Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pembangunan tempat tinggal maupun perkantoran dengan menggunakan
beton semakin meningkat. Hal ini dikarenakan beton mudah dicetak, awet ,tahan api,
dapat di cor ditempat ( Subakti 1995). Namun bila bahan material beton tersebut sulit
didapatkan, seperti contoh di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, maka pembangunan
dengan menggunakan beton cor ditempat menjadi sulit dilaksanakan. Apalagi dari segi
keakurasian ukuran dan kualitas sistem cor ditempat juga kurang terjamin.
Kesulitan ini dapat diatasi yaitu dengan menggunakan sistem pracetak. Sistem ini
memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya dari segi keakurasian ukuran dan
kualitas yang terjamin, serta pelaksanaan pembangunan yang relatif cepat, rapi, dan
ekonomis. Sehingga sitem ini mempunyai nilai tambah tidak hanya dari sisi struktur,
yaitu kekuatan dan kekakuannya saja, tetapi juga dari sisi arsitekturalnya yaitu
penampakan luar atau keindahannya ( Freedman 1999) .
Dalam tugas akhir ini akan direncanakan gedung perkantoran bertingkat 12 lantai,
ukuran 27 m 40 m dengan tinggi 45,75 m. Gedung ini telah di desain oleh konsultan
arsitek dengan sistem pracetak. Yang menarik dari tugas akhir adalah digunakannya
software Tekla Structures 15 sebagai program bantu. Memang, di Indonesia
penggunaan software ini masih kurang populer dibanding SAP 2000 maupun
ETABS. Tetapi sesungguhnya program ini mempunyai banyak kelebihan yang
layak
untuk dipertimbangkan sebagai salah satu solusi dalam pemecahan
permasalahan perencanaan atau rekayasa sipil.
Software ini merupakan Building Information Modelling (BIM) yang sangat
canggih. Tekla Corporation sebagai produsen dari software ini mengklaim bahwa
produknya mampu menggabungkan kemampuan pemodelan, analisa dan desain
struktur lengkap dengan detail dan gambar perencanaannya. Selain itu software
ini juga mampu digunakan untuk menampilkan data bill of material, sequence dan
schedulling pekerjaan.
Kemampuan yang dimiliki oleh software ini membuat banyak perusahaan
rekayasa bangunan di berbagai negara tertarik untuk menggunakannya. Walaupun
investasi yang harus dikeluarkan untuk pembelian lisensi relatif mahal, namun
penggunaannya terus meluas karena software ini terbukti memberikan
keuntungan jangka panjang berupa peningkatan produktivitas dalam proses desain dan
kontruksi.

1.2 Permasalahan
Permasalahan utama yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah bagaimana
mendapatkan hasil perencanaan yang berupa Detail Engineering Design (DED)
dari gedung Graha Nusantara dengan menggunakan software Tekla Structures
15.
Detail permasalahan:
1.
2.
3.
4.

Apa yang dimaksud dengan sistem pracetak?


Apakah keuntungan dan kekurangan sistem pracetak?
Komponen struktur apa saja yang bisa menggunakan sistem pracetak?
Bagaimana cara merencanakan perhitungan struktur (kolom, balok, pelat,
dinding,sambungan, hubungan balok kolom) pada sebuah bangunan bertingkat
dengan sistem pracetak ?
5. Apa gambaran umum tentang Tekla Structures 15?
6. Apa saja kekurangan dan kelebihan Tekla Structures 15?
7. Bagaimana memodelkan struktur menggunakan sistem pracetak dengan
menggunakan Tekla Structures 15?
8. Bagaimana verifikasi hasil analisa struktur dengan ETAB 9.07?
9. Apakah sesuai dengan hasil permodelan struktur dengan Tekla Structures 15?
10. Jika sesuai, bagaimana desain dan pendetailan struktur dengan Tekla Structures
15?
11. Bagaimana verifikasi hasil analisa struktur dengan perhitungan manual sesuai
dengan SNI 03-2847-2002?
12. Apakah sesuai dengan hasil analisa struktur dengan perhitungan manual dan ETAB
9.07?
13. Bagaimana penggambaran detail perencanaan gedung Graha Nusantara dengan
Tekla Strukture 15?

1.3 Tujuan
Tujuan utama dari Tugas Akhir ini adalah untuk mendapatkan Detail
Engineering Design (DED) dari gedung Graha Nusantara dengan menggunakan
software Tekla Structure 15. Hasil perencanaan ini didasarkan dari peraturan
perencanaan yang berlaku di Indonesia. Peraturan yang dimaksud adalah SNI-032847-2002 yang mengatur tentang tata cara perhitungan struktur beton untuk
bangunan gedung dan SNI 02 - 1726-2002 tentang ketahanan gempanya.
Tujuan khusus:
1. Mengetahui pengertian sistem pracetak.
2. Mengetahui keuntungan dan kekurangan sistem pracetak.
3. Mengetahui komponen struktur yang bisa menggunakan sistem pracetak.
2

4. Mengetahui cara merencanakan perhitungan struktur (kolom, balok, pelat,


dinding,sambungan, hubungan balok kolom) pada sebuah bangunan bertingkat
dengan sistem pracetak.
5. Mengetahui gambaran umum tentang Tekla Structures 15.
6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan Tekla Structures 15.
7. Mengetahui cara memodelkan struktur menggunakan sistem pracetak dengan
menggunakan Tekla Structures 15.
8. Mendapatkan verifikasi hasil analisa struktur dengan ETAB 9.07
9. Mengetahui perbandingan hasil permodelan struktur dengan Tekla Structures 15.
10. Menggambar desain dan pendetailan struktur dengan Tekla Structures 15.
11. Mengetahui verifikasi hasil analisa struktur dengan perhitungan manual sesuai SNI
03-2847-2002
12. Mengetahui apakah hasil analisa struktur dengan perhitungan manual dan ETAB
9.07sudah sesuai atau tidak.
13. Mampu menggambarkan detail perencanaan gedung Graha Nusantara dengan
Tekla Strukture 15.

1.4 Batasan Masalah


Beberapa batasan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini:
1. Tidak meninjau aspek ekonomis gedung.
2. Tidak meninjau aspek arsitektur, mekanikal dan elektrikal.
3. Menggunakan sofware Tekla Structures 15, ETABS 9.07, Auto Cad.

1.5 Manfaat Penulisan


Manfaat yang bisa didapatkan dari penulisan tugas akhir ini adalah
mendapatkan perencanaan gedung beton pracetak lengkap dengan pendetailannya.
Perencanaan ini diharapkan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan produktif
seiring dengan kemampuan software yang digunakan.
Selain itu dengan menggunakan software Tekla Structures 15 sebagai program bantu
dalam Tugas Akhir ini maka akan ada penguasaan yang lebih baik terhadap
teknologi perencanaan struktur. Sehingga nantinya seoftware ini bisa dijadikan
salah satu alternatif dalam membantu mencari solusi dari suatu masalah perencanaan
struktur bagi masyarakat.

BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lokasi Bangunan
Penting sekali untuk mengetahui data-data lokasi dari pembangunan struktur gedung
yang akan dilaksanakan. Hal ini ditentukan oleh jenis tanah di mana bangunan tersebut
akan berdiri, terrnasuk dalam zona gempa berapa, dan bahan material apa saja yang
mudah didapatkan di daerah tersebut. Karena hal ini akan mempengaruhi dalam
perencanaan kekuatan dan keawetan bangunan. maupun biaya pembangunan yang
dibutuhkan.
Dalam tugas akhir ini akan direncanakan pembanguan Gedung Perkantoran Graha
Nusantara yang berada di kota Banjarmasin. Kota Banjarmasin terletak di provinsi
Kalimantan Selatan. Kota ini beriklim tropis dengan suhu udara 25 -38 C, curah
hujan rata-rata 236 mm. Kota ini mempunyai lapisan gambut tebal, jenis tanah alluvial
yang didominasi oleh struktur lempung, dan hasil sondir menunjukkan nilai
konsistensi, sangat lunak, lunak, firm, stiff, very stiff . Kota ini berada di wilayah
gempa 1 dengan resiko gempa rendah.

Gambar 2.1 Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar
dengan perioda ulang 500 tahun ( SNI-1726-2002)
Karena berada pada resiko gempa rendah maka pembangunan gedung dengan
sistem pracetak akan mudah dilaksanakan. Sistem pracetak kurang sesuai bila
digunakan pada bangunan yang berada pada zona gempa tinggi, karena rawan
terhadap gaya lateral.
2.2. Sejarah Perkembangan Sistem Pracetak
Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan
dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal ini bisa dimaklumi, karena bahanbahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet, mudah dibentuk dan
harganya relative terjangkau. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam
sistem beton konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang

bersih, kontrol kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari
kayu dan triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.
Sistem beton pracetak adalah metode konstruksi yang mampu menjawab kebutuhan di
era millennium baru ini. Pada dasarnya sistem ini melakukan pengecoran komponen di
tempat khusus di permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi )
untuk disusun menjadi suatu struktur utuh (ereksi). Keunggulan sistem ini, antara lain
mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal, pembangunan yang cepat, ramah
lingkungan dan rapi dengan kualitas produk yang baik. Perbandingan kualitatif antara
strutur kayu, baja serta beton konvensional dan pracetak dapat dilihat pada tabel :
Tabel 2.1 Perbandingan kualitatif antara strutur kayu, baja serta beton konvensional
dan pracetak
Aspek

kayu

baja

kayu

Pracetak
Mudah

Pengadaan

Semakin terbatas

Utamanya impor

Mudah

Permintaan

Banyak

Banyak

Paling banyak

Cukup

Pelaksanaan

Sukar, Kotor

Cepat, bersih

Lama, kotor

Cepat, bersih

Pemeliharaan

Biaya Tinggi

Biaya tinggi

Biaya sedang

Biaya sedang

Kualitas

Tergantung spesies

Tinggi

Sedang-tinggi

Tinggi

Harga

Semakin mahal

Mahal

Lebih murah

Lebih murah

Tenaga Kerja

Banyak

Banyak

Banyak

Banyak

Lingkungan

Tidak ramah

Ramah

Kurang ramah

Ramah

Ada

Ada

Ada

Ada

(sedang diperbaharui)

(sedang diperbaharui)

(sedang diperbaharui)

(sedang diperbaharui)

Standar

Aspek

Beton
konvensional

baja
Aspek
Utamanya
Pengadaan
impor

kayu
konvensional

Beton

Pengadaan

Semakin terbatas

Permintaan

Banyak

Pelaksanaan

Sukar, Kotor

Cepat,
Pelaksanaan
bersih

Pemeliharaan

Biaya Tinggi

Biaya
Pemeliharaan
tinggi

Kualitas

Tergantung spesies

Tinggi
Kualitas

Tergantung
Sedang-tinggi
spesies

Mahal
Harga

Lebih
Semakin
murah
mahal

Banyak
Permintaan

baja
Pracetak

Beton
konvensional

Pracetak

Mudah

Mudah

Semakin
Mudah
terbatas

Mudah
Utamanya impor

PalingBanyak
banyak

Cukup
Banyak

Paling banyak

Cukup

Lama,
Sukar,kotor
Kotor

Cepat,
Cepat,
bersihbersih

Lama, kotor

Cepat, bersih

Biaya
Biaya
sedang
Tinggi

Biaya Biaya
sedang
tinggi

Biaya sedang

Biaya sedang

TinggiTinggi

Sedang-tinggi

Tinggi

Lebih murah
Mahal

Harga

Semakin mahal

Lebih murah

Lebih murah

Tenaga Kerja

Banyak

Banyak
Tenaga Kerja

Banyak
Banyak

Banyak
Banyak

Banyak

Banyak

Lingkungan

Tidak ramah

Ramah
Lingkungan

Kurang
Tidakramah
ramah

Ramah
Ramah

Kurang ramah

Ramah

Ada
Ada

Ada Ada

Ada

Ada

(sedang
(sedangdiperbaharui)
diperbaharui)

(sedang
(sedang
diperbaharui)
diperbaharui)

(sedang diperbaharui)

(sedang diperbaharui)

Ada

Standar

(sedang diperbaharui)

Ada
Standar
(sedang diperbaharui)

Sistem pracetak telah banyak diaplikasikan di Indonesia, baik yang sistem


dikembangkan di dalam negeri maupun yang didatangkan dari luar negeri. Sistem
pracetak berbentuk komponen, contohnya tiang pancang, balok jembatan, kolom plat
pantai. Permasalahan mendasar dalam perkembangan sistem pracetak di Indonesia saat
ini adalah :

Sistem ini relatif baru


Kurang tersosialisasikan jenisnya, produk dan kemampuan sistem pracetak yang
telah ada
5

Serta kehandalan sambungan antar komponen untuk sistem pracetak terhadap


beban gempa .
Belum adanya pedoman resmi mengenai tata cara analisis, perencanaan serta
tingkat kemampuan khusus untuk sistem pracetak yang dapat dijadikan pedoman
bagi pelaku konstruksi.

2.3 Review Tekla Structures 15


2.3.1 Pengenalan Software Tekla
Saat ini versi terbaru dari software ini adalah Tekla Structures 15. Tekla
adalah aplikasi Building Information Modelling yang dikembangkan oleh
Tekla Corporation untuk keperluan perhitungan dan rekayasa struktur termasuk
juga fitur fitur komprehensif yang bisa digunakan bagi para detailer, fabricator,
manufaktur dan constructor. Modul untuk keperluan manajemen konstruksi juga
sudah ditambahkan pada software ini. (Khemlani,2008).
Software ini merupakan program bantu yang sangat canggih dan mampu
mempersingkat proses delivery desain, pendetailan, proses manufaktur atau
fabrikasi, dan manajemen konstruksi. Gambar di bawah ini adalah siklus kerja dan
kolaborasi pengguna
pada
Tekla
dalam
menyelesaikan
permasalahan
perencanaan suatu bangunan.

Gambar.2. 2 Alur kerja Tekla Structures dan kolaborasi antar pihak yang terlibat
dalam proyek (tekla.com)
Dari gambar di atas kita dapat melihat bahwa Tekla merupakan program bantu
dengan kemampuan yang komplit. Tekla dapat membantu penyelesaian suatu
proyek mulai dari proses perencanaan (pemodelan, analisa struktur,
pendetailan), hingga proses pelaksanaan (fabrikasi, dan manajemen kontruksi).
Dengan kemampuan yang lengkap tersebut menjadikan penyelesaian proyek akan
menjadi lebih cepat. Tidak mengherankan jika ribuan lisensi software ini sudah
digunakan oleh perseorangan dan perusahaan di seluruh dunia demi mendapatkan
produk rekayasa engineering yang berkualitas dan cepat untuk memuaskan
6

pelangganya.
2.3.2 Sejarah Singkat Tekla Structures
Tekla Structures awalnya dikenal sebagai Tekla X-Steel yang berfokus hanya pada
perencanaan bangunan baja. Pada saat itu program ini sudah bisa digunakan
untuk pemodelan, analisa, desain dan pendetailan struktur baja. Versi ini
berkembang sampai versi 9. Untuk versi selanjutnya Tekla Corporation sebagai
pengembang program ini memperluas kemampuan Tekla Structures dengan
menambah fitur untuk pemodelan, analisis, desain dan detailing struktur beton
bertulang. Saat ini Tekla Corporation sudah merilis Tekla Structures 15. Dalam
versi yang terbaru ini sudah ditambahkan fitur atau modul untuk keperluan
manajemen konstruksi.
2.3.3 Building Information Modelling (BIM)
Tekla Structures merupakan aplikasi Building Information Modelling (BIM).
Building Information Modelling adalah proses dalam membangun dan mengelola
data bangunan selama siklus pembangunannya. Biasanya menggunakan tiga
dimensi, real- time, dan perangkat lunak pemodelan bangunan dinamis untuk
meningkatkan produktivitas dalam desain dan konstruksi bangunan (Wikipedia).
Definisi lainnya adalah proses yang menghasilkan Informasi Model Bangunan
(juga disingkat BIM), yang meliputi geometri bangunan, hubungan spasial,
informasi
geografis
,
serta kuantitas dan properties dari komponen
bangunan.(Wikipedia).
BIM saat ini semakin populer dan diyakini akan mempercepat proses
perencanaan dan pengerjaan proyek. Penggunaannya terus meluas di dunia.
Bahkan Thom Mayne, seorang arsitek yang tergabung dalam American Institute of
Architect menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan aplikasi BIM
akan hilang dari peredarannya dalam sepuluh tahun ke depan. Pernyataan ini sangat
menarik, dan tentunya harus kita sikapi dengan bijak. Kita harus mulai
membuka mata dan mempelajari perkembangan perencanaan struktur dengan
berbasis BIM.
2.3.4

Manfaat Pemodelan 3D

Sturts dan Griftfis mengklaim bahwa beberapa insinyur sipil yang menjadi
praktisi desain punya pengalaman peningkatan sepuluh kali lipat dalam
produktivitas sejak digunakannya CAD, yang sudah menyertakan pemodelan tiga
dimensi (Sturts and Griffis 2005), tetapi data ini tidak didasarkan pada
pengukuran empiris atau pengalaman. Survey yang dilakukan terhadap 56
pengguna
Autodesk
Revit (Khemlani 2004) melaporkan peningkatan
produktivitas yang signifikan dengan migrasi dari perencanaan berbasis 2D ke
pemodelan 3D dalam praktik arsitektural, seperti yang ditunjukkan pada gambar
7

2.1. Akan tetapi, gambar ini merupakan opini yang subyektif dari para pengguna,
bukan dari pengukuran empiris atau pengalaman.

Gambar 2.2 Peningkatan produktivitas sebagai hasil dari migrasi ke program Revit
yang diambil dari responden pada survey Autodesk di Web (Khemlani, 2004)
2.3.5 Kelebihan Tekla Structures
Dibandingkan dengan software lain yang sejenis, Tekla Structures memiliki
kemampuan yang lebih lengkap. Software ini sudah menggabungkan
kemampuan pemodelan, analisa, desain, pendetailan, dan manajemen konstruksi
menjadi satu kesatuan yang powerful dan canggih. Lachmi Khemlani pendiri dan
editor AECbytes yang ahli dalam pemodelan bangunan cerdas dalam
websitenya AECbytes.com mereview beberapa keunggulan dari Tekla Structures
15, beberapa diantanya adalah :

Dengan menggunakan Tekla maka penyelesaian dari suatu proyek akan lebih
terintegrasi mulai dari proses pemodelan,desain,drawing,detailing. Penyelesaian
desain dan konstruksi suatu proyek menjadi lebih cepat.
Database yang tersentralisasi sehingga memastikan semua gambar dan
laporan tetap terkoordinasi dengan model
Parametric components library yang luas cakupannya yang bisa
mengautomatisasi pembuatan detail dan sambungan.
Kemampuan untuk mendeteksi clash dengan native objects dan reference
model.
Kemampuan inter-operasi dengan aplikasi desain dan teknologi manufaktur
dan konstruksi.
Dukungan yang bagus terhadap multiple users dalam mengerjakan sebuah
proyek secara bersamaan.
Tekla juga bisa melakukan perhitungan volume material (Bill of Material)
serta mengeluarkan output schedule pelaksanaan proyek.

Selain itu Khemlani juga melakukan review pada versi yang terbaru, yaitu
Tekla Structures 15, beberapa diantaranya adalah :

Data struktur yang inovative sehingga membuat ukuran file lebih ringkas,
walaupun digunakan untuk proyek yang luas dan kompleks.
Library komponen parametric yang luas memungkinkan otomatisasi perintah
8

untuk membuat detail dan sambungan.


Interface-nya yang lebih rapi sehingga mengurangi kekacauan dan akan
lebihmemudahkan kita.
Adanya modul manajemen konstruksi yang terintegrasi dengan aplikasi
schedulling yang handal.
Video tutorial tersusun dengan cakupan yang luas mampu mempermudah
proses pembelajarannya.

Fitur fitur yang ditawarkan di atas memang


pemakai Tekla baik perorangan, maupun
menumbuhkan kepercayaan diri pengguna, maka
dilakukan pembuktian akan kemampuan dan fitur
software ini.

sudah dibuktikan oleh para


perusahaan. Namun untuk
pada Tugas Akhir ini akan
fitur yang ditawarkan oleh

2.3.6 Referensi dari Pengguna


Kemampuannya yang lengkap dalam menyelesaikan permasalahan rekayasa dan
perencanaan struktur membuat Tekla Structures dipercaya dan digunakan di
proyek proyek besar di dunia. Tekla telah banyak digunakan oleh
berbagai perusahaan di dunia untuk mendesain proyek proyek seperti Wembley
Stadium di Inggris, Shanghai Financial Centre di China, Menara Telekom di
Malaysia, Hearst Tower di Amerika Serikat dan gedung gedung fenomenal lainnya.

Gambar 2.3 Shanghai Financial Centre dan Wembley Stadium (tekla.com)


Varghese A. Johns, Engineering Manager dari Tiger Steel Engineering LLC
mengatakan bahwa tanpa menggunakan Tekla Structures, mereka akan
membutuhkan limakali dari jumlah drafter yang ada dan fase detailing akan
memakan waktu dua bulan lebih lama. Perusahaan tersebut merupakan
fabrikator baja terkemuka yang terlibat pada proyek Ski Dubai, sebuah wahana
ski buatan yang merupakan gedung dengan struktur atap transparan yang
9

berdiri bebas tanpa kolom pendukung di antaranya.


Selain Johns, ada juga komentar dari Joseph G. Burns - P.E., S.E., AIA
Managing Principal dari Thornton Tomasetti, sebuah perusahaan rekayasa
struktur yang terlibat di proyek infrastruktur utama di seluruh dunia. Burns
mengatakan bahwa Tekla Structures menyediakan paraStructure Engineer
kemampuan untuk menghasilkan model 3D dengan analisa properties yang
komprehensif. Kualitas pendokumentasiannya pun handal dan mempuyai grade
yang tinggi. Penggunaan data untuk keperluan lebih lanjut mempermudah
pembuatan estimasi biaya dan memfasilitasi scheduling tahapan konstruksi.
Manajemen informasi 3D meningkatkan komunikasi bagi keseluruan tim. Tekla
Structures mempercepat pembuatan shop drawing, meningkatkan ketelitian
dalam pengecekan ketidakserasian dan hasil pada struktur yang lebih solid atau
kompleks dengan permasalahan di lapangan yang lebih sedikit.
2.3.7 Alasan Menggunakan Tekla
Dengan menggunakan Tekla maka penyelesaian dari suatu proyek akan lebih
terintegrasi. Proses perencanaan, pengembangan desain, fabrikasi dan pelaksanaan
di lapangan oleh Tekla sudah dikembangkan secara paralel, dengan
mempresentasikan kondisi as-built dari bangunan tersebut. Selain itu model dari
Tekla dapat digunakan untuk menyimpan dan memanfaatkan semua analisa 4D,
serta untuk mendeteksi jumlah dan penempatan tulangan secara cepat dan
akurat. Hal itu tentunya akan mengurangi biaya proyek.

Gambar 2.4 As-built modelling dalam format 3D lengkap dengan denah dan
potongan
(Khemlani, 2008)

10

Gambar 2. 5 Pemodelan Tulangan dalam Tekla Structures (Khemlani, 2008)


2.8 Tekla Dan Beton Pracetak
Sudah dibahas dalam sub bab sebelumnya bahwa dalam alur kerja Tekla
Structure juga terdapat kemampuan pemodelan, analisa, desain dan
pendetailan komponen struktur. Tekla Structures
mampu untuk melakukan
pendetailan pada struktur baja dan beton pracetak. Dalam versi yang terbaru, Tekla
Structures menjelma menjadi program bantu yang lebih powerful.
Program ini mampu mengintegrasikan informasi penulangan dan mengikuti
proyek secara keseluruhan mulai dari tahap desain sampai konstruksi. Tekla
adalah satu satunya program bantu yang mampu menampilkan informasi
penulangan seperti bar bending schedule untuk keperluan tahap konstruksi.

Gambar 2.6 Output detailing dan bar bending schedull (tekla.com)

11

BAB 3
METODOLOGI
3.1 Metodologi Perencanaan
Langkah yang perlu diambil dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
3.1.1 Pemodelan Struktur
Pemodelan struktur gedung dengan menggunakan Software Tekla 15. Sebagai
input pemodelan adalah gambar arsitektur yang sudah dibuat oleh perencana
sebelumnya.
3.1.2 Pembebanan
a. Beban Mati (RSNI 3 Revisi SNI 1727 1989)
b. Beban Hidup (RSNI 3 Revisi SNI 1727 1989)
c. Beban Gempa (SNI-1726-2002)
3.1.3 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan SNI-2847-2002 Pasal 11.2 :
1.
2.
3.
4.

1,4 D
1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R )
1,2 D + 1,0 L 1,0 E
0,9 D 1,0 E

3.1.4 Analisa struktur


Analisa struktur dengan bantuan software Tekla Structures 15 untuk
mendapatkan gaya dalam yang akan digunakan dalam desain penampang dan
pendetailan elemen struktur
yang digunakan dalam
gedung.
Sebagai
pembanding, maka juga akan dilakukan analisa struktur menggunakan software
analisa struktur lain seperti ETABS.

12

Penggambaran hasil perencanaan ke dalam gambar perencanaan sesuai dengan


kaidah penggambaran teknik. Berbeda dengan prosedur yang umum digunakan
dimana proses penggambaran dilakukan dengan menggunakan software AUTOCAD, maka pada tahapan ini output gambar pendetaialan struktur juga dihasilkan
oleh software Tekla Structures 15. Output gambar nantinya juga bisa diekspor
ke dalam format DWG untuk diolah dan dicetak melalui program Bantu AUTOCAD. Sehingga dari uraian di atas dapat dibuat diagram alir sebagai berikut :
Mulai

Studi Kondisi Perencanaan


Eksisting dan Literatur

Permodelan Struktur dengan


Tekla Structures 14

Verifikasi hasil dengan ETABS 9.07


Tidak

Cocok

Ya

Desain dan pendetailan elemen


strurktur dengan Tekla Structures 14

Verifikasi hasil dengan


perhitungan manual sesuai
dengan SNI 03-2847-2002
Tidak
Ya

Cocok

Penggambaran detail perencanaan


dengan Tekla Structures 14

Gambar detail
perencanaan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir perencanaan

13

3.2 Data Perencanaan


Berikut ini adalah data perencanaan yang akan digunakan dalam Tugas Akhir ini
3.2.1 Data Perencanaan
Nama Bangunan

: Gedung Graha Nusantara

Fungsi bangunan : Perkantoran ( 12 lantai )


Kontraktor : PT.Sumber Daya Nusaphala
Arsitek : PT. Megatika International.
Lokasi : Kota Banjarmasin - Wilayah gempa 1 SNI1726-2002
Jenis Tanah : Tanah Gambut dan Lempung
Tinggi gedung : 45,75 m
Tinggi tiap lantai : 4,5 m (Dasar) ; 3,75 m (Lantai selanjutnya tipikal)
Sistem Struktur : Sistem Pracetak
3.2.2 Data Material
Beton (fc)

: 30 MPa

Tulangan (f y) : 400 Mpa

14

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan Struktur Sekunder
Dalam perencanaan ini komponen struktur yang dibuat pracetak adalah balok dan
pelat. Dalam menghitung jumlah kebutuhkan tulangan maka perhitungan dilakukan
melalui 3 tahap:
1) Penulangan sebelum komposit
2) Penulangan pada saat pengangkatan
3) Penulangan sesudah komposit
Dari hasil perhitungan yang ada didapatakan hasil seperti dibawah ini:
4.1.1 Perencaan Pelat
Pelat yang direncanakan menggunakan pelat dua rah. Untuk penulangan pelat sebelum

komposit menggunakan digunakan tulangan lentur 13-200 mm As = 663,661 mm2- -

Untuk penulangan pelat saat penggangkatan menggunakan tulangan lentur 10-240 mm

As = 315,16 mm2. Sedangkan untuk penulangan setelah komposit tulangan lentur 13200 mm As = 663,661 mm2 .
4.1.2 Perencanaan Tangga
Pada perencanaan ini, tangga dimodelkan sebagai frame statis tertentu. Perletakan dapat
diasumsikan sebagai sendi-sendi, sendi-jepit, sendi-rol, ataupun jepit-jepit. Namun,
dalam perhitungan ini, perletakan tangga diasumsikan berupa sendi dan rol (rol
diletakkan pada ujung bordes).
Data-data perancangan :
Syarat perencanaan tangga :
2.t + i = 64-67
dimana :
t = tinggi injakan (diambil 18 cm)
i = lebar injakan
2.t + i = 66
2 (18) + i = 66
i = 30 cm
Mutu beton (fc)
= 40 MPa
Mutu baja (fy)
= 350 MPa
Tinggi antar lantai
= 425cm
Panjang bordes
= 100 cm
Panjang tangga
= 300 cm
Lebar tangga
= 300 cm
15

Tebal pelat miring


Tebal pelat bordes
Tinggi injakan ( t )
Lebar injakan ( i )
Diameter tulangan lentur
Tebal selimut beton

= 15 cm
= 15 cm
= 18 cm
= 30 cm
= 12 mm
= 20 mm
300

= ( 18 ) = 17
= (n-1) = 17-1 = 16

Jumlah tanjakan (n)


Jumlah injakan
Kemiringan Tangga ()

Tebal rata-rata

18

= arc tan 30
= arc tan 0,6 = 30,96

i

= 2 sin (injakan &tanjakan)

30

= 2 sin 30,96 = 7,72 cm
Tebal rata-rata pelat tangga = 15 + 7,72 = 22,72 cm

4.1.3 Perencanaan Balok Anak


Dalam perencanaan ini menggunakan balok anak ukran 35/50 cm dengan lebar
bentang 600 cm. Untuk perhitungan tulangan dilakukan pada saat sebelum kom[posit,
saat pengangkatan, dan sesudah komposit. Untuk tulangan tumpuan setelah

menggunakan tulangan 3 19 mm = 850,586 mm2 karena atas tidak mengalami tarik,


tulangan negatif digunakan tulangan praktis minimum sehingga luasan yang diperlukan,
As = 0,5 As
567,057 mm2. .

= 0,5 850,586

= 425,293 mm2 . Digunakan 2 19 mm =

4.1 Perencanaan balk penggantung lift


Dalam perencanaan ini menggunakan balok anak ukran 35/50 cm dengan lebar bentang
600 cm. Untuk perhitungan tulangan dilakukan pada saat sebelum kom[posit, saat
pengangkatan, dan sesudah komposit. Untuk tulangan tumpuan setelah menggunakan

tulangan 3 19 mm = 850,586 mm2 karena atas tidak mengalami tarik, tulangan negatif
digunakan tulangan praktis minimum sehingga luasan yang diperlukan,
As = 0,5 As
= 0,5 850,586
= 425,293 mm2
Digunakan 2 19 mm = 567,057 mm2. .

4.2 Perencaan balok iniduk dan kolom


4.2.1 Perencanaan balok
Dari hasil penrancangan dan verifikasi dengan ETAB 9.6 maka didapatkan hasil dsebagai
berikut:

16

Tabel 4.1 Penulangan Lentur Balok Pada Tumpuan


Keterangan

Satuan

Mu negatif

Nmm

Mn perlu

Nmm

Rn
perlu
pakai
As perlu

mm2

n Tul. tarik
As

mm2

n Tul.tekan
As'

mm2

Mn

Nmm

Keterangan

'
-'
kontrol

Balok AB-1
Balok AB-2
Balok A1-2
Penulangan pada tumpuan akibat momen positif
271879000
301975000
195177000

Balok B1-2
195594000

339848750

377468750

243971250

244492500

1,73
0,005088925
0,005088925
1592,833592
6
2279,64
4
1519,76

1,93
0,005669653
0,005669653
1774,60141
7
2659,58
5
1899,7

1,25
0,003625201
0,0045
1408,5
5
1899,7
3
1139,82

1,25
0,003633096
0,0045
1408,5
5
1899,7
3
1139,82

549423438,5
636833208,2
460824867,9
OK
OK
OK
Cek momen nominal tulangan terpasang
0,00728
0,00850
0,00607
0,00486
0,00607
0,00364
0,00243
0,00243
0,00243
0,02122
0,02122
0,02122
OK
OK
OK
1585,29
1585,29
1585,29

460824867,9
OK
0,00607
0,00364
0,00243
0,02122
OK
1585,29

f's

Mpa

fy

Mpa

350

351

352

353

f's pakai
a
Mn

Mpa
mm
Nmm

350
46,85
453877086,1

350
54,65
526244031,1

350
39,05
381510141,2

350
39,05
381510141,2

Mn

Nmm

kontrol
Mu

Nmm

363101668,9
OK
339848750

420995224,9
OK
377468750

305208112,9
OK
243971250

305208112,9
OK
244492500

17

Tabel 4.2 Penulangan Lentur Balok Pada Lapangan


Keterangan

Satuan

Mu

Nmm

Mn perlu

Nmm
Cek balok T atau persegi
be1
mm

Balok AB-1
Balok AB-2
Cek balok T asli atau palsu
150335000
164478000

Balok A1-2

Balok B1-2

71033000

84753000

187918750

205597500

88791250

105941250

2000

2000

1500

1500

be2

mm

2580

2580

2580

2580

be3

mm

3750

3750

3750

3750

be

mm

2000
0,96
0,00278
0,0045
29,00
130
balok T palsu

2000
1,05
0,00305
0,0045
29,00
131
balok T palsu

1500
0,45
0,00130
0,0045
29,00
132
balok T palsu

1500
0,54
0,00156
0,0045
29,00
133
balok T palsu

Balok AB-2

Balok A1-2

Balok B1-2

Rn
perlu
pakai
a
hf
kontrol

mm
mm

Keterangan Satuan
Balok AB-1
Penulangan pada lapangan
Mu
Nmm
150335000
Mn perlu

Nmm

Rn
perlu
pakai
As perlu

mm2

n Tul. tarik
As

mm2

n Tul.tekan
As'

mm2

Mn

Nmm

Kontrol
Mu

Nmm

164478000

71033000

84753000

187918750
0,96
0,00278
0,0045
1408,5
4
1519,76
2
759,88

205597500
1,05
0,00305
0,0045
1408,5
4
1519,76
2
759,88

88791250
0,45
0,00130
0,0045
1408,5
3
1139,82
2
759,88

105941250
0,54
0,00156
0,0045
1408,5
3
1139,82
2
759,88

371037496,2
OK
187918750

371037496,2
OK
205597500

280061323,6
OK
88791250

280061323,6
OK
105941250

Tabel 4.3 Penulangan Geser Balok Memanjang dan Melintang

18

Keterangan

Satuan

Balok AB-1

As

mm2

2279,64

2659,58

1899,7

1899,7

As'

mm2

1519,76

1519,76

1139,82

1139,82

f's
d
a

Mpa
mm
mm

101,07
626
37,90

45,20
626
36,08

45,20
626
36,08

Mpr1

kNm

594,87

496,60

496,60

Mpr2

kNm

387,77

289,51

289,51

Mpr3

kNm

594,87

496,60

496,60

Mpr4
Wu

kNm
kN

289,51
37,27

289,51
37,27

L
VeA

m
kN

387,77
385,13
30,30
30,30
Analisa terhadap gempa kiri
8
8
244,01
256,29

6
242,82

6
242,82

VeB

kN

19,22

19,22

L
VeA

m
kN

1,65
13,93
Analisa terhadap gempa kanan
8
8
244,01
256,29

6
242,82

6
242,82

VeB

kN

19,22

19,22

1,65

Balok AB-2
Penulangan geser

127,52
626
43,36
Akibat gempa kiri
695,77
385,13
Akibat gempa kanan
695,77

13,93

Balok A1-2

Balok B1-2

Ve( gempa)

kN

Ve

kN

kontrol
Vs

Daerah sendi plastis (tumpuan)


122,83
135,11

131,02

131,02

122,01
OK
325,35

128,15
OK
341,73

121,41
OK
323,76

121,41
OK
323,76

Av

kN
mm2

s
s1

mm
mm

265,46
178,77
156,5

265,46
170,20
156,5

265,46
179,65
156,5

265,46
179,65
156,5

s2

mm

176

176

176

176

s3
s pasang
n
n
Vsmax

mm
mm
buah
buah
kN

312
120
12,25
13
1319,72

312
120
12,25
13
1319,72

312
120
12,25
13
1319,72

312
120
12,25
13
1319,72
484,69

Vs

kN

484,69

484,69

484,69

Vs<Vsmax

kN

OK

OK

OK

OK

(Vc+Vs)

kN

363,52

363,52

363,52

363,52

Vumax

kN

244,01

256,29

242,82

242,82

OK

OK

OK

OK

(Vc+Vs)>Vumax
Keterangan

Satuan

Ve( gempa)

kN

Ve

kN

kontrol
Vu

kN

Balok AB-1
Balok AB-2
Balok A1-2
Daerah sendi non plastis (lapangan)
122,83
135,11
131,02

Balok B1-2
131,02

122,01
OK
282,93

128,15
OK
299,31

121,41
OK
271,58

121,41
OK
271,58

353,67

374,14

339,48

339,48

s pasang
n
n
Vsmax

mm
mm
mm
buah
buah
kN

265,46
164,46
313
150
35,67
36
1319,72

265,46
155,46
313
150
35,67
36
1319,72

265,46
171,33
313
160
33,50
34
1319,72

265,46
171,33
313
160
33,50
34
1319,72
363,52

Vs
Av
s
s1

kN
mm2

Vs

kN

387,75

387,75

363,52

Vs<Vsmax

kN

OK

OK

OK

OK

(Vc+Vs)

kN

290,81

290,81

272,64

272,64

Vumax

kN

244,01

256,29

242,82

242,82

OK

OK

OK

OK

(Vc+Vs)>Vumax

4.2.2 Perancangan Kolom


Dari hasil penrancangan dan verifikasi dengan ETAB 9.6 maka didapatkan hasil dsebagai
berikut:
Tabel 4.4 Penulangan longitudinal kolom eksterior dan interior

19

Penulangan longitudinal
Dimensi kolom
mm
800800
800800
2
mm
Ag
640000
640000
Mutu beton (f'c)
Mpa
40
40
Mutu tulangan (fy)
Mpa
350
350
Tulangan
16D25
16D25
Diameter tulangan (d)
mm
25
25
Jumlah tulangan
buah
16
16
2
mm
Ast
7850
7850
Rasio tulangan (%)
0,012
0,012
Pu max
kN
4870,25
6569,27
Pn max
kN
12.605,11
12.605,11
Penulangan Geser Kolom (Daerah Sendi Plastis)
Mnt
kNm
1850
1900
Mnb
kNm
2050
2100
Ve kolom
kN
917,65
941,18
Pu (dari analisa struktur)
kN
4870,25
6569,27
Vc
kN
1345,62
1345,62
Vt
kN
610,95
610,95
Syarat s max
mm
100
100
Sengkang terpasang
413-200
413-200
Diameter sengkang ()
mm
13
13
Jumlah sengkang (n)
buah
4
4
mm2
Ash terpasang
530,66
530,66
0,75 Vn terpasang
kN
1467,43
1467,43
0,75 Vn terpasang > Vu
kN
memenuhi
memenuhi
Penulangan Geser Kolom (Daerah Luar Sendi Plastis)
Ve
kN
917,65
941,18
Vc
kN
672,81
672,81
Vt
kN
610,95
610,95
Syarat s max
mm
200
200
Sengkang terpasang
413-200
413-200
Diameter sengkang ()
mm
13
13
Jumlah sengkang (n)
buah
4
4
mm2
Ash terpasang
530,66
530,66
0,75 Vn terpasang
kN
962,8223327
962,8224685
0,75 Vn terpasang > Vu
kN
memenuhi
memenuhi

20

Penulangan longitudinal
Dimensi kolom
mm
800800
800800
2
mm
Ag
640000
640000
Mutu beton (f'c)
Mpa
40
40
Mutu tulangan (fy)
Mpa
350
350
Tulangan
16D25
16D26
Diameter tulangan (d)
mm
25
25
Jumlah tulangan
buah
16
16
mm2
Ast
7850
7850
Rasio tulangan (%)
0,012
0,012
Pu max
kN
5852,02
7627,53
Pn max
kN
12.605,11
12.605,11
Penulangan Geser Kolom (Daerah Sendi Plastis)
Mnt
kNm
1900
1900
Mnb
kNm
2100
2100
Ve kolom
kN
941,18
941,18
Pu (dari analisa struktur)
kN
5852,02
7627,53
Vc
kN
1345,62
1345,62
Vt
kN
610,95
610,95
Syarat s max
mm
100
100
Sengkang terpasang
413-200
413-200
Diameter sengkang ()
mm
13
13
Jumlah sengkang (n)
buah
4
4
mm2
Ash terpasang
530,66
530,66
0,75 Vn terpasang
kN
1467,43
1467,43
0,75 Vn terpasang > Vu
kN
memenuhi
memenuhi
Penulangan Geser Kolom (Daerah Luar Sendi Plastis)
Ve
kN
941,18
941,18
Vc
kN
672,81
672,81
Vt
kN
610,95
610,95
Syarat s max
mm
200
200
Sengkang terpasang
413-200
413-200
Diameter sengkang ()
mm
13
13
Jumlah sengkang (n)
buah
4
4
mm2
Ash terpasang
530,66
530,66
0,75 Vn terpasang
kN
962,8224112
962,8225531
0,75 Vn terpasang > Vu
kN
memenuhi
memenuhi

4.3 Perencanaan Sambungan


4.1 Perencanaan Sambungan Balok dan Kolom
Pada perencanaan sambungan antara balok induk dan kolom dipergunakan sambungan
dengan menggunakan konsol pendek. Balok induk diletakkan pada konsol yang berada
pada kolom yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan. Bentuk konsol pendek
yang dipakai dapat dilihat pada gambar 8.1 berikut ini :

Gambar 4.1 Geometri Konsol Pendek

21

4.1.1 Perencanaan Konsol pada Kolom


Contoh perhitungan
Vu

191370 N (output ETABS)

Dimensi Balok 50/70


Direncanakan dimensi konsol :
bw

500 mm

500 mm

550 mm

fc

40 MPa

fy

350 MPa

lp

300 MPa

150 mm

Ketentuan yang digunakan dalam perencanaan konsol pendek ini, sesuai dengan SNI
03-2847-2002 Pasal 13.9. Untuk dapat menggunakan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9,
maka geometri konsol pendek serta gaya yang terjadi pada konsol pendek tersebut
harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.1. Syarat
tersebut adalah sebagai berikut :
a/d

<1
150 / 500 = 0,3 < 1....OK

Vu

Nuc
Nuc

= 0,2 Vu
= 0,2 191370=38274N 251810,01 N.OK

Sesuai dengan 13.9.3.1, diambil sebesar 0,75.


Vu
191370
= = 0,75 = 255160 N

Vn

Menentukan luas tulangan geser friksi


Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.3.2 (a), untuk beton normal, kuat geser
Vn tidak boleh diambil lebih besar daripada 0,2 fc bwd ataupun 5,5bwd dalam Newton.
0,2 fc bw d = 0,2 40 500 500 = 2000000 N > Vn .......OK
22

5,5 bw d = 5,5 500 500 = 1375000 N > Vn ......OK


Vn
fy . SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.1

Avf

= 1,4 untuk beton normal yang dicor secara monolit.


(SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.3)

Avf

255160
350 1,4 = 520,73mm2

Menentukan luas tulangan untuk menahan momen


Mu

Vu a + Nuc (h d)

1,4
fy

m in =

191370 150 + 38274 (550 500)

30619200 Nmm

= 1,4/350 = 0,004

fc'
40

0,0045
m in = 4 fy 4 350
Dipilih yang terbesar yaitu 0,0045
30619200
Mu
2
2
Rn = b.d = 500 500 = 0,245 MPa

fy
m

= 0,85 x f c '

perlu

350
0,85 x 40

2m Rn
1
1 1
m
fy

= 10,30

2 10,30 0,245
1

1 1
10,30
350

= 0,00070

Mu

Af1

=
Af2

0,85 fy d

30619200
0,85 0,65 350 500

= 316,68 mm2

= bw d = 0,0045 500 500 = 1125 mm2..menentukan

23

Menentukan tulangan untuk menahan gaya normal Nuc

An

Nw
38274

fy 0,75 350 = 145,8 mm2

Pemilihan Tulangan yang Digunakan


As

(Af + An) = (1125+ 145,8) = 1270,8 mm2

As

2 Avf

An 2 520,73 145 ,8
3
=499,62 mm2
3
=

Asmin =

fc'
40

0,04 fy bd = 0,04 350 500 500 =1142,86 mm2

Ah

0,5 (As An) = 0,5 (1270,8 145,8)= 562,5 mm2

Dipakai tulangan 5D19 = 1417,64 mm2


Dipakai sengkang 5D13 = 663,66 mm2
Dipasang sepanjang (2/3) d = 333,333 mm (vertikal)

Menentukan luas pelat landasan :


Vu
Al

(0,85) fc Al

191370
0,85 40 0,75 = 7504,7 mm2

S dipakai pelat landasan 400 200 mm2 (tebal 15 mm)

4.1.2 Perhitungan Sambungan Balok Kolom


Sistem sambungan antara balok dengan kolom pada perencanaan memanfaatkan
panjang penyaluran dengan tulangan balok, terutama tulangan pada bagian bawah
yang nantinya akan dijangkarkan atau dikaitkan ke atas.
Panjang penyaluran diasumsikan menerima tekan dan juga menerima tarik, sehingga
dalam perencanaan dihitung dalam dua kondisi, yaitu kondisi tarik dan kondisi tekan.
db

As perlu

2928,80 mm2

As terpasang

3042,28 mm2

24

25 mm

Panjang Penyaluran Tulangan Deform Dalam Tekan


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.3
As
db

perlu

As terpasang

200 mm

db

0,04 db fy
0,04 22 350 = 308

db x fy 22 x 350

4 f 'c
4 x 40 = 304,37 mm

2928,80
304,37 3042,28

200 mm

db

Dipakai

= 293,02 mm

OK

= 293,02 mm 300 mm

Panjang Penyaluran Kait Standar Dalam Tarik


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.5
hb

fy
400

dh

dh

8 db

dh

150 mm

db
fc'

22
= 100 40 = 347,85 mm

hb

100

dh

8 db = 8 22 = 176 mm

dh

hb

Dipakai

dh

fy

350
400 = 347,85 400 = 304,37 mm

= 304,37 310 mm

4.2 Perencanaan Sambungan Balok Induk dan Balok Anak

25

Pada perencanaan sambungan antara balok induk dan balok anak digunakan
sambungan dengan konsol pendek. Balok anak diletakkan pada konsol yang berada
pada balok induk yang kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan.
4.2.1

Perencanaan Konsol pada Balok Induk

Vu = 59860 N
Dimensi Balok Anak 35/50
Direncanakan dimensi konsol :
bw

= 350 mm

Tebal pelat landasan = 15 mm


h

200 mm

h tebal pelat landasan (D/2)

200 15 (10/2) = 180 mm

lp

80 MPa

75 mm

fc

40 MPa

fy

350 Mpa

Ketentuan yang digunakan dalam perencanaan konsol pendek ini, sesuai dengan SNI
03-2847-2002 Pasal 13.9. Untuk dapat menggunakan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9,
maka geometri konsol pendek serta gaya yang terjadi pada konsol pendek tersebut
harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.1. Syarat
tersebut adalah:
a/d

<1

75 / 180 = 0,42 < 1.......OK

Vu

Nuc
Nuc

= 0,2 Vu
= 0,2 59860= 11972 N

.........OK

Sesuai dengan 13.9.3.1, diambil sebesar 0,75.


Vu
59860
= = 0,75

Vn

= 79813,33 N

Menentukan luas tulangan geser friksi


Sesuai dengan SNI 03-2847-2002 Pasal 13.9.3.2 (a), untuk beton normal, kuat geser
Vn tidak boleh diambil lebih besar daripada 0,2 fc bwd ataupun 5,5bwd dalam Newton.
26

0,2 fc bw d = 0,2 40 350 180 = 504000 N > Vn .......OK


5,5 bw d = 5,5 350 180 = 346500 N > Vn ......OK
Vn
fy SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.1

Avf

= 1,4 untuk beton normal yang dicor secara monolit.


(SNI 03-2847-2002 Pasal 13.7.4.3)

Avf

79813,33
350 1,4 = 162,88 mm2

Menentukan luas tulangan untuk menahan momen


Mu

Vu a + Nuc (h d)

1,4
fy

m in =

59860 75 + 11972 (200 180)

4728940 Nmm

= 1,4/350 = 0,004

fc'
40

0,0045
m in = 4 fy 4 350
Dipilih yang terbesar yaitu 0,0045
4728940
Mu
2
2
Rn = b.d = 350 180 = 0,417 MPa

fy
m

= 0,85 x f c '

perlu

350
0,85 x 40

2m Rn
1
1 1
m
fy

= 10,30

2 x 10,30 x 0,417
1

1 1
10,30
350

= 0,0012

Mu

Af1

0,85 fy d

4728940
0,85 0,75 350 180

= 117,75 mm2

Af2= bw d = 0,0045 350 180 = 283,5 mm2...menentukan


27

Menentukan tulangan untuk menahan gaya normal Nuc

An

N uc
11972

. fy 0,75 350 = 45,61 mm2

Pemilihan Tulangan yang Digunakan


As

(Af + An) = (283,5 + 45,61) = 329,11 mm2

As

2 Avf

An 2 162,88
3
3
=

Asmin =

fc '
40

f
0,04 y bd = 0,04 350 350 150 = 240 mm2

Ah

45,61
=154,2 mm2

0,5 (As An) = 0,5 (319,11 45,61) = 136,75 mm2

Dipakai tulangan 4D12 = 452,39 mm2


Dipakai sengkang 2D10 = 452,39 mm2
Dipasang sepanjang (2/3) d = 53,3 mm (vertikal)

Menentukan luas pelat landasan :


Vu
Al

(0,85) fc Al

59860
0,85 0,65 40 = 2708,59 mm2

S dipakai pelat landasan 350 150 mm2 (tebal 15 mm)

4.2.2 Perhitungan Sambungan Balok Induk dan Balok Anak


Sistem sambungan antara balok dengan kolom pada perencanaan memanfaatkan
panjang penyaluran dengan tulangan balok, terutama tulangan pada bagian bawah
yang nantinya akan dijangkarkan atau dikaitkan ke atas.
Panjang penyaluran diasumsikan menerima tekan dan juga menerima tarik, sehingga
dalam perencanaan dihitung dalam dua kondisi, yaitu kondisi tarik dan kondisi tekan.
db

=
28

22 mm

As perlu

693 mm2

As terpasang

850,586 mm2

Panjang Penyaluran Tulangan Deform Dalam Tekan


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.3
As
db

perlu

As terpasang

200 mm

db

0,04 db fy
0,04 19 350 = 266

db x fy 19 x 350

4 f 'c
4 x 40 = 262,86 mm

693
262,86 850,586

200 mm

db

Dipakai

= 214,16 mm

OK

= 214,16 mm 220 mm

Panjang Penyaluran Kait Standar Dalam Tarik


Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 14.5
hb

fy
400

dh

dh

8 db

dh

150 mm

hb

db
19
100 fc' = 100 40 = 300,41 mm

dh

8 db = 8 19 = 152 mm

29

dh

Dipakai
4.3

hb

dh

fy

350
400 = 300,41 400 = 262,86 mm

= 300,41 300 mm

Perencanaan Sambungan Balok dan Pelat

Untuk mempekuat sambungan pelat dengan balok, maka pada bagian tepi pelat akan
diberikan lebihan tulangan (panjang penyaluran) yang nantinya akan dicor bersamaan
dengan pengecoran topping.
Panjang penyaluran bisa dipasang pada satu arah maupun dua arah tergantung
bagaimana pelat direncanakan. Jika direncanakan sebagai pelat dua arah, maka
panjang penyaluran dipasang pada dua arah tetapi jika pelat direncanakan sebagai
pelat satu arah, maka panjang penyaluran hanya dipasang pada satu arah saja.
4.3.1 Panjang Penyaluran Tulangan Pelat Type A
db = 13 mm
Arah X -

Arah Y -

As perlu

: 465,75 mm2

As terpasang

: 663,661 mm2

As perlu

: 407,25 mm2

As terpasang

: 663,661 mm2

Penyaluran Arah X
Kondisi tarik
d

300 mm
12 f y

db

25

fc '

1,7 ......SNI 03-2847-2002 Pasal 14.2.4

Dengan :

faktor lokasi penulangan

= 1,3

faktor pelapis

=1

faktor beton agregat ringan

=1

12 350 1,3 1 1
25 40

448,92 mm ~ 450 mm

d
13
d

30

Kondisi tekan
As
db

perlu

As terpasang

200 mm

db

0,04 db fy

0,04 13 350 = 182

db f y
db

13 350
4 40 = 179,85 mm

465,75
182 663,661

200 mm

Dipakai

f 'c

= 127,52 mm

NOT OK

= 200 mm

Penyaluran Arah Y
Kondisi tarik
d

300 mm
12 f y

db

25

fc '

1,7 ......SNI 03-2847-2002 Pasal 14.2.4

Dengan :

faktor lokasi penulangan

= 1,3

faktor pelapis

=1

faktor beton agregat ringan

=1

12 350 1,3 1 1
25 40

448,92 mm ~ 450 mm

d
13
d

31

Kondisi tekan
As
db

perlu

As terpasang

200 mm

db

0,04 db fy

0,04 13 350 = 182

db f y
db

=
=

200 mm

4.4

13 350
4 40 = 179,85 mm

407,25
182 663,661

Dipakai

f 'c

= 111,68 mm

NOT OK

= 200 mm

Perencanaan Reinforced Concrete Bearing

Gambar 8.2 Rencana Tulangan pada Balok Anak


Perencanaan penulangan ujung balok induk pada tugas akhir ini didasarkan pada buku
PCI DESIGN HANDBOOK (Fourth Edition) section 6.9 yaitu tentang concrete
brackets or cobel. Karena dihitung dengan PCI maka satuan yang dipakai adalah :
Lb atau kips untuk satuan gaya
In untuk besaran panjang
Psi untuk fc
Ksi untuk fy
Hal ini karena berkaitan dengan koefisien-koefisien yang akan dipakai. Menurut SNI
03-2847-2002, bearing streght on plain concrete adalah :

32

Vn C r (0,8 . fc' As )

A2
2 . fc' A1
A1

Dimana :

0,7

Cr

s w Vu

200
= 1 bila tidak ada goyangan horizontal yang berarti

A1

luas permukaan beton yang mendukung beton

A2

luas proyeksi permukaan A1

Nu

Batas searing strength adalah Vn . 0,85 . fc . bw


Jika Vu > Vn hasil design bearing strength on plain concrete maka perlu tulangan
end bearing. Penulangan end bearing. Penulangan end bearing berdasarkan analisa
geser friksi. Prosedur yang digunakan PCI adalah sebagai berikut :
Diasumsikan sudut retak adalah vertikal = 00
Hitung tulangan horizontal

At

Avf + An =

Vu
Nu

. fy. . fy

Sudut penanaman adalah 150 seperti yang disaranakan pada referensi


Nilai = 1,4 = 1,4 x 1 = 1,4
Hitung tulangan sengkang

A vf
Ash

dimana
Acr

A n fy
e .f ys

e
=

1000. . A cr .
A vf A n fy
Id . b

lebar balok

Id

panjang penanaman

fys

mutu baja sengkang Ash

Nilai maksimum Vn dari PCI design handbook table 6.7.1 untuk beton cor monolit
2
e
1000 . . Acr, recommended = 1,4
max = 3,4

33

Perhitungan
Vu

59860 N = 10,89 kips

Nu

0,2 x Vu = 0,2 x 10,89kips = 2,18kips

fy

350 Mpa

= 50723,75 Psi

fc

40 Mpa

= 5797,2 Psi

Dimensi balok anak sebelum komposit 35/37 cm2


Sehingga h = 37 cm = 14,57 in
Dipakai pelat landasan : b = 35 cm = 13,7 in, w = 15 cm = 5,9 in
Acr

b . h = 13,7 x 14,57 = 199,61 in2

Cek Vn max dari PCI Design Handbook table 6.7.1


2

1000 Acr = 1000 (1,0)2 (199,61)/1000 = 199,61 kips


Max Vu = 0,85 (199,61) = 169,67 kips > Vu = 15,17 kips.OK

Avf

1000. . Acr . 10001199,61 1,4

V
10,89 1000
u
=
= 25,66 >3,4 dipakai 3,4

An

Vu
10,89 x 1000

. fy. e 0,85 50723,75 3,4 = 0,0742 in2

Nw
2,18 x 1000

. fy 0,75 50723,75 = 0,057 in2

Avf + An = 0,0742 + 0,057 = 0,1312 in2


Dipakai 2D10 = 226,195 mm2 = 0,244 in2

Panjang Id sesuai dengan table design Aid 11.2.8


Untuk A = B = 1

As perlu
E

MT

Id

34

As ada

Idb = 9,6

C = 1,3

0,18
0,244 = 0,74

fy

fc
'

= 1,18
1,18

50723,75

5797,2

= 0,786

A x B x C x D x E x MT 12 in

9,6 x 1 x 1 x 1,3 x 0,7 x 0,834 = 7,2 in

D= 1

Dipakai Id = 12 in 35 cm
Acr

Id . b = 12 . 17,7 = 212,4 in2

1000. . Acr .
Avf An f y

1000 .1. 346 ,92 .1,4


0,17 x 46376 ,811 = 61,6 > 3,4

Dipakai e = 3,4

vf

Ash

An f y

e . f ys

= 0,04 in2

Dipakai 4D12 = 452,389 mm2 = 0,701 in2


4.5 Perancangan Pondasi
Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan
yang terbawah dan berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke
tanah. Pondasi pada gedung Departemen Keuangan ini direncanakan memakai pondasi
tiang pancang jenis pencil pile shoe produk dari PT. WIKA Beton.
4.5.1 Pondasi Kolom Gedung A
Spesifikasi tiang pancang yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
Diameter

: 600 mm

Tebal

: 100 mm

Type

: A1

Allowable axial

: 235,4 ton

Bending Momen crack

: 17 tonm

Bending Momen ultimate

: 25,5 tonm

Direncanakan kedalaman 16 m
Dari hasil analisa struktur dengan menggunakan program bantu ETABS, diambil
output reaksi perletakan yang terbesar dari kombinasi D + L. Hasilnya adalah sebagai
berikut :
D

: 656912,83 kg

Mx

: 1624,097 kgm

My

: 4485,822 kgm
35

Hx

: 3324,12 kg

Hy

: 1203,39 kg

Gambar 4.2 Layout Pondasi


4.5.2.1 Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Data yang diperoleh dan yang digunakan dalam merencanakan pondasi adalah
data tanah berdasarkan hasil Standard Penetration Test (SPT) yang terdiri dari 1 titik.
Daya dukung pada pondasi tiang pancang ditentukan oleh dua hal, yaitu daya dukung
perlawanan tanah dari unsur dasar tiang pondasi (Qp) dan daya dukung tanah dari
unsur lekatan lateral tanah (QS).
Perhitungan daya dukung tanah memakai metode Luciano Decourt (1982) :
QL = QP + QS
Dimana :
QL = daya dukung tanah maksimum pada pondasi
QP = resistance ultimate di dasar tiang
QS = resistance ultimate akibat lekatan lateral
Qp = qp.Ap = (Np.K).Ap
Qs = qs.As = (Ns/3 +1).As
Dimana :
Np

= harga rata-rata SPT pada 4D pondasi di bawah dan di atasnya.

= koefisien karakteristik tanah

Ap

= luas penampang dasar tiang

Ns

= rata-rata SPT sepanjang tiang tertanam, dengan batasan 3 N 50

As

= luas selimut tiang

Perhitungan Pijin 1 tiang

36

Np

39 45 50
44,67
3

AP 0,25 D 2 0,25 0,6 2 0,283m 2

= 25t/m2, untuk tanah lanau berpasir

QP N p K A p 44 ,67 25 0,283 316 ,02 ton

Ns

2 3 7 11 45
13,6 A H D 2 30 0,6 2 33,93 m 2
S
5

13,6
QS S 1 AS
1 33,93 187,75ton
3

QL

= QP + QS = 316,02 +187,75 = 503,07 ton

QL 503,07

167,92ton
3
Pijin 1 tiang = SF
Perhitungan Pijin 1 group tiang

Np

2 45 80
42,33
3

AP 0,25 D 2 0,25 3,62 10 ,178 m2


K

= 25t/m2, untuk tanah lanau berpasir

QP N p K A p 42 ,23 25 10 ,178 10745 ton

Ns

2 2 3 7 11 45 80
25 A H D 2 30 3,6 2 1221 m 2
S
6

25
QS S 1 AS 1 1221 11400 ton
3

QL

= QP + QS = 10745+11400 = 22145 ton

QL 22145

7381,67ton
3
Pijin 1 group tiang = SF
4.5.2.2 Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
Pondasi tiang pancang direncanakan 60 cm. Jarak dari as ke as antar tiang pancang
direncanakan seperti perhitungan di bawah ini:
Untuk jarak antar tiang pancang :
2,5 D

S3D

2,5 60 S 3 60

dimana : S = jarak antar tiang pancang

S1= jarak tiang pancang ke tepi


37

150

S 180

Untuk jarak tepi tiang pancang :


1,5 D S1 2 D
1,5 60 S1 2 60
90

S1 120

Dipakai : jarak antar tiang pancang (S) = 150 cm


jarak tepi tiang pancang (S1) = 90 cm

150

480

150

90

480

90

X
90

150

150

90

Gambar 4.3 Konfigurasi Rencana Tiang


Dengan memperhatikan jumlah tiang dalam satu baris dan kolom:
QL (group) = QL (1 tiang) n

arc tan( D / S )
1 1
2
90
m n Converse Labarre

=1-

Dimana :
D = diameter tiang pancang
S = jarak antar tiang pancang
m = jumlah tiang pancang dalam 1 baris = 3
n = jumlah baris tiang pancang = 3
Efisiensi :
()

arctan( 600 / 1500 )


1 1
2
0
3 3 = 0,677
90

=1-

QL (group)

38

= 167920 0,677 = 113681 kg

Dengan memperhatikan jenis tanahnya bukan jumlah baris dan kolomnya maka
dihasilkan efisiensi yang lebih baik .
Efisiensi :

Pub

Pub (nPu1 ) 2

7381,67 2
0,997
7381,67 2 9 167,92 2

maka yang digunakan adalah efisiensi yang lebih besar.


QL (group)

= 7381600 0,997 = 7359455 kg

Perhitungan Beban Aksial Maksimum Pada Pondasi Kelompok


a. Reaksi kolom

= 656912,83 kg

b. Berat Poer = 4,8 4,8 1,3 2400

Berat total

71884,8 kg +

= 728797,63 kg

QL (group) = 7359455 kg > P = 728797,63 kg . . . . . . OK!!


4.5.2.3 Kontrol Beban Maksimum Tiang (Pmax)
Beban maksimum yang bekerja pada satu tiang dalam tiang kelompok dihitung
berdasarkan gaya aksial dan momen yang bekerja pada tiang. Dalam hal ini nilai
tersebut diperoleh dari hasil analisa struktur dengan bantuan program ETABS. Momen
pada tiang dapat menyebabkan gaya tekan atau tarik pada tiang,namun yang
diperhitungkan hanya gaya tekan karena gaya tarik dianggap lebih kecil dari beban
gravitasi struktur, sehingga berlaku persamaan :

Pmax

V My. X max Mx.Ymax


n
X2

Y 2

Pijin 1 tiang

Pmax

656,912 167,92 4,5 1,5 1,6 1,5

2
2
8
6

1
,
5
6
1
,
5

=
= 61,80 ton Pijin 1 tiang = 235,4 ton. . . . . . OK!!

4.5.2.4 Kontrol Kekuatan Tiang terhadap gaya Lateral


Dari spesifikasi Wika Pile Classification direncanakan tiang pancang beton dengan :
Diameter

: 600 mm

Tebal

: 100 mm

Type

: A1

Allowable axial

: 235,4 ton

Bending Momen crack

: 17 tonm

Bending Momen ultimate: 25,5 tonm


39

BAB 5
DETAILING PADA TEKLA STUCTURES 15
5.1 Ruang Lingkup
Seperti telah dijelaskan pada Bab III khususnya tentang kemampuan software
Tekla Strukctures 15 dalam mendukung proses perancangan, maka pada bab ini akan
dibahas salah satu aplikasi software Tekla Structures 15. Ruang lingkup pembahasan pada
bab ini meliputi :
Pembuatan model gedung
Pembuatan gambar kerja (shop drawing)
Pembuatan report
Aplikasi analisa struktur tidak dibahas dalam Tugas Akhir ini karena pada
Tekla Structure 15 (cracked version) yang digunakan tidak mampu mendukung
kemampuan tersebut.
5.2 Tahap Modeling
5.2.1 Memilih Environment
Untuk menjalankan program Tekla seperti menjalankan program windows
lainnya. Pilihlah environment yang tersedia pada metu start - up misalnya Us Metric.

Gambar 5.1 Pilihan environment pada Tekla Structure


Tekla menyediakan banyak environment yang bisa dipilih pada saat menginstal.
Masing - masing akan menyediakan database profil, baut, tulangan, maupun material
sesuai template gambar dan report yang sesuai dengan standar yang dipakai negara
tersebut.
40

5.2.2 Tampilan Tekla Structures 15


Setelah memilih environment, selanjutnya kita akan login ke Program Tekla.
Terdapat beberapa pilihan konfigurasi sesuai dengan keperluan dari penggunaan program.
Karena kita akan membuat detaling lengkap, maka dipilih konfigurasi Full Detailing.

Gambar 5.2 Login program

Gambar 5.3 Pengaturan Grid dan Tampilan Tekla


Sebelum memodelkan struktur gedung, terlebih dahulu harus dilakukan
pengaturan grid. Ini untuk mempermudah proses pembuatan model. Gambar 8.3 adalah
fasilitas pengaturan grid pada Tekla. Setelah diatur gridnya, kemudian akan muncul
tampilan Tekla.

41

Gambar 5.4 Tampilan awal Tekla Structures 15


5.2.3 Memodelkan Komponen Struktur Beton
Untuk memodelkan komponen struktur beton Tekla sudah menyediakan tool
untuk mengisi mendefinisikan properties dari komponen tersebut. Misalnya Concrete
Beam Properties untuk mendefinisikan data tentang balok. Selain balok juga tersedia
fasilitas pengaturan properties untuk komponen kolom, pelat, pad footing dan wall.

Gambar 8.5 Concrete Beam Properties


5.2.4 Memodelkan Library Component
Tekla mempunyai banyak library yang bisa digunakan untuk mempermudah
pengguna dalam proses pemodelan. Misalnya database material, jenis dan bentuk profil,
komponen komponen balok pun dapat dimodelkan dengan memasukkan angka pada
parameter parameternya. Gambar akan menunjukkan library untuk memodelkan sebuah
tangga beton.

42

Gambar 8.6 Concrete stair library untuk memodelkan tangga


5.2.5 Memodelkan Group Rebar
Proses penulangan juga dapat dengan mudah dilakukan berkat fasilitas pembuatan
grup tulangan. Properti tulangan yang meliputi diameter, mutu, bentuk hook posisi dan
jumlahnya didefinisikan dahulu pada tahap ini kemudian dipasang pada model.

Gambar 8.7 Dialog untuk mengatur properti tulangan


5.3 Drawing
Telah dijelaskan pada bab tinjauan pustaka bahwa Tekla Structure menggunakan
teknologi Building Information Modelling (BIM) . Semua data tentang bangunan yang
43

diinputkan pada saat membuat model akan tersimpan dalam model. Hal ini
memungkinkan kita untuk membuat gambar dan report yang diperlukan secara otomatis,
lebih cepat, dan selalu update dengan model yang telah dibuat.
5.3.1 General Arangement Grawing (GA)
Gambar ini berisikan informasi seperti denah lokasi pembalokan, kolom, pelat,
dan potongan. Pada lampiran akan ditampilkan 2 buah contoh GA yaitu denah balok,
potongan melintang dan memanjang.
5.3.2 Cast Unit Drawing (C)
Gambar ini juga bisa disebut gambar produksi. Cast unit drawing menampilkan
informasi suatu komponen misalnya balok, kolom, pelat, serta penulangannya. Pada
gambar ini bisa ditambahkan informasi gambar detail, tampak dan potongan komponen.
Juga bisa ditampilkan tabel yang berisikan informasi volume beton dan tulangan, panjang
dan bentuk tulangan. Gambar ini akan sangat membantu bagi pekerja dilapangan untuk
memproduksi komponen dan tulangan yang digunakan pada struktur gedung.
5.4 Report
5.4.1 Drawing List Report
Drawing list report adalah daftar gambar yang dibuat oleh Tekla Structures.
Report ini menampilkan informasi tipe/jenis, judul, ukuran, tanggal dibuat, tangal dicetak,
dan nomor file cetak. Ini akan berguna untuk proses pengarsipan gambar yang rapi dan
terkendali.
5.4.2 Material List Report
Ini merupakan report yang berisi volume material yang digunakan dalam model
gedung. Dalam Tugas akhir ini diambil contoh pembuatan material list untuk komponen
beton. Dari report ini akan ditampilkan informasi tentang ukuran penampang, mutu,
jumlah, panjang, luas permukaan, dan volume komponen beton, yang digunakan pada
struktur.
Report ini akan sangat membantu para estimator pada proses tender dan bagian
procurement di kontraktor untuk menghitung volume dan merencanakan pembelian
material tersebut dengan lebih teliti dan lebih cepat.
5.4.3 Rebar Schedule Report
Sama dengan Material List Report, fungsi report ini juga untuk menampilkan data
volume material, hanya saja ini dikhususkan pada tulangan. IInformasi yang ditampilkan
antara lain, jumlah, mutu baja tulangan, ukuran, panjang, lokasi tulangan, serta berat
tulangan.
Report ini juga akan sangat membantu bagian procurement di proyek untuk
memperkirakan volume dan harga besi tulangan dengan lebih teliti dan cepat. Ini penting,
karena besi tulangan merupakan komponen yang harganya cukup fluktuatif dan mahal,
sehingga ketepatan dalam perhitungan volume besi yang harus dibeli akan dapat
meningkatkan laba yang didapat oleh tim proyek.

BAB 6 KESIMPULAN
44

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa diambil dari perancangan pada Tugas akhir ini adalah:
1. Sistem pracetak adalah sistem pengecoran komponen di tempat khusus di
permukaan tanah (fabrikasi), lalu dibawa ke lokasi (transportasi ) untuk disusun
menjadi suatu struktur utuh (ereksi).
2. Keunggulan sistem ini, antara lain mutu yang terjamin, produksi cepat dan massal,
pembangunan yang cepat, ramah lingkungan dan rapi dengan kualitas produk
yang baik. Sedangkan kelemahannya adalah sistem ini kurang sesuai bila
digunakan untuk bangunan tinggi zona gempa 5 dan 6 terkait dengan sistem
sambungannya.
3. Komponen struktur yang bisa menggunakan sistem pracetak adalah balok, pelat,
kolom, tangga, dinding pracetak. Namun dalam tugas akhir ini sistem pracetak
hanya digunakan untuk balok dan pelat.
4. Cara
merencanakan
perhitungan
struktur
(kolom,
balok,
pelat,
dinding,sambungan, hubungan balok kolom) pada sebuah bangunan bertingkat
dengan sistem pracetak dijelaskan dalam bab 4 sampai bab 8.
5. Gambaran umum tentang Tekla Structures 15 adalah program ini bisa membantu
dalam pengambaran dan pendetailan struktur dengan lebih cepat ,efektif, dan
efisien.
6. Kelebihan Tekla Structures 15adalah program ini sangat canggih dan mampu
mempersingkat proses delivery desain, pendetailan, proses manufaktur atau
fabrikasi, dan manajemen konstruksi. Sedangkan kekurangan Tekla Structures 15
adalah program ini masih belum menggunakan standar negara kita yaitu SNI 032847-2002 khusunya untuk beton.
7. Cara memodelkan struktur menggunakan sistem pracetak dengan menggunakan
Tekla Structures 15 adalah tidak jauh beda seperti dalam memodelkan struktur
bangunan gedung menggunakan program bantu ETAB 9.6 dan SAP 2000. Namun
untuk runningnya belum bisa berjalan karena terhambat oleh asli tidaknya license
dari perusahaan tekla dan sisem linker yang ada.
8. Verifikasi hasil analisa struktur dengan ETAB 9.6 digunakan untuk perancangan
secara manual.
9. Hasil permodelan struktur dengan Tekla Structures 15 dan ETAB 9.6 belum bisa
dibandingkan karena pada dasarnya Tekla menggunakan engine ETAB. SAP 2000
v.11, STAAD pro untuk analisinya. Namun damikian karena ada permasalahan
dalam pengintegrasiannya maka Tekla ini belum bisa menampilkan hasil analisa
struktur seperti bidang momen, lintang, dan normal.
10. Untuk desain dan pendetailan struktur dengan Tekla Structures 15 sudah tersedia
dalam catalog produknya, namun untuk masih mengalami kesulitan terkait dengan
analisis manual berdasarkan SNI 03-2847-2002. Peraturan yang ada belum
menganut SNI 03-2847-2002.
45

11. Verifikasi hasil analisa struktur sudah ssesuai dengan perhitungan manual sesuai
SNI 03-2847-2002
12. Dalam perencanaan ini hasil analisa struktur dengan perhitungan manual sudah
sesuai ETAB 9.6
13. Hasil {enggambaran detail perencanaan gedung Graha Nusantara dengan Tekla
Strukture 15 ada pada lampiran gambar.

6.2 Saran
Dari pengalaman yangh didapatkan selama proses perancangan, penulis menyarankan :

Perlu dicoba untuk melakukan analisa struktur dan desain menggunakan Tekla
Structures yang mau terintregrasi dengan ETAB, SAP, mauoun STAAD pro.
Tujuannya adalah supaya dari tekla itu sendiri bisa diketahui hasil analisa struktur
bukan hanya penggambaran salja.
Dengan berbagai fasilitas unggul yang ditawarkan Tekla Structures, program ini
layak untuk dijadikan program bantu wajib yang harus dikuasai oleh mahasiswa
S1 Teknik Sipil untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi dalam
mengantisipasi tren permintaan pasar yang akan mengarah pada penggunaan
program bantu berbasis Building Information Modelling (BIM)

Kedepan Jurusan Teknik Sipil ITS perlu membuat standar drawing dan report agar
kualitas gambar desain yang dihasilkan mutunya menjadi lebih baik dan mudah
dimengerti.

46

47

48

DAFTAR ACUAN
Badan Standardisasi Nasional .2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Gedung, SNI 03-1726-2002.
Badan Standardisasi Nasional .2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002.
Badan Standardisasi Nasional .2002. Tata Cara Perhitungan Pembebanan
UntukBangunan Rumah dan Gedung, RSNI 3 Revisi SNI 1727 1989.
Blume, J.A., Newmark, N.M., and Corning, L.H. 1961. Design of Multistory
Reinforced Concrete Buildings for Earthquake Motions, Chicago, IL :
Portland Cement Association.
ICBO .1973. Uniform building code, International Conference of Building Officials,
Whittier, CA.
Khemlani, L. 2004. "Autodesk Revit: Implementation in Practice." Arcwiz, Fremont
CA.
Moehle, Jack P., Hooper, John D., and Lubke, Chris D. 2008. "Seismic design
of reinforced concrete special moment frames: a guide for practicing engineers,"
NEHRP Seismic Design Technical Brief No. 1, produced by the NEHRP
Consultants Joint Venture, a partnership of the Applied Technology Council and
the Consortium of Universities for Research in Earthquake Engineering, for the
National Institute of Standards and Technology, Gaithersburg, MD., NIST GCR
8-917-1
Purwono, R. 2005.Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Sesuai SNI-1726
dan SNI-2847 Terbaru. Surabaya : ITS Press.
Sacks, R., Barak, R.2005. A Qualitative and Quantitative Assessment of the
Impact of 3D Modelling of Building Structures on Engineering
Productivity. Reseach Report #1005156 3D Engineering Productivity,
Technion and Development Foundation
Sturts, C. S., and Griffis, F. H. B. 2005. "Pricing Engineering Services." Journal of
Management in Engineering, 21(2), 56-62.
Subakti, Aman. 1995 .Teknologi Beton Dalam Praktek. Jurusan Teknik Sipil ITS ,
Surabaya
Sidney Freedman . 1999. Loadbearing Architectural Precast Concrete Wall Panels,
PCI JOURNAL September-October 1999

49

BIM solution for building and construction http://www.tekla.com/international/


solutions/building-construction/Pages/Default.aspx > (26/05/2009)
Building
Information
Modeling,
the
free
encyclopedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/Building_Information_Modeling > (26/05/2009)

<

Powerful tool for concrete design, ttp://www.tekla.com/international/solutions/


building-construction/reinforced-concrete-designers/pages/default.aspx > (06/1/2010)
Tekla references,<http://www.tekla.com/international/solutions/references/Pages/
Default.aspx > (27/05/2009)
Khemlani Lachmi, Tekla Structures 15, AECbytes Product Review, 19
Desember 2008 < http://www.aecbytes.com/review/2008/TeklaStructures15.html >
(26/05/2009)

50

Anda mungkin juga menyukai