Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH


Ekstraksi Benih

Disusun Oleh:
Nama

: Novita Putri Arifianti

NIM

: 125040201111155

Kelompok

: I2 (Jumat, 06.00)

Asisten

: Mbak Nofita

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. perhitungan kadar air benih
KA =

yz
x 100
y x

atau

KA =

BBBK
x 100
BB

Keterangan:
X = bobot wadah

BB = bobot basah

Y = bobot wadah bobot basah

BK = bobot kering

Z = bobot wadah bobot kering


A. Ekstraksi Basah
1. Kimia

Tomat U1 =

3.60.08
3.52
x 100 =
x 100 =97.78
3.6
3.6

Tomat U2 =

3.050.06
2.99
x 100 =
x 100 =
98.03%
0.06
3.05

Timun U1 =

1.290.14
1.15
x 100 =
x 100 =
89.15%
1.29
1.29

Timun U2 =

1.810.16
1.65
x 100 =
x 100 =
91.16%
1.81
1.81

2. Fermentasi

Tomat U1 =

3.440.07
3.37
x 100 =
x 100 =97.96
3.44
3.44

Tomat U2 =

3.690.08
3.61
x 100 =
x 100 =97.83
3.69
3.69

Timun U1 =

1.080.5
0.58
x 100 =
x 100 =53.70
1.08
1.08

Timun U2 =

0.690.10
0.59
x 100 =
x 100 =85.51
0.69
0.69

B. Ekstraksi Kering

Cabai U1 =

0.480.17
0.31
x 100 =
x 100 =64.58
0.48
0.48

Cabai U2 =

0.240.20
0.04
x 100 =
x 100 =16.67
0.24
0.24

Kacang Panjang U1 =

3.380.7
2.68
x 100 =
x 100 =79.29
3.38
3.38

Kacang Panjang U2 =

3.400.54
2.86
x 100 =
x 100 =84.12
3.40
3.40

Tabel Hasil Pengamatan


Ekstaksi Basah
Ulangan

U1
U2

Kimia

Pengamatan
BB
BK
BB
BK

Ekstraksi Kering

Fermentasi

Tomat

Timun

Tomat

Timun

3.6
0.08
3.05
0.06

1.29
0.14
1.81
0.16

3.44
0.07
3.69
0.08

1.08
0.5
0.69
0.10

Cabai

Kacang
Panjang

0.48
0.17
0.24
0.20

3.38
0.70
3.40
0.54

Tabel Hasil Perhitungan

Kimia

Ulangan

Kadar Air (%)


Ekstraksi Basah
Fermentasi

Ekstraksi Kering

Tomat

Timun

Tomat

Timun

Cabai

Kacang
Panjang

U1

97.78

89.15

97.96

53.70

64.58

79.29

U2

98.03

91.16

97.83

85.51

16.67

84.12

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan hasil ekstraksi kering dan dibandingkan dengan literature
Ekstraksi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah atau
bagian lain yang tidak dibutuhkan. Proses ekstraksi benih dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
Menurut Cabrera (1990), beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengeringan benih yaitu
kadar air awal benih, kelembaban nisbi udara, suhu pengeringan, kecepatan aliran udara, dan
permeabilitas benih terhadap penguapan air.
Praktikum yang telah dilakukan untuk ekstraksi buah kering bahan yang digunakan
adalah kacang panjang dan cabai. Menurut Kuswanto (2003) menyatakan bahwa biji kering
seperti cabai hanya perlu di keringanginkan untuk menurunkan kadar airnya, tidak perlu
penambahan bahan kimia, yang mana pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau
diekstraksi, buahnya dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang
termasuk dalam tipe ini adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria. Pada tabel bagian ekstraksi
kering, dapat dilihat bahwa antara ulangan 1 dan 2 pada masing-masing benih tidak berbeda
nyata. Pada ulangan pertama dan kedua untuk kadar air kacang panjang yaitu 79.29 dan 84.12.
sedangkan pada cabai didapatkan kadar air 64.58 dan 16.67 pada kedua ulangan.
Cabai memiliki kadar air yang jauh lebih rendah daripada benih kacang panjang,
dikarenakan mungkin saat pemanenan buah dalam keadaan tidak masak fisiologis. Menurut
Cabrera (1990), beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengeringan benih yaitu kadar air
awal benih, kelembaban nisbi udara, suhu pengeringan, kecepatan aliran udara, dan
permeabilitas benih terhadap penguapan air.

Menurut hasil perhitungan yang telah diperoleh, diketahui bahwa masih terlalu
tinggihnya kadar air dari kedua benih tersebut, maka dapat disimpulkan kadar air tidak
memenuhi syarat, sehingga tidak dapat dikatakan jenis benih ortodoks ataupun rekalsitran bila
dilihat dari hasil kadar air. Semakin rendah nilai kadar air, akan menyebabkan nilai daya
berkecambah semakin meningkat. Dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih, maka
akan semakin lama benih tersebut dapat mempertahankan viabilitasnya (Agrawal, 1980).
Rendahnya viabilitas benih (daya berkecambah) dapat disebabkan karena kadar airnya masih
tinggi, karena pada kadar air yang tinggi dapat terjadi serangan cendawan.
Ukuran benih juga dapat mempengaruhi kadar air yang ada. Menurut Schmidt (2000),
ukuran benih dalam bentuk berat dan ukuran dimensi yang lebih besar lebih banyak dipilih
karena umumnya berhubungan dengan kecepatan berkecambah dan perkembangan semai yang
lebih baik, tetapi ini akan membuang benih berukuran lebih kecil yang mungkin mempunyai
genetik lebih baik. ukuran benih terkadang berkorelasi dengan viabilitas dan vigor benih, dimana
benih yang berat cenderung mempunyai vigor yang lebih baik.
4.2.2 Pembahasan hasil ekstraksi basah metode kimia dan fermentasi dan dibandingkan
dengan literature
Pada perhitungan ekstraksi basah. Dapat diketahui bahwa biji tomat memiliki kadar air
tertinggi, selanjutnya adalah timun. Hal ini karena perlakuan fermentasi basah menggunakan
kimia dan fermentasi dilakukan pada biji yang berlendir. Ektraksi kimia yang dilakukan yaitu
dengan menambahkan Hcl. Hcl ini berfungsi untuk menghilangkan lendir yang melekat antara
permukaan biji.
Menurut Kuswanto (2003), menyatakan bahwa Buah tipe ini, disamping berdaging juga
berair misalnya ketimun, sehingga pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis
kandungan air benih masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada
ruang-ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan
demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu
menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih dicuci
dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir.
Dari hasil ektraksi benih yang sudah dilakukan pada benih tomat dan timun didapatkan
bahwa tomat memiliki kadar air lebih tinggi pada perlakuan pertama dan kedua 97.78 dan 98.03,

sedangkan untuk timun 89.15 dan 91.16. Pada perlakuan fermentasi tomat dan timun didapatkan
hasil yang berbeda jauh pada perlakuan timun yaitu pada ulangan pertama hasil kadar air lebih
rendah dari yaitu 53.70 dan yang kedua 85.51. hal ini dikarenakan metode fermentasi fermentasi
lebih lama bila dibandingkan dengan metode kimia. Sebagaimana Nemati et al.(2010)
menyatakan ,karena fungsi HCl digantikan oleh air , maka apabila aplikasi dan konsentrasi
berlebihan, kualitas benih akan memburuk. Sedangkan untuk metode fermentasi lebih lama
dibanding metode kimia.Karena.Dimana agar lendir benar-benar terlepas dari biji membutuhkan
waktu kurang lebih seminggu.Sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Menurut literatur yang ditulis oleh (jeffrey, 2004) menyebutkan bahwa,in watermelons,
the entire fleshy fruit is fermented along with the extracted seed. These types of fruits have a gel
surrounding the seed that contains germination inhibitors. The presence of the gel also makes
handling and drying of the seed difficult. Fermentation is a natural process that occurs to a small
extent as fruits decompose. When fermentation is done in a controlled manner, the
microorganisms, principally yeast, break down the gel thus releasing the seed while killing
bacteria and fungi that cause most seed-borne diseases. The temperature and length of
fermentation are important. If the mash is not fermented long enough, seedborne diseases will
not be eliminated, but if fermented too long, the seeds may sprout prematurely.
Pengertian
Pada kutipan tersebut memang menyebutkan biji semangka, namun karakteristik biji sama
seperti yang diekstraksi secara fermentasi yaitu mempunyai lendir dan tidak mudah dalam proses
pengeringan. Perlakuan menghilangkan lendir ini beetujuan untuk membunuh bakteri dan fungi
agar tidak terjadi penyakit saat biji tumbuh.
4.2.3 Pembahasan perbandingan ekstraksi kering dan basah disertai literature
Pada ekstraksi ini menggunakan dua metode, yaitu metode kimia (merendam benih dalam
HCl dan dikeringkan selama 3 hari) dan metode fermentasi (direndam dalam air selama 7 hari
dan dikeringanginkan selama 3 hari). Untuk ekstraksi kering, kami menggunakan benih cabai
dan kacang panjang yang diambil secara manual. Pengeringan kedua benih tersebut yaitu dengan
cara dikeringanginkan selama 7 hari. Sedangkan pada ekstraksi basah, kami menggunakan benih
mentimun dan tomat yang juga diambil secara manual.

Pada ekstraksi basah, harus dilakukan perendaman selama beberapa hari untuk
menghilangkan lendir dari biji. Sedangkan pada ekstraksi kering, benih hanya dicuci saja.Hal ini
karena benih tersebut tidak mengandung banyak pulp atau lendir. Perbedaan mendasar dari
kedua cara ekstraksi ini yaitu perlakuan yang diterapkan. Sesuai dengan jurnal Kartapradja dan
Djuariah (1992), yang menyatakan

bahwa Pengeringan benih adalah suatu cara untuk

mengurangi kandungan air di dalam benih, dengan tujuan agar benih dapat disimpan lama.
Kandungan air benih sangat menentukan lamanya penyimpanan. Penjemuran biji dengan sinar
matahari merupakan salah satu cara pengeringan yang paling sederhana dan umum dilakukan
oleh petani. Waktu yang digunakan untuk pengeringan benih ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain : Kondisi benih yang dikeringkan, benih dengan kadar air awal yang tinggi dan
diperlukan kadar sinar

yang rendah sesudah pengeringan maka akan memakan waktu

pengeringan yang lama. Tebal tipisnya kulit biji juga menentukan lamanya pengeringan.
Tebalnya timbunan benih, mempengaruhi lamanya pengeringan. Hal ini juga tergantung pada
jenis, besar, bentuk dan berat biji. Temperatur udara, semakin tinggi temperatur udara makin
cepat pengeringan
Sesuai dengan pendapat jurnal Nurhayati, K. (1997), menyebutkan dari beberapa jenis
tanaman yang berasal buah berdaging dan berair (Wet Fleshly Fruit) memerlukan metode
ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Oleh karena itu untuk proses
ekstraksi kimia dan fermentasi lebih digunakan pada biji yang memiliki kadar air tinggi dan
berlendir. Sehingga diharapkan dengan penambahan Hcl akan menghilangkan atau memisahkan
antara biji dan lendir sedangkan untuk proses fermentasi untuk menghilangkan dari bibit
penyakit.
Nurhayati, K. (1997), menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
ekstrakksi basah, antara lain: Perlakuan benih dengan bahan-bahan kimia sebelum disimpan
biasanya dilakukan untuk menghindarkan benih dari serangan hama dan penyakit yang
disebabkan oleh cendawan yang mengkontaminasi benih dari lapangan. bahwa banyak zat yang
diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung
dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun. Serta Untuk mempersingkat waktu
fermentasi,dapat digunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35%
dicampur dengan 100 liter air.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan Hasil Praktikum
Dari hasil pengamatan dan perhitungan, dapat disimpulkan bahwa kadar air untuk buah
basah lebih tinggi dibandingkan kadar air buah kering, hal tersebut dikarenakan pada buah basah
memiliki lapisan lendir pada bijinya sehingga sulit untuk dikeringkan. Benih yang mempunyai
kadar air tinggi mempunyai daya viabilitas (daya perkecambahan) yang rendah, begitu juga
sebaliknya.
Dari keempat benih tersebut, kadar air yang terkandung sangatlah tinggi. Hal ini
dimungkinkan karena waktu panen benih tidak pada masak fisiologis. Selain itu juga, dalam
pengambilan benih dari buah secara manual kurang steril dan mutu dari benih itu sendiri yang
rendah. Benih kering (cabai dan kacang panjang) serta benih basah (mentimun dan tomat) Pada
ekstraksi basah, metode fermentasi memiliki kadar air yang lebih rendah dibandingkan dengan
metode kimia.
5.2 Saran dan Kritik Untuk Praktikum
Diharapkan untuk format laporan, jangan mewajibkan kami menggunakan jurnal
internasional. Karena sulit untuk mencarinya. Untuk proses mengajar tolong lebih sabar lagi dan
lebih tepat waktu ya mbak. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Cabrera, E.R. 1990. Seed Drying Principles, Selected Article on Seed Drying, Seed Tech.
Laboratory Mississippi State University: Mississippi. P. 1-20
Jeffrey H. McCormack,. 2004. Seed Processing and Storrage : Principles and practices of seed
harvesting, processing, and storage: an organic seed production manual for seed
growersin the Mid-Atlantic and Southern U.S. Some rights reserved
Kartapradja dan Djuariah, 1992. Budidaya Tamaman Tomat. Pertanian. Bandung
Kuswanto,Hendarto. 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Yogyakarta: Kanisius
Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi terhadap
Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca C.DC. Skrpisi. Bogor.
Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Kuswanto,
Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakart:Andi
Pitojo Setijo, 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: KanisiusSutopo, Lita. 2002. Teknologi
Benih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai