Diterbitkan oleh :
Korps Mahasiswa Hubungan Internasional
Buletin
A
F
R
I
S
I
Fokus I .4
Penenggelaman Kapal Illegal Dan Strategi Pertahanan Maritim
Indonesia: Sebuah Analisis
Fokus II ... 6
Melampaui Batas Negara Hingga ke Australia, Kapal Nelayan
Ditenggelamkan
Analisa.....11
8 Fakta Kelautan Indonesia
Jurusan HI ..12
Info-info dari Jurusan
Resensi 12
Sinopsis Film All the Presidents Men
Sastra ..13
Ketika Cinta Mengabdi
K-Gallery 14
Alamat Redaksi:
Sekretariat KOMAHI UMYGedung Ki Bagus HadikusumoLt. 2 UMYRingroad Barat,
Tamantirto,Kasihan, Bantul,Yogyakarta,
55183
INTERNATINAL
Beranda Redaksi
Assalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah,
Buletin edisi ke-41 sekaligus me-rupakan
buletin pertama yang kami ter-bitkan dalam periode kepengurusan 2014-2015 ini dapat kami hadirkan di hadapan pembaca. Sebuah perjalanan yang
cukup panjang bagi sebuah karya jurnalistik berupa buletin sejak dirintis pertam
akali dari edisi 1.Namun sebelum berbicara lebih
jauh, tentunya hal ini tidak bisa terwujud tanpa ridha dari AllahSWT yang senantiasa memberikan
kita nikmat sehat, dan nikmat ilmu sehingga kita
bisa men- jalani aktivitas kita sehari-hari.
Tak lupa juga kita mengirimkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW.Buletin ini hadir sekaligus merangkap denganedisi Spesial MATAF, sehingga buletin ini hadir
secara online. Pada edisi kali ini kami mengangkat
tema
Penenggelaman Kapal Illegal oleh Joko Widodo
, buletin edisi 41 ini terinspirasi dari banyaknya
kebijakan baru yang di ambil oleh presiden kita
yang terhormat, dan perlu kita kaji lebih lanjut
baik dan buruk dari sikap yang beliau keluarkan.
Demikian pengantar dari Redaksi.
Wassalamualaikum warahamatullahi wabarakatuh
RELATIONS
NEWS
Fokus I
Penenggelaman Kapal Illegal Dan Strategi Pertahanan
Maritim Indonesia: Sebuah Analisis
Oleh : Diah Sulung Syafitri & Rasyid (Pers Mahasiswa Korps Mahasiswa Hubungan Internasional UMY)
Beberapa bulan terakhir, Indonesia menjadi sorotan dunia karena kebijakan tegasnya dalam
menenggelamkan kapal-kapal illegal yang masuk perairan Indonesia. Sejak pertama kali Doktrin Jokowi
ini diterapkan, banyak pihak yang kemudian mengkaji ulang konsep pertahanan maritim Indonesia. Ada
yang berkomentar puas, ada pula yang berkomentar pedas. Di satu sisi, kebijakan Jokowi dinilai telah
sejalan dengan komitmen Poros Maritim Dunia yang disuarakan di forum Asia-Pasific Economy
Cooperation (APEC), November 2014 lalu. Ketegasan sikap ini diyakini sebagai permulaan bagus untuk
menegakkan law enforcement dan menjadikan Indonesia disegani negara lain. Lebih jauh, tindakan tegas ini
juga akan mampu melindungi kekayaan alam Indonesia dari jarahan negara asing. Namun, di lain pihak,
tindakan penenggelaman kapal asing illegal ini disinyalir akan mengundang bibit-bibit konflik kawasan.
Malaysia dan Filipina adalah dua negara yang gencar melakukan aksi protes terhadap kebijakan Jokowi ini.
Seyogyanya, tindakan penenggelaman kapal asing illegal ini bukan hal baru bagi Indonesia.
Pedoman ini bahkan telah termaktub sejak tahun 2009 pada UU Tentang Perikanan (Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan, 2009), dimana pasal 69 ayat 4 menyatakan
bahwa:
....penyidik dan/atau pengawas perikanan dapat melakukan tindakan khusus berupa pembakaran
dan/atau penenggelaman kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang
cukup.
Dalam kajian Diplomasi Pertahanan, tindakan Indonesia dinilai sebagai bentuk Deterrence Effect
dari diplomasi koersif. Deterrence Effect merupakan daya tangkal terhadap pelanggaran wilayah yang
dapat merugikan dan mengancam kedaulatan negara. Setiap negara memang memiliki hak untuk
melindungi wilayah kedaulatannya masing-masing dengan cara-cara yang disepakati secara hukum. Dan
setiap negara wajib saling menghormati hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan. Nampaknya, ini
yang menjadi pedoman Jokowi ketika menginstruksikan kebijakan penenggelaman kapal ini. Kecuali, ada
hubungan bilateral yang mengikat 2 negara terkait, sehingga ada dispensasi-dispensasi khusus terhadap
hukum yang berlaku. Contohnya, Indonesia dan Malaysia memiliki Memorandum of Understanding (MoU)
tentang perlakuan terhadap nelayan yang disepakati di Bali, 27 Januari 2012.
Masing-masing negara menyepakati tindakan pencegahan dengan detail, yang diatur pada pasal 3 poin B,
sebagai berikut:
Inspection and request to leave the area shall be conducted promptly towards all fishing boats,
except for those using illegal fishing gears, such as explosives, electrical, and chemical fishing
gears.
Notification on the inspection and request to leave the area shall be reported promptly to Focal
Points; and
Conducing an open and direct communication among the maritime law enforcement agencies of the
Parties promptly and expeditiously.
Fokus II
Melampaui Batas Negara Hingga ke
Australia,
Kapal Nelayan Ditenggelamkan
IRN, Yogyakarta -
news.metrotvnews.com,
pihak
Australia
selama
Pada tahun 2012 contohnya, tiga kapal awak kapal terlebih dahulu ke atas kapal milik
nelayan milik Warga Negara Indonesia (WNI) otoritas keamanan Australia.
ditangkap karena berlayar di perairan Australia.
bertanggung
jawab
dibawah
otoritas
AFMA
Barat
(YPTB)
mengatakan
bahwa
tiga
kapal
nelayan
Vietnam
yg
Beliau juga menyampaikan melalui siaran pers yang diterima Media Indonesia, pada Rabu
(10/12/2014) bahwa banyak nelayan-nelayan Indonesia yang ditahan dan menjalani hukuman di Australia
atas tuduhan pelanggaran batas.
Kalaupun mereka memasuki wilayah perairan Australia, mestinya aparat keamanan mengembalikan
mereka ke Indonesia. Mereka nelayan-nelayan kecil, bukan beroperasi dengan kapal-kapal raksasa mencuri
ikan ujarnya. Memang, nelayan-nelayan tersebut menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari.
Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Muhammad Fauzan Al Ammari pun turut memberikan komentar terhadap kasus tersebut.
Ditemui pada Minggu (04/01/2015), Beliau beranggapan bahwa pemberlakuan aturan tersebut dapat
memberikan efek dimana nelayan yang sudah pernah ditangkap akan berusaha menjauhi wilayah perbatasan
agar tidak kembali melanggar.
Tapi dibalik kasus ini hal yang perlu kita soroti ialah kondisi kapal nelayan di Asia Tenggara yang
termasuk bersistem kapal tradisional yang mengandalkan alam untuk menentukan arah. Ujarnya. Menurut
beliau, program modernisasi kapal nelayan mestinya diberlakukan. Tujuannya yaitu untuk mempermudah
kapal dan mempergunakan fasilitas navigasi nelayan Indonesia sehingga dapat mempermudah nelayan
Indonesia agar tidak melanggar perbatasan wilayah.
Dibandingkan dengan menghancurkan kapal nelayan Indonesia, ada baiknya Australia
memasangkan teknologi navigasi dan peringatan dini jika kapal nelayan melanggar batas, sehingga mereka
akan berbalik arah. Tambahnya.
Wawancara Utama
MENENGGELAMKAN KAPAL ASING JANGAN HANYA SHOCK THERAPY
Presiden Jokowi telah menginstruksikan kepada Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
(Menkopolhukam) untuk mengeksekusi penenggelaman tiga kapal asing asal Vietnam yang mencuri ikan di perairan
Natuna, Kepulauan Riau. Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menenggelamkan kapal tangkap nelayan asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia tak lagi bisa diprotes karena hal ini adalah merupakan bagian dari bentuk peneguhan
kedaulatan Indonesia. Berikut petikan wawancara eksklusif dengan Sugeng Riyanto, S.IP, M.Si., dosen Hubungan
Internasional mengenai kebijakan tersebut.
Bagaimana pendapat Bapak mengenai kebijakan Jokowi menenggelamkan kapal-kapal ilegal dari negara asing
yang masuk ke perairan Indonesia?
Menurut saya ada tiga point mengenai kebijakan tersebut, yaitu:
Jika kebijakan tersebut dipahami sebagai kebijakan luar negeri maka tindakan atau apapun yang berasal dari luar,
dasarnya adalah kepentingan nasional.
Sebuah kebijakan selalu didasarkan pada pertimbangan untung rugi. Apakah kebijakan itu berbenturan atau tidak
dengan tata kelola perikanan. Kalau kemudian dipahami sebagai sebuah shock therapy yang juga harus
dipahami negara kita adalah kemampuan setelah menggertaknya, karena gertakan tersebut tentu saja akan
menimbulkan reaksi, yaitu reaksi dari luar. Karena ketika Indonesia, katakanlah, menenggelamkan kapal-kapal
dari China, Thailand, Vietnam dan lain lain, saya pikir berita itu akan sampai terdengar ke pemerintah negara
tersebut.
Kalau itu memang merupakan sebuah kebijakan yang serius, maka tentu saja akan ada continuity dari kebijkan itu.
Itu bukan sekedar shock therapy tetapi memang merupakan kegiatan yang well plan yang benar betul-betul
terencana dan terukur. Permasalahannya apa? Kepentingannya apa? Tindakannya apa? Lalu evaluasinya seperti
apa?, mestinya itu merupakan suatu tindakan yang terukur. Dan jika itu terukur, saya pikir itu tidak masalah,
toh isu potensi kekayaan laut Indonesia memang sudah terkenal di mata dunia.
Dilihat dari segi politik luar negeri, apakah kebijakan tersebut akan memperburuk hubungan antar negara?
Secara sekilas tentu saja akan berdampak, tetapi kalau kemudian rezim atau pemerintahan Jokowi bisa menempatkan
itu dalam kerangka aturan yang berlaku, saya pikir tidak juga. Hanya memang kapal-kapal yang ditenggelamkan
belum begitu signifikan. Sebagai langkah awal saya pikir itu bagus, karena jika kita diam saja, kita akan diejek oleh
negara lain.
Apakah kebijakan tersebut juga akan menimbulkan efek jera bagi kapal-kapal asing yang ditenggelamkan?
Seperti yang sudah saya katakan, jika itu hanya berupa shock therapy, itu tidak akan berguna. Namun jika itu
terencana dengan baik dan ada continuitasnya maka saya rasa itu akan berguna. Tetapi seberapa besar kita bisa
memanfaatkannya, tanpa kemudian memojokkan atau menyanjung salah satu pihak, apa yang telah di kemukakan
oleh Ibu Menteri Susi Pudjiastuti itukan kita sangat terpukau karena ikan-ikan itu berasal dari Indonesia dan hanya
ada di perairan Indonesia, tetapi dicuri oleh negara asing dan kemudian setelah di negara lain, ikan tersebut diberi
label dari negara tertentu padahal itu berasal dari Indonesia.
Kebijakan
menenggelamkan
Opini Utama
kapal ini
merupakan bentuk
ketegasan Presiden
Joko Widodo
sebagai upaya
Presiden
menyelamatkan
baru
Indonesia,
Joko
Widodo
menenggelamkan
kapal
ini
ini
fokus
kepada
[Dihimpun oleh Richo dan Dini - Staf Divisi Pers Mahasiswa, Korps Mahasiswa
Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta]
ada tata
caranya yaitu
dengan
mengeluarkan
awak kapal dan
Tindakan
peledakan
kapal
merupakan
hak
Indonesia
karena kapal yg melakukan
ilegal fishing sudah memasuki
kawasan laut dari NKRI. dengan
cara meledakkan kapal, akan
membuat jera para nelayan yang
akan melakukan hal tersebut.
Tetapi ini dapat memicu konflik
dengan negara lain karena
banyak kapal asing yang
melanggar aturan tersebut dan
tentunya akan mengganggu
jalannya
Hubungan
Internasional antara Indonesia
dengan negara tersebut. Untuk
mencegah
konflik,
saya
menyarankan untuk adanya
sosialisasi tentang kebijakan
meledakkan
dan
menenggelamkan kapal ini.
Tetapi menurut saya dengan
mengeluarkan
awak
kapal
terlebih dahulu dan juga
memberikan hukuman sesuai
hukum yang berlaku untuk
meledakkan
dan
menenggelamkan
kapal
kemungkinan akan terjadi
konflik dengan negara asing yg
kapalnya di ledakkan. Mereka
bisa saja menuntut kepada
Indonesia. Dan tentu saja akan
berakibat
buruk
kepada
jalannya
hubungan
internasional kedua negara
tersebut. (Widya Astuti - HI
2013)
juga memproses
para awak kapal
tersebut sesuai
dengan hukum
yang berlaku
Analisa
8 Fakta Kelautan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan laut yang luar biasa. Dengan
luas lautan mencapai 70% dari seluruh luas negara Indonesia. Sebesar 14% spesies terumbu
karang dunia ditemukan di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 2500 jenis ikan dan 500 jenis
karang hidup di lautan Indonesia. Namun, ada fakta fakta unik lain tentang kelautan
Indonesia, berikut 8 fakta unik yang berhasil dihimpun redaksi IR News:
Lautan Indonesia dihuni oleh 28.000 spesies flora, 350 spesies fauna, dan 110.000 spesies
mikroba.
Lautan Indonesia memiliki potensi energi kelautan yang lebih tinggi daripada Laut Merah
Indonesia memiliki kesepakatan batas laut dengan India, Thailand, Malaysia, Singapura,
Filipina, Australia dan Papua Nugini.
Perairan timur dan tengah Indonesia masuk dalam Segitiga Terumbu Karang Amazon Of
The Seas
Hanya 6,83 % dari 85.707 km terumbu karang Indonesia berpredikat sangat baik.
Dari 87 jenis mamalia laut, sebanyak 32 jenis mamalia laut dari kelompok paus, lumba
lumba, dan dugong bisa ditemukan di Indonesia.
Laut Indonesia merupakan tempat bagi 6 dari 7 jenis penyu laut dunia.
Dari 596 jenis hiu dan pari dunia, 157 jenis diantaranya dapat ditemui di Indonesia.
Termasuk Hiu Paus dan Pari Manta
Oseanik.
(Khoir)
Jurusan HI
Tempat : AR fachrudin a
lt 5
5 januari2015 :Prayudisium
Kuliahumumbekerjasamadengan KEMENLU RI
Pembicara :Dubesdr.Darmansyahdjumala,MA.
(bppk KEMENLU)
Pukul :12-3
Tempat : AR fachrudin a lt 5
Tempat : AR fachrudin a lt 5
Pukul : 8-12
(Anang& Dimas)
SASTRA
Cinta
mengabdi
kepada kesakitan.
Kesakitan tunduk
mengabdi
kepada
kepada ketulusan.
Ketulusan adalah
menakutkan?
kunci
membuka
keramaian.
jalan
Ketulusan
kebahagiaan.
bahagiaan.
enggan menepi.
menjadikan
jelas.
kacau
kesakitan.
kepada
makhluk
Kesakitan
ketulusan.
Ditengah
tunduk
manusia
sebagai
berperasaan?
Cinta
Angin
terasa
Cinta
yang
diyakini
melambai
Kegelapan
hidupan.
lagi
kekasih pengecut.
perlu
tangguh
disalahkan?
hanya
Sungguh
menyalahkan
Tuhan
sedih.
Rembulan
tak
kan.
mengabdi
kepada
sejenak,
kesedihan.
me-
nanggung
emosi
melankolis.
Penyesalan
beban
K - G A L L E RY