GASTRITIS EROSIF
Penyusun:
dr. Resti Akmalina
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk-Nya, akhirnya dengan ini saya dapat
menyelesaikan Laporan Kasus sesuai pada waktu yang telah ditentukan.
Tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai salah satu kegiatan yang saya
lakukan dalam Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) di RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor Tanah Bumbu yang kemudian dipresentasikan.
Semoga dengan dibuatnya laporan ini dapat memberi manfaat bagi siapapun
yang membutuhkan informasi khususnya dalam topik Gastritis Erosif.Kritik dan saran
yang membangun kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Sepunggur, Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung. Gastritis bukan penyakit
tunggal, lebih tepatnya suatu kelompok penyakit yang mempunyai perubahan
peradangan pada mukosa lambung yang sama tetapi ciri-ciri klinis, karakteristik
hisologis dan patogenesis yang berlainan. Bentuk gastritis akut yang paling dramatis
adalah gastritis erosif akut. Istilah ini mencerminkan perdarahan dari mukosa lambung.
Hampir selalu ditemukan pada gastritis bentuk ini dan kehilangan integritas yang
karakteristik dari mukosa lambung yang menyertai lesi peradangan.
Erosi lambung dan tempat perdarahan dapat tersebar secara difus ke seluruh
mukosa lambung atau setempat pada korpus atau antrum lambung.Erosi sering terletak
linier pada puncak lipatan mukosa.Pada sebagian besar kasus inflamasi gaster tidak
berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis pasien.Sebaliknya, keluhan dan gejala
klinis pasien berkorelasi positif dengan komplikasi gastritis.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1
IDENTITAS
No RM
Nama
Umur
Pekerjaan
Agama
Alamat
Masuk RS tanggal
: 06.86.60
: Tn. MA
: 52 tahun
: Wiraswasta
: Islam
: Satui
: 17 April 2014
2.2
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA
:
BAB berwarna hitam sejak 4 hari yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
:
Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan BAB hitam sejak 4 hari.Kotoran
berwarna hitam pekat seperti aspal dengan frekuensi 1 kali sehari, konsistensi tidak
cair, dan baunya seperti biasa.Pasien merasa mual terus menerus disertai rasa sakit pada
daerah ulu hati, sakitnya terasa pedih dan bertambah nyeri saat makan sesuatu, namun
pasien menyangkal adanya muntah.Badan terasa lemas secara keseluruhan.Pasien
juga menyangkal adanya gangguan pada saat BAK.
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kanan dan kiri yang dirasa sejak 1 tahun
SMRS. Pasien sering mengkonsumsi obat anti nyeri yang dibeli dari warung tanpa
resep dokter untuk mengurangi gejala nyeri (nama obat tidak tahu). Pasien juga
sering mengkonsumsi jamu pegal linu.Pasien merokok kurang lebih 1 bungkus per
hari dan terbiasa mengkonsumsi kopi.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Pasien sering mengalami nyeri ulu hati, namun tidak disertai BAB warna hitam.
Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis (diabetes mellitus) sebelumnya. Keluhan
darah tinggi (hipertensi), hiperkolesterolemia ataupun hiperuricemia tidak diketahui
pasien karena belum pernah periksa sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT PADA KELUARGA
:
Belum pernah ada keluarga pasien yang mengalami sakit seperti ini.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
Pasien sering minum obat-obatanantinyeri dari warung tanpa resep dokteruntuk
mengurangi rasa sakit pada persendian dan sakit kepala.Pasien sering mengkonsumsi
jamu pegal linu, merokok 1 bungkus per hari dan minum kopi.
Pasien menyangkal bahwa dirinya sedang memiliki masalah serius yang bernilai
stress.Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, minuman bersoda sangat jarang.
2.3.
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum : Sakit sedang
Kesadaran :Compos Mentis
Tanda Vital
TD
: 140/90 mmHg
HR
: 80 kali/menit
RR
: 20 kali/menit
Suhu
: 36.6C
2.4
STATUS GENERALIS
Kepala
: Normocephal
Mata
: Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (+/+)
Hidung
: Epistaksis (-/-)
Mulut
: Tidak kering, sianosis (-)
Telinga
: Normal
Leher
: Tidak ada pembesaran KGB
2.5
STATUS LOKALIS
Dada
Paru
: Inspeksi: Normochest, tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada bagian dada yang tertinggal saat bernapas.
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler di kedua lapang paru.
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
2.6
Laboratorium
Tanggal 17 April 2014,
Pemeriksaan
HEMATOLOGY
Hematologi Rutin
Haemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kimia Darah
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
BUN
GDS
Tanggal 20 April 2014,
Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Haemoglobin
Tanggal 25 April 2014,
Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Haemoglobin
2.7
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
7.1
22
3.14
8200
355
13.5 - 18
40 - 48
4.5 - 6.2
5000 - 11000
150 - 440
gr %
%
juta/ mm3
/mm3
ribu/ mm3
19
17
42
0.9
19.63
99
<37
<42
10 - 50
0.6 1.1
4.7 23,4
70 199
U/L
U/L
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
8.8
13.5 - 18
gr %
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
10,1
13.5 - 18
gr %
EKG
Tanggal 19 April 2014,
DIAGNOSA
Diagnosa Kerja
Diagnosa Banding
2.9
2.10
2.11
PROGNOSA
Ad vitam
Ad sanasionam
Ad fungsionam
2.12 FOLLOW UP
Tanggal
S
17-4-2014
BAB hitam,
(IGD)
Hari I
: dubia ad bonam
: dubia
: dubia ad bonam
Melena ec
P
IVFD RL 20 tpm
gastritis
erosif
muntah (-),
badan lemas
Mata: CA +/+, SI -/-
Inj. Pantoprazol 1
vial / 24 jam iv
Abd:
nyeri
tekan
epigastrium (+)
Pemeriksaan darah
rutin
Periksa kimia
darah : GDS,
Ureum, Creatinin,
SGOT, SGPT
TD: 140/90 mmHg
19-4-2013
BAB hitam
berkurang,
Hari III
Melena ec
Mata: CA +/+, SI -/-
IVFD RL 18 tpm
gastritis
erosif
Inj. Pantoprazol 1
vial / 24 jam iv
Redacid 2x1 C
EKG
TD: 150/90 mmHg
24-4-2014
BAB hitam
(-), nyeri ulu
Hari VII
hati (+)
berkurang,
mual (-)
Melena ec
Mata: CA +/+, SI -/Abd: nyeri tekan
epigastrium (+)
IVFD RL 18 tpm
gastritis
erosif
Inj. Pantoprazol 1
vial / 24 jam iv
Redacid 2x1 C
BAB hitam
(-), nyeri ulu
Hari X
Melena ec
Mata: CA +/+, SI -/-
Boleh pulang
gastritis
erosif
Th/:
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gastritis Erosif
3.1. Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa
lambung yang dapat bersifat akut, kronis dan difus atau lokal.Gastritis erosif bila terjadi
kerusakan mukosa lambung yang tidak meluas sampai epitel.Gastritis merupakan
penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak dan merupakan respon mukosa
terhadap berbagai iritan lokal.Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan), kafein,
alkohol, dan aspirin merupakan pencetus yang lazim.Infeksi Helicobacter pylori lebih
sering diangap penyebab gastritis akut.Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non
steroid (OAINS), sulfonamid, steroid juga diketahui menggangu sawar mukosa
lambung.
3.2. Etiologi dan Patogenesis
a. Helicobater pylori
Individu sehat dibawah umur 30 tahun mempunyai angka prevalesi koloni H.
Pylori pada lambung sekitar 10 %.Kolonisasi meningkat sesuai umur, pada mereka yang
berumur lebih dari 60 tahun mempunyai tingkat kolonisasi sesuai umur mereka.H.
pylori merupakan basil gram-negatif, spiral dengan flagel multipel lebih menyukai
lingkungan mikroaerofilik. H. Pylori tidak menyerang jaringan, menghuni dalam gel
lendir yang melapisi epitel. H. pylori mengeluarkan urease yang memecah urea menjadi
amnion dan CO2 sehingga lingkunganakan menjadi basa dan kuman terlindungi
terhadap faktor merusak dari asam lambung. Disamping itu, kuman ini membentuk
platelet activating faktor yang merupakan pro inflamatory sitokin. Sitokin yang
terbentuk mempunyai efek langsung pada sel epitel melalui ATP-ase dan proses
transport ion.
b. OAINS dan Alkohol
OAINS dan alkohol merupakan zat yang dapat merusak mukosa lambung
dengan merubah permeabilitas sawar epitel, sehinga memungkinkan difus balik asam
klorida yang mengakibatkan kerusakan jaringan terutama pembuluh darah.Zat ini
menyebabkan perubahan kualitatif mukosa lambung yang dapat mempermudah
Laporan Kasus | Gastritis Erosif
terjadinya degradasi mukus oleh pepsin.Mukosa menjadi edem, dan sejumlah besar
protein plasma dapat hilang.Mukosa kapiler dapat rusak mengakibatkan perdarahan
interstisial.Mukosa antrum lebih rentan terhadap difusi balik dibanding fundus sehinga
erosif sering terjadi di antrum. Difusi balik ion H akan merangsang histamin untuk lebih
banyak mengeluarkan asam lambung, timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung.
c. Stress Ulkus
Istilah ulkus stress digunakan untuk menjelaskan erosi lambung yang terjadi
akibat stress psikologis atau fisiologis yang berlangsung lama. Bentuk stress dapat
bermacam-macam seperti: syok hipotensif,
hipoksia, luka bakar hebat (ulkus Curling), atau trauma serebral (ulkus Cushing).
Gastritis erosif akibat stress memiliki lesi yang dangkal, ireguler, menonjol
keluar, multiple. Lesi dapat mengalami perdarahan lambat menyebabkan melena, dan
seringkali tanpa gejala.Lesi ini bersifat superficial. Ulkus stress dibagi menjadi 2. Ulkus
cushing karena cedera otak ditandai oleh hiperasiditas nyata yang diperantarai oleh
rangsang vagus dan ulkus curling dan sepsis ditandai oleh hipersekresi asam lambung.
Sebagian besar peneliti setuju bila iskemia mukosa lambung adalah faktor etiologi
utama yang menyebabkan terjadinya destruksi sawar lambung dan terbentuk ulserasi.
3.3. Gambaran Klinis
Secara umum pasien gastritis erosif mengeluh dyspepsia.Dyspepsia adalah suatu
sindrom/kumpulan gejala berupa mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa
terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Secara umum dyspepsia dibagi
menjadi empat yaitu: dyspepsia akibat tukak, dyspepsia akibat gangguan motilitas,
dyspepsia akibat refluks dan dyspepsia tidak spesifik. Pada dyspepsia gangguan
motilitas, keluhan yang paling menonjol adalah perasaan kembung, rasa penuh ulu hati
setelah makan, cepat merasa kenyang disertai sendawa.Pada dyspepsia akibat refluks,
keluhan yang menonjol berupa nyeri ulu hati dan rasa seperti terbakar, harus
disingkirkan adanya pasien kardiologis.Pasien tukak memberikan ciri seperti nyeri ulu
hati, rasa tidak nyaman, disertai muntah.Rasa sakit gastritis erosif timbul setelah makan,
berbeda dengan ulkus duodenum yang lebih enak setelah makan.Walaupun demikian,
rasa nyeri saja tidak cukup menegakkan gastritis erosif, selain itu dapat terjadi juga
perdarahan atau perforasi.
Laporan Kasus | Gastritis Erosif
3.4. Diagnosis
Diagnosis
gastritiserosif
ditegakkan
berdasarkan
pengamatan
klinis,
pemeriksaan penunjang (radiologi dan endoskopi), dan hasil biopsy untuk pemeriksaan
kuman H. pylory.Pemeriksaan endoskopi memudahkan diagnosis tepat erosif.Dengan
endoskopi memungkinkan visualisasi dan dokumentasi fotografik sifat ulkus, ukuran,
bentuk
dan
lokasinya
penyembuhan.Pada
dan
dapat
pemeriksaan
menjadi
radiologi
dasar
referensi
didapatkan
untuk
gambaran
penilaian
niche
atau
crater.Pemeriksaan tes CLO/PA untuk menunjukkan apakah ada infeksi H. pylori dalam
rangka eradikasi kuman.
3.5. Terapi
Terapi
pada
gastritis
erosif
terdiri
dari
terapi
non-medikamentosa,
10
c. Tindakan invasif
Tindakan invasif saat ini frekuensinya menurun akibat keberhasilan terapi
medikamentosa.Prosedur invasif yang dilakukan pada ulkus gaster pada ulkus
refrakter, darurat karena komplikasi perdarahan dan perforasi, dan sangkaan
keganasan. Tindakan invasif terdiri dari prosedur berikut:
1
Terapi endoskopi
a Injeksi : penyuntikan submukosa sekitar titik perdarahan dengan
adrenalin (1:10000) sebanyak 0,51 ml/suntik dengan batas 10 ml atau
11
12
BAB IV
KESMIPULAN
1. Berdasarkan anamnesis ditemukan keluhan utama BAB kehitaman yang
menandakan adanya perdarahan saluran cerna bagian atas. Adanya riwayat
pasien sering minum obat-obatan warung bila merasa tidak enak badan yang
terus menerus dapat menyebabkan erosif lambung sehingga pasien ini dapat
dicurigai menderita gastritis erosif.
2. Untuk menegakkan diagnosa pasti disarankan untuk endoskopi.
3. Terapi yang diberikan untuk gastritis erosif berupa
Omeprazole dengan memblokir enzim K+H+- ATP ase yang akan
memecah K+H+- ATP menjadi energi yang digunakan sel parietal untuk
mengeluarkan asam lambung
Asam tranesamic yang mempunyai aktivitas antiplasminik dengan
menghambat aktivitas dari plasminogen dan plasmin. Secara klinis
mempunyai
efek
mengurangi
perdarahan,
dari
berkurangnya
sukrosa
waktu
oktasulfat
dan
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid I.
2006. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2. Tjahyono W. Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Djumhana A. Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. Bandung: Universitas
Padjajaran.
4. Management of Acute Upper and Lower Gastrointestinal Bleeding: A national
clinical guideline. 2008. Edinburgh: Scottish Intercollegiate Guideline Network.
5. Barkun A, Bardou M, dkk. Consensus Recommendations for Managing Patients
with Nonvariceal Upper Gastrointestinal Bleeding. Ann Intern Med 2013; 139:
843-857.
14