Urin
Urin
Urin
Urin
Urin
HCG
aceton
reduksi
protein
glukosa
Makan
Makan
Makan
Makan
Makan
makanan asam
makanan yang pedas
coklat sedikit demi sedikit
sedikit - sedikit tapi sering
makanan yang bersantan
Senam hamil
Perawatan payudara
Nutrisi (gizi)
Mobilisasi
Kebutuhan istirahat
Eklampsia
Pre eklampsia berat
Pre eklampsia ringan
Pre eklampsia sedang
Superimpos Pre eklamsia
Aceton Urine
HCG Urine
Protein urine
reduksi Urine
Glukosa urine
Rujuk ke RS
Memberikan MgSO4 dan kemudian rujuk ke RS
Memberikan diazepam dan kemudian rujuk ke RS
Memasang infus dan dirawat di BPM sampai sembuh
Memberikan MgSO4 dan diazepam kemudian rujuk ke RS
Plasenta akreta
Plasenta Previa
Solutio Placenta
Plasenta Inkreta
Retensio Plasenta
Inpartu
Inpartu
Inpartu
Inpartu
Inpartu
kala
kala
kala
kala
kala
I
I
I
I
I
fase
fase
fase
fase
fase
laten
aktif
aktif akselerasi
aktif deselerasi
laten memanjang
Hodge
Hodge
Hodge
Hodge
Hodge
I
II
III
IV
V
10. Seorang perempuan usia 25 tahun baru saja melahirkan bayinya secara
spontan di
BPM, sedangkan plasenta belum lahir, Tinggi fundus uteri masih setinggi
pusat, sudah
terdapat tanda- tanda pelepasan plasenta.
Apakah diagnosis pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Inpartu
Inpartu
Inpartu
Inpartu
Inpartu
kala
kala
kala
kala
kala
V
IV
III
II
I
Prasat
Prasat
Prasat
Prasat
Prasat
Brach
Clasik
Muller
McRoberts
Pragh terbalik
12. Bidan melakukan asuhan kala III pada seorang perempuan P1A0 di BPM,
setelah bayi
lahir telah diberikan suntikan oksitosin 10 IU/IM, kemudian dicoba
melakukan PTT
tetapi plasenta belum lepas, 15 menit kemudian diberikan oksitosin kedua.
Setelah 15
menit kemudian plasenta masih belum lepas dan tampak adanya perdarahan
pervaginam.
Apakah diagnosis pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Atonia Uteri
Inversio Uteri
Retensio Plasenta
Robekan jalan lahir
Solusio plasenta
13. Bidan melakukan asuhan kala III pada seorang perempuan P1A0 di BPM,
setelah bayi
lahir telah diberikan suntikan oksitosin 10 IU/IM, kemudian dicoba
melakukan PTT
tetapi plasenta belum lepas..
Apa tindakan bidan dalam kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
14. Seorang perempuan usia 30 tahun telah melahirkan anak ke-3 secara
spontan di RB.
Bidan telah memberikan suntikan oksitosin 10 IU/IM pada jam 03.32 WIB,
kemudian
dicoba melakukan PTT tetapi plasenta belum lepas. Pada pukul 04.00 WIB
plasenta
masih belum lepas dan tampak adanya perdarahan pervaginam.
Apakah tindakan yang harus dilakukan pada kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Reposisi Uteri
Manual Plasenta
Kompresi bimanual interna
Kompresi bimanual eksterna
Melakukan masase fundus uteri
15. Seorang perempuan usia 50 tahun datang ke BPM dengan keluhan sering
pusing,
merasa panas, nyeri persendian, sering berkeringat, keluar keringat pada
malam hari,
mengalami dispaureunia saat bersenggama dan sudah tidak haid selama 2
bulan.
Apa diagnosa pada kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Senium
Menopause
Klimakterium
Pra menopause
Post menopause
DPT 1
BCG
Campak
DPT 2
HB 2
Sub Cutan
Intra Vena
Intra Cutan
Intra Muskular
Peroral
Pil
IUD
Suntik
Implant
MOW
Grade
Grade
Grade
Grade
Grade
I
II
III
IV
V
Intramuskular
Intravena
Intracutan
Sublingual
Subcutan
Bendungan payudara
Tumor payudara
Mastitis
Abses Payudara
Ca. Payudara
22. Seorang perempuan usia 35 tahun melahirkan di BPM. pada saat 2 jam
postpartum
bidan melakukan pemeriksaan didapatkan uterus tidak berkontraksi dan
terdapat
perdarahan dari jalan lahir, vital sign: TD 90/70 mmHg, Suhu 36,5oC R
18x/m, dan
Nadi 80x/mnt.
Apakah diagnosis pada kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Atonia Uteri
Retensio Plasenta
solusio plasenta
inversio uteri
prolaps uteri
23. Seorang perempuan usia 35 tahun melahirkan di BPM. pada saat 2 jam
postpartum
bidan melakukan pemeriksaan didapatkan uterus tidak berkontraksi dan
terdapat
perdarahan dari jalan lahir, TD 90/70 mmHg, Suhu 36oC R 18x/m, dan Nadi
80x/mnt.
Apakah tindakan segera berdasarkan kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Manual Plasenta
Eksplosisasi rahim
Kompresi bimanual interna
memberikan tampon pada vagina
Merujuk
24. Bidan melakukan kunjungan rumah pada seorang perempuan berusia 35 tahun
P3A0
postpartum 6 hari. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 2 jari
diatas
sympsis.
Apakah asuhan yang diberikan bidan pada klien dalam kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Atonia uteri.
Inertia uteri.
Inversio uteri.
Tetani uteri .
Incordinate uteri actio.
26. Seorang perempuan berusia 40 tahun P4A1 post partum 3 minggu, datang ke
BPM
dengan keluhan demam tinggi menggigil, nyeri bagian perut bawah, kembung,
hasil
pemeriksaan TD 110/80 mmHg, Nadi 100 x/menit, R 25 x/menit, S 39C, PD
cavum
douglas menonjol dan pungsi kavum douglas berisi pus
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Metritis
Peritonitis
Abses Pelvik .
Mastitis
Selulitis
27. Seorang perempuan berusia 35 tahun P3A0 post partum 2 minggu, datang ke
BPM
dengan keluhan demam-menggigil, nyeri bagian perut bawah, lokhia berbau dan
mengeluarkan nanah, hasil pemeriksaan TD 100/80 mmHg, Nadi 110 x/menit, R
25
x/menit, S 38,5C, dan terdapat nyeri tekan uterus
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Metritis
Peritonitis
Abses Pelvik .
Mastitis
Selulitis
28. Seorang perempuan berusia 35 tahun P3A1 post partum 2 minggu, datang ke
BPM
dengan keluhan demam-menggigil, mual muntah,nyeri bagian perut bawah, hasil
pemeriksaan TD 100/80 mmHg, Nadi 110 x/menit, R 24 x/menit, S 39,5C, dan
bising
usus (-)
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Metritis
Peritonitis
Abses Pelvik .
Mastitis
Selulitis
29. Seorang perempuan berusia 38 tahun P3A0 post partum 4 minggu, datang ke
BPM
dengan keluhan nyeri perut, disuria, frekuensi dan urgensi miksi meningkat,
hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Metritis
Peritonitis
Abses Pelvik .
Mastitis
Sistitis
30. Seorang perempuan usia 42 tahun usia kehamilan 24 minggu, datang ke BPM
dengan
keluhan nyeri perut, sekret vagina cair dan berbau, demam-tinggi, hasil
pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg, N : 97x/m, R :24x/m, S : 38,5oC, DJJ 165x/m, terdapat
cairan
ketuban keluar pervaginam.
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Servisitis
Peritonitis
KPD
Vaginitis
Amnionitis
31. Seorang perempuan usia 35 tahun usia kehamilan 19 minggu, datang ke BPM
dengan
keluhan kram perut bagian bawah, perdarahan bercak dari kemaluannya, hasil
pemeriksaan TD : 120/80 mmHg, N : 97x/m, R :24x/m, S : 37,5oC, PD : servik
tertutup.
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
komplit
insipiens
Imminens
inkomplit
Mola
32. Seorang perempuan usia 35 tahun usia kehamilan 19 minggu, datang ke BPM
dengan
keluhan kram perut bagian bawah, perdarahan dari kemaluannya, hasil
pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg, N : 88x/m, R :24x/m, S : 37,5oC, belum terjadi ekspulsi
hasil
konsepsi, PD : servik terbuka,
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
komplit
insipiens
Imminens
inkomplit
Mola
33. Seorang perempuan usia 35 tahun usia kehamilan 19 minggu, datang ke BPM
dengan
keluhan kram perut bagian bawah, perdarahan dari kemaluannya, hasil
pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg, N : 88x/m, R :24x/m, S : 37,5oC, ekspulsi sebagian hasil
konsepsi,
PD : servik terbuka,
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
komplit
insipiens
Imminens
inkomplit
Mola
34. Seorang perempuan usia 35 tahun usia kehamilan 19 minggu, datang ke BPM
dengan
keluhan kram perut bagian bawah, perdarahan dari kemaluannya, hasil
pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg, N : 88x/m, R :24x/m, S : 37,5oC, riwayat ekspulsi hasil
konsepsi,
PD : servik terbuka
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
komplit
insipiens
Imminens
inkomplit
Mola
35. Seorang perempuan usia 40 tahun usia kehamilan 18 minggu, datang ke BPM
dengan
keluhan kram perut bagian bawah, perdarahan dari kemaluannya, hasil
pemeriksaan
TD : 120/80 mmHg, N : 88x/m, R :24x/m, S : 37,5oC, TFU lebih besar dari
usia
gestasinya, terdapat sindroma mirip preeklamsia, tidak terdengar DJJ, dan
keluar
jaringan seperti anggur, PD : servik terbuka.
Apakah diagnosa pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
Abortus
komplit
insipiens
Imminens
inkomplit
Mola
Infeksi nifas
Parametritis
Tromboflebitis
Peritonitis
endometritis
37. Seorang perempuan usia 30 tahun, inpartu kala I fase aktif datang ke
BPM dari hasil
pemeriksaan diperoleh pada pemeriksaan abdomen teraba kepala janin 3/5
diatas
sympisis pubis, PD : portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, selaput ketuban
utuh, teraba
fontanel anterior dan orbita
Apakah Presentasi janin pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Presentasi Muka
Prentasi Dahi
Presentasi Dagu,
Presentasi kepala
Presntasi Bokong
38. Seorang perempuan usia 30 tahun, inpartu kala I fase aktif datang ke
BPM dari hasil
pemeriksaan diperoleh pada pemeriksaan abdomen teraba lekukan antara
oksiput dan
punggung, PD : portio tipis lunak, pembukaan 7 cm, selaput ketuban utuh,
teraba
muka, mulut, rahang, dan jari tangan mudah masuk ke mulut janin
Apakah Presentasi janin pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Presentasi Muka
Prentasi Dahi
Presentasi Dagu,
Presentasi kepala
Presntasi mulut
40. Seorang perempuan usia 20 tahun melahirkan spontan di BPM ,bayi lahir
segera
menangis ,warna kulit merah pernapasan teratur gerakan aktif . Tfu 2 jari
atas pusat
,tidak teraba bagian janin ,konraksi baik , kandung kemih penuh .
Apa Prioritas tindakan pada ibu?
A.
B.
C.
D.
E.
Lakukan kateter.
Suntik oksitosin 20 iu im .
Suntik oksitosin 20 iu im .
Kateter dan suntik oksytoksin 10 iu im.
Kateter dan suntik oksytoksin 20 iu im.
IMD.
Resusitasi.
Pemeriksaan fisik .
Manajemen aktif kala III.
Jepit ,potong ikat tali pusat .
Kateter.
Suntik mehergin 0,2 mg.
Suntik oksitoksin 10 iu im.
Kateter ,suntik metehergin 0.2 mg .
Kateter , suntik oksitoksin 10 iu im
43. Seorang perempuan usia 18 tahun usia kehamilan 10 minggu dirujuk bidan
ke RS.
mengeluh perdarahan bercak dan nyeri perut bagian bawah. hasil pemeriksaan
vital
sign : TD 90/60, N 110x/m, dilakukan douglas pungsi terdapat darah yang
tidak
membeku.
Apakah diagnose klien diatas?
A.
B.
C.
D.
E.
Abortus komplit
Abortus Inkomplit
Kehamilan Mola
Kehamilan ektopik
kehamilan ektopik terganggu
44. Seorang bayi berusia 5 hari dibawa ibunya ke Puskema dengan keluhan
malas
menyusu dan tidur terus. Hasil pemeriksaan kulit bayi kuning di daerah
wajah, vital
sign dalam batas normal, dan pemeriksaan penunjang menunjukan kadar
bilirubin 6
mg/dl.
Apakah diagnosa pada kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Kern Ikterus
Ikterus patologis
Ikterus fisiologis
Hepatitis A
Hepatitis B
45. Seorang perempuan usia 20 tahun inpartu kala I fase aktif di rujuk
bidan RS. hasil
pemeriksaan bidan di RS TD : 110/80 mmHg, N : 88x/m, S: 37oC, R : 24x/m,
pemeriksaan abdomen kepala teraba di bagian atas, DJJ terdengar di atas
pusat
140x/m, PD : Portio tipis lunak, pembukaan 7 cm, selaput ketuban utuh,
teraba rektum,
penurunan Hodge III.
apakah presentasi janin pada kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Presentasi
Presentasi
presentasi
Presentasi
Presentasi
Kaki
muka
verteks
bokong murni
bokong sempurna
46. Seorang perempuan usia 23 tahun, hamil anak pertama usia kehamilan 3
bulan, datang
ke puskesmas dengan keluhan perut terasa mules, keluar darah sedikit dari
jalan lahir,
hasil palpasi tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, pemeriksaan
dalam
terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis masih
tertutup.
Apakah nasehat yang diberikan pada kasus diatas?
A.
B.
C.
D.
E.
Banyak makan
Istirahat baring
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan CTG
Pemeriksaan Rhongen
Eklamsi
Hipertensi
Preeklamsi berat
Preeklamsi ringan
Preeklamsi sedang
48. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke RSU dengan keluhan tidak
haid kurang
lebih 3 bulan. Ia mengeluh mual pada pagi hari. Ia mengatakan anak pertama
baru
berusia 1 tahun, menggunakan KB Pil tapi tidak rutin diminum setiap hari
karena lupa.
Hasil pemeriksaan Bidan : TD 110/80 mmHg, Nadi 80 x/menit, teraba
ballotement,
dan pemeriksaan Hb 12 gr%.
Apakah tindakan yang akan anda berikan untuk kasus diatas?
A.
B.
C.
D.
E.
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
USG
HSG
Urine
Darah
Radiologi
49. Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke BPM mengaku ini kehamilan
cukup
bulan, mengeluh keluar darah segar dari kemaluan 2 jam yang lalu, tidak
disertai
mules. Dari hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal,inspekulo keluar darah
dari
ostium
Apakah rencana tindakan yang dilakukkan pada kasus tersebut?
A.
B.
C.
D.
E.
Posisi telentang
Pemberian relaksasi
Kolaborasi dengan SpA
Pertolongan persalinan di BPS
Rujuk ke fasilitas yang sesuai / RS
PER
PEB
Eklamsi
Hipertensi esensial
Hipertensi kronik
52. Seorang perempuan usia 32 tahun datang ke BPM dengan keluhan keluar
lendir
campur darah dari kemaluan, perut terasa mules mengaku hamil cukup bulan,
dilakukan periksa dalam, pembukaan servik 3 centimeter, ketuban utuh dan
teraba
dibalik selaput ketuban tali pusat janin dan berdenyut.
Apakah posisi yang dianjurkan sesuai dengan kasus diatas?
A.
B.
C.
D.
E.
Dorsal Recumbent
Trendelenburg
Litotomi
Supine
Sims
53. Seorang perempuan berusia 26 tahun datang ke BPM untuk melahirkan, usia
hamil
cukup bulan, pukul 08.00 pagi dilakukan periksa dalam dengan pembukaan
serviks
3cm, HIS 2 kali dalam 10 menit lama 35 detik, 4 jam berikutnya pembukaan
serviks
tetap 3cm, dan setelah itu 4 jam berikutnya pembukaan serviks 5cm.
Apakah keputusan klinis yang tepat pada kasus diatas?
A.
B.
C.
D.
E.
54. Seorang perempuan usia 27 tahun datang ke BPM mengaku hamil anak ke-3
belum
pernah keguguran. Hasil anamnesa didapatkan ibu tidak ingat HPHT,
pergerakan janin
pertama kali dirasakan ibu kemarin.
Berdasarkan data di atas, berapa usia kehamilan ibu ?
A.
B.
C.
D.
E.
16
17
18
19
20
minggu
minggu
minggu
minggu
minggu
55. Seorang perempuan usia 30 tahun 2 minggu post partum, saat kunjungan ke
rumahnya
Ibu mengeluh demam selama 2 hari ini, payudara teraba panas, tegang dan
nyeri. Ibu
tidak berani untuk menyusui. Hasil pemeriksaan di dapatkan keadaan umum ibu
lemah
dan tampak kesakitan, suhu 38,5 C, payudara merah, tegang dan bengkak.
Fundus
uteri tidak teraba, pengeluaran lochea alba.
Apakah diagnosa pada kasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
bendungan ASI
peradangan
fisiologis
mastitis
infeksi
Tirah baring
Memberikan O2
Memberikan infuse RL
Memantau perdarahan
Mempersiapkan rujukan
Rupture uteri
Plasenta Previa
Solutio plasenta
Mola hidatidosa
Insersi velamentosa
58. Seorang perempuan usia 31 tahun datang di BPM, hamil aterm anak ke dua,
mengeluh
ingin BAB, keluar lendir darah dari jalan lahir bertambah banyak. Hasil
pemeriksaan
TTV dalam batas normal, TFU 38 cm, bagian terendah janin kepala, penurunan
1/5,
DJJ 142x/mnt, Hasil VT: portio tidak teraba, ketuban (-), H III (+),
penunjuk UUK
pada pukul 1. Hb 10 gr%.
Apa tindakan pada kasus tersebut?
A.
B.
C.
D.
E.
Memimpin kala II
Ibu diperbolehkan duduk
Menganjurkan ibu miring ke kiri
Memposisikan ibu dorsal rekumben
Mengajarkan teknik meneran efektif
59. Pada saat kunjungan rumah hari ke tiga ibu mengeluh Asi baru keluar
sedikit dan
putting terasa nyeri ketika menyusui. Ibu menjadi takut untuk menyusui
bayinya. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, putting susu ibu tampak
lecet
kemerahan.
Apa yang harus bidan lakukan pada kasus ini?
A.
B.
C.
D.
E.
60. Seorang perempuan P1A0 post partum 6 jam di Polindes mengeluh keluar
darah
banyak dari jalan lahir. Dari hasil pengkajian diperoleh data: muka pucat,
conjungtiva
anemis, fundus uteri tidak teraba, kontraksi uterus kurang baik/ teraba
lembek,
kandung kemih kosong, luka jahitan baik.
Apakah diagnosa pada kasus diatas?
A.
B.
C.
D.
E.
atonia uteri
inkontinensia urine
sisa plasenta
anemia
perdarahan postpartum
61. Seorang perempuan berusia 18 tahun, melahirkan bayi yang sehat minggu
lalu di RS
Bersalin dan pulang ke rumahnya setelah 2 hari melahirkan. Ibu baik-baik
saja selama
beberapa hari pertama, tetapi kemudian menjadi mudah menangis, tidak sabar
bila
bayinya agak sulit menyusu, khawatir ia bukan seorang ibu yang baik, ia
merasa
suaminya tidak lagi mencintainya.
Apa yang sedang dialami oleh ibu ini?
A.
B.
C.
D.
E.
Postpartum blues
Perubahan emosi
Psikosa postpartum
Depresi postpartum
Reaksi neurotis-obsesif
Abortus imminens
Abortus inkomplit
Abortus komplit
Abortus habitualis
Missed abortion (abortus tertunda)
64. Seorang bayi telah lahir spontan 2 hari yang lalu di RS, gerakan aktif,
TTV : Normal,
BB 3000 gram PB 49 cm ,. Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelainan,
TTV
normal, dilakukan pemeriksaan refleks dengan cara menyentuh bagian pipi
bayi dan
bayi memberikan respon dengan cara mengikuti arah jari.
Apakah nama refleks yang dilakukan bidan?
A.
B.
C.
D.
E.
Refleks rooting
Refleks babinski
Refleks sucking
Refleeks grasping
Refleks moro
65. Seorang perempuan usia 28 tahun baru saja melahirkan 6 jam yang lalu.
Bayi menangis kuat, warna kulit merah, gerak aktif, BBL 2900 gram.
Apakah penatalaksanaan yang harus dilakukan terhadap bayi?
A.
B.
C.
D.
E.
Memandikan
Mengeringkan
Menghisap lendir
Memotong tali pusat
Inisiasi menyusu dini
66. Seorang perempuan usia 26 tahun P1AO, telah melahirkan bayi secara
spontan. 30
menit yang lalu di BPM, Bidan telah melakukan penyuntikan Oksitosin1 dan 2,
massase uterus. Dari hasil pemeriksaan didapatkan ibu mengalami perdarahan,
placenta lahir lengkap. Kandung kemih kosong.
Apakah diagnosis pada ibu tersebut?
A.
B.
C.
D.
E.
Solutio placenta
Robekan serviks
Sisa Placenta
Atonia uteri
Inversio uteri
67. Seorang perempuan usia 35 tahun, G2P1A0, datang ke BPM dengan keluhan
mules,
keluar lendir bercampur darah, cairan warna jernih. Hasil pemeriksaan KU
baik, TTV
Normal, his 3x10 selama 45, DJJ 144x/menit. pembukaan 8 cm, ketuban (-),
teraba
tali pusat di samping kepala
Apakah diagnosa pada ibu tersebut?
A.
B.
C.
D.
E.
Inpartu
Inpartu
Inpartu
Inpartu
Inpartu
kala
kala
kala
kala
kala
I
I
I
I
I
dengan
dengan
dengan
dengan
dengan
KPD
fisiologis
tali pusat terkemuka
fase aktif memanjang
tali pusat menumbung
68. Seorang perempuan usia 28 tahun telah melahirkan Bayi sehat dan normal
di BPM,
TTV ibu Normal, saat ini bidan sedang melakukan pemeriksaan pengeluaran
plasenta
dengan cara meletakkan tangan disertai tekanan pada atas simfisis, tali
pusat di
tegangkan maka bila tali pusat masuk (belum lepas), jika diam atau maju
( sudah
lepas).
Apakah nama metode pengeluaran plasenta yang dilakukan oleh bidan?
A.
B.
C.
D.
E.
Kustner
Klein
Strassman
Duncan
Schultze
69. Seorang perempuan 25 tahun datang ke RS mau periksa hamil mengaku hamil
anak ke
dua. Hasil pengkajian diketahui klien tidak mendapat haid sejak 2 bulan
yang lalu.
Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal
Kapankah kilen dianjurkan ANC ulang?
A.
B.
C.
D.
E.
70. Seorang Perempuan G1P0A0 hamil 20 minggu datang ke BPM untuk pertama
kali
ANC. Hasil pemeriksaan dalam keadaan normal. Asuhan kebidanan yang
diberikan
oleh bidan adalah memberikan imunisasi tetanus toksoid.,
Apakah tujuan tindakan yang dilakukan?
A.
B.
C.
D.
E.
Mencegah
Mencegah
Mencegah
Mencegah
Mencegah
Tetanus
Tetanus
Tetanus
Tetanus
Tetanus
pada
pada
pada
pada
pada
ibu
bayi
petugas
ibu dan bayi
petugas dan ibu
71. Seorang ibu 28 tahun ,hamil pertama 38 minggu datang ke BPM mengeluh
perut
sudah mules dan sering ,dari vagina keluar darah lendir. KU baik ,TTV
normal ,his
3x/10'/45..Tfu 32 cm, djj 148x/menit .PD v/v tak,portio lunak ,pembukaan 8
cm,
ketuban (+)presentasi kepala 3/5,posisi uuk kanan depan ,penurunan H III
,moulage
tidak ada.
Bagaimanakah imbang feto pelvik klien tersebut ?
A.
B.
C.
D.
E.
Baik .
Luas.
Cukup.
Kurang.
Sedang.
72. Seorang ibu 28 tahun ,hamil pertama 38 minggu datang ke BPM mengeluh
perut
sudah mules dan sering ,dari vagina keluar darah lendir. KU baik ,TTV
normal ,his
3x/10'/45..Tfu 32 cm, djj 148x/menit .PD v/v tak,portio lunak ,pembukaan 8
cm,
ketuban (+)presentasi kepala 3/5,posisi uuk kanan depan ,penurunan H III
,moulage
tidak ada.
Apakah rencana asuhan untuk persalinan klien tersebut ?
A.
B.
C.
D.
E.
73. Seorang ibu 29 tahun ,hamil pertama 38 minggu datang ke BPM mengeluh
perut
sudah mules dan sering ,dari vagina keluar darah lendir, ku baik TTV
normal. Bidan
akan melakukan pemeriksaan fisik pada klien tersebut .
Apakah data penting yang harus dikaji untuk menegakkan diagnosa pada kasus
tersebut ?
A.
B.
C.
D.
E.
Keluhan utama.
KU dan tanda tanda vital.
TFU ,presentasi .pnurunan ,tbj.
TFU,TBJ,DJJ,penurunan bagian terendah janin .
His,TBJ,presentasi ,DJJ ,pembukaan dan penurunan.
74. Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu datang
ke BPM
dengan keluhan perut sudah disertai rasa ingin mneran .Dari vagina keluar
cairan
warna putih keruh. Hasil pemeriksaan.KU baik ,TTV normal ,his
4x/10'/55..Djj
148x/menit hasil periksa dalam: portio tidak teraba, ketuban( -) presentasi
kepala
,posisi uuk depan, penurunan H III ,moulage tidak ada.
Apakah rencana asuhan pada klien tersebut ?
A.
B.
C.
D.
E.
75. Seorang ibu 28 tahun melahirkan bayi ke dua di BPM bayi lahir spontan
menangis
kuat, Warna kulit merah ,menangis kuat, gerakan aktif, bayi dikeringkan dan
diselimuti.
Apakah tindakan yang harus segera dilakukan ?
A.
B.
C.
D.
E.
Massage uterus
Suntik Methergin 0,2mg/im
Suntik Oxytocin 10 Unit/ im
Palpasi, dan suntik oxytocin 10 unit
Memotong tali pusat , mengikat dan IMD
Haemoglobin
Hitung lekosit
Glukosa urine
Golongan darah
Protein urin
78. Seorang perempuan usia 33 tahun melahirkan anak ke-2 satu minggu yang
lalu datang
ke Bidan Praktik Mandiri. Ia mengeluh demam dan nyeri di bagian bawah perut
dan
keluar darah agak berbau busuk selama 4 hari. Hasil pemeriksaan fisik
Suhu : 38,5oc,
TD : 100/60 mmHg, nadi : 80 x/menit, pernafasan : 20 x/menit. TFU :
pertengahan
shympisis pusat.
Apakah diagnosa yang paling tepat padakasus di atas?
A.
B.
C.
D.
E.
Cistitis
Metritis
Mastitis
Peritonitis
Pyelonefritis
79. Seorang perempuan usia 20 tahun datang ke BPM menyatakan terlambat haid
2 bulan
mengeluh sering mual terutama pada pagi hari, kadang disertai muntah.
Apakah saran yang dianjurkan untuk mengatasi keluhan tersebut?
A.
B.
C.
D.
E.
Makan
Makan
Makan
Makan
Makan
makanan
makanan
makanan
makanan
makanan
ringan
ringan
ringan
ringan
ringan
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
tinggi
80. Seorang bayi lahir di Bidan Praktik Mandiri , BB lahir 3250 gram. Bayi
tampak
sehat, gerakan aktif, kulit kemerahan, menangis kuat. Ada benjolan di
kepala, teraba
lunak dan melewati sutura. Seorang bayi lahir di Bidan Praktik Mandiri , BB
lahir
3250 gram. Bayi tampak sehat, gerakan aktif, kulit kemerahan, menangis
kuat. Ada
benjolan di kepala, teraba lunak dan melewati sutura.
Apakah diagnosa pada bayi tersebut?
A.
B.
C.
D.
E.
Caput vakum
Cephal hematoma
Trauma lahir kepala
Caput succedaneum
Perdarahan intracranial
81. Bidan berkolaborasi dengan kader mengadakan posyandu bayi dan balita di
wilayah
kerjanya. Dari 20 bayi balita yang berkunjung, 5 diantaranya berada di
bawah garis
merah (BGM) dan terdapat 10 bayi yang belum mendapatkan vaksinasi campak
karena
ibu bayi kuatir bayinya mengalami demam tinggi pasca pemberian vaksinasi
Apakah langkah yang dilakukan bidan untuk kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
82. Bidan bekerjaama dengan kader mengadakan posyandu bayi dan balita di
wilayah
kerjanya. Dari 20 bayi balita yang berkunjung, 5 diantaranya berada di
bawah garis
merah (BGM) dan terdapat 10 bayi yang belum mendapatkan vaksinasi campak
karena
ibu bayi kuatir bayinya mengalami demam tinggi pasca pemberian vaksinasi.
Apakah pendidikan kesehatan yang tepat untuk kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
83. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir di BPM dalam kondisi tidak
menangis, warna
kulit kebiruan dan tonus otot lemah. Hasil penilaian setelah dilakukan
langkah awal
resusitasi, bayi bernafas, frekuensi jantung > 100x/menit dan warna kulit
akrosianosis.
Apakah tindakan selanjutnya yang tepat untuk kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
84. Seorang bidan di Puskesmas enerima bayi laki-laki usia 8 bulan yang
datang diantar
keluarganya dengan keluhan sejak 3 hari yang lalu bayi rewel dan menangis
menjerit
ketika hendak dipasangkan popok/celana. Dari hasil pemeriksaan fisik
terdapat ruam
kemerahan di area pantat dan genetalia bayi.
Apakah asuhan yang tepat diberikan pada kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
85. Bidan melakukan kunjungan rumah pada ibu yang bersalin 4 hari yang lalu
dengan BB
lahir 2700 gram. Dari hasil anamnesa, ibu menyatakan bayi malas menyusu
sejak 2
hari. Pada pemeriksaan didapatkan bayi mengalami penurunan BB sebanyak 150
gram
dari BB lahir, terdapat pewarnaan kuning di permukaan kulit tubuh bayi
bagian atas.
Apakah asuhan yang tepat untuk kasus di atas ?
A.
B.
C.
D.
E.
86. Bidan melakukan kunjungan rumah seorang perempuan usia 23 tahun yang
baru
melahirkan bayi laki laki usia 2 hari. Bayi tersebut belum mendapatkan
ASI karena
ASI belum keluar, ibu mengatakan bayi sudah diberikan susu formula. Hasil
pemeriksaan TTV bayi dalam batas normal, bayi terlihat tenang, Suhu ibu :
36,5 C,
payudara ibu oedema : Positif ki/ka
Apakah Asuhan yang tepat diberikan bidan pada kasus diatas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Memberikan MP-ASI
Melakukan Breast Care
Menganjurkan ibu istirahat cukup
Menganjurkan ibu memandikan bayi
Menganjurkan ibu kontak skin to skin
87. Bidan di sebuah desa didatangi oleh seorang perempuan usia 32 tahun
berprofesi
sebagai kader mengatakan ada balita usia 5 tahun menderita gizi buruk.
Setelah
dilakukan kunjungan rumah keluarga tersebut termasuk pada keluarga dengan
tingkat
ekonomi menengah kebawah.
Apakah upaya bidan untuk mencegah kasus tersebut berulang kembali
A.
B.
C.
D.
E.
88. Bidan mendatangi keluarga dengan seorang balita perempuan usia 4 tahun
yang setiap
bulannya selalu menderita penyakit diare dari usia 3 tahun, setelah
dilakukan
pemantauan keluarga tersebut tidak menggunakan air bersih dan membuang
limbah /
sampah tidak pada tempatnya.
Apakah Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan bidan pada kasus diatas ?
A.
B.
C.
D.
E.
Istirahat cukup
Pengobatan diare
Pola makan gizi seimbang
Pola hidup bersih dan sehat
Penyediaan tempat sampah
90. Bidan berusia 23 tahun, bekerja disebuah desa dan baru bekerja selama 2
bulan, setelah
dilakukan pendataan banyak di jumpai ibu bersalin dengan komplikasi karena
banyak
masyarakat desa tidak mempunyai biaya untuk dana persalinan.
Apakah yang dilakukan bidan menyikapi kasus diatas?
A.
B.
C.
D.
E.
pembentukan
pembentukan
pembentukan
pembentukan
pembentukan
ambulan siaga
donor darah
desa siaga
suami siaga
tabulin
2.
a.
PP test
b.
Urin aceton
c.
Urin reduksi
d.
Urin protein
2.
a.
11minggu 5 hari
b.
12 minggu 5 hari
c.
13 minggu 5 hari
d.
14 minggu 5 hari
3.
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.
d.
5.
a.
b.
c.
d.
referensi
Pusdiknakes. Panduan pengajaran Asuhan Kebidanan FIsiologis Bagi Dosen Diploma
DIII Kebidanan. JHPIEGO, 2003
Kasus II
Ny S Umur 24 th datang ke bidan S pada tanggal 10 Juni 2011 mengeluh susah BAB.
Hasil pemeriksaan HPHT 28 Oktober 2010. Ny S menyatakan hamil yang ketiga
kalinya, pernah melahirkan satu kali dan pernah keguguran 1 kali, Ibu rajin kontrol
kehamilannya ke bidan dan selalu meminum suplemen setiap hari. KU ibu Baik dan
vital sign baik.
6.
a.
32 minggu 1 hari
b.
32 minggu 3 hari
c.
32 minggu 4 hari
d. 32 minggu 5 hari
7.
a.
b.
c.
d.
Penurunan kadar progesterone yang menyebabkan peristaltic usus menjadi
lambat
8.
a.
b.
c.
d.
9.
a.
b.
c.
d.
5 agustus 2011
b.
4 agustus 2011
c.
3 agustus 2011
d.
2 agustus 2011
STASI 2
2.
Saudara harus menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Kehamilan
Patologis.
3.
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberi
tanda silang (X) pada huruf A, B, C, dan D pada lembar jawaban yang sudah
disediakan.
4.
a.
Eklampsia
b.
c.
Hb darah
b.
Darah rutin
c.
Protein urine
d.
Urine reduksi
3.
4.
5.
Dalam masa in partu Ny. Teti harus lahir selambatnya dalam waktu
adalah.
a.
5 jam
b.
jam
c.
10 jam
d.
12 Jam
7.
a.
Transfusi darah
b.
Pemeriksaan dalam
c.
d.
8.
a.
Hb 8,4 gr%
b.
TD 80/50 mmHg
c.
KU lemah, pucat
d.
9.
a.
Rumah
b.
Ruang operasi
c.
Kamar bersalin
d.
Tirah baring
b.
Pemeriksaan inspekulo
c.
Induksi persalinan
d.
Terminasi kehamilan
1.
2.
3.
4.
5.
D
STASI IV
2.
3.
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberi
tanda silang (X) pada huruf A, B, C, dan D pada lembar jawaban yang sudah
disediakan.
4.
1.
A.
B.
C.
D.
2.
A.
B.
TFU 30 cm
C.
Kenceng-kenceng
D.
Pembukaan serviks 8 cm
3.
A. Hodge I
B. Hodge II
C. Hodge III
D. Hodgee IV
4.
A.
B.
Memberikan nutrisi
C.
D.
5.
A. Memecah ketuban
B. Memimpin persalinan
C. Memastikan pembukaan lengkap
D. Menganjurkan ibu untuk mengatur pernafasan
A.
B.
Post partum
C.
Inpartu kala II
D.
7.
A.
B.
Injeksi oksitosin
C.
D.
Melahirkan plasenta
8.
A.
5 10 menit
B.
10 15 menit
C.
15 20 menit
D.
15 30 menit
9.
Tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan uterus globuler
merupakan
A.
Inpartu III
B.
C.
D.
10. Pada keadaan kontraksi, uterus inkoordinasi akan membentuk cicin retraksi
patologis (bendels Rings),pada bagian uterus ini merupakan bagian uterus.
A.
B.
C.
D.
KUNCI JAWABAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. D
SUMBER :
Departemen Kesehatan RI, 2008, Buku Pelatihan APN, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Manuaba I Gde, 2005, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
STASI 7
PETUNJUK UNTUK TERUJI :
1.
2.
3.
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberi
tanda silang (X) pada huruf A, B, C, dan D pada lembar jawaban yang sudah
disediakan.
4.
SOAL :
Kasus I (untuk No. 1 s/d 5)
Ny N usia 26 tahun hamil anak kedua 39 mgg datang ke Bidan jam 01.00 WIB.
Dilakukan pemeriksaan dengan hasil urin reduksi (+ +) TBJ janin 4100 gr, jam 08.00
WIB pembukaan lengkap. Setelah dipimpin mengejan kepala bayi lahir namun tidak
ada kemajuan persalinan.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
Salah satu faktor penyebab dari Ny.N berdasatkan kasus diatas adalah
a.
Hipertensi
b.
Janin besar
c.
Panggul sempit
d.
Diabetes militus
3.
a.
Prasat Brach
b.
Prasat Clasik
c.
Prasat Muller
d.
Prasat McRoberts
4.
a.
Prolap uteri
b.
Inversio uteri
c.
d.
5.
a.
Hiperglikemi.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
7.
Pada pukul 04.00 WIB plasenta masih belum lepas, tanpak adanya perdarahan
pervaginam, berdasarkan keadaan tersebut maka diagnosisnya adalah.
a.
Atonia Uteri
b.
Inversio Uteri
c.
Retensio Plasenta
d.
8.
a.
Reposisi Uteri
b.
Manual Plasenta
c.
Plasenta Inkarserata
d.
Plasenta Suksentunata
9.
Tindakan yang dilakukan pada no.8 ternyata gagal karena plasenta tidak bisa
lepas dan Ny.Tina mengalami perdarahan. Kemungkinan penyebab hal tersebut
adalah
a.
Plasenta Akreta
b.
Plasenta Previa
c.
Plasenta Sirkumvirata
d.
Plasenta Suksenturiata
10. Berdasarkan keadaan No.9 maka tidakan segera yang harus dilakukan bidan
padaNy.T adalah
a.
Histerektomi
b.
Merujuk ke RS
c.
Melakukan Kuretase
d.
PETUNJUK TERUJI
1.
2.
Saudara harus menjawab pertanyaan berkaitan dengan asuhan pada ibu nifas.
3. Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberikan
tanda silang
( X ) pada huruf A, B, C. dan D pada lembar jawab yang sudah disediakan.
4.
a.
b.
c.
d.
2.
Asuhan masa nifas yang tepat diberikan dalam 6 jam pertama pada Ny R
adalah
a.
b.
c.
Konseling KB dini
d.
3.
a.
b.
c.
d.
Perawatan payudara
4.
Konseling yang telah diberikan sesuai dengan keluhan Ny.R bertujuan untuk .
a.
b.
Mengurangi konstipasi
c.
d.
5.
Sebagai bidan perlu memberikan informasi kepada Ny R tentang pentingnya
pemberian Vitamin A pada ibu nifas dengan dosis .
a.
200 unit
b.
2.000 unit
c.
20.000 unit
d.
200.000 unit
Kebutuhan cairan per hari pada Ny A selama masa nifas dan menyusui adalah
a.
6 gelas
b.
8 gelas
c.
10 gelas
d.
12 gelas
7.
a.
b.
Minum multivitamin
c.
Istirahat cukup
d.
8.
a.
b.
c.
d.
9.
Bila masa nifas Ny A dalam keadaan normal maka menstruasi dapat terjadi
pada
a.
7-8 minggu
b.
4-18 bulan
c.
2-3 bulan
d.
4-8 minggu
b.
Mencegah perdarahan
c.
d.
Konseling KB dini
Kunci Jawaban :
1A
6C
2C
7C
3C
8A
4B
9B
5D
10 C
STASI 10
PETUNJUK TERUJI
1.
2.
Saudara harus dapat menjawab soal yang berkaitan dengan gangguan kesehatan
reproduksi
3.
Jawablah 10 soal dengan memilih A, B, C, dan D sesuaikan dengan pendapat
saudara dilembar jawaban yang telah disediakan
4.
5.
a.
Senium
b.
Menopause
c.
Klimakterium
d.
Pra menopause
2.
a.
Estrogen
b.
Androgen
c.
Progesterone
d.
Ganadrotopin
3.
Berdasarkan keluhan dispaureunia yang di alami Ny. Ruli, maka anjuran yang
diberikan bidan adalah
a.
b.
c.
d.
4.
Tidak haid selama 2 bulan yang di alami Ny. Ruli disebabkan oleh
a.
b.
a.
b.
5.
Asupan makanan yang sebaiknya di hindari Ny. Ruli olehtidak boleh diberika
untuk Ny. Rili adalah
a.
b.
c.
d.
Ny Brina, 30 tahun, P2A0,datang ke klinik dengan keluhan demam ,nyeri perut bagian
bawah dan sekitar panggul , dan sering mengeluarkan cairan dari jalan lahir setelah
haid dan post coital.Nyeri saat haid sudah 1 tahun ,ibu tidak menjadi akseptor KB.
Dari pemeriksaan di dapat hasil T: 120/80 mmHg, N: 84x/mnt,RR: 24x/mnt,S : 400c dan
terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah.
6.
7.
8.
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa
adalah.
1. USG
2. Urinalisis
3. Tes kehamilan
4. Darah lengkap
9.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. B
STASI 11
2.
Saudara harus menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Kehamilan
Patologis.
3.
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dengan memberi
tanda silang (X) pada huruf A, B, C, dan D pada lembar jawaban yang sudah
disediakan.
4.
1.
a.
DPT 1
b.
BCG
c.
Campak
d. HB 2
2.
Reaksi KIPI yang paling sering timbul setelah pemberian imunisasi tersebut
a.
Diare
b.
Kejang
c.
Demam
d. Ulcus lokal
3.
a.
Sub Cutan
b.
Intra Vena
c.
Intra Cutan
d. Intra Muskular
4.
a.
2-8C
b.
< 2 C
c.
28-30C
d. 10-28C
5.
a.
0,5 ml
b.
0,05 ml
c.
1 ml
d. 0,01 ml
A.
Diare
B.
Disentri
C.
Dehidrasi
D.
Gangguan osmotik
7.
A. Diare
B. Dehidrasi
C. Hiperglikemi
D. Gangguan osmotik
9.
A.
Pemberian cairan
B.
C.
D.
10. Tindakan Anda selanjutnya pada kasus bayi L, yang sesuai dengan
kewenangannya adalah.
A. Rujuk ke RS
B. Pasang infus
C. Berikan terapi diare
D.
2.
3.
Jawablah soal dengan cara memilih huruf A, B, C atau D pada lembar jawab
yang tersedia.
4.
A.
Lynoral
B.
Postinor
C.
Progynova
D.
Microgynon
2.
Dosis yang tapat untuk jenis alat kontrasepsi yang dipilih Ny. S adalah
A.
21 tablet
B.
22 tablet
C.
23 tablet
D.
24 tablet
3.
Batas maksimal pemberian dosis pertama kontrasespsi yang dipilih Ny. S
adalah
A.
B.
C.
D.
4.
A.
Mual
B.
Keputihan
C.
Kegemukan
D.
Ca Mammae
5.
Apabila Ny. Sari ingin berKB dalam jangka waktu yang panjang, alat kontrasepsi
yang dianjurkan bidan adalah
A.
MOW
B.
Suntik
C.
AKBK
D.
AKDR
KASUS II
Ny. D umur 26 tahun melahirkan anak pertamanya 40 hari yang lalu, belum pernah
menggunakan kontrasepsi, menderita varises dan hipertensi.
6.
A.
Pil
B.
IUD
C.
Suntik
D.
Implant
7.
Pemeriksaan yang harus dilakukan terhadap Ny. D sebelum pelaksanaan metode
di atas
A.
Pemeriksaan HB
B.
Pemeriksaan umum
C.
Pemeriksaan bimanual
D.
KASUS III
Ny. R umur 24 tahun, mempunyai anak 1 umur 2 tahun, datang ke BPM Khotidjah
ingin mengikuti KB tetapi tidak mau jenis hormonal dan IUD. Ny. R menginginkan KB
sederhana dan sementara karena suami bekerja di luar kota. Dari anamnesa, Ny. R
mengatakan mens nya tidak teratur
8.
Pilihan alat kontrasepsi yang tepat untuk kasus Ny. Rini adalah
A.
Kondom
B.
Kalender
C.
Suhu basal
D.
MAL
9.
Cara kerja dari alat kontrasepsi yang dipilih Ny. Rini adalah
A.
Mencegah ovulasi
B.
C.
D.
10. Efek samping yang mungkin terjadi pada Ny. Rini adalah..
A.
Erosi
B.
Alergi
C.
Infeksi
D.
Ekspulsi
Postinor
2.
21 tablet
3.
4.
Mual
5.
AKDR
6.
IUD
7.
Pemeriksaan bimanual
8.
Kondom
9.
10. B
Alergi
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakkan kembali kedalam wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke
perineum
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam
batas normal (120-160 x/menit)
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi nyaman, jika ibu
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih
untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas
dan distal untuk melakukan bahu belakang
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dandan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri
diantara lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat
b. Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering dan membiarkan bayi di atas perut ibu
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan t idak ada lagi bayi dalam uterus
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuscular)
di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi
lainnya
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain meregangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan
kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial. Jika plasenta t idak lahir setelah
30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur
37. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah
untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan
masukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri anterolateral
antibiotik
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan
50. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum
Perineum menonjol.
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasilhasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran :
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam
waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1
jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah
60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung
setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi
tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang
bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi.
Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masingmasing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.
Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan
ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.
Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang
berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan
posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan
tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5 10 cm dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit :
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
X. EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
Isu Terkini dalam praktik kebidanan lain yang sangat fenomenal adalah lotus birth yang
membuat Robin Lim mendapat penghargaan yang membanggakan sejawat di seluruh dunia.
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang
tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam
perubahan Whartons jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit
pasca persalinan.
Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya
terjadi 3-10 hari setelah lahir.Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menekankan pentingnya
penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan
dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997)
Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam
perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih
memerlukan pembuktian lebih lanjut.Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi
umumnya dilakukan di klinik dan rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment antara
ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir .
Meskipun merupakan suatu fenomena alternatif yang baru, penundaan pemotongan tali pusat
sudah ada dalam budaya Bali dan budaya orang Aborigin.Oleh karena itu, keputusan untuk
dilakukannya Lotus Birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi karena Lotus Birth
merupakan tanggungjawab dari klien yang telah memilih dan membaut keputusan tentang
tindakan tersebut.
Praktik Modern dari Lotus Birth menunjukkan bahwa mamalia yang mempunyai 99% bahan
genetik hampir sama dengan manusia, yaitu simpanse pun membiarkan plasenta utuh, tidak
merusak atau memotongnya. Hal tersebut dikenal dengan fakta primatologistsSampai
sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai adanya kehilangan berat badan bayi dan
penyakit kuning karena tindakan Lotus Birth.Referensi mengenai Lotus Birth ini terdapat
dalam ajaran Budha, Hindu, serta Kristen dan Yahudi.
Beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
1) Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong
tali pusat
2) Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3)
4) Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
5) Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar
pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
6) Alasan rohani atau emosional.
Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4) Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu
yang lebih lama untuk bounding attachment.
5) Dr Sarah Buckley mengatakan :bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfusi ini mengandung zat besi, sel darah merah,
keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama.
Hilangnya 30 mL darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 mL darah
untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum
berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 mL darah, yang setara
dengan 1200mL darah orang dewasa.
2. Evidence Base Praktik Kebidanan
1. Definisi
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence Base
dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence : Bukti, fakta
Base : Dasar
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Pengertian Evidence Base menurut sumber lain:
The process of systematically finding, appraising and using research findings as the basis for
clinical decisions.4
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2)
3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang
bermutu
4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
1a
(best)
1b
1C
2a
2b
2c
KETERANGAN
: KEBIASAAN
outcome research: ecological studies
Diet rendah
garamreview
untuk of case
Hipertensi
3a
:Systematic
control bukan
studieskarena retensi
mengurangi hipertensi
garam
3b
: Individual case control study
Membatasi hubungan seksual Dianjurkan untuk memakai
untuk mencegah abortus dan kondom ada sel semen yang
kelahiran prematur
mengandung prostaglandin
4
: Case series
tidak kontak langsung dengan
organ reproduksi yang dapat
memicu kontraksi uterus
5
: Expert opinion
(worse)
Pemberian kalsium untuk
mencegah kram pada kaki
EBM-ANC
Aktititas dan
mobilisasi/latihan (senam
hamil dll) saat masa
kehamilan menurunkan
kejadian PEB, gestasional
diabetes dan BBLR dan
persalinan SC
2)
Berkaitan dengan
peredaran darah dan
kontraksi otot. (lihat
jurnal)8
KEBIASAAN
KETERANGAN
Tampon Vagina
3)
NEWBORN CARE
TEMUAN ILMIAH
macam-macam imunisasi
Imunisasi BCG
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.
Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan
serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum.
Kejang
Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan,
imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat.
Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya
abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau
kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam
ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan.
Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen
(atau ibuprofen).
Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres
hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang
bersangkutan.
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh
kuman penyebab difteri dan tetanus.
Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh
atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima
imunisasi difteri dan tetanus.
Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.
Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau
menderita demam tinggi.
Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan
lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk
pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.
Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat
kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.
Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL.
Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan,
yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun
kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen
(MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu.
Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian
pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2
tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
Diare berat
Kehamilan.
Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak
(tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan
atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan
diulangi 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan
campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair.
Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa
menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan
bahkan kematian.
Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah
satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa
menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan
pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.
Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan
pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).
Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi
penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan
pemberian vaksin MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman.
Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan
tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang
berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan
pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat,
karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum
masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun
atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status
imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.
Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah
memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit
tersebut pada masa kanak-kanak.
Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan
perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan.
Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak
dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.
Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:
Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini
terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR.
Demam 39,5 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15%
anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 12 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari.
Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.
Komponen gondongan
Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung
selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR.
Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR.
Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam
waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan
pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25%
orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini
terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul).
Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan
terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang
dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat
artritis ini.
Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering
ditemukan pada orang dewasa.
Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan
berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.
Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur
2, 4 dan 6 bulan.
Imunisasi Varisella
demam
kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah
penyuntikan
pneumonia
ensefalitis
Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen
darah lainnya
Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima
suntikan immunoglobulin.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki
HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara
suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II
dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III.
Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar
HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada
lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan,
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur
1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan
HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu
diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan
HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai
anak benar-benar pulih.
Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan
sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan),
yang akan hilang dalam beberapa hari.