Sementara itu menurut Soerjono Soekanto (1980), norma hukum bertujuan untuk
mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar manusia. Kedamaian tersebut akan
tercapai dengan menciptakan suatu keserasian antara ketertiban (yang bersifat
lahiriah) dengan ketenteraman (yang bersifat batiniah).
Menurut Kelsen (1995), hukum adalah suatu tata yang bersifat memaksa. Suatu
tata sosial yang berusaha menimbulkan perilaku para individu sesuai dengan yang
diharapkan melalui pengundangan tindakan-tindakan paksaan.
Penggolongan atau klasifikasi hukum. Menurut Achmad Sanusi (1977), hukum
dapat digolongkan menurut hal-hal berikut.
1. Sumber-sumber dan bentuk sumber keberlakuannya.
2. Kepentingan yang diatur atau dilindunginya.
3. Hubungan aturan-aturan hukum itu satu sama lain.
4. Pertaliannya dengan hubungan-hubungan hukum.
5. Hal kerjanya berikut pelaksanaan sanksinya.
Di tinjau dari sumber-sumbernya, hukum dapat kita golongkan ke dalam
klasifikasi berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
Hukum undang-undang.
Hukum persetujuan.
Hukum traktat (perjanjian antarnegara).
Hukum kebiasaan dan hukum adat.
Hukum yurisprudensi.
Mengingat sumber hukum itu ada yang berbentuk naskah (tertulis) dan ada yang
tidak berbentuk naskah (tidak tertulis) maka penggolongannya dapat dibedakan lebih
lanjut ke dalam berikut ini.
1. Hukum tertulis, meliputi hukum undang-undang, hukum perjanjian, hukum
traktat.
Di dalam hukum undang-undang, terdapat perbedaan lebih lanjut antara hukum
yang dikodifikasikan dengan hukum yang tidak dikodifikasikan.
2. Hukum tidak tertulis, meliputi hukum kebiasaan dan hukum adat
Di tinjau dari sudut kepentingan yang diaturnya, hukum dapat digolongkan ke
dalam hukum privat dan hukum publik. Hukum privat adalah hukum yang mengatur
kepentingan-kepentingan orang perseorangan dan juga kepentingan-kepentingan
negara dalam kedudukannya bukan sebagai penguasa. Hukum publik adalah hukum
yang mengatur/melindungi kepentingan-kepentingan negara sebagai penguasa.
Mengikuti susunan tradisional, terdapat penggolongan hukum sebagai berikut:
I. Hukum Privat : a. Hukum Perdata.
b. Hukum Dagang.
c. Hukum Privat Internasional.
II. Hukum Publik;
a.
Hukum Tata Negara.
b. Hukum Tata Usaha Negara.
c. Hukum Antarnegara.
d. Hukum Pidana.
e. Hukum Acara Pidana.
a.
b.
c.
d.
e.
Satu hubungan hukum antarwaktu terdapat apabila lebih dari satu aturan hukum
yang selama suatu jangka waktu tertentu secara berurutan menguasai sesuatu acara
tertentu.
Hubungan hukum antartempat ada apabila dalam satu negara, mengenai satu hal
pada waktu yang sama terdapat lebih dari satu aturan, yang berlaku pada masingmasing daerahnya, tetapi terdapat hal-hal yang mempertemukan aturan-aturan hukum
tersebut.
Hubungan hukum antargolongan terdapat apabila dalam satu negara dan satu
waktu yang sama terdapat lebih dari satu golongan masyarakat yang masing-masing
mengenai sesuatu acara yang sama mempunyai aturan-aturan hukumnya sendiri,
tetapi ada unsur-unsur yang mempertemukan aturan-aturan itu satu sama lain.
Apabila perbedaan aturan-aturan hukum itu karena perbedaan agama yang dipeluk
oleh golongan-golongan masyarakat hukum yang bersangkutan maka kita bicara
tentang hukum antaragama.
Hubungan hukum privat internasional terdapat apabila aturan-aturan hukum yang
berbeda itu disebabkan oleh perbedaan negara dan oleh sebab itu pula perbedaan
hukum privat yang berlaku bagi masing-masing warga negara yang bersangkutan.
Hukum antar waktu, antartempat, antargolongan, antaragama dan privat internasional
memberi jawaban aturan hukum mana yang berlaku atau apakah hukumnya apabila
terjadi hubungan-hubungan hukum, seperti yang dimaksudkan di atas.
Penggolongan hukum berikutnya adalah penggolongan antara hukum formal
dengan hukum materiel. Hukum formal sering dipersamakan dengan hukum acara,
yakni hukum yang mengatur tentang tata cara bagaimana kaidah-kaidah hukum
(materiel) dipertahankan atau dilaksanakan. Yang dimaksud dengan hukum materiel
ialah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur wujud dari hubungan-hubungan
hukum itu sendiri. Dengan kata lain hukum materiel adalah hukum yang mengatur
tentang isi dari hubungan-hubungan hukum.
Atas dasar tinjauan apakah dalam suatu cabang hukum diutamakan tentang
keharusan/larangan ataukah tentang sanksinya maka kita dapat membedakan:
1. Hukum kaidah (normenrecht);
2. Hukum sanksi (sanctienrecht).
Hukum kaidah ialah ketentuan-ketentuan hukum, baik publik maupun privat, di
mana dinyatakan ada perintah atau larangan atau perkenaan tentang sesuatu. Juga
apabila ternyata ada persetujuan, perintah, larangan, perkenaan atau janji itu timbul
kewajiban dan pada pihak lain hak; jadi diketahuilah hal-hal apa yang diharuskan,
diperbolehkan atau dilarang dan dijanjikan untuk diperbuat seseorang.
KEJAHATAN
POLISI
Pengusutan
JAKSA
Penunrut
Umum
PENGADILAN
NEGERI
Memeriksa dan
Mengadili
PUTUSAN
Dilepas dari
segala
tuntutan
Dibebaskan
Dihukum
Sumber: Penyuluhan Hukum Ke-1 Tentang Azas Peradilan, Edisi Kedua, 1982,
Direktorat Jenderal pembinaan Badan Peradilan Umum Departemen Kehakiman.
Peradilan Khusus
Peradilan khusus, peradilan untuk mengadili perkara-perkara
tertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu, misalnya : Misalnya:
Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara
Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Pengadilan Agama
Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer
Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Undang-undang tersebut
menjelaskan,bahwa:
1. Pengadilan militer merupakan pengadilan tingkat pertama untuk perkara
pidana yang terdakwanya berpangkat kapten ke bawah.
2. Pengadilan militer tinggi merupakan pengadilan tingkat banding untuk
perkara pidana yang diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan militer.
Pengadilan militer tinggi juga merupakan pengadilan tingkat pertama
untuk:
Perkara pidana yang terdakwanya berpangkat mayor ke atas
Gugatan sengketa tata usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Tersangka
Penyidikan
oleh POM &
Otmil
Membuatkan
BAP
Dikirim kepada
Papera dan
Otmil
Putusan:
Otmil membuat
dakwaan/tuntutan
Menghadirkan
saksi-saksi dan alat
bukti yang
berkaitan dengan
perkara
Pemeriksaan dapat
disertai penahanan
guna keperluan
pemeriksaan
Pemeriksaan
dipersidangan oleh
Mahmil
Bebas dari
segala
dakwaan/tut
Pidana
bersyarat
(percobaan)
Pida penjara
Pidana
kur/denda
Pidana
tambahan
(diberhentika
n dari dinas
militer)
Pelaks Pts
penjara/Kur,
diliksanakan
di Mahmil
Peradilan Agama
Peradilan Agama dalam sistem kekuasaan kehakiman diatur oleh
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara.
Pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara diatur oleh Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Agar Hakim dapat mengambulkan permohonan Penguggat yaitu
membatalkan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Pejabat/Badan Tata
Usaha Negara.
Masalah yang disengketakan adalah Suarat Keputusan yang
dikeluarkan oleh Pejabat/ Badan Tata Usaha Negara.
MA
PENGADILA
N TINGGI
PT
AGAMA
PT
T. U. N
PENGADILAN
MILITER
UTAMA
PENGADILA
N
NEGERI
PERADILA
N UMUM
PENGADILA
N
AGAMA
PERADILA
N AGAMA
PENGADILA
N
T. U. N
PERADIAN
T. U. N
PENGADILAN
MILITER
TINGGI
PEGADILAN
MILITER
PERADILAN
MILITER
PENGADILAN KHUSUS
PASAL 15 UU RI NO. 4 TAHUN 2004
PENGDILAN
SYARIAH DI
PROVINSI
NANGGROE ACEH
DARUSSALAM)
PENGADILAN ANAK
PENGADILAN NIAGA
PENGADILAN HAM
PENGADILAN TINDAK
PIDANA KORUPSI
PENGADILAN
HUBUNGAN
INDUSTRIAL
PERADILAN UMUM
(Khusus Perkawin
an; Kewarisan,
Wasiat, dan Hibah
berdasarkan hukum
Islam; Wakaf dan
Shadaqah)
PERADILAN
TUN
9
PERADILAN
AGAMA
2.
Mahkamah Konstitusi
Untuk menjabarkan lebih lanjut tentang Mahkamah Konstitusi
dibuatlah Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Konstitusi dipimpin oleh seorang Ketua dan seorang wakil
ketua yang merangkap sebagai anggota serta 7 orang anggota. Keanggotaan
Mahkamah Konstitusi ditetapkan oleh Presiden. Ketua dan wakil ketua dipilih
oleh hakim konstitusi untuk masa jabatan 3 tahun. Hakim konstitusi adalah
pejabat negara
Komisi Yudisial. Komisi Yudisial diatur dalam Pasal 24 B UUD 1945,
yaitu :
1. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta perilaku
hakim.
2. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai penetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela
3. Agggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
4. Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan
undang-undang.
Kepolisian
Kepolisian diatur dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian. Pasal 1 ayat (1) undang-undang tersebut
menyatakan, bahwa Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan
fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai negeri pada
kepolisian Negara Republik Indonesia.
Fungsi Kepolisian ( Pasal 2 ), adalah salah satu fungsi pemerintahan
negara di bidang :pemeliharaan keamanan dan ketertiban di masyarakat;
penegakkan hukum; perlindungan;pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat. Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil,
dan/atau bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
Tujuan dibentuknya lembaga kepolisian adalah mewujudkan keamanan
dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban dalam
negeri yang meliputi ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, serta terbinannya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia.
Tugas Pokok Kepolisian RI berdasarkan pasal 13, yaitu :memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum dan memberikan
perlindungan, pengayoman dan pelayan an kepada masyarakat
Kejaksaan
10
11
12