Anda di halaman 1dari 20

IODO-IODIMETRI

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi. Metode ini lebih banyak digunakan
dalam analisa jika dibandingkan dengan metode lain. Alasan dipilihnya
metode ini karena perbandingan stoikometri yang sederhana pelaksanannya
praktis dan tidak benyak masalah dan mudah.
Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor dengan titrasi langsung
dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk menentukan kadar zat-zat
oksidator secara langsung, seperti yang kadar terdapat dalam serbuk
vitamin C.
Titrasi tidak langsung iodometri dilakukan terhadap zat-zat oksidator berupa
garam-garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat-zat oksidator ini
direduksi dahulu dengan KI dan iodin dalam jumlah yang setara dan
ditentukan kembali dengan larutan natrium tiosulfat baku.
Dalam bidang farmasi metode ini digunakan untuk menentukan kadar zat-zat
yang mengandung oksidator misalnya Cl2, Fe (III), Cu (II) dan sebagainya,
sehingga mengetahui kadar suatu zat berarti mengetahui mutu dan
kualitasnya.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN


I.2.1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa secara
volumetri.
I.2.2 Tujuan Percobaan

1. Menentukan kadar dari kaffein berdasarkan reaksi oksidasi reduksi


berdasarkan metode iodimetri.
2. Menentukan kadar dari Asam askorbat berdasarkan reaksi oksidasi
reduksi berdasarkan metode iodometri-iodimetri.
3. Menentukan kadar dari Cupri sulfat berdasarkan reaksi oksidasi reduksi
berdasarkan metode iodimetri-iodometri.
4. Menentukan kadar dari fruktosa berdasarkan reaksi oksidasi reduksi
berdasarkan metode iodimetri-iodometri.
5. Menentukan kadar dari ampisilin berdasarkan reaksi oksidasi reduksi
berdasarkan metode iodimetri-iodometri.
6.

I.3 PRINSIP PERCOBAAN


Metode Iodometri
Penentuan kadar Vitamin C secara volumetri dengan metode iodimetri
berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel sebagai reduktor dengan
larutan baku I2 0,1 N sebagai oksidator dalam suasana asam dengan
menggunakan indikator larutan kanji dengan titik akhir ditandai dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi biru..
Metode Iodimetri
Penentuan kadar CuSO4 secara volumetri dengan metode iodometri
berdasarkan reaksi oksidasi reduksi dimana sampel yang bersifat oksidator
yang direduksi dahulu dengan KI, lalu I2 yang dibebaskan ditentukan
jumlahnya dengan cara titrasi menggunakan larutan baku Na2S2O3 0,1 N
dalam suasana asam, dengan menggunakan indikator larutan kanji dimana
titik akhir titrasi titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru
menjadi bening.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Singkat

Iodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium


tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung.
Iodometri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan
penambahan dengan penambahan larutan iodin baku berlebihan dan
kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku. Pada titrasi
iodimetri titrasi oksidasi reduksinya menggunakan larutan iodum. Artinya
titrasi iodometri suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium iodida
berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator)
ditirasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. (1)
Bagan reaksi :
Ox + 2 II2 + 2 S2O3=

I2 + red
2 I- + S4O6=

Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang
berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai.
Tetapi pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan
larutan kanji sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks
dengan I2yang berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada
saat mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak
membungkus I2 yang menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini akan
menyebabkan warna biru sukar hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak
terlihat tajam. (2)
Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun
indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru
karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat
larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau
penambahan suatu pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah
merkurium (II) iodida, asam borat atau asam formiat. Kepekatan indikator
juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan
organik seperti metil dan etil alkohol. (3)
Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 oC),
namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida.

Iodium membentuk kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan


keseimbangan 710 pada 25oC. Penambahan KI untuk menurunkan keatsirian
dari iod, dan biasanya ditambahkan KI 3-4 % dalam larutan 0,1 N dan
kemudian wadahnya disumbat baik-baik dan menggunakan botol yang
berwarna gelap untuk menghindari penguraian HIO oleh cahaya
matahari. (3)
Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid kuat
yang dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi
iodium yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut
larutan asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim
digunakan sebagai titran. Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil
untuk menangani KI untuk menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidai
oleh oksigen di udara :
4 H+ + 4 I- + O2

2 I2 + 2 H2O

Reaksi ini lambat dalam larutan netral namun lebih cepat dalam larutan
asam dan dipercepat dengan cahaya matahari. Setelah penambahan KI ke
dalam suatu larutan (asam) dari suatu zat pengoksid larutan tak boleh
dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan udara, karena akan terbentuk
tambahan iodium oleh reaksi tersebut di atas. (4)
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal
karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion
hipoiodit yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida,
sesuai dengan reaksi :
I2 + O2

HI + IO-

3 IO-

IO3- + 2 I-

dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat


menjadi ion sulfat sehingga titik kesetarannya tidak tepat lagi. Namun pada
proses iodometri juga perlu dihindari konsentrasi asam yang tinggi karena
asam tiosulfat yang dibebaskan akan mengendap dengan pemisahan
belerang, sesuai dengan reaksi berikut :

S2O3= + 2 H+

H2S2O3

8 H2S2O3

8 H2O + 8 SO2 + 8 S

Larutan tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan
belerang akan masuk ke dalam larutan ini dan proses metaboliknya akan
mengakibatkan pembentukan SO3=, SO4= dan belerang koloidal. (3)
Tiosulfat diuraikan dalam bentuk belerang dalam suasana asam sehingga
endapan mirip susu. Tetapi reaksi tersebut lambat dan tak terjadi jika larutan
dititrasikan ke dalam larutan iodium yang asam dan dilakukan pengadukan
yang baik. Iodium mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetraionat
I2 + 2 S2O3=

2 I- + S4O6=

Reaksi ini sangat cepat dan berlangsung sampai lengkap benar tanpa reaksi
samping. Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa oksidasi ke sulfat
tidak terjadi terutama jika digunakan iodium sebagai titran. (4)
Iodometri menurut penggunaan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1. Titrasi iod bebas.
2. Titrasi oksidator melalui pembentukan iodium yang terbentuk dari
iodida.
3. Titrasi reduktor dengan penemtuan iodium yang digunakan.
4. Titrasi reaksi, titrasi senyawa dengan iodium melalui adisi atau
subsitusi.
II.2 Uraian Bahan
1. Vitamin C (5, 47)
Nama resmi

: Acidum ascorbicum

Sinonim

: Asam askorbat, Vitamin C

RM/BM
Rumus struktur
CH2OH

: C6H8O6 / 176,13
:

CHOH
O
=O
OH OH
Pemerian

: Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak

berbau rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam
keadaan kering, mantap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan

: Mudah larut dalam air, agak sukar laut dalam etanol 95

% P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan eter P dan dalam benzen P.
Khasiat

: Antiskorbut

Kegunaan

: Sebagai sampel

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya

Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 99,0 % C6H8O6


1. Tembaga (II) sulfat (5,731)
Nama resmi

: Cuprii sulfas

Sinonim

: Tembaga (II) sulfat

RM/BM

: CuSO4 / 249,68

Pemerian

: Prisma triklinik atau serbuk hablur, biru.

Kelarutan

: Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3 bagian gliserol P,

sangat sukar larut dalam etanol 95 % P


Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai sampel

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,5 % dan tidak lebih
dari1001,0 % CuSo4. 5H2O.
1. Iodium (5,316)
Nama resmi

: Iodum

Sinonim

: Iodium

RM/BM
Pemerian

: I2 / 126,91
: Keping atau butir, mengkilat seperti logam hitam

kelabu, bau khas.


Kelarutan

: Sukar larut dalam air, mudah larut dalam garam iodida,

mudah larut dalam etanol 95% P.


Khasiat

: Anti infeksi kulit

Kegunaan

: Sebagai larutan baku

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

1. Kalium Iodida (5,330)


Nama resmi

: Kalii iodidum

Sinonim

: Kalium iodida

RM/BM
Pemerian

: KI / 166,00
: Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna,

opak dan putih, atau serbuk butiran putih. Higroskopik.


Kelarutan

: Sangat mudah larut dalam air, lanih mudah larut dalam

air mendidih, larut dalam etanol 95 % P, mudah larut dalam gliserol P.


Khasiat

: Anti jamur

Kegunaan

: Sebagai reduktor yang melepaskan I2

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

1. Amylum manihot (5,93)


Nama resmi

: Amylum manihot

Sinonim

: Pati singkong

Pemerian

: Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil,

putih, tidak berbau, tidak berasa.


Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95

%P
Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai indikator

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk dan kering.

1. Asam sulfat (5,58)


Nama resmi

: Acidum sulfuricum

Sinonim

: Asam sulfat

RM/BM
Pemerian

: H2SO4 /98,07
: Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna,

jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas.


Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai katalisator

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

1. Asam asetat (5,41)


Nama resmi

: Acidum aceticum

Sinonim

: Asam asetat

RM/BM

: CH3COOH

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam,

tajam.
Kelarutan

: Dapat campur dengan air, dengan etanol 95% P dan

dengan gliserol P
Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai katalisator

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

1. Air Suling (5,96)


Nama resmi

: Aqua destillata

Sinonim

: Air suling, aquades

RM/BM
Pemerian

: H2O /18,02
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa
Khasiat

: Zat tambahan

Kegunaan

: Sebagai pelarut

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

II.3 PROSEDUR KERJA


1. Vitamin C (5,47)
Timbang seksama 400 mg, larutkan dalam campuran 100 ml air bebas CO2 P
dan 25 ml asam sulfat (10% v/v) P, Titrasi segera dengan menggunakan
iodum 0,1 N menggunakan indikator larutan kanji P.
1ml iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg C6H8O6
1. Tembaga (II) sulfat
Timbang seksama 1 gram, larutkan dalam 50 ml air, tambahkan 3 g kalium
iodida P dan 5 ml asam asetat P. Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N

menggunakan indikator larutan kanji P hingga warna biru lemah, tambahkan


2 g kalium tiosianat P dan lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang.
1 ml natrium tiosulfat 0,1 N setara dengan 24,97 mg CuSO4. 5H2O
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat-alat yang Digunakan
1. Botol semprot
2. Buret 25 ml
3. Erlemeyer 250 ml
4. Gelas arloji
5. Gelas piala 250 ml
6. Gelas ukur 25 ml dan 10 ml
7. Kain putih
8. Neraca Analitik
9. Neraca Ohaus
10.

Pipet skala

11.

Sendok tanduk

12.

Statif + klem

III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan


1. Air suling
2. Aluminium foil
3. Kertas timbang
4. Larutan asam asetat encer (CH3COOH)
5. Larutan asam sulfat (H2SO4) 10 %
6. Larutan baku Iodum (I2) 0,1 N
7. Larutan baku natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
8. Larutan kanji
9. Serbuk asam askorbat (C6H8O6)

10.

Serbuk KI

11.

Serbuk tembaga (II) sulfat (CuSO4)

12.

Penentuan kadar vitamin C

III.2 Cara Kerja


q Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
q Asam askorbat ditimbang seksama sebanyak lebih kurang 80 mg,
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
q Air bebas CO2 ditambahkan sebanyak 15 ml air bebas CO2
q Larutan H2SO4 10 % ditambahkan sebanyak 5 ml ke dalam erlenmeyer.
q Indikator larutan kanji ditambahkan sebanyak 2 ml
q Larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku I2 0,1389 N sampai
terbentuknya warna biru yang tidak hilang selama 30 detik.
q Larutan iodum yang terpakai dicatat
q Prosedur ini diulangi satu kali lagi (duplo)
q Kadar kemurnian vitamin C dihitung
1. Penentuan kadar kemurnian tembaga (II) sulfat
q Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
q Serbuk CuSO4 ditimbang seksama kristal sebanyak lebih kurang 250 mg,
dimasukkan ke dalam erlemeyer.
q Air suling ditambahkan sebanyak 15 ml
q Asam asetat encer.ditambahkan sebanyak 2 ml
q 1 g KI ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
q Larutan tersebut dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai coklat
muda.

q Larutan kanji 0,75 ml ditambahkan ke dalam erlenmeyer


q Larutan tersebut dititrasi lagi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai
endapan biru tepat hilang.
q Larutan Na2S2O3 yang terpakai dicatat volumenya
q Prosedur ini diulang satu kali lagi (duplo)
q Kadar kristal tembaga (II) sulfat dihitung
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Data Pengamatan


1. Penentuan kadar Vitamin C
Volume I2 0,1189 N

No

Sampel

Berat Sampel

1.

0,0895 gram

8,3 ml

2.

II

0,0720 gram

8,1 ml

1. Penentuan kadar kristal tembaga (II) sulfat


No

Sampel

Berat Sampel

Volume I2 0,0929 N

1.

0,2398 gram

9,1 ml

2.

II

0,2627 gram

9,8 ml

IV.2 Perhitungan
1. Penetapan kadar Vitamin C
Berdasarkan reaksi didapatkan bahwa
I mol Vitamin C setara dengan 1 mol I2

BE Vitamin C = BM Vitamin C
mgrek Vitamin C = mgrek I2
mg/BM = N x V
mg Vitamin C = N I2 x V I2 x BE Vitamin C
1. mg Vitamin C = 0,1189 x 8,3 x 176,13/2
mg = 86,909 mg
86,909 mg
Jadi, kadar kemurnian Vitamin C =

x 100 % = 97 %

89,5 mg
1. mg Vitamin C = 0,1189 x 8,1 x 176,13/2
mg = 84,81 mg
84,81 mg
Jadi, kadar kemurnian Vitamin C =

x 100 % = 117,79 %

72 mg
97 % + 117,79 %
Kadar rata-rata =

= 107,395 %

2
Menurut pustaka kadar Vitamin C adalah tidak kurang dari 97,0% dan tidak
lebih dari 103,0% sehingga serbuk yang digunakan tidak memenuhi syarat
kemurnian sebagai obat.
2. Penetapan kadar kristal tembaga (II) sulfat
Berdasarkan reaksi didapatkan bahwa
2 mol tembaga (II) sulfat setara dengan 1 mol I2

BE tembaga (II) sulfat = BM tembaga (II) sulfat


mgrek tembaga (II) sulfat = mgrek Na2S2O3
mg/BM = N x V
mg tembaga (II) sulfat = N Na2S2O3 x V Na2S2O3 x BM CuSO4
1

mg CuSO4 = 0,1389 x 9,1 x 249,68

mg = 315,60 mg
315,60 mg
Jadi, kadar kemurnian Vitamin C =

x 100 % = 131,61 %

239,8 mg
2

mg Vitamin C = 0,1389 x 9,8 x 249,68

mg = 339,87 mg
339,87 mg
Jadi, kadar kemurnian Vitamin C =

x 100 % = 129,38 %

262,7 mg
131,61 % + 129,38 %
Kadar rata-rata =

= 130,5 %

2
Menurut pustaka kadar CuSO4 adalah tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih
dari 103,0% sehingga serbuk yang digunakan tidak memenuhi syarat
kemurnian sebagai obat.
IV.3 Reaksi
1. Penentuan kadar asam askorbat
Asam askorbat
Setengah reaksi

I2 + 2e-

2 I-

CH2OH

CH2OH

CHOH

CHOH

=O

=O

OH OH

CH2OH

+ 2 H+ + 2e-

O
CH2OH

CHOH

CHOH

+ I2

=O

+ 2 H+ + 2I-

=O

OH OH

Reaksi Indikator
CH2OH

CH2OH

H
O

H
OH

+ I2

OH

OH

OH

Amilum

Iod

Larutan bening
CH2OH
H

CH2OH
O

OH

OH

OH

OH

Kompleks iodium dengan amilum


Endapan biru
1. Penentuan kadar CuSO4
Setengah reaksi

2 Cu2+ + 2e-

2 Cu+

2 I-

I 2 + 2 e-

2 Cu2+ + 2 I

2 Cu+ + I2

2 S2O3=

S4O6= + 2e-

I2 + 2 e-

2 I-

2 S2O3= + I2

S4O6= + 2 I-

2 CuSO4 + 4 KI

2 CuI + I2

+ 2 K2SO4

putih
I2 + 2 Na2S2O3

2 NaI + Na2S4O6

Reaksi Indikator
CH2OH
H

CH2OH
O

H
O

H
OH

+ I2
OH

OH

OH

Amilum

Iod

Larutan bening
CH2OH

CH2OH

H
O

H
OH

OH

OH

OH

Kompleks iodium dengan amilum


Endapan biru
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar Vitamin C dan kristal
tembaga (II) sulfat dengan menggunakan metode titrimetri berdasarkan
reaksi redoks. Reaksi redoks merupakan reaksi merupakan reaksi yang
menyebabkan naik dan turunnya bilangan oksidasi reduksi. Larutan baku
yang digunakan adalah larutan I2 0,1 N dan Na2S2O3 yang akan direaksikan
dengan suatu asam sebagai katalisator. Indikator yang digunakan adalah
indikator larutan kanji Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya
endapan biru tua. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah
Vitamin C dan CuSO4.
Titrasi iodometri adalah salah satu metode titrasi yang didasarkan pada
reaksi oksidasi reduksi. Pada percobaan ini metode iodometri dilakukan pada

CuSO4. Sedangkan Iodimetri adalah jika titrasi terhadap zat-zat reduktor


dengan titrasi langsung dan tidak langsung. Dilakukan percobaan ini untuk
menentukan kadar zat-zat oksidator secara langsung, seperti yang kadar
terdapat dalam serbuk vitamin C.
Pada percobaan ini dapat dilakukan tanpa menggunakan indikator dari luar,
karena larutan I2 sendiri berwarna sehingga akan memberikan titik akhir
berupa hilangnya endapan biru.
Pada percobaan ini digunakan air bebas CO2, karena CO2 dapat mengoksidasi
Vitamin C sehingga titik akhir titrasi menjadi lebih dekat (volume I2 yang
digunakan semakin sedikit). Pada percobaan ini juga digunakan asam sulfat
dan asam asetat, sebagai katalisator agar reaksi oksidasi reduksi dapat
berjalan lebih cepat.
Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal
karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion
hipoiodit yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida,
sesuai dengan reaksi :
I2 + O2
3 IO-

HI + IOIO3- + 2 I-

Dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat


menjadi ion sulfat sehingga titik kesetaraannya tidak tepat lagi. Namun pada
proses iodometri juga perlu dihindari konsentrasi asam yang tinggi karena
asam tiosulfat yang dibebaskan akan mengendap dengan pemisahan
belerang, sesuai dengan reaksi berikut :
S2O3= + 2 H+

H2S2O3

8 H2S2O3

8 H2O + 8 SO2 + 8 S

Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun


indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru
karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat
larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau
penambahan suatu pengawet.

Pada percobaan ini didapatkan hasil bahwa kadar Vitamin C adalah 107,395
%. Sedangkan kadar kristal tembaga (II) sulfat adalah 130,5 %. Berdasarkan
hasil perhitungan ini maka dapat disimpulkan bahwa serbuk Vitamin C tidak
memenuhi syarat kemurnian sebagai bahan obat, sebagaimana yang
tertulis dalam literatur (FI III). Sedangkan untuk kristal tembaga (II) sulfat
juga tidak memenuhi persyaratan kemurnian sebagaimana yang tertulis
dalam Farmakope Indonesia.
Adapun faktor-faktor yang dapat salah pengamatan dalam melakukan
percobaan ini adalah :
1. Larutan I2 yang digunakan sudah banyak yang menguap atau tereduksi
menjadi I-.
2. Larutan kanji yang digunakan sudah tidak bagus lagi, karena endapan
yang terlihat agak kehitaman.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah
1. Kadar kemurnian Vitamin C adalah 107,395 %, tidak memenuhi
persyaratan kadar yang terdapat dalam Farmakope Indonesia edisi III.
2. Kadar kemurnian tembaga (II) sulfat adalah 130,5 %, tidak memenuhi
persyaratan kadar yang terdapat dalam Farmakope Indonesia edisi III.
V.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penetapan kadar sampel tablet vitamin C
DAFTAR PUSTAKA
1. Rivai, H., (1995), Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia
Press, Jakarta,
2. Wunas, J., Said, S., (1986), Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif< UNHAS,
Makassar, 122-123

3. Underwood, A.L., day, RA., (1993), Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V,


Alih Bahasa : R. Soedonro, Erlangga, Surabaya, 302-304
4. Roth, J., Blaschke, G., (1988), Analisa Farmasi, UGM Press,
Yogyakarta, 271-279.
5. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen
Kesehatan RI., Jakarta, 143, 581, 587, 714
6. Dirjen POM, (1994), Farmakope Indonesia, edisi IV, Depatemen
Kesehatan RI., Jakarta
http://nurirjawati.wordpress.com/bout-pharmacy/colap/iodo-iodimetri/

Anda mungkin juga menyukai