Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TETAP KONDUKTOMETRI II

Disusun Oleh: Kelompok 1


Kelas 2 KD
Nama:
1. Ariyo dwisaputra
2. Jannatul fitri
3. Maria ulfa sri sundari
4. Mega silvia
5. Muhammad dody afrilyana
6. Rifa nurjihanti
7. Siti nurjanah

(061330401008)
(061330401011)
(061330401014)
(061330401016)
(061330401018)
(061330401021)
(061330401025)

Instruktur : Anerasari M. B.Eng, M.Si.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


2013/2014

1.TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan daya hantar listrik suatu larutan
Menentukan ekivalen titrasi

2. ALAT YANG DIGUNAKAN


Konduktometer 660
Elektroda emmension cell dengan konstanta cell o,78
Magnetik stirrer
Gelas kimia 250ml, 100ml
Pipet ukur 10ml
Labu ukur 100ml, 250ml
Kaca arloji
Corong
Spatula

3. BAHAN YANG DIGUNAKAN


KCl

Larutan NaOH 0,1 N


Larutan HCL 0,1 N

4. DASAR TEORI
Pengukuran konduktivitas dapat juga digunakan untuk menentukan titik
akhir titrasi. Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara dan
tergantung pada frekuensi arus yang digunakan. Jika arus frekuensinya
bertambah besar, maka kapasitas dan induktif akan semakin besar.
Konduktometri merupakan salah satu metode analisis yang berdasarkan daya
hantar larutan. Daya hantar ini bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di
dalam larutan. Menurut hokum ohm arus (I) berbanding lurus dengan potensial
listrik (E) yang digunakan, tetapi berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R).
I=E/R
G=I/R
Daya hantar (G) merupakan kebalikan dari tahan yang mempunyai satuan ohm
atau Siemens (S), bila arus listrik dialirkan ke suatu larutan melalui luas bidang
elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (I), maka:
G = I / R = k x A/ I
Dimana: A / I = tetapan sel
K = daya hantar arus (konduktivitas) dengan satuan SI ohm cm-1 atau s cm-1
Titrasi yang dapat dilakukan adalah:

- Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus rendah


(maksimum 300 Hz)
- Titrasi konduktometri yang dilakukan dengan frekuensi arus tinggi yang
disebut titrasi frekuensi tinggi
Titrasi konduktometri frekuensi arus rendah
Penambahan suatu elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan volum
yang begitu besar akan mempengaruhi konduktivitas larutan karena akan terjadi
reaksi ionik atau tidak. Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan
konduktivitas yang cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi,
seperti pada titrasi asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena terjadinya penggantian ion yang mempunyai konduktivitas
rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir titrasi ditentukan
berdasarkan konduktivitas dari reaksi kimia yang terjadi. Hantaran diukur pada
setiap penambahan sejumlah pereaksi pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan
dua alur garis yang saling berpotongan. Titik potong ini disebut titik ekivalen.
Secara praktek, konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat dari larutan yang
dititrasi, kelebihan dari titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah yang
secara potensiometri tidak dapat dilakukan dengan cara koduktometri dapat
dilakukan, selain itu secara konduktometri contoh suhu tidak perlu dilakukan.
Titrasi konduktometri frekuensi arus tinggi
Titrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem reaksi yang dibuat bagian
atau dipasang sirkuit osilator berionisasi pada frekuensi beberapa MHz.
Keuntungan cara ini antara lain elektroda ditempatkan diluar sel dan tidak
langsung kontak dengan zat lain, sedangkan kerugiannya respon tidak spesifik
karena tidak bergantung pada hantaran dan tetapan dielektrik dari sistem, selain
itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen-komponen system.

5. PROSEDUR KERJA
Titrasi konduktometri
- Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 100ml
- Membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 100ml
- Memipet 10ml larutan NaOH sebanyak 10ml, memasukkan ke dalam gelas
kimia 250ml dan menambahkan aquadest sebanyak 200ml (elektroda
tenggelam)
- Meletakkan larutan NaOH diatas hot plate (jangan menghidupkan pemanas)
- Mengaduk larutan NaOH dengan magnetic stirrer
- Melakukan penambahan HCl 0,1 N sebanyak 1ml-20ml (dengan kenaikan
1ml), pada saat penambahan HCL posisi tombol pada posisi kond dan
membaca konduktiviitas pada display setiap penambahan HCl
- Membuat grafik titrasi secara praktikum dan teoritis

6. DATA PENGAMATAN

- Titrasi HCl dengan NaOH 0,1M untuk penentuan konduktivitas


No.

Volume NaOH (ml)

Konduktivitas
(mS/cm)

1,91

1,87

1,82

1,69

1,60

1,481

1,411

1,340

1,277

1,217

10

1,174

11

1,144

12

1,131

13

1,138

14

1,163

15

1,321

16

1,51

17

1,706

18

1,92

19

2,12

20

2,29

- Titrasi NaOH dengan HCl 0,1M untuk penetuan


konduktivitas
No.

Volume HCl (ml)

Konduktivitas
(mS/cm)

2,112

1,92

1,700

1,532

1,305

1,110

0,925

0,933

1,050

1,166

10

1,32

11

1,468

12

1,648

13

1,790

14

1,949

15

2,09

16

2,25

17

2,44

18

2,56

19

2,64

Secara teoritis
Penambahan titran

Conduc NaOH
(mS/cm)

Conduc HCl
(mS/cm)

200

1,22

2,1305

201

1,09

1,909

202

0,96

1,691

203

0,83

1,475

204

0,70

1,261

205

0,58

1,04

206

0,46

0,848

207

1,34

0,638

208

0,21

0,114

209

0,1

0,227

210

-0,01

0,348

211

-0,14

0,458

212

-0,25

0,569

213

0,19

0,678

214

0,35

0,796

215

0,58

1,014

216

0,83

1,01

217

0,97

1,116

218

1,17

1,222

219

1,35

1,326

220

1,54

1,44

ANALISA PERCOBAAN
Di dalam titrasi konduktometri ada beberapa kemudahan
yang tidak kita dapatkan pada titrasi lainnya, missal tidak
menggunakan indicator, karena dalam titrasi konduktometri ini
kita hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi, dalam titrasi
konduktometri ini kkita tidak perlu mencari titik ekivalen
dengan melihat adanya perubahan warna. Walaupun demikian
ada juga beberapa kelemahan dalam titrasi ini. Karena kita
tahu bahwa dalam titrasi konduktometri hanya terbatas untuk
larutan elektrolit saja. Sedangkan larutan non elektrolit tidak
dapat menggunakan titrasi konduktometri. Titrasi ini sangat
berhubungan dengan daya hantar listrik, jadi juga berhubungan
dengan adanya ion-ion dalam larutan yang berperan untuk
menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus listrik ini tidak
bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion-ion, sehingga
larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik.
Pada percobaan ini, dilakukan penentuan titik ekivalen
antara larutan HCl dan larutan NaOH dimana kedua larutan ini
merupakan penghantar listrik yang baik.
Setiap proses titrasi, (penambahan NaOH 1ml) ke dalam
titran HCl dan juga sebaliknya dilakukan proses pengadukan
dengan magnetic stirrer. Hal ini dilakukan agar dapat
mengoptimalkan kemampuan daya hantar listrik sehingga
ionnya dapat menyebar merata.
Dari hasil pengamatan diperoleh kondutansi larutan
semakin kecil dan saat volume NaOH yang ditambahkan ke HCl
sebanyak 14ml dan saat volume HCl yang ditambahkan ke
NaOH 9ml, terjadi kenaikan konduktansi yang menandai
tercapainya titik ekivalen. Daya hantar listrik menurun sampai
titi ekivalen tercapai karena jumlah H+ dalam larutan semakin
berkurang sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik
ekvalen tercapai karena jumlah OH- dalam larutan bertambah,
begitu juga sebaliknya.

KESIMPULAN
Dari hasil ini dapat disimpilkan bahwa titik ekivalen
daya hantar larutan antara HCl vs NaOH adalah 9 ml
dan antara NaOH vs HCl 14 ml.

Anda mungkin juga menyukai