Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota
merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar
yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari
jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Perkembangan teknologi
yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan
meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota.
Beberapa contoh dari berita-berita yang ada mengenai tawuran antar pelajar. Di
Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi tawuran antar pelajar yang
melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2,
SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi Sumatra ekspres
Palembang). Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar
SMK YPK Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada
tanggal 19 September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3
(karebosi.com). Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat
tawuran, di Makasar pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri
Makasar terlibat tawuran dengan sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas
kenaikan biaya kuliah (tempointeraktif.com). Sedangkan di Semarang sendiri pada
tanggal 27 November 2005 terjadi tawuran antara pelajar SMK 5, SMK 4 dan SMK
Cinde (liputan6.com). Masih banyak kejadian tawuran antar pelajar yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu di sini.
FAKTOR PENYEBAB
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini adalah faktor
yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam
menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan
reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai berikut:
1. faktor keluarga
a. baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga.
b. perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
c. penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul
tanggung jawab sebagai ayah dan ibu.
d. pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan asusila.
2. Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang
tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan
olah raga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu
banyak dan padat, ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya.
3. faktor miliu/lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembangan remaja.
UPAYA MENGATASI TAWURAN
1. Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period
(topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka
mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan
kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga,
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dll.
2. Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran,
dengan cara:
a. Mengasuh anak dengan baik.
- Penuh kasih sayang
- Penanaman disiplin yang baik
- Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
- Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
- Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai
prestasi tertentu.
b. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat:
Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan
Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan perilaku agresif,
seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
d. Memperkuat kehidupan beragama
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral
yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari hari.
e. Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan
kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan
usianya.
f. Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak
memiliki keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai
keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial).Bahkan lebih ekstrem
biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal,
tindakan kekerasan, dsb.
3. Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:
a. Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bias
Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan
berkeyakinan kepada Tuhan.
b. Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan
olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas remaja.
c. Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi
yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan
penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian bersama
di antara sekolah-sekolah yang secara tradisional bermusuhan itu.
4. LSM dan Aparat Kepolisian
LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai
dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat menanggulangi tawuran. Aparat
kepolisian juga memiliki andil dalam menngulangi tawuran dengan cara menempatkan
petugas di daerah rawan dan melakukan razia terhadap siswa yang membawa senjata
tajam.
I. Pendahuluan
1.
Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar
seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi
ditelinga kita. Inilah beberapa contoh yang bisa saya kemukakan sebagai bukti
terjadinya tawuran yang dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Di
Palembang pada tanggal 23 September 2006 terjadi tawuran antar pelajar yang
melibatkan setidaknya lebih dari tiga sekolah, di antaranya adalah SMK PGRI 2,
SMK GAJAH MADA KERTAPATI dan SMKN 4 (harian pagi Sumatra ekspres
Palembang).
Di Subang pada tanggal 26 Januari 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMK YPK
Purwakarta dan SMK Sukamandi (harian pikiran rakyat). Di Makasar pada tanggal 19
September 2006 terjadi tawuran antara pelajar SMA 5 dan SMA 3 (karebosi.com).
Tidak hanya pelajar tingkat sekolah menengah saja yang terlibat tawuran, di
Makasar pada tanggal 12 Juli 2006 mahasiswa Universitas Negeri Makasar terlibat
tawuran dengan sesama rekannya disebabkan pro dan kontra atas kenaikan biaya
Pengertian Tawuran
III. Pembahasan
1.
Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya
dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian
biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks.
Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan,
ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin
bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa
dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat
yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki
andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah
mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1.
Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika
seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka
setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan
karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan
keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar.
Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta
hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi
setiap usia terutama pada masa remaja.
3
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan
bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai
figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan
remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik
bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan
anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2.
Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun
juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah
untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran
yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang
tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru
tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh
para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
3.
Faktor Lingkungan
2.
Tak jarang disebabkan oleh saling mengejek atau bahkan hanya saling menatap
antar sesama pelajar yang berbeda sekolahan. Bahkan saling rebutan wanita pun
bisa menjadi pemicu tawuran. Dan masih banyak lagi sebab-sebab lainnya.
3.
a.
Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban.
b.
pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
c.
d.
e.
4.
a.
b.
Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar.
Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat
mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
c.
Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang
Kartini kartono pun menawarkan beberapa cara untuk mengurangi tawuran remaja,
diantaranya :
1.
Banyak mawas diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan
koreksi terhadap kekeliruan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
2.
3.
remaja zaman sekarang serta kaitannya dengan perkembangan bakat dan potensi
remaja
1.
Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu
siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari
luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya
sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat
mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan
kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai
pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar
menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan
pengarahan dari orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat
sekitar pun harus bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya
dengan cara mengakui keberadaanya.
2.
Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a.
b.
kondusif
c.
baik untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala
potensi yang ada didalam dirinya