Semester II Sore
Tentang : Enzim
Disusun Oleh : Kelompok IV
Seffy Yane Suhanda 1143050107
Rahmi Oktavia
Stefariana Flane
Bramantio Primadana
I.
JUDUL
: Enzim
II. TUJUAN :
III. TEORI :
Pendahuluan
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam sel hidup.
Sekarang, kira-kira lebih dari 2.000 enzim telah teridentifikasi, yang masingmasing berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam sistem hidup.
Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat diperoleh
dengan ekstraksi dari jaringan tanpa merusak fungsinya.
Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik
sederhana yang umumnya dapat mengatalisis berbagai reaksi kimia.
Enzim mempunyai spesifitas yang sangat tinggi, baik terhadap reaktan (substrat)
maupun jenis reaksi yang dikatalisiskan.
Pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada
suatu substrat tertentu.
Kemudian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa
pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada
keadaan biasa (fisiologis) tekanan, suhu dan pH normal.
Hanya sedikit katalisator nonbiologi yang dilengkapi sifat-sifat demikian.
Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Enzim bekerja dengan
urutan-urutan yang teratur dan mengatalisis ratusan reaksi dari reaksi yang sangat
sederhana seperti replikasi kromosom sampai ke reaksi yang sangat rumit,
misalnya reaksi yang menguraikan molekul nutrien; menyimpan; dan mengubah
energi kimiawi.
Di antara sejumlah enzim tersebut, ada sekelompok enzim yang disebut enzim
pengatur.
Enzim pengatur mengkoordinasikan sistem enzim dengan baik, sehingga
menghasilkan hubungan harmonis di antara sejumlah aktivitas metabolis yang
berbeda.
Pada keadaan abnormal atau aktivitas berlebihan suatu enzim dapat menimbulkan
penyakit. Analisis enzim dalam serum dapat digunakan untuk diagnosis penyakit,
seperti infarktus otot jantung, prostat, hepatitis, dll.
Ditemukannya suatu enzim dalam darah dengan tingkat berlebihan seringkali
menunjukkan adanya kerusakan sel di dalam organ yang sakit.
Penyakit tertentu seperti hepatitis terinfeksi menyebabkan jaringan hati
mengalami kerusakan akibat infeksi, sehingga terjadi pelepasan enzim hati ke
2
dalam darah.
Semua enzim pada hakikatnya adalah protein. Beberapa di antaranya mempunyai
struktur agak sederhana, sedangkan sebagian besar lainnya memiliki struktur
rumit.
Namun, kebanyakan enzim baru berfungsi sebagai katalis apabila disertai zat lain
yang bukan protein, yang disebut kofaktor.
Suatu kofaktor dapat berupa ion logam sederhana seperti Fe 2+ atau Cu2+, tetapi
dapat pula berupa molekul organik kompleks yang disebut koenzim.
Bagian protein dari enzim disebut apoenzim.
Kemudian gabungan apoenzim dan kofaktornya sehingga enzim menjadi aktif
disebut holoenzim.
KLASIFIKASI ENZIM
Berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi enam
golongan utama, yaitu :
Oksidoreduktase
Ialah kelompok enzim yang mengerjakan reaksi oksidasi dan reduksi.
Transferase
Ialah kelompok enzim yang berperan dalam reaksi pemindahan suatu
gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain.
Hidrolase
Ialah kelompok enzim yang berperan dalam reaksi hidrolisisis.
Liase
Ialah kelompok enzim yang mengatalisis reaksi adisi atau pemecahan
ikatan rangkap.
Isomerase
Ialah kelompok enzim yang mengatalisis perubahan konformasi molekul
(isomerisasi)
Ligase (sintetasi)
Ialah kelompok enzim yang mengatalisis pembentukan ikatan kovalen
Pengaruh Suhu
Setiap enzim mempunyai suhu optimum yaitu suhu di mana enzim memiliki
aktivitas maksimal.
Enzim di dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimal sekitar 37 C.
Di bawah atau di atas suhu optimum, aktivitas enzim akan menurun.
3
Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak aktif.
Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim akan meningkat.
Namun kenaikan suhu yang cukup besar dapat menyebabkan enzim mengalami
denaturasi dan mematikan aktivitas katalisisnya.
Sebagian besar enzim mengalami denaturasi pada suhu di atas 60C.
Pengaruh pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan umumnya tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim menunjukkan aktivitas maksimal pada pH optimum pH
tertentu, umumnya pada pH 6-8.
pH optimum enzim umumnya adalah sekitar pH jaringan di mana enzim berada.
Beberapa enzim ada yang aktivitasnya pada pH tinggi dan ada pula yang pada pH
rendah. Misalnya pepsin merupakan enzim pencernaan dalam lambung yang
mempunyai pH optimal 2.
Enzim- Sifat khusus enzim lainnya adalah tidak ikut bereaksi, artinya enzim
hanya memproses substrat (contohnya, lemak) menjadi produk (contohnya,
gliserol dan asam lemak) tanpa ikut mengalami perubahan dalam reaksi itu.
Bahan tempat kerja enzim disebut substrat dan hasil dari reaksi disebut produk.
Dengan demikian enzim dapat digunakan kembali untuk mengkatalisis reaksi
yang sama, berikutnya.
Sifat-sifat enzim selain sebagai biokatalisator dan sebagai suatu protein, enzim
mempunyai sifat yaitu berperan tidak bolak-balik. Artinya enzim dapat bekerja
4
menguraikan suatu substrat menjadi substrat tertentu dan tidak sebaliknya dapat
menyusun substrat sumber dari hasil penguraian, misalya enzim protease dapat
menguraikan protein menjadi asam amino, tetapi tidak menggabungkan asam
aminonya menjadi protein.
Enzim menjadi rusak apabila berada pada suhu yang terlalu panas atau terlalu
dingin. Sebagian besar enzim akan rusak pada suhu di atas 60C karena
proteinnya (gugus prostetik) menggumpal (koagulasi). Jika telah rusak maka
tidak akan berfungsi lagi meskipun berada pada suhu normal, rusaknya enzim
oleh panas disebut denaturasi. Selain itu, kerja enzim juga dapat terhalang oleh
zat lain. Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor, contohnya
CO, Arsen, Hg, dan Sianida. Sebaliknya zat yang dapat mempercepat jalannya
reaksi disebut aktivator, contohnya ion Mg+, Ca+, zat organik seperti koenzimA.
Enzim dapat bekerja optimal pada pH tertentu, misalnya enzim lipase, pH optimal
5,77,5. Aplikasi pH yang tidak cocok maka sifat kerja enzim dapat
menyebabkan ionisasi dari gugus karboksil dan amino dari bagian-bagian enzim
yang tersusun atau apoenzim dan dapat menyebabkan denaturasi, oleh karena itu
akan terjadi tambahan struktur enzim sehingga tidak dapat bekerja dengan baik.
(Sumber : http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xii-biologi/cara-kerjamekanisme-enzim/)
yang tetap.
Pada titik maksimum semua enzim telah jenuh oleh substrat sehingga
penambahan substrat tidak akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis.
IV.
Prinsip Percobaan
a. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Teori :
Pada suhu sangat rendah, aktivitas enzim dapat terhenti secara reversible.
Kenaikan suhu lingkungan akan meningkatkan energi kinetik enzim dan
frekuensi tumbukan antara molekul enzim dan substrat, sehingga enzim
menjadi aktif.
Pada suhu di mana enzim masih aktif, umumnya kenaikan suhu 10 derajat
Celcius menyebabkan kecepatan reaksi enzimatis bertambah 1,1 hingga 3
kali lebih besar. Pada suhu optimum, kecepatan reaksi enzimatis
berlangsung maksimal.
Bila suhu ditingkatkan terus, maka enzim akan mengalami denaturasi
sehingga aktivitas katalitiknya terhenti.
Sebagian besar enzim memiliki suhu optimum 30 derajat sampai 40
Derahat Celcius dan mengalami denaturasi secara irreversible pada
pemanasan di atas suhu 60 derajat Celcius.
b. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim
Teori :
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu tergantung pada pH
lingkungannya. Enzim menunjukkan aktivitas maksimal pada pH
optimumu umumnya antara pH 6 8.
Jika pH rendah atau tinggi maka dapat menyebabkan enzim denaturasi
sehingga menurunkan aktivitasnya.
Terjadinya penurunan aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil hidrolisis
substrar yang dikatalisis. Misalnya amilum terhidrolisis menjadi maltosa
atau glukosa. Hasil hidrolisis dapat dibuktikan dengan uji Benedict.
Bila positif amilum terhidrolisis sehingga dapat diasumsikan enzim
8
VII. Pembahasan
1. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim
Dari hasil percobaan kelompok kami, pada tabung pertama tabung dengan menyimpang
digelas kimia yang berisikan dengan es tidak terjadi perubahan warna pada uji iodium dan uji
benedict. Hal ini disebabkan oleh enzim yang dalam keadaan suhu rendah terhenti secara
reversible sehingga tidak terjadinya proses hidrolisis pada amilum sehingga tidak terjadi
perubahaan warna.
Pada tabung kedua yang disimpang pada suhu kamar terjadi perubahan warna pada kedua uji.
Hal ini terjadi karena pada suhu kamar kenaikan suhu lingkungan akan meningkatkan energi
kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara molekul enzim dan substrat, sehingga enzim
aktif dan keaktifan ini yang menyebabkan amilum dapat terhidrolisis sehingga terjadi
perubahan warna pada kedua uji.
Pada tabung ketiga yang dimasukkan ke penangas air yang bersuhu 37 - 40 Derajat Celcius
juga terjadi perubahan warna pada kedua uji. Hal ini di sebabkan enzim memiliki suhu
optimal 30-40 Derajat Celcius sehingga pada suhu ini aktivitas enzim berjalan maksimal
sehingga dapat menghidrolisis amilum yang membuat pada kedua uji terjadi perubahan
warna.
Pada tabung keempat dimasukkan kedalam ke penangas air yang bersuhu 75-80 derajat
Celcius yang mana kedua uji mengalami perubahan warna. Hal ini terjadi pada suhu
demikian enzim mengalami denaturasi irreversible yang pada suhu awal mengalami
perubahan kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan
reaksi, namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi
kecepatan reaksi. Hal ini juga terjadi pada tabung kelima.
2. Pengaruh pH Tehadap Aktivitas Enzim
Dari hasil percobaan kelompok kami, pada tabung pertama dengan penambahan HCl yang
ber pH 1 setelah diuji dengan larutan iodium terjadi perubahan warna menjadi coklat
kehitaman atau coklat tua dan dengan uji benedict tidak terjadi perubahan.
Pada tabung kedua dengan penambahan aquades yang berpH 7 setalah diuji dengan larutan
iodium terjadi perubahan warna menjadi coklat dan uji benedict terbentuk kompleks warna
kehijauan, sedangkan pada tabung ketiga dengan penambahan Na2CO3 yang berpH 9 setelah
diuji dengan larutan iodium terbentuk coklat muda dan uji benedict terbentuk biru kehijauan.
Dalam percobaan ini seharusnya pada tabung kedua terbentuk kompleks berwarna biru
dengan uji larutan iodium karena enzim menunjukkan aktivitas saat maksimal pada pH
optimum, umumnya antara pH 6-8,0 membentuk kompleks biru akan terbentuk karena
terjadinya hidrolisis pada amilum dan pada uji benedict akan terbentuk endapan merah bata
karena ini disebabakan karena aldosa atau ketosa dalam bentuk siklik, artinya bentuk ini
berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka,
oleh karena itu gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor yang
berarti amilum terhidrolisis.
Sedangkan tabung pertama dan ketiga negatif karena enzim mengalami denaturasi pada pH
yang rendah atau tinggi, yang menyebabkan menurunnya kerja enzim. Maka pada uji dengan
larutan iodium dan pereaksi benedict tidak akan menghasilkan hasil positif karena tidak
terjadinya proses hidrolisis.
3. Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Kerja Enzim
Dari hasil percobaan kelompok kami, pada tabung pertama dengan konsentrasi enzim 0,5 ml
diuji dengan larutan iodium warna larutan hitam dan dengan uji benedict terbentuk hijau
muda pucat, pada tabung kedua dengan konsentrasi enzim 1 ml diuji dengan larutan iodium
warna larutan biru tua dan uji benedict terbentuk larutan hijau muda yang kemudia berubah
menjadi kuning.
Sedangkan pada tabung ketiga dengan konsentrasi enzim 1,5 ml diuji dengan larutan iodium
warna ada endapan hijau lumut dan uji benedict terbentuk warna biru yang berubah menjadi
abu-abu dan kuning seulas.
Dari perubahan warna dan terbentuknya endapan yang diketahui bahwa terjadi hidrolisis pada
amilum sehingga dapat diketahui bahwa bertambahnya konsentrasi enzim secara bertingkat
akan menaikkan kecepatan reaksi enzimatis.
Dengan kata lain, semakin besar volume atau konsentrasi enzim, semakin tinggi pula
aktivitas enzim dalam memecah substrat yang dikatalisis.
4. Pengaruh Konsentrasi Substrat Terhadap Aktivitas Enzim
Dari hasil percobaan kelompok kami, pada tabung pertama dengan penambahan konsentrasi
substrat 1 ml diperoleh hasil dengan uji iodium abu-abu dan uji benedict diperoleh warna
hijau yang berubah menjadi kuning.
10
Pada tabung kedua penambahan substrat 2 ml diperoleh hasil dengan uji iodium hijau lumut
dan uji benedict terdapat warna hijau yang berubah menjadi kuning.
Pada tabung ketiga penambahan konsentrasi substrat 4 ml memperoleh hasil dengan iodium
hitam dengan uji benedict terdapat warna kuning seulas. Pada tabung keempat penambahan
konsentrasi substrat 6 ml memperoleh hasil dengan iodium hijau pekat dengan uji benedict
terdapat warna kuning di dasar tabung lalu berubah menjadi warna kuning pucat.
Dan perubahan warna dan terbentunya endapan yang diketahui bahwa terjadinya hidrolisis
pada amilum sehingga dapat diketahui bahwa bertambahnya konsentrasi substrat secara
bertingkat menaikkan reaksi enzimatis sampai mencapai kecepatan maksimum yang tetap.
Tetapi setelah enzim mencapai kecepatan maksimum substrat tidak berpengaruh lagi sebab
telah melampaui titik jenuh enzim.
VIII. Kesimpulan
Suhu optimal enzim 37 derajat Celcius mendekati 60 derajat Celcius enzim meningkat
selanjutnya enzim akan mengalami denaturasi sedangkan mendekati titik beku enzim
tidak aktif.
Pengaruh pH dapat diketahui dengan terbentuknya endapan dengan penambahan
pereaksi benedict.
pH optimum enzim tergantung pada pH jaringan sekitar enzim terdapat. Tapi pada
umumnya pH enzim sekitar 6-8.
Pengaruh konsentrasi enzim dapat dilihat dari jumlah endapan setelah perubahan
pereaksi benedict. Semakin besar konsentrasi enzim semakin tinggi pula aktivitas
enzim dalam memecah substrat yang dikatalisis.
Pengaruh konsentrasi substrat dapat dilihat dengan terbentuknya endapan setelah
penambahan pereaksi benedict. Konsentrasi substrat berbanding lurus dengan
kecepatan reaksi sampai batas maksimum yang tetap. Jika melewati batas maksimum
penambahan substrat tidak berpengaruh.
Secara umum enzim memiliki sifat: bekerja pada substrat tertentu, memerlukan suhu
tertentu, enzim pada suhu rendah berlangsung lambat, sedangkan di atas suhu
optimum enzim akan terdenaturasi. Suhu optimum enzim antara 25C 37C dan
keasaman (pH) tertentu pula karena enzim yang bekerja pada keadaan asam tidak
akan bekerja pada suasana basa dan sebaliknya. Suatu enzim tidak dapat bekerja
pada substrat lain.
Uji Yodium terhadap hasil percobaan pengaruh suhu aktivitas amilase air liur yang
dipanaskan pada suhu 80oC dan 37oC memberikan hasil yang positif, yaitu larutan
menjadi berwarna kuning dan kecokelatan
Analis.Penerbit Andi.Yogyakarta.
http://id.scribd.com/doc/86820367/06-Penentuan-Pengaruh-pH-Dan-TemperaturTerhadap-Aktivitas-Enzim-Amilase, waktu akses 10 Juni 2013 jam 10:54
12