PENDAHULUAN
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
local yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagai
komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga
(otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus aureus, Streptococcus,
Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat
lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.1,3
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat peradangan
yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali mendiagnosis osteomyelitis
ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan dengan antibiotika dapat
dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan
penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh
tulang mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang salah
pada anak-anak yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan keterlambatan dalam
memberikan pengobatan yang memadai.1,2
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam aliran darah,
namun
biasanya
akibat
kontaminasi
jaringan
saat
cedera
atau
operasi.
Osteomyeelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomyelitis sangan resisten terhadap
pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan
drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk
menghilangkan penyakit.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Dalam kepustakaan
1
lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organism
piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan
kanselosa dan periosteum.1,4
2.2. Epidemiologi
Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang. Osteomyelitis pada
anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara hematogen, sedangkan osteomielitis pada
orang dewasa merupakan infeksi subakut atau kronik yang berkembang secara sekunder dari
fraktur terbuka dan meliputi jaringan lunak. 4,5,6
Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan
dengan perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang, misalnya femur,
tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia menjadi lokasi tersering untuk
osteomielitis post trauma karena pada tibia hanya terdapat sedikit pembuluh darah. 5,6
Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas humoral, dan
imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis. 6
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah
sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit
adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40%
pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per
100.000 penduduk. Osteomielitis hematogen akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak
laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena adalah
tulang panjang dan tersering adalah femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula. Pada dewasa
infeksi hematogen biasanya paling banyak pada tulang vertebra dibandingkan tulang
panjang.6,7
Orang dewasa terkena karena menurunnya pertahanan tubuh karena kelemahan,
penyakit
ataupun
obat-obatan.
imunosupresi sementara
Diabetes
juga
berhubungan
dengan
osteomielitis,
Ras
Jenis kelamin
Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui masa kanakkanak, memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada orang dewasa.
Usia
utama osteomielitis kronik pada operasi-operasi ortopedi yang menggunakan implan. 5,6,9
Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis dan siphilis melalui proses spesifik, oleh jamur
seperti aktinomikosis yang pada awalnya seringkali bersifat kronik. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh virus. 4,7,9
Organism
Comments
Staphylococcus aureus
Coagulase-negative staphylococci or
Foreign-bodyassociated infection
Propionibacterium species
Enterobacteriaceae species or Pseudomonas
aeruginosa
Streptococci or anaerobic bacteria
pneumoniae
Bartonella henselae
Immunocompromised patients
S. aureus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae
Adults (>16 years)
Staphylococcus epidermidis
S. aureus
Pseudomonas aeruginosa
Serratia marcescens
E. coli
Adapted with permission from Dirschl DR, Almekinders LC. Osteomyelitis. Common causes and
treatment recommendations. Drugs 1993;45:29-43.
2.4. Klassifikasi
Osteomyelitis merupakan penyakit yang kompleks, sehingga sistem klasifikasi yang
bervariasi telah dikembangkan disamping kategori umum yaitu akut, sub-akut, dan kronik.
System klasifikasi Waldvogel membagi osteomielitis dalam kategori hematogenous,
contiguous and chronic, sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut sistem klasifikasi
Cierny-Mader berdasarkan status dari proses penyakit, bukan etiologi, kronisitas, atau factor
lainnya sehingga istilah akut dan kronik tidak dipergunakan pada system Cierny-Mader
derajat pada system ini bersifat dinamik dan dapat berubah-ubah sesuai sesuai kondisi medik
pasien, keberhasilan terapi antibiotic dan pengobatan lainnya. 7,8
Hematogenous osteomyelitis
Anatomic type
Stage 1: medullary osteomyelitis
of infection
1970;282:198-206.
Gambar 1
Ross dan Cole (1985) membagi lesi-lesi ini sebagai yang bersifat agresif atau rongga di
dalam daerah metafisis atau diafisis. Klasifikasi ini membantu dalam perencanaan
pengobatan sebagai lesi yang sifatnya menyerang yang seharusnya diobati dengan
pembedahan untuk mendiagnosisnya. Gledhill mengklasifikasikan osteomyelitis subakut
berdasarkan gambaran radiologinya (1973), dan klasifikasi ini telah dimodifikasi oleh Robert,
dkk pada tahun 1982. Klasifikasi ini berguna untuk pelaporan hasil pengobatan berdasarkan
lokasi dan ini bukan merupakan suatu prognosis atau rencana pengobatan. 7,8
A. Tipe I adalah lesi metafisis
-
Tipe Ib merupakan lesi di metafisis yang aneh yang berlokasi pada erosi
korteks, yang mungkin memberikan gambaran dari sarkoma osteogenik.
Tipe IIa berlokasi di korteks dan reaksi periosteal meniru osteoid osteoma.
Lesi tipe IIb merupakan abses meduler diafisis tanpa perusakan korteks
tetapi merupakan reaksi periosteal yang menyerupai kulit bawang
mirip sarkoma
Ewing.
C. Tipe III merupakan lesi epifisis
-
Tipe IIIa merupakan osteomielitis primer pada epifisis dan tampak sebagai
gambaran konsentrik radiolusen. Tipe ini biasanya tampak pada anak-anak usia 4-5
tahun.
D. Lesi tipe IV merupakan lesi yang sama dengan lesi metafisis, yang didefinisikan sebagai
bagian dari tulang yang rata atau ireguler yang dibatasi oleh kartilago (pertumbuhan
lempeng apofisis, kartilago artikuler, atau fibrokartilago), seperti vertebra, pelvis, dan
tulang-tulang pendek seperti tulang tarsal dan klavikula (Nixon, 1978).
-
Tipe IVa meliputi tulang belakang dengan proses erosi atau destruksi.
7
Tipe IVb meliputi penutup tulang dari pelvis dan paling sklerotik tidak
adanya proses erosi maupun destruksi. Ezra, dkk menyebutkan tipe ini pada tahun 1993
dan 1997.
Tipe IVc meliputi tulang-tulang pendek, seperti tulang tarsal dan klavikula.
Walaupun sistem klasifikasi osteomielitis membantu mendiskripsikan infeksi dan
menentukan diperlukan atau tidaknya pembedahan, namun kategori ini tidak dapat digunakan
pada keadaan tertentu (infeksi pada sendi prostetik, material yang di implantasi, atau pada
tulang-tulang kecil dan osteomielitis vertebra). 7,8
Gambar 2
2.5. Faktor Resiko
Osteomyelitis biasanya tidak membedakan ras atau jenis kelamin. Tetapi beberapa
orang memiliki resiko lebih untuk terkena penyakit ini, resiko tersebut adalah : 3,6
Diabetes mellitus
Pasien yang mendapat hemodialisis
Orang yang daya tahan tubuhnya lemah/buruk
Sickel cell disease
Penyalahguna obat obatan IV
Orang tua.
Alkoholisme
Penggunaan steroid jangka panjang
Penyakit sendi kronik
Trauma (pembedahan ortopedi atau fraktur terbuka)
8
merendahkan tulang yang baru. Tulang baru ini, yang disebut involucrum, terdiri atas subperiosteal yang baru, yang seperti ditemukan pada pembentukan callus pada fraktur. Secara
histologis, osteomielitis hematogen akut menipiskan bagian metafise dari tulang panjang,
merusak tulang cancellous (spongy bone) yang normal, yang berbentuk sequestra, dan
membuat involucrum dari tulang baru di sekitar perifer dari infeksi. Terkecuali pada anak
yang sangat muda, infeksi secara jarang meluas melewati barrier fisik dari lempeng
pertumbuhan. Pada anak kurang dari 1 tahun, beberapa cabang dari arteri metafise berjalan
melewati lempeng pertumbuhan untuk memberi makanan ke epifise. Jalan terusan untuk
pembuluh ini diikuti oleh infeksi untuk selanjutnya disebarkan ke epifise, kemudian ke
perbatasan ruang sendi itu sendiri.1,8,7
Saat itu, respon imunitas tubuh secara efektif membasmi infeksi minor di metafise.
Jika area infeksi telah terbatasi dan bakteri penyebab infeksi telah mati, ruang abses yang
tersisa dapat ada untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Ruang tersebut, terdiri dari
jaringan fibrous, tetapi tidak mengandung sisa-sisa bakteri yang aktif, disebut juga Brodie
abscess, walaupun tidak ada sisa-sisa infeksi yang aktif. Kebalikannya, infeksi yang lebih
agresif dan mematikan melanjutkan aktifitasnya dalam merusak tulang, dan membuat sinus
yang kering. Sinus akan kering sampai jaringan yang nekrotik dan terinfeksi secara lengkap
dipindahkan dan diganti dengan jaringan fiber atau tulang yang tidak terinfeksi.5,7
Ga
Gambar 3
10
hematogeneus
biasanya
memiliki
progresivitas
gejala
yang
Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat dalam 50% dari
osteomielitis pada neonates)
Kelelahan
Irritabilitas
Onset cepat
Kelelahan kronik
Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau jika terjadi infeksi
kronis).
11
Osteomyelitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur. Berikut merupakan beberapa pembagian osteomielitis yang lain :
1. Osteomyelitis pada vertebra
Kelainan ini lebih sulit untuk didiagnosis. Biasanya ada demam, rasa sakit pada tulang
dan spasme otot. Proses ini lebih sering mengenai korpus vertebra dan dapat timbul
sebagai komplikasi infeksi saluran kencing dan operasi panggul.8,10
Pada stadium awal tanda tanda destruksi tulang yang menonjol, selanjutnya terjadi
pembentukan tulang baru yang terlihat sebagai skelerosis. Lesi dapat bermula dibagian
sentral atau tepi korpus vertebra .8,10
12
Pada lesi yang bermula ditepi korpus vertebra, diskus cepat mengalami destruksi dan
sela diskus akan menyempit. Dapat timbul abses para vertebral yang terlihat sebagai
bayangan berdensitas jaringan lunak sekitar lesi. Di daerah torakal, abses ini lebih mudah
dilihat karena terdapat kontras paru. Daerah Lumbal lebih sukar untuk dilihat, tanda yang
penting adalah bayangan psoas menjadi kabur.8.9
Untuk membedakan penyakit ini dengan spondilitis tuberkulosa sukar, biasanya pada
osteomielitis akan terlihat sklerosis, destruksi diskus kurang dan sering timbul penulangan
antara vertebra yang terkena proses dengan vertebra di dekatnya (bony bridging).9,11
2.8. Diagnosis
Diagnosis dari osteomyelitis pada awalnya didasarkan pada penemuan klinik, melalui data
dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium memberikan data
dimana respon terapi dapat diukur.
Untuk menegakkan diagnosis osteomielitis dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Edema
Teraba hangat
Fluktuasi
Pemeriksaan Laboratorium
-
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke kiri
biasanya disertai dengan peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear. Tingkat C-reaktif
protein biasanya tinggi dan nonspesifik; penelitian ini mungkin lebih berguna daripada laju
endapan darah (LED) karena menunjukan adanya peningkatan LED pada permulaan. LED
biasanya meningkat (90%), namun, temuan ini secara klinis tidak spesifik. CRP dan LED
13
memiliki peran terbatas dalam menentukan osteomielitis kronis seringkali didapatkan hasil
yang normal. Lekositosis, peningkatan laju endap darah, dan C-reaktif protein harus
diperhatikan.
-
Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi dengan bakteri
yang menyebabkan osteomielitis dan memiliki penggunaan yang terbatas. Darah hasil kultur,
positif pada sekitar 50% pasien dengan osteomielitis hematogen. Bagaimanapun, kultur darah
positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur invasif lebih lanjut untuk
mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik
sekitar 77% pada semua studi.
Pemeriksaan Radiologi
a. Foto polos
Pada osteomielitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan radiograf.
Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang mengawali destruksi
cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi periosteal akan tampak, dan
area destruksi pada korteks tulang tampak lebih jelas. Osteomielitis kronik
diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang yang masif dan adanya involukrum, yang
membungkus fokus sklerotik dari tulang yang nekrotik yaitu sequestrum.
Infeksi jaringan lunak biasanya tidak dapat dilihat pada radiograf kecuali apabila
terdapat oedem. Pengecualian lainnya adalah apabila terdapat infeksi yang
menghasilkan udara yang menyebabkan terjadinya gas gangrene. Udara pada
jaringan lumak ini dapat dilihat sebagai area radiolusen, analog dengan udara usus
pada foto abdomen.
14
b. Ultrasound
USG dapat menunjukkan perubahan sedini mungkin 1-2 hari setelah timbulnya gejala.
USG dapat menunjukkan ketidakabnormalan termasuk abses jaringan lunak atau
penumpukan cairan (seperti abses) dan elevasi periosteal. 6
USG juga dapat digunakan untuk menuntun dalam melakukan aspirasi. Tapi, USG
tidak digunakan untuk mengevaluasi cortex tulang. Berguna untuk mengidentifikasi
efusi sendi dan menguntungkan untuk mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek
infeksi sendi panggul. Teknik sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada
anak dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan sejak 12 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau
15
*--Two of the listed findings must be present for establishment of the diagnosis.
Information from Peltola H, Vahvanen V. A comparative study of osteomyelitis and purulent arthritis
with special reference to aetiology and recovery. Infection 1984;12(2):75-9.
osteomielitis hematogen akut berdasarkan adanya nyeri yang difus , dan semua pergerakan
sendi terbatas karena adanya spasme otot. 6
Pada Gauchers Disease. Pseudo-osteitis dapat timbul dengan manifestasi klinis yang
sangat mirip dengan osteomielitis. Diagnosis ditegakkan terutama dengan adanya pambesaran
hati dan lien. 6
Gambaran Radiologik osteomielitis dapat menyerupai gambaran penyakit-penyakit
lain pada tulang, diantaranya yang terpenting adalah tumor ganas primer tulang. Destruksi
tulang, reaksi periosteal, pembentukan tulang baru, dan pembengkakan jaringan lunak,
dijumpai juga pada osteosarkoma dan Ewing sarkoma. 9
Osteosarkoma, seperti halnya osteomielitis, biasanya mengenai metafisis tulang
panjang sehingga pada stadium dini sangat sukar dibedakan dengan osteomielitis. Pada
stadium yang lebih lanjut, kemungkinan untuk membedakan lebih besar karena pada
osteosarkoma biasanya ditemukan pembentukan tulang yang lebih banyak serta adanya
infiltrasi tumor yang disertai penulangan patologik ke dalam jaringan lunak. Juga pada
osteosarkoma ditemukan segitiga Codman. 9
Pada tulang panjang, Ewing Sarkoma biasanya mengenai diafisis; tampak destruksi
tulang yang bersifat infiltratif, reaksi periosteal yang kadang-kadang menyerupai kulit
bawang yang berlapis-lapis dan massa jaringan lunak yang besar. 9
2.10. Penatalaksanaan
2. 10. 1 Osteomyelitis akut
Osteomielitis akut harus diobati segera. Biakan darah diambil dan pemberian
antibiotika intravena dimulai tanpa menunggu hasil biakan. Karena Staphylococcus
merupakan kuman penyebab tersering, maka antibiotika yang dipilih harus memiliki
spektrum antistafilokokus. Jika biakan darah negatif, maka diperlukan aspirasi subperiosteum
atau aspirasi intramedula pada tulang yang terlibat. Pasien diharuskan untuk tirah baring,
keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan, diberikan antipiretik bila demam, dan
ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah
pemberian antibiotika. Jika tidak ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah.
Terapi antibiotik biasanya diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.
LED dan CRP sebaiknya diperiksa secara serial setiap minggu untuk memantau keberhasilan
terapi.
18
Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat untuk mengurangi tekanan
intraosteal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk menentukan jenis kuman dan resistensinya.
Bila terdapat perbaikan, antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian
diteruskan secara oral paling sedikit 4 minggu. 3,4
Penyulit berupa kekambuhan yang dapat mencapai 20%, cacat berupa dekstruksi
sendi, gangguan pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, dan osteomielitis kronik.
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah:5
a.
Adanya abses.
b.
c.
Adanya sekuester.
d.
b.
c.
d.
Literatur yang ada tidak dapat mendukung pengobatan pada orang dewasa, dikarenakan
penyakit ini paling banyak menyerang kelompok usia anak. Operasi diindikasikan dalam
pengobatan pada orang dewasa. 8
2. 10. 3 Osteomyelitis kronik
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan adjuvan terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-satunya
tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa.
Pengobatan Osteomielitis Kronik: : 3
1.
Pemberian antibiotik
Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotik semata-mata
Pemberian antibiotik ditujukan untuk:
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya
Mengontrol eksaserbasi
2.
Tindakan operatif
Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian
b.
c.
d.
Timbulnya resistensi
e.
f.
Antibiotik antagonis
g.
h.
Kesalahan diagnostik
Bila proses akut telah dikendalikan, maka terapi fisik harian dalam rentang gerakan
diberikan. Kapan aktivitas penuh dapat dimulai tergantung pada jumlah tulang yang terlibat.
Pada infeksi luas, kelemahan akibat hilangnya tulang dapat mengakibatkan terjadinya fraktur
patologis. Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.
Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris.
Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
samping dengan pemberian irigasi ini. (Canale, 2007)
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang
berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan
darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk
mencegah terjadinya patah tulang. Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan
adalah bila involukrum telah cukup kuat; mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
Staphylococcus aureus or
Nafcillin (Unipen), 2 g IV
First-generation
coagulase-negative
cephalosporin or vancomycin
21
Alternative antibiotics
(methicillin-sensitive)
phosphate
(Cleocin
staphylococci
(Vancocin)
8 hours
S. aureus or coagulase-
Vancomycin, 1 g IV every 12
Teicoplanin
negative
hours
trimethoprim-
(methicillin-
resistant) staphylococci
(Targocid),*
sulfamethoxazole
Septra)
or
(Minocin)
(Bactrim,
minocycline
plus
rifampin
(Rifadin)
Various streptococci (groups
Clindamycin,
every 6 hours
vancomycin
and
b-hemolytic
organisms
or
penicillin-
sensitive
Streptococcus
erythromycin,
or ceftriaxone
(Rocephin)
pneumoniae)
Intermediate
penicillin-
resistant S. Pneumoniae
Cefotaxime (Claforan), 1 g IV
Erythromycin or clindamycin
Penicillin-resistant
S.
Vancomycin, 1 g IV every 12
Levofloxacin (Levaquin)
pneumonia
hours
Enterococcus species
Ampicillin, 1 g IV every 6
Ampicillin-sulbactam
hours, orvancomycin, 1 g IV
(Unasyn)
every 12 hours
Enteric gram-negative rods
Fluoroquinolone
(e.g.,
Third-generation
cephalosporin
species
or
Pseudomonas aeruginosa
Anaerobes
Ceftazidime (Fortaz), 2 g IV
Imipenem
every
piperacillin-tazobactam
hours
(with
an
(Primaxin
or
I.V.),
(Zosyn)
cefepime
aminoglycoside)
Clindamycin, 600 mg IV or
For
anaerobes:
gram-negative
amoxicillin-
clavulanate (Augmentin) or
metronidazole (Flagyl)
Mixed
aerobic
and
Amoxicillin-clavulanate,
22
875
Imipenem
anaerobic organisms
IV = intravenous.
*--Currently available only in Europe.
Adapted with permission from Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. N Engl J Med 1997;336:999-1007, and
Mader JT, Shirtliff ME, Bergquist SC, Calhoun J. Antimicrobial treatment of chronic osteomyelitis. Clin Orthop
1999;(360):46-65.
Debridement
Debridement pada pasien dengan osteomielitis kronis dapat dilakukan. Kualitas
debridement merupakan faktor penting dalam suksesnya pengobatan. Setelah debridement
dengan eksisi tulang, adalah hal yang perlu untuk menghapuskan/ menghilangkan dead space
yang dilakukan dengan memindahkan jaringan di atasnya. Pengobatan dead space termasuk
myoplasty lokal, pemindahan jaringan dan penggunaan antibiotik. Pelaksanaan pada jaringan
lunak telah dikembangkan untuk meningkatkan aliran darah lokal dan pendistribusian
antibiotik.
2. 11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada osteomyelitis adalah: 3,4
-
Septikemia
Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah dalam tulang, menyebabkan
kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada area yang luas, kemungkinan harus diamputasi
untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.
-
Arthritis septic
Dalam beberapa kasus, infeksi dalam tuolang bias menyebar ke dalam sendi di dekatnya.
-
Artritis Supuratif
Artritis Supuratif dapat terjadai pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi
bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi
23
(yang
terutama
terjadi
bersifat
intra-kapsuler
Gangguan Pertumbuhan
Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifsisis
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena
akan
menjadi
lebih pendek. Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang
merupakan stimulasi bagi tulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang
bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang
-
Osteomielitis Kronik
Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan
berlanjut menjadi osteomielitis kronik
-
Fraktur Patologis
Ankilosis
Abses Tulang
Kanker kulit
Selulitis
2.12. Prognosis
Angka mortalitas pada osteomielitis akut yang diobati adalah kira-kira 1 %, tetapi
morbiditas tetap tinggi. Bila terapi efektif dimulai dalam waktu 48 jam setelah timbulnya
gejala, kesembuhan yang cepat dapat diharapkan pada kira-kira 2/3 kasus. Kronisitas dan
kambuhnya infeksi mungkin terjadi bila terapinya terlambat. 6
Empat faktor penting yang menentukan keefektifan terapi antimikroba dalam terapi
osteomielitis hematogenous akut, sehingga akan mempengaruhi prognosis adalah :6
3.
Terapi yang dimulai dalam 3 hari pertama adalah yang paling ideal karena pada tahap
ini area lokal dari osteomielitis masih belum menjadi iskemi. Dengan pengobatan dini,
organisme penyebab akan lebih sensitif terhadap obat yang dipilih dan dapat mengontrol
infeksi sehingga osteolisis, nekrosis tulang dan pembentukan tulang baru akan dihambat.
Dengan keadaan seperti ini maka perubahan gambaran radiologik tidak akan muncul
kemudian pengobatan dalam tiga sampai tujuh hari akan mengurangi infeksi baik sistemik
maupun lokal, namun terlalu lambat untuk mencegah kerusakan tulang. Pengobatan yang
dimulai setelah satu minggu infeksi hanya dapat mengontrol septikemia dan
menyelamatkan jiwa, tetapi memiliki efek yang kecil dalam mencegah kerusakan tulang
24
lebih lanjut.
4.
Hal ini bergantung pada jenis kuman penyebab yang bersangkutan apakah kuman
tersebut resisten atau sensitif terhadap antibiotik yang digunakan.
5.
Faktor lokal dari vaskularisasi tulang yang terganggu memerlukan dosis antibiotik
yang lebih besar untuk osteomielitis daripada infeksi jaringan lunak.
6.
25
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan
oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi
umumnya mengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh
bakteri, diantaranya dari species staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur dan
virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur
bagian distal, humerus , radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan
mandibula merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena
merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu : osteomielitis akut,
sub akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan
membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering
menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan
pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika
nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran
sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.
Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebab
memiliki gambaran radiologik yang mirip. Gambaran radiologik osteomielitis baru terlihat
setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis,
sekwestrum dan involikrum.
Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau dengan
debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan penyakitnya, untuk
yang akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya buruk.
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Rasjad C. Struktur dan fungsi Tulang. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3.
Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta.2007. Hal 6-11
2. Anatomi Tulang. www.HealthForAll.com . Last update March 2009
3. Rasjad C., Infeksi dan Inflamasi. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3.
Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 132- 41.
4. Jong W., Sjamsuhidayat R. 2005. Infeksi Muskuloskeletal. In Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 903 910.
5. Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staff
Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Hal 472 74
6. King R., Johnson D. Osteomyelitis. www.emedicine.com. Last updated: Nov 4, 2008
7. Lew, Daniel P., Waldvogel, Francis A. 1997. Osteomyelitis.
Journal of Medicine.
8. Khoshhal
K.,
Letts
R.
M.
Subacute
Osteomyelitis
(Brodie
Abscess).
27