TUJUAN
Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan bahan kalium
hidroksida (KOH) dan natrium hidroksida (NaOH)
Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen
R1-C-O-K+/Na+
H2C-O-C-R1
H2C-OH
H2C-OH + R2-C-O-K+/Na+
H2C-O-C-R3
H2C-OH
R3-C-O-K+/Na+
(Fessenden, 1999).
Lemak adalah suatu golongan senyawa heterogeneus yang larut dalam pelarut organik
(Winarno, 1991). Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, tetapi larut sempurna dalam
pelarut organik. Lemak mempunyai titik lebur tinggi disebut asam lemak jenuh, sedangkan
lemak cair atau yang biasa disebut minyak mengandung asam lemak tidak jenuh (Poedjiadi,
2007).
III. METODE PERCOBAAN
a. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas beker 50 ml, korek api, spiritus
digunakan sebagai pemanas, pengaduk, spatula, tissue atau kertas saring, corong, tabung
reaksi, gelas arloji, pipet tetes, gelas ukur, dan kertas lakmus.
b. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah minyak kelapa, KOH atau
etanol 10%, aquades, NaCl jenuh, sabun kalium, sabun natrium, deterjen, larutan CaCl2 0,1%,
larutan MgCl2 0,1%, Fe Cl2 0,1%, dan air keran.
c. Cara Kerja
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah 3 ml minyak kelapa
diambil dan dimasukkan kedalam gelas beker 50 ml dan ditambahkan 20 ml KOH atau etanol
10%. Kemudian larutan tersebut dipanaskan dan sambil diaduk-aduk sampai larutan kental
dan liat. Setelah itu, larutan diuji dengan meneteskan hasil reaksi kedalam air biasa. Jika ada
tetesan lemak atau minyak, dan air berubah warnanya menjadi keruh maka sabun telah
terbentuk sempurna. Selanjutnya sebanyak 25 ml akuades ditambahkan kedalam dengan
kalium terbentuk dan diaduk hingga homogen. Kemudian hasil reaksi yang sudah ada
ditambahkan dengan air dibagi menjadi 2 bagian kedalam gelas beker yang berbeda dan
diberi label sebagai sabun kalium dan sabun natrium.
Gelas beker yang telah diberi label sabun natrium, ditambahkan 25 ml NaCl jenuh, larutan
diaduk hingga rata dan kemudian disaring. Padatan yang diperoleh pada kertas saring atau
tissue disebut sabun natrium. Hasil sabun natrium digunakan untuk percobaan selanjutnya.
Setelah itu, 2 ml sabun kalium cair diambil dan dilarutkan pada 20 ml aquades, larutan ini
digunakan untuk percobaan kemampuan sabun sebagai surfaktan dan sifat sabun dan
deterjen. Sedangkan untuk percobaan asam lemak dan sabun, sabun kalium yang digunakan
sabun yang tidak dilarutkan. Kemudian, sabun natrium diambil sebanyak 3 pucuk spatula dan
dilarutkan pada 20 ml aquades. Untuk hasil larutan sabun natrium digunakan sebagai bahan
identifikasi kemampuan sabun sebagai surfaktan, sifat sabun dan deterjen, dan analisis asam
lemak dari sabun.
Dalam percobaan untuk analisis asam lemak dari sabun , hal pertama yang harus
dilakukan adalah minyak kelapa diambil dan diteteskan kedalam gelas arloji, kemudian
ditetesi aseton dan dilihat bagaimana kelarutan minyak terhadap pemberian HCl. Setelah itu,
disiapkan 2 buah tabung reaksi. Masing-masing tabung diisi dengan sabun natrium dan sabun
kalium. Lalu masing-masing sabun ditetesi HCl sebanyak 10 tetes. Setelah penambahan HCl,
larutan diuji pHnyamenggunakan kertas lakmus, apabila larutan telah bersifat masam tidak
perlu ditambahkan HCl lagi. Padatan yang terbentuk dari masing-masing tabung diambil
dengan pengaduk gelas dan dilarutkan dengan aseton, kelarutan dari masing-masing padatan
dalam aseton diamati.
Percobaan terakhir yang dilakukan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat
sabun dan deterjen serta kemampuan sebagai surfaktan. Untuk mengetahui sifat sabun dan
deterjen, yang harus dilakukan yaitu 3 gelas arloji disiapkan, masing-masing gelas arloji
diberi 1 tetes minyak dan dioleskan secara merata. Kemudian, masing-masing lemak pada
gelas arloji dibersihkan dengan sabun kalium, sabun natrium, dan deterjen dan diamati
hasilnya. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan sebagai surfaktan, 12 tabung reaksi
disiapkan. 4 tabung reaksi ditetesi 5 tetes sabun natrium, 4 tabung reaksi lainnya ditetesi 5
tetes sabun kalium, dan sisa 4 tabung reaksi lainnya ditetesi 5 tetes deterjen. Kemudian pada
masing-masing tabung ditambahkan 1 ml CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, Fe Cl2 0,1%, dan air
kran. Kemudian tabung digojok dan diamati hasilnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Pembuatan Sabun Kalium dan Natrium
Jenis Sabun
Wujud
Warna
Sabun Kalium
Cair
Kuning
Sabun Natrium
Padat
Putih
Bau
Menyengat
Tidak menyengat
R1-C-O-Na+
H2C-O-C-R1
H2C-OH
H2C-O-C-R2 + 3NaOH
H2C-OH + R2-C-O-Na+
H2C-O-C-R3
H2C-OH
R3-C-O-Na+
Triasilgliserida
Gliserol
Sabun natrium
H2C-O-C-R1
H2C-OH
R1-C-O-K+
H2C-O-C-R2 + 3KOH
H2C-OH + R2-C-O-K+
H2C-O-C-R3
H2C-OH
R3-C-O-K+
Triasilgliserida
Gliserol
Sabun kalium
Dari reaksi-reaksi diatas dapat diketahui bahwa sabun mengandung terutama C16 dan C18,
namun dapat juga mengadung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah yang
dihasilkan dari reaksi suatu minyak atau lemak dengan alkali. Didalam percobaan ini, natrium
dan kalium yang menghasilkan gliserol dan sabun natrium atau sabun sabun kalium sebagai
produk utama. Dalam proses pembuatan sabun kalium dan natrium, diberi penambahan zat
yaitu KOH atau etanol 10%, NaCl dan aquades. Penambahan KOH dan dipanaskan serta
sambil diaduk. Fungsi dari KOH ini sebagai pelarut yang semakin lama semakin habis
menguap, karena titik didih etanol/KOH yang lebih rendah daripada minyak. Pemanasan
dilakukan untuk mempercepat reaksi, dengan kenaikan suhu maka energi kinetik akan
semakin cepat sehingga reaksi berlangsung lebih cepat. Setelah itu akan terbentuk sabun
kalium. Hasil kesempuranaan saponifikasi dapat dites dengan meneteskan hasil reaksi ke air
biasa, jika semakin sedikit atau tidak ada tetesan lemak didalam air, maka reaksi saponifikasi
berlangsung sempurna. Pada saat pemanasan diberi perlakuan pengadukan, hal ini bertujuan
untuk pembentukan sabun yang terbentuk terjadi secara sempurna homogen. Sabun kalium
yang terbentuk, dibagi menjadi dua dan salah satu hasilnya digunakan untuk pembuatan
sabun natrium. Pembuatan sabun natrium diberi penambahan NaCl jenuh dengan tujuan
untuk memisahkan sabun dari produk sampingan dari reaksi sebelumnya yaitu gliserol.
Setelah itu akan terbentuk padatan setelah dilakukan penyaringan menggunakan tissue.
Padatan yang terbentuk ini merupakan sabun natrium.
Untuk percobaan analisis lemak dari sabun diperoleh hasil bahwa sabun kalium dan
sabun natrium dapat larut dalam aseton, sedangkan minyak tidak dapat larut didalam aseton.
Pada percobaan ini diberi perlakuan kontrol pH menggunakan kertas lakmus. Dimana pH
yang dikehendaki adalah bersifat asam. Suasana asam terjadi karena adanya penambahan HCl
yang berfungsi sebagai pemutus ikatan dan membentuk asam berupa gumpalan padatan yang
akan dianalisir kelarutannya terhadap aseton. Aseton merupakan senyawa yang memiliki sifat
polar. Campuran asam lemak dari sabun kalium dan natrium dapat larut dalam aseton sesuai
dengan asas like dissolve like, yaitu senyawa yang memiliki kemiripan kemolaran akan
saling melarutkan. Pada percobaan diperoleh bahwa sabun kalium lebih cepat larut dalam
aseton daripada sabun natrium, karena K+ lebih mudah lepas dibandingkan Na+. Sehingga
sabun kalium akan lebih cepat larut, sabun natrium juga dapat larut dalam aseton. Minyak
tidak dapat larut dalam aseton karena minnyak memiliki rantai karbon yang panjang yang
bersifat nonpolar. Dalam penambahan HCL terhadap sabun kalium dan natrium, reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Reaksi sabun kalium dengan HCl
R1CO-K+
R1COH
R2CO-K+ + 3HCl
R2C OH
R3CO-K+
R3 COH
Sabun kalium
As. klorida
As. Lemak(endapan)
3 KCl
Kalium klorida
Reaksi
R1CO-Na+
R1COH
R2CO-Na+ + 3HCl
R2C OH
R3CO-Na+
R3 COH
Sabun natrium
As. Klorida
As. Lemak(endapan)
3 NaCl
Natrium klorida
Pada percobaan sifat sabun dan deterjen, minyak kelapa sawit diteteskan digelas arloji
dan kemudian minyak dioleskan merata pada gelas arloji. Kemudian masing-masing arloji
dibersihkan dengan sabun natrium, sabun kaliu, dan deterjen. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan membersihkan atau mengikat lemak dalam masing-masing sabun.
Dengan sabun kalium, hasil yang diperoleh yaitu gelas arloji tidak bersih atau masih terdapat
minyak pada gelas arloji , hal ini karena kalium hanya mampu mengikat sedikit jumlah lemak
yang ada. Sdangkan sabun natrium dan deterjen mampu membersihkan gelas arloji, karena
mampu mengikat lemak lebihh banyak. Deterjen dan sabun natrium mengemulsi butiran
minyak atau lemak karena adanya ekor lifofilik dari molekul sabun dan deterjen yang larut
alam zat nonpolar. Selain itu juga karena ujung anion molekul sabun tertarik. Pada percobaan
ini, yang paling bagus dan bersih dalam membersihkan minyak pada gelas arloji adalah
deterjen. Deterjen mampu membersihkan minyak dengan baik karena deterjen memiliki sifat
dapat mengemulsi lemak secara sempurna, yaitu bagian nonpolar dari ujung-ujung
hidrokarbon pada deterjen mengelilingi tetesan minyak secara merata. Pada percobaan ini
terjadi anomali karena sabun natrium lebih mampu membersihkan gelas arloji dibandingkan
dengan sabun kalium. Seharusnya sabun kalium lebih baik dibandingkan dengan sabun
natrium karena sabun kalium merupakan sabun lunak sehingga memiliki kemampuan
melarutkan lemak daripada sabun natrium yang berupa padatan.
Pada percobaan terakhir adalah menguji kemampuan sebagai surfaktan(efek ion-ion
sadah). Ion-ion sadah terdapat pada air sadah. Air sadah merupakan air yang mengandung
iion Ca2+ atau Mg2+. Pada percobaan ini, tiap larutan sabun kalium, sabun natrium, dan
deterjen ditambahkan larutan CaCl2 0,1%, MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, dan air kran. Penambah
ini bertujuan untuk membentuk efek ion sadah pada larutan. Fenomena yang teramati pada
penambahan larutan CaCl2 , terhadap kalium membuat warna tetap bening dan terdapat
endapan. Fenomena ini sesuai dengan teori karena sabun kalium tidak dapat bekerja efektif
pada air sadah, sehingga akan menimbulkan endapan anion karboksilat dari sabun. Pada
penambahan larutan MgCl2 ,warna larutan menjadi keruh dan ada endapan, dan untuk
penambahan FeCl2 warna menjadi kuning, keruh, dan terdapat endapan. Hal ini sesuai dengan
teori dimana adanya endapan yang terbentuk. Untuk penambahan air keran, larutan menjadi
keruh dan tidak ada endapan, hal ini terjadi karena air keran tidak mengandung ion sadah
sehingga tidak menimbulkan endapan.
Penambahan larutan CaCl2 terhadap sabun natrium menjadikan warna bening dan ada
endapan. Hal ini membuktikan bahwa anion karboksilat pada sabun natrium dapat
membentuk endapan dengan kation divalent air sadah berupa NaCl. Penambahan larutan
MgCl2 juga menghasilkan hasil yang sama, yaitu warna bening dan ada endapan.
Penambahan larutan FeCl2 menghasilkan warna kuning, bening, dan ada endapan. Hal ini
membuktikan bahwa sabun akan membentuk endapan ketika bereaksi dengan ion-ion yang
menjadikan air sadah, yaitu Ca2+, Mg2+, dan Fe2+. Pada penambahan air keran, warnanya
keruh dan ada endapan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada.
Penambahan larutan CaCl2 terhadap deterjen menjadikan warna keruh, dan tidak ada
endapan. Hal ini sesuai dengan teori karena sisi anion dari deterjen yaitu alkil sulfat dan alkil
sulfanoat tidak dapat membentuk endapan dengan kation Ca 2+. Penambahan MgCl2
membuktikan bahwa deterjen dapat bekerja dengan baik pada air sadah, karena dengan
ditambah ion Mg2+ deterjen tidak membentuk endapan dan warnya menjadi keruh.
Penambahan FeCl2 menujukkan warna menjadi kuning, bening, dan tidak ada endapan. Hal
ini membuktikan bahwa deterjen tidak bereaksi dengan ion sadah dalam membentuk endapan
sehingga deterjen dapat bekerja secara efektif. Pada penambahan air keran, larutan menjadi
keruh dan terdapat endapan.
Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada pengujian kemampuan sabun sebagai
surfaktan(efek-efek ion sadah) adalah sebagai berikut:
R C O H + + K+
R C OH+ + Na+
V. KESIMPULAN
1. Proses saponifikasi merupakan proses pembentukan sabun menggunakan bahan awal
lemak dan basa. Saponifikasi menggunakan KOH dan NaOH sehingga membentuk
sabun kalium dan sabun natrium.
2. Deterjen lebih memiliki kemampuan membersihkan minyak dan kotoran tanpa
dipengaruhi oleh kesadahan air sedangkan sabun tidak dapat bekerja pada air sadah.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, and Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta.
Fessenden, and Fessenden. 1999. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Permono, A. 2002. Membuat Deterjen Cair. Penebar Swadaya, Jakarta.
Poedjiadi, A. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia, Jakarta.
Salomon, and R. Michael. 2004. Consumer Behaviour : buying, having and being.
New Jersey: Pearson education.
1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustka Utama, Jakarta.