KALAIDOSKOP KINERJA
KONSERVASI TAHUN 2013
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam
Nusa Tenggara Timur
TIM PENYUSUN :
Ir. Wiratno, M.Sc
Maman Surahman, S.Hut, M.Si
Ora Yohanes
Silfiana Nugrahaeni, S.Hut
Natu Agustina Nuban
EDITOR :
Suer Suryadi
KONTRIBUTOR :
Dadang Suryana, S.Hut.T, M.Sc
Elisa Iswandono, S.Pi, M.P
Isai Yusidarta,ST, M.Sc
Wantoko, S.Hut.T
Juna Mardani
Rio Duta Triwijaya
Ardi Ismanto, S.Hut
ii
Kata Pengantar
epanjang tahun 2013 ini Balai Besar KSDA NTT telah mengalami
berbagai peristiwa yang secara umum berkaitan dengan kegiatan
pengelolaan kawasan konservasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Arah dalam menentukan kebijakan pengelolaan ini tentunya sejalan
dengan arah dan strategi konservasi yang dikembangkan berupa
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan potensi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya secara lestari untuk sebesar besarnya
kesejahteraan masyarakat.
Sejalan dengan konsep tersebut kebijakan pengelolaan yang
telah dan perlu terus dikembangkan adalah membangun komunikasi
yang harmonis baik dengan masyarakat maupun stakeholder terkait
dan melakukan berbagai kajian terhadap potensi sumberdaya alam
hayati dan ekosistemnya pada setiap kawasan. Berbagai kegiatan
yang telah dilaksanakan yang harus terus dikembangkan dan patut
diberikan apresiasi setinggi-tingginya adalah ditemukannya sponge
sebagai materi anti cancer di perairan TWL Teluk Kupang oleh Tim
Peneliti dari 3 (tiga) universitas (Universitas Diponegoro, Universitas
Lampung dan Universitas Ryusyu Jepang). Hasil kajian telah
mengidentifikasi 60 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat di TWA
Ruteng serta terinventarisirnya populasi satwa purba Biawak Komodo
(Varanus komodoensis) di sepanjang pantai Flores. Hal menarik adalah
terobosan baru dalam membangun konsep kolaborasi pengelolaan
kawasan konservasi dalam penyelesaian berbagai persoalan melalui
konsep kolaborasi para pihak, khususnya masalah sosial budaya di
TWA Ruteng dan penyelesaian konflik penggunaan lahan di CA Watu
Ata melalui evaluasi fungsi.
iii
iv
Daftar Isi
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar vi
Kalaidoskop Kinerja Konservasi Tahun 2013 Balai BKSDA NTT 1
1.
Pengelolaan Potensi Kawasan 2
Konflik Buaya 3
2.
Fenomena Hotspot di Provinsi NTT 6
3.
Tiga Pilar untuk Kelola TWA Ruteng 9
4.
5.
Komodo ada Dimana-mana 11
6.
Hutan Lindung Pota sebagai Ekosistem Esensial 15
7.
Sponge sebagai Materi Anti Cancer 17
8.
Uji Fitokimiawi Tumbuhan Obat 20
9.
Spirit Kembali ke Lapangan 23
10. Evaluasi Fungsi CA Watu Ata 24
11. Restorasi SM Kateri 25
12. Potret Kesehatan TWA 17 Pulau 27
Penutup 29
Daftar Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dari Kiri ; Kepala Balai Besar KSDA NTT, Bupati Manggarai Timur dan Kepala
Dinas Kehutanan Manggarai Timur Saat Membuka Rapat Koordinasi
Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial HL. Pota di Borong 17
7.
8.
9.
10. Penjelasan Pengelolaan CA. Watu Ata di Kantor DPRD Kabupaten Ngada
oleh Kepala Balai Besar KSDA NTT yang dihadiri oleh Wakil Bupati, Ketua
Dewan dan Anggota, Ketua LAPMAS, Kepala Desa Sekitar CA. Watu Ata,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat 25
11. Kondisi Kawasan SM. Kateri yang perlu di Restorasi 27
12. Keragaman Jenis Ikan Karang di TWA 17 Pulau 28
vi
KALAIDOSKOP KINERJA
KONSERVASI TAHUN 2013
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
10
11
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
12
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
jenis yang sama atau dapat dikelompokkan menjadi dua anak jenis
(sub-spesies). Hal tersebut diperlukan untuk memberikan jawaban
atas keingintahuan kelompok scientist, masyarakat dan khususnya
pemerintah Kabupaten Manggarai Timur. Selain itu, hasil tes DNA itu
merupakan kontribusi penting dalam ilmu biologi dan biogeografi.
Tes DNA Komodo itu menggunakan sampel darah yang telah
diambil pada saat kegiatan survey komodo di tahun 2013. Sampelsampel darah tersebut telah diberikan perlakuan dan disimpan di
Kantor Balai Besar KSDA NTT. Berkaitan dengan hal tersebut, Balai
Besar KSDA NTT bersama dengan KSP meminta bantuan Puslitbang
Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk melakukan
tes DNA di Laboratorium LIPI. Sebanyak 11 tabung sampel darah dari
11 individu komodo di Ontoloe sedang dilakukan pemeriksaan di
Laboratorium LIPI Biologi.
c. Golo Mori dan Tanjung Kerati Mese
Komodo di Golo Mori dan Tanjung Kerati Mese disurvey oleh
KSP, Yayasan Burung Indonesia, dan BBKSDA NTT. Survey di Golo Mori
dilakukan pada tanggal 30 Juni s/d 3 Juli 2013, sedangkan survey di
Tanjung Kerita Mese dilakukan pada tanggal 24 s/d 27 September 2013.
Berdasarkan pengamatan terhadap morfologi (ukuran tubuh
dan pola warna) serta berdasarkan waktu tertangkap kamera
dan pertimbangan jarak dan waktu pergerakan Biawak Komodo,
diperkirakan sekurangnya ada lima ekor Biawak Komodo di hutan
pesisir Desa Golo Mori dan tujuh ekor Biawak Komodo di Tanjung
Kerita Mese, yang terekam oleh kamera. Angka tersebut merupakan
perkiraan minimal berdasarkan rekaman camera trap, sedangkan
untuk perkiraan jumlah Biawak Komodo di lokasi-lokasi tersebut
perlu penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan pengamatan terhadap foto hasil camera trap
menunjukan bahwa pada kedua lokasi kajian itu terdapat Biawak
14
Komodo dari semua ukuran kelas umur, yaitu: anak, remaja dan
dewasa. Biawak Komodo terbesar ditemukan di lembah Lajar,
Desa Golo Mori. Untuk memastikan ukuran dan kelas umur Biawak
Komodo diperlukan penelitian yang lebih mendalam, termasuk
pengukuran secara langsung morfologi Biawak Komodo tersebut.
Hal lain yang menjadi catatan penting dari hasil survey adalah
bahwa kondisi tubuh Biawak Komodo yang dapat terekam oleh
camera trap di pesisir Golo Mori dan di Tanjung Kerita Mese, hampir
seluruhnya dalam kondisi yang ideal. Kondisi tersebut dinilai dari
bentuk dan lingkar pangkal ekor dari masing-masing individu. Biawak
Komodo yang sehat umumnya pangkal ekor mereka relatif bundar
dan padat berisi. Pangkal ekor merupakan tempat penyimpanan
cadangan lemak, sehingga bagian tubuh ini merupakan indikator
kesehatan Biawak Komodo.
15
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
16
Gambar 6. Dari Kiri ; Kepala Balai Besar KSDA NTT, Bupati Manggarai Timur dan
Kepala Dinas Kehutanan Manggarai Timur Saat Membuka Rapat Koordinasi
Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial HL. Pota di Borong
17
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
Gambar 7. Sponge yang ditemukan di Perairan TWL Teluk Kupang, yang belum
teridentifikasi
19
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
20
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
22
23
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
Gambar 10. Penjelasan Pengelolaan CA. Watu Ata di Kantor DPRD Kabupaten
Ngada oleh Kepala Balai Besar KSDA NTT yang dihadiri oleh Wakil Bupati, Ketua
Dewan dan Anggota, Ketua LAPMAS, Kepala Desa Sekitar CA. Watu Ata, Tokoh
Masyarakat, Tokoh Adat
25
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
K AL AIDO S KO P K I N E R J A KO N S E R VA S I TA H U N 2 0 1 3
28
Penutup
Semoga dengan dipublikasikannya Kalaidoskop 2013 BBKSDA
NTT ini, pimpinan di tingkat Jakarta, baik pada level Direktur, Dirjen,
dan Menteri Kehutanan dapat mengetahui secara cepat, tetapi jelas
dan fokus tentang peristiwa-peristiwa dan upaya-upaya konservasi
yang telah dikerjakan dan menjadi prioritas di wilayah kerja BBKSDA
NTT. Bagi masyarakat luas, khususnya yang berada di Provinsi NTT,
diharapkan dapat membantu mendapatkan informasi yang tepat
dari sumber pertama, karena masyarakat berhak mendapatkan
informasi tentang berbagai persoalan maupun potensi sumberdaya
alam di wilayahnya.
Dengan demikian, diharapkan dukungan masyarakat untuk
meningkatkan upaya konservasi tersebut dalam arti luas, menjadi
suatu kesadaran kolektif sebagai syarat untuk membangun suatu
gerakan kolektif. From collective awareness to collective action.
Dengan membangun jaringan kerja kepakaran dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kita ungkap rahasia alam bumi
Nusa Tenggara Timur, baik yang di gunung maupun di bawah laut.
Bekerjasama dengan masyarakat dan pemerintah daerah di berbagai
tingkatannya, kawasan konservasi dapat dijaga dan dikelola secara
bersama, lebih bertanggungjawab, dalam semangat perdamaian
yang didukung oleh nilai-nilai budaya dan kearifan tradisional yang
dimiliki oleh masyarakat di NTT.
29