PEMBAHASAN
Etika Pengobatan
Secara etimologis, Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti
watak kesusilaan atau adat. (Zubair, 1980:13). Dalam Bahasa Indonesia (1991),
etika diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari
pengertian kebahasaan
ini
terlihat
bahwa
etika
berhubungan
dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia. Secara terminologis, para ahli memberi
pengertian etika dengan ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut
pandang masing-masing. Ahmad Amin (1983) misalnya mendenisikan etika
adalah ilmu yang
menjelaskan
arti
baik
dan
buruk,
menerangkan
apa
harus merasa bangga akan profesinya karena semua agama menghormati profesi
dokter. Orang biasa ataupun raja tidak dapat menyembuhkan penyakit tanpa
bantuan seorang dokter, sehingga dokter harus membuat pasiennya bergembira.
Oleh karena itu aspek moral dan spiritual profesi seorang dokter sangat berharga.
Dalam Islam, etika dan penyembuhan spiritual merupakan dua gagasan
yang kompleks. Dalam Al-Thibb Al-Ruhani, dia membeberkan cara cara
menyembuhkan penyakit etika, kedua keterkaitan besar alrazi terhadap etika
pengobatan. Pertama, menyangkut tanggung jawab etis seorang dokter terhadap
pasien yang memilik dua dimensi dalam islam. (1) hubungan antra dokter dengan
pasien. Keramahan, kesabaran serta perhatian terhadap pasien. (2) keyakinan kuat
bahwa dokter itu bukan orang baik dan etis maka pengobatan tersebut tidak akan
berjalan dengan efektif, dengan mengabaikan pertimabahngan bahwa dokter tidak
etis. Tentu saja akan bereputasi jelek sehingga tidak akan berhasi. Kedua, dalam
etika Islam kesehatan adalah suatu unsur kesehatan yang utuh, artinya jika orang
tidak bermoral baik, positif, dan seimbang ia juga tidak bisa merawat kesehatan
secara utuh. Jadi perspektif ini baik kesehatan moral baik kesehatan fisikmenjadi
perhatian medis secara langsung.
Al-Razi menyebut empat belas penyakit moral, yang pertama adalah cinta.
Dalam berbagai karya pengobatan islam, cinta berperan sangat besar dalam
menimbulkan penyakit moral mental. Cara ibnu sina mendiagnosis penyakit cinta
dengan meraba-raba detak jantung pasien dan mengamati ekspresi wajah sembari
menanyakan tempat tinggal orang yang dicintainya, menyebutkan beberapa nama
perempuan yang tinggal diseputar tempat itu, atau memintanya untuk
menggambarkan geografi berbagai wilayah. Dalam sejumlah kasus, Al-Razi
berkisah bahwa orang-orang yang memiliki tujuan dan hasrat yang tinggi dalam
kehidupan pada umumnya tidak jatuh cinta, dan kalaoupun itu terjadi, mereka
berusaha menyingkirkan dengan cepat karena dianggap memalukan dan
menurunkan kehormatan dan bahwa hanya orang-orang kasar dan tak beradab
semacam orang badui yang menjadi korban penyakit ini. Penyembuhan yang
dianjurkan oleh Al-Razi adalah jangan terlalu sering melihat orang yang
dicintainya sebelum bisa menahan diri secara utut serta selalu ingat bahwa pada
orang yang dicintainya itu pun akan mati.
Al-Razi menganjurkan perlunya pembedaan metode pengobatan penyakit
moral antara orang yang meyakini akhirat dan yang tidak meyakininya. Ihwal
penyakit cinta, mereka yang tidak meyakini akhirat
kecintaan duniawi ini suatu ketika akan terputus oleh kematian, dan karenanya
seseorang harus berusaha mencari sesuatu yang memiliki nilai nyata. Sementara
itu, mereka yang meyakini hari akhirat harus ingat bahwa objek kecintaan yang
harus dikejar adalah sesuatu yang akan menhasilkan kehidupan yang lebih
berharga
di akhirat.
sendiri. Tak pelak lagi, di sini Al-Kirmani telah memainkan perannya sebagai
seorang dai Ismailiyah.
Sepanjang sejarah islam, ada sejumlah laporan bahwa Al-Razi tidak
mempercayai agama manapun dan menyangkal kenabian dan wahyu. Laporan
mengenai sikapnya yang tidak beragama ini juga termuat dalam karya-karya
muslim mengenai sejarah pengobatan. Namun, bukti-bukti dari karyanya
berlawanan dengan laporan tersebut. Kita telah mengutip ucapannya diatas bahwa
orang yang menjalankan perintah hukum agama dengan benar tidak perlu merasa
takut. Dalam buku Thibb Al-Ruhani, dia juga mengatakan bahwa sejumlah
sastrawan dan penyair jatuh sakit karena kecintaan mereka kepada Rasulullah. AlRazi yang terlibat dalam sejumlah kontroversi dengan sebagian rekan
sezamannya, menyulut kemarahan orang-orang Ismailiyah akibat perdebatannya
dengan Abu Hatim Al-Razi (w. 934), tokoh intelektual Ismailiyah terkemuka di
zamannya ( sekota dengan Al-Razi ). Satu-satunya laporan mengenai perdebatan
ini adalah dari dai Ismailiyah.
Martabat Manusia
Pada akhir kisah qabil dan nabil,alquran menyatakan, oleh karena itu kami
tetapkan bagi bani israil bahwa barang siapa membunuh seorang manusia karena
orang itu orang lain, atau bukan kerana membuat kerusakan di muka bumi, maka
seakan akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang
memeliahara kehidupan seorang manusia maka seolah olah dia telah telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul kami dengan keterangan keterangan yang jelas,
kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh melampaui batas dalam
membuat kerusakan dimuka bumi. Sementara membolehkan berperang bagi orang
orang muslim yang terpaksa meninggalkan mekkah karena penindasan untuk
kembali kerumah dan kampung halaman mereka- pernyataan pertama mengenai
jihad- alquran memberi alasan dibalik jihad : dan sekitarnya allah tiada menolak
keganasan sebagai manusia atas sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan
biara-biara Nasrani, gereja-gereja, sinagong-sinagong, dan masjid-masjid di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti akan menolong
orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar mahakuat
lagi mahaperkasa.
Paragraf ini memperlihatkan bahwa kehidupan manusia tidak tergantikan,
setiap manusia adalah unik, kebebasan beragama dan kesadaran merupakan
landasan kehidupan manusia, legitimasi berjihad adalah penindasan terhadap
keyakinan atau kesadaran. Konsep kehormatan pribadi merupakan salah satu
prinsip hidup terpenting di kalangan suku-suku Arab pra-islam.
Dengan latar belakang inilah para ahli fiqih islam merumuskan teori
tentang lima hak asasi manusia yang wajib dilindungi oleh setiap negara, yaitu
hak perlindungan atas hidup, harta
hakikatnya hak kehormatan mendukung keempat hak yang lain karena ancaman
terhadap hidup, harta, agama, dan akal tentulah mengancam kehormatan
seseorang. Dalam rumusan yang lebih tepat, menjaga kehormatan, menurut
seorang ahli fiqih, berarti melindungi kehormatan pribadi dan kehormatan
keluarga sehingga sesorang bebas menjalankan perniagaan atau profesinya.
Perlindungan
akal
berarti
bahwa
integritas
mental
manusia
harus
di
Profesionalisme
Menurut Islam pelayanan kesehatan tidak boleh dilakukan oleh
orangyang
bukan
ahli
atau
bukan
profesinya.
Islam
mengancam
kita
sekarang
disebut
dengan
syahadah
3.
atas
hanya
membatasi
pertanggungjawaban
menganjurkan
agar
kita
senantiasa
berupaya melakukan
5.
iman kepada Allah swt. Karena rumusan-rumusan etika itu dapat saja dilanggar
tanpa ada sangsi, bahkan dapat dihindarkan dengan berbagai dalih dan alasan
sehingga yang berwajib tidak bisa berbuat apa-apa andaikata tidak ada
pengaduan dari pasien atau masyarakat.
Untuk itulah Allah swt. Pencipta alam semesta menurunkan agama kepada
manusia dan beberapa kitab suci untuk dipedomani dan diutus Rasul-Rasul untuk
menjadi contoh tauladan dalam melaksanakan dan mempraktekkan ajaran etika
yang dikehendaki oleh Allah swt.
Perlu diketahui bahwa salah satu misi Rasulullah yang amat penting ialah
untuk
meningkatkan
akhlak
ummat
manusia.
Hal
anda
sudah
walau sekecil
mengulanginya
yang
taat
beragama,
ia
tidak
dan
menghormati
bersusila,
setiap
hidup
kesehatan
insani
mulai
cara
yang
saat
pembuahan,
tidak
dengan
tercantum dalam kode Etik Kedokteran Indonesia. Semua itu dilakukan bukan
semata-mata sekedar sebagai sumpah melainkan lebih daripada itu, ia justru
melakukan itu karena dipandang dan dirasakan sebagai ibadah dan perintah dari
Allah swt. Bahkan sebagai amanah yang apabila dilaksanakan dengan baik pasti ia
akan memeroleh pahala di sisi Tuhan dan kalau tidak ia akan memeroleh murka
dari pada-Nya.
seperti:
Demi Allah
(wallahi,
agama,
maka
ia
sungguh-
sungguh telah terikat dengan ikrarnya itu. Sumpah di sini artinya keterikatan
tetapi dilakukan dengan penuh kesadaran, kesengajaan, kerelaan, bukan karena
paksaan, dan karena itulah seorang dokter dengan sumpahnya itu ia berani dengan
sungguh-sungguh mempertaruhkan kehormatan dan jiwanya.
Karenanya para dokter yang sungguh-sungguh menghayati sumpahnya
tidak mengherankan apabila mereka selalu siap dalam tempo 24 jam
untuk menunaikan tugas baktinya memberikan pertolongan kepada penderita
dengan tekad bahwa kesehatan penderita senantiasa ia utamakan dalam rangka
membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan.
Seorang dokter yang telah bersumpah menurut agama yang diyakininya,
pasti akan berusaha menjadi seorang dokter yang baik, menunaikan tugas
profesinya dengan penuh rasa tanggung jawab di hadapan Tuhan yang maha
Kuasa. Dan kalau ia sudah taat kepada agamanya pasti akan senantiasa sadar
bahwa dirinya selalu dalam kontrol dan pengawasan Tuhannya. Ia yakin akan
rman tuhan yang artinya:
apakah
ia
tidak
mengetahui
bahwa
Allah
senantiasa memerhatikan dia. Di ayat lain, dikatakan: Dan Allah itu selalu
beserta kamu dimana saja kamu berada. Dan rman Tuhan: Dan kami lebih
dekat dari padanya dari urat lehernya sendiri.
Seorang dokter yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, tidak
memerhatikan etika, pasti akan melakukan berbagai tindakan
merugikan
pasien,
bahkan
bukan
tidak
mungkin
yang sangat
melakukan pemerasan
terhadap pasien demi memenuhi kesenangan hawa nafsunya yang tidak pernah
puas itu, sehingga dokter bukan lagi pemberi ketenangan, kesembuhan dan
kebahagiaan kepada pasien, melinkan penderitaan lahir batin. Sebagai contoh
dapat dilihat dalam hubungan dokter dengan pasien. Pasien
membutuhkan
tidak
dibekali
dengan
etika
dan
agama,
maka
iapun
dapat
menghendaki sebanyak mungkin lagi dari penderita, apatahlagi apabila dokter ini
tidak beriman da bertaqwa kepada Allah swt.