Di daerah Malawi, Afrika mulai merasakan dampak erosi. Dengan kondisi lahan yang
berlereng, apabila musim hujan tiba terjadi erosi. Erosi yang terjadi mulai dari erosi percik, erosi
alur, hingga erosi massa. Erosi merupakan hilangnya top soil karena limpasan permukaan.
Hilangnya top soil dapat menurunkan kesuburan tanah yang akan berdampak pada produktivitas
tanaman. Hal tersebut ditunjukkan pada produktivitas jagung mereka yang gagal panen..
Bahaya erosi banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering terutama yang memiliki
kemiringan lereng sekitar 15 % atau lebih . Keadaan ini sebagai akibat dari pengelolaan tanah
dan air yang keliru, tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dan tanah. Menurut
Soule dan Piper 1992, (dalam Yakin A, 2004) erosi mempunyai dampak negatif terhadap usaha
pertanian/ perkebunan maupun diluar pertanian. Dampak utama erosi terhadap pertanian adalah
kehilangan lapisan atas tanah yang subur, berkurangnya kedalaman lahan, kehilangan
kelembapan tanah dan kehilangan kemampuan lahan untuk menghasilkan tanaman yang
menguntungkan.
Selain itu, erosi juga dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi, karena banyaknya tanah
yang terangkut. Sehingga hal ini berdampak pada air sungai yang keruh karena banyaknya
partikel tanah yang terangkut oleh air.
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, sehingga hujan dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya erosi. Tingkat kerusakan tanah akibat erosi tergantung pada intensitas dan
jumlah curah hujan, persentase penutupan tanah oleh vegetasi dan sifat fisik tanah.
Dengan semakin tingginya intensitas hujan maka akan semakin banyak proses pelepasan
butiran tanah dari agregatnya melalui erosi percikan (Splash Erosion). Intensitas hujan yang
tinggi mengakibatkan limpasan permukaan akan tinggi pula.
Oleh karena itu, kombinasi antara percikan air hujan dan laju limpasan permukaan
merupakan dua kekuatan yang saling mempengaruhi untuk menyebabkan terjadinya erosi tanah.
Menurut Thamrin dan Hendarto (1992), bahwa semakin tinggi intensitas hujan maka akan
semakin banyak proses pelepasan butiran tanah dari agregatnya melalui erosi percikan (Splash
Erosion). Dengan intensitas hujan yang tinggi maka limpasan permukaan akan tinggi pula. Oleh
karena itu, kombinasi antara percikan air hujan dan laju limpasan permukaan merupakan dua
kekuatan yang saling mempengaruhi untuk menyebabkan terjadinya erosi tanah.
Pada pengelolaan tanah yang berbeda juga menghasilkan tingkat erosi yang berbeda.
Pada lahan yang terdapat banyak pepohonan (hutan) tingkat erosi yang rendah,begitu juga pada
lahan yang tanahnya diolah searah dengan garis kontur. Namun, pada lahan yang tidak dilakukan
pengelolaan seperti lahan yang gundul, tingkat bahaya rosi sangat tinggi.
Setelah terjadi hujan yang intnsitasnya sangat tinggi, dan terjadi erosi, para petani
melakukan perbaikan dengan alat seadanya. Seperti melakukan penyiangan gulma, melakukan
pengolahan tanah kembali, dan membumbun tanah kembali.
Proses erosi meliputi: Hancur atau hilangnya partikel tanah, Pengangkutan perpindahan
partikel tanah ke tempat yang berbeda, pengendapan partikel tanah. Saat terjadi erosi maka
lapisan yang tergerus adalah lapisan tanah A (Top soil yang cenderung humus) sehingga hanya
lapisan tanah B yang keras dan padat yang tidak cocok untuk produktivitas tanaman.
Menurut Kironoto (2000), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi erosi yaitu:
tanah secara perlahan dengan penambahan waktu dan akumulasi intensitas hujan tersebut akan
mendatangkan erosi.
DAFTAR PUSTAKA
Kironoto, B.A. dan Yulistiyanto B., 2000. Diktaat Kuliah Hidralika Transfor Sedimen. PPSTeknik Sipil. Yogyakarta.
Thamrin, M dan T. Hendarto. 1992. Peranan Penataan Lahan dan Tanaman dalam
Pengendalian Erosi Pada Lahan Lithic Troporthent Di Desa Sumber Kembar Blitar.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah. Blitar.
Yakin,Addinul. 2004. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Akademika Presindo. Jakarta