Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009-2013
Birgitta Fajarai1, Elza Iskandar2 dan Ramzi Amin2
1. Program Studi Pendidikan Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya
2. Bagian Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Jl. Dr. Moh Ali, Kompleks RSMH, Madang, Palembang, 30126, Indonesia
E-mail: b.fajarai@yahoo.co.id
Abstrak
Anisometropia merupakan kelainan di mana kekuatan refraksi kedua mata berbeda. Perbedaan kekuatan refraksi mata
yang besar dapat menimbulkan komplikasi, yaitu ambliopia dan strabismus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
prevalensi anisometropia, distribusi usia dan jenis kelamin pada anisometropia, dan proporsi ambliopia dan strabismus
pada anisometropia di Poliklinik Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009-2013. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan design cross sectional pada pasien yang berobat di Poliklinik Mata Subdivisi
Refraksi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009-2013. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik total
sampling. Dari 5438 pasien yang berobat di Poliklinik Mata Subdivisi Refraksi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tahun 2009-2013, 471 pasien merupakan pasien anisometropia. Prevalensi anisometropia selama lima tahun
berturut-turut adalah 7,42%, 15,51%, 5,79%, 8,42%, dan 9,89%. Prevalensi rata-rata anisometropia selama lima tahun
adalah 9,41%. Mayoritas pasien anisometropia adalah perempuan berusia 13-20 tahun. Proporsi strabismus pada
anisometropia adalah 0,4% dan proporsi ambliopia pada anisometropia adalah 0,6%. Prevalensi anisometropia di
Poliklinik Mata Subdivisi Refraksi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009-2013 di bawah prevalensi
dunia dan prevalensi anisometropia di Sumatera (15,5%). Proporsi strabismus dan ambliopia pada anisometropia di
Poliklinik Mata Subdivisi Refraksi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009-2013 mirip dengan proporsi
di penelitian lainnya.
Kata Kunci: anisometropia, prevalensi, proporsi, strabismus, ambliopia
Abstract
Prevalencen of Anisometropia in Eye Clinic of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Period 2009-2013. The
difference in refractive error between both eyes is known as anisometropia. A great difference in refractive error can
cause amblyopia and strabismus. The purposes in this study are to determine the prevalence of anisometropia, the age
and sex distribution of anisometropia, and the proportion of strabismus and amblyopia in anisometropia in Eye Clinic of
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang period 2009-2013. This study is descriptive cross-sectional study in patients
in Eye Clinics Refractive Subdivision of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang period 2009-2013. The data was
collected by using total sampling technique. In 5438 patients in Eye Clinics Refractive Subdivision of RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang period 2009-2013, 471 patients were patients with anisometropia. The prevalence of
anisometropia in those five consecutive years was 7,42%, 15,51%, 5,79%, 8,42%, and 9,89%. The mean prevalence of
anisometropia in those years was 9,41%. The majority of patients with anisometropia was 13 to 20 year-old-female. The
proportion of strabismus in anisometropia was 0,4% and the proportion of amblyopia in anisometropia was 0,6%. The
prevalence of anisometropia in Eye Clinic of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang period 2009-2013 was lower
than that reported in Sumatera (15,5%). However, the proportion of amblyopia and strabismus in anisometropia in Eye
Clinic of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang period 2009-2013 is similar to that reported for other university
hospital populations.
Keywords: anisometropia, prevalence, proportion, amblyopia, strabismus
1. Pendahuluan
Penglihatan yang baik adalah salah satu syarat untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dengan
tumbuh kembang optimal, seseorang diharapkan akan
memiliki kesempatan untuk mendapat pendidikan yang
optimal dan kehidupan yang layak. Kondisi penglihatan
yang buruk tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang
anak yang nantinya juga akan mempengaruhi kualitas
individu.
Dibandingkan dekade lalu, kita dapat melihat semakin
banyaknya orang yang berkacamata, baik itu anak-anak
maupun dewasa. Kenyataan ini menunjukkan semakin
banyaknya individu yang mengalami penurunan fungsi
penglihatannya. Penurunan fungsi penglihatan akibat
gangguan refraksi menjadi salah satu penyebab
kebutaan di dunia. Salah satu penyebab gangguan
fungsional penglihatan yang sering timbul terutama
pada anak usia sekolah adalah anisometropia.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan design
cross sectional berdasarkan data sekunder rekam medik
dan buku pengunjung di Poliklinik Mata Subdivisi
Refraksi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2009-2013.
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
15.51%
7.42%
2009
5.79%
2010
2011
8.42%
9.89%
9.41%
2012
2013
Ratarata
N
383
62
26
471
%
81,3
13,2
5,5
100,0
Usia
5-12
13-20
21-28
29-36
37-44
45-52
53-60
61-68
69-76
77-84
Tidak terkelompok
Jumlah
Laki-laki
177
37,6
2009
Perempuan
294
62,4
2010
Jumlah
471
100
2011
2012
2013 Pada Tabel 2, kita dapat melihat bahwa dari 471 kasus
anisometropia pada periode 2009-2013, 295 pasien
Rata-rata
(62,4%) berjenis kelamin perempuan dan sisanya
%
3,6
22,9
20,0
13,0
11,9
11,9
7,9
4,0
0,6
0,4
3,8
100.0
Kelainan Refraksi
Astigmatisme
38
8,1
Miopia simpleks
145
30,8
Miopia kompositus
188
39,9
Hipermetropia simpleks
51
10,8
Hipermetropia kompositus
46
9,8
Lainnya
0,6
Jumlah
471
100,0
Anisometropia
Ringan
Sedang
Tinggi
Jumlah
Strabismus
N
1
0
1
2
%
0.2
0.0
0.2
0.4
Strabismus
Ambliopia
N
%
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
Ambliopia
N
0
1
2
3
%
0.0
0.2
0.4
0.6
Tanpa
Komplikasi
N
%
382
81.1
61
3.0
23
4.9
466
99,0
Jumlah
N
383
62
26
471
%
81.3
3.2
5.5
100
Anisometropia
Ringan
Sedang
Tinggi
Jumlah
Strabismus
Esotropia
Eksotropia
N
%
N
%
1
0,2
0
0,0
0
0,0
0
0,0
0
0,0
1
0,2
1
0,2
1
0,2
Tidak strabismus
N
382
62
25
469
%
81,1
13,2
5,3
99,6
Jumlah
N
383
62
26
471
%
81,3
13,2
5,5
100,0
4. Pembahasan
Dari periode 2009 sampai 2013, didapatkan 471 kasus
anisometropia dengan prevalensi tiap tahunnya secara
berurutan adalah 7,42%, 15,51%, 5,79%, 8,42%, dan
9,89%. Rata-rata prevalensi anisometropia di Poliklinik
Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang selama
lima tahun terhitung sejak tahun 2009 sampai 2013
adalah 9,41%. Angka prevalensi ini lebih kecil dari
prevalensi anisometropia di dunia. Hasil ini juga lebih
kecil dari angka anisometropia dari penelitian Saw
(2002) pada 1024 orang di Sumatera pada satu dekade
lalu, yaitu 15,1%3 dan pada penelitian di Jerman dan
Austria pada April 2006 sampai Agustus 2010 lalu10,
yaitu 18,5%. Namun, prevalensi anisometropia yang
didapat pada penelitian ini tidak berbeda jauh dari
penelitian di Rehabilitation Faculty of Shahid Beheshti
Medical University yang cakupan wilayahnya hampir
sama dengan penelitian ini, yaitu 10,67%.11 Perbedaan
Daftar Acuan
1. Ostadimoghaddam H et al. The prevalence of
anisometropia in population base study. Acta
Ophthalmol, 2010; 20(4): 152-157.
2. Anggraeni N. Prevalensi Ambliopia dan Sebaran
Faktor Ambliogenik. Tesis pada Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit
Cipto Mangun Kusumo Jakarta yang tidak
dipublikasikan, 2006.
3. Saw SM et al. Prevalence rates of refractive errors in
Sumatera, Indonesia. Invest Ophthalmol Vis Sci
2002; 43: 31743180.
4. Sloane AE. Manual of Refraction Third Edition.
Boston: Little Brown and Company, 2002.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2009.
6. Heiting G, Lee J, Bailey G, dan Thompson V.
Amblyopia (online). http://www.allaboutvision.com/
conditions/amblyopia.htm. 2014.
7. American Optometric Association. Optometric
Clininal Practice Guideline: Care of The Patient with
Amblyopia.
USA:
American
Optometric
Association, 2010.
8. Trianto W. Ambliopia Pada Anak Sekolah Dasar
Dengan Kelainan Refraksi Di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada, 2006.
9. Chia A et al. Prevalence of amblyopia and
strabismus in young Singaporean Chinese children.
Invest Ophthalmol Vis Sci 2010; 51(7): 3411-3417.
10. Linke JS, Richard G, dan Katz T. Prevalence and
associations of anisometropia with spherical
ametropia, cylindrical power, age, and sex in
refractive surgery candidates. Invest Ophthalmol Vis
Sci 2011; 52(10): 7538.
11. Akhgary M et al. Prevalence of strabismic binocular
anomalies, amblyopia and anisometropia at
Rehabilitation Faculty of Shahid Beheshti Medical
University. J Optom 2011; 4(3): 110114.
12. Barrett BT, Bradley A, dan Candy TR. The
relationship between anisometropia and amblyopia.
Prog Retin Eye Res 2013; 36: 120158.
13. Dobson V et al. Anisometropia Prevalence in a
Highly Astigmatic School-Aged Population. Optom
Vis Sci 2008; 85(7): 512-519.
14. Pan CW, Ramamurthy D, dan Saw SM. Worldwide
prevalence and risk factors for myopia. Ophthalmic
Physiol Opt 2012; 32(1): 3-16.
15. American Academy of Ophthalmology. Myopia
(online). http://eyewiki.aao.org/Myopia. 2014.
16. American Optometric Association. Myopia (online).
http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-visi
on-problems/glossary-of-eye-and-vision-conditions/
myopia?sso=y. 2014.
5. Kesimpulan
Prevalensi anisometropia di Poliklinik Mata Subdivisi
Refraksi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
tahun 2009-2013 di bawah prevalensi dunia dan
prevalensi anisometropia di Sumatera. Proporsi
strabismus dan ambliopia pada anisometropia di
Poliklinik Mata Subdivisi Refraksi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun 2009-2013 mirip
dengan proporsi di penelitian lainnya.