBK
PT Lestari Bangun Indah Belum Mentaati Sepenuhnya Perjanjian Kerja Sama Yang Dibuat Dengan PPKGBK
Pemberian Perpanjangan Hak Guna Bangunan (HGB) Oleh Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno
(PPKGBK) Kepada PT Ratu Sayang International (PT.RSI) Belum Memberikan Kontribusi Optimal
Pelaksanaan Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Nomor 276 PK/Pdt/2011atas Sengketa Perpanjangan HGB
No. 26/Gelora dan 27/Gelora Berlarut-larut
PPKGBK belum pernah mengevaluasi atas hasil pengadaan dan/atau pembangunan yang dilakukan oleh
Mitra BOT
PPKGBK Belum Konsisten dalam Menerapkan Isi Perjanjian dengan PT. MCM
Penggunaan Gedung Menara Olahraga Senayan (MOS) Lantai 11, 16, 17, 18, dan 19 Belum ada Perikatan
dan Belum Memberikan Kontribusi Kepada PPKGBK
PPKGBK Berpotensi Kehilangan Pendapatan Atas Tertundanya Perjanjian Kompensasi Peniadaan Media
Promosi Luar Ruang di Lingkungan Plaza Senayan
Besaran Nilai Kontribusi Dari PT Terminal Builder Kepada PPKGBK Belum Mengacu Pada Perhitungan Indeks
Inflasi
Besaran Nilai Kontribusi dari PT Amana Jaya Kepada PPKGBK Belum Mengacu pada Perhitungan Indeks
Inflasi
PT. Interland Citra Mandiri (PT.ICM) Terlambat Membayar Penyetoran Kontribusi Tetap dan Kontribusi
Variable Tidak Dikenakan Denda Senilai Rp1.873.000.000,00
PPKGBK Belum Mengenakan Denda Keterlambatan dan Kurang Bayar Pembayaran Sewa Lahan Parkir di
Senayan Trade Center pada PT MKIS Minimal Sebesar Rp163.465.620,00
PPKGBK Belum Mengenakan Denda Keterlambatan Pembayaran Kontrusi Variabel Pada PT Mitra Indotama
Karsajaya Sebesar Rp5.248.693,65 68
BPGBK/ PPKGBK Menerima Pengganti Pengusahaan Areal Tanah Seluas 20 Ha kepada PT KOA Sebesar
USD30.300.000 dan tidak diterima dalam bentuk hibah
namun diperhitungkan dalam kepemilikan saham 10%
Terdapat Tunggakan Pembayaran Sewa Pada Unit V PPKGBK Sebesar Rp286.428.120,00 dan potensi Denda
Keterlambatan Pembayaran sebesar Rp31.836.180,00
Terdapat Selisih Luas Ruangan yang Disewakan Antara Kontrak Perjanjian Dengan Kondisi Fisik dan
Penerimaan Fee Dekorasi dan Fotocopy Aula Gedung Serbaguna Belum Ditetapkan Tarif
4. SPIP jelaskan konsep 3 lines of defense dan perannya serta berikan contoh!
Konsep 3 lines of defense merupakan salah satu bentuk model multiple lines of defense yang banyak digunakan
entitas dalam aktivitas assurance nya. Dengan kesadaran bahwa assurance akan dapat diwujudkan dengan aktivitas
di dalam dan luar organisasi, banyak organisasi yang menerapkan teknik assurance berbentuk layering semacam ini.
Secara umum, konsep 3 lines of defense digambarkan dengan:
THE THREE LINES OF DEFENSE MODEL
PEMERIKSAAN KEUANGAN
Pemeriksaan yang bertujuan untuk
memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
KRITERIA
PEMERIKSAAN KEUANGAN
STANDARD
PMK 41/PMK.09/2010 Tentang Standar Reviu atas Peraturan BPK No. 1 tahun 2007 ttg
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
PMK 9/PMK.09/2015 Tentang Standar Reviu atas
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
PMK 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu
atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
TUJUAN
RUANG
LINGKUP
WAKTU
Reviu LK dilakukan pada LK unaudited. Dan biasanya
PELAKSANAAN dilakukan selama proses penyusunan LK.
PELAKSANA
APIP
BPK
PENGUJIAN
BUKTI
PENGUJIAN
SPI
JENIS OPINI
Keyakinan Positif
6. Pemeriksaan investigatif jelaskan konsep 5W+1H atau 5W+2H dengan matriks dan berikan contohnya!
(dari juknis pemeriksaan investigatif 2009)
Pada tahapan pra pemeriksaan investigatif, pemeriksa harus melakukan penanganan atas informasi awal.
Informasi yang diperoleh dapat bersumber dari intern BPK seperti: Temuan Pemeriksaan (TP), Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), inisiatif Badan, maupun ekstern BPK seperti permintaan instansi yang berwenang/Instansi
Pemerintah/Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)/Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), LHP Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah/SPI, dan laporan/pengaduan masyarakat.
Hasil penanganan atas informasi awal bisa dituangkan menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where, when,
why, how, and how much). Dalam hal unsur 5W + 2H tidak terpenuhi, maka terdapat keputusan pemeriksaan
investigatif ditentukan sebagai berikut:
a. Tidak cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif karena tidak memenuhi unsur
3W (What, Where, and When) dan indikasi unsur TPKKN
b. Belum cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif karena data pendukung belum lengkap untuk
memenuhi unsur 3W (What, Where, and When) dan indikasi unsur
TPKKN
c. Cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan investigatif dalam arti bahwa terpenuhinya unsur 3W (What,
Where, and When) dan beberapa indikasi unsur TPKKN dengan mempertimbangkan materialiyas dari nilai
kerugian negara.
Format matriks dari 5W + 2H adalah sebagai berikut: