Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan

kerja merupakan

hal yang

tidak

terpisahkan dalam system ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.


Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam
meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya, tapi juga
berdampak positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya.Kendatipun era
manajemen K3 telah dimulai dan diterapkan sejak tahun 1950-an,kecelakaan
dan penyakit akibat kerja masih menjadi permasalahan besar sampai saat
ini. Di dalam lingkungan kerja terdapat faktor-faktor yang menyebabkan
beban tambahan dan dapat menimbulkan gangguan bagi tenaga kerja. Faktor
tersebut antara lain faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor fisiologis,
faktor mental psikologis
Negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, dengan
ciri utamanya adalah suhu dan kelembaban yang tinggi. Dalam Industri atau
perusahaan keadaan yangmenunjukkan suatu suhu dan kelembaban
lingkungan biasa disebut dengan iklim kerja.Iklim kerja merupakan salah
satu unsur dari pekerjaan yang mempunyai peran penting dalam proses
produksi dan tidak boleh kita menganggap remeh tentang iklim kerja.
Pekerjaan dengan suhu tinggi memerlukan

penerapan

teknologi dan

pengaturan iklim kerja yang baik dalam proses produksi maupun proses
distribusinya. Dengan lingkungan kerja yang nyaman maka semangat kerja
akan meningkat, dan produktivitasmeningkat.
Di industri atau perusahaan di indonesia sekarang ini banyak yang
belum sadartentang iklim kerja. Kondisi seperti ini seharusnya sudah menjadi
perhatian, karena iklim kerja yang baik akan mempengaruhi kenyamanan dan
produktivitas, misalnya iklim kerja yang panas dapat mempengaruhi kondisi
pekerja, karena dengan panas yang didukung dengan kondisi lingkungan
yang tidak mendukung maka pekerja akan cepat kehilangan energi (daya

tahan tubuh) dan akan berimbas pada semangat bekerja. Panas merupakan
sumber penting dalam proses produksi maka tidak menutup kemungkinan
pekerja dapat terpapar langsung. Jika pekerja terpapar dalam jangka waktu
yang lamamaka pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit
akibat kerja yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap
timbulnya gangguan kesehatan sehingga berpengaruh terhadap produktivtas
dan efisiensi kerja. dan juga harusmemperhatikan Nilai Ambang Batas
(NAB) yang mempengaruhi ketahanan tubuh.
Pada saat seseorang bekerja di lingkungan suhu ekstrim panas maka
suhu inti tubuhnya akan mulai naik dan keringat diproduksi oleh tubuh
dengan tujuan untuk melepaskan panas berlebih di tubuh melalui proses
penguapan keringat. Jika cairan tubuh yang keluar dari tubuh yang berupa
keringat tersebut tidak digantikan maka tubuh tidak akan mampu
memproduksi keringat kembali menyebabkan temperatur inti tubuh akan
terus meningkat yang kemudian akan menyebabkan timbulnya masalah yang
serius (OSH Departement of Labor Wellington New Zealand,1997). Hampir
seluruh organ tubuh dapat bekerja secara maksimal pada temperatur yang
relatif konstan sekitar 37 0 C. Temperatur tubuh diluar temperatur normal,
baik akibat kondisi lingkungan maupun aktivitas fisik dapat menyebabkan
kerusakan jaringan-jaringan tubuh (King,2004). Penelitian yang dilakukan
oleh Andrey Livchak yang berjudul The Effect of Supply Air Systems on
Kitchen Thermal Environment diperoleh hasil bahwa faktor suhu
berpengaruh terhadap produktivitas. Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5 o
C diatas tingkatan nyaman akan menyebabkan penurunan produktivitas
sebesar 30%. Penelitian lain oleh Ora Ola Lina Manurung yang berjudul
Identifikasi Bahaya Paparan Panas Pada Pekerja Di Lingkungan Kerja
Industri Strategis PT X diperoleh hasil bahwa kontribusi paparan panas
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja adalah untuk penurunan
tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36% dan kenaikan
suhu tubuh adalah 89,2%. Penelitian Borghi pada pekerja pabrik gelas yang
terpapar panas dengan suhu 29-31 derajat Celcius WBGT di lingkungan kerja

selama lebihdari 5 tahun menemukan batu asam urat di saluran kemih pada
sekitar 38,8% pekerja yang mengeluh pegal atau nyeri di daerah pinggang
dan/atau rasa panas atau sakit saatbuang air kecil.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tekanan panas.
2. Untuk mengetahui dan mengukur tekanan panas didalam dan diluar
ruangan dengan menggunakan Quest Temp.
3. Untuk mengetahui dampak tekanan panas terhadap kesehatan manusia.
4. Untuk mengetahui cara pengendalian tekanan panas.
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan
a. Dapat mengetahui definisi tekanan panas.
b. Dapat mengetahui dan mengukur tekanan panas didalam dan diluar
ruangan dengan menggunakan Quest Temp.
c. Dapat mengetahui dampak tekanan panas terhadap kesehatan manusia.
d. Dapat mengetahui cara pengendalian tekanan panas.
2. Bagi D4 Kesehatan Kerja
a. Dapat menentukan pengaruh iklim kerja di tempat kerja.
b. Dapat melakukan pencegahan jika dalam ruangan tempat kerja tekanan
panas melebihi NAB (Nilai Ambang Batas).
c. Dapat memberikan informasi kepada mahasiswa tentang suhu kering
dan suhu basah dalam lingkungan kerja.
d. Dapat dijadikan kepustakaan bagi mahasiswa dalam mengukur iklim
kerja.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka
1. Tekanan Panas dan Iklim Kerja
Heat Stress atau Tekanan Panas diartikan sebagai jumlah beban
panas yang merupakan hasil dari kegiatan (pelaksanaan pekerjaan) tenaga
kerja dan kondisi lingkungan dimana tenaga kerja tersebut bekerja.

Sedangkan Iklim kerja di indonesia diartikan sebagai hasil


perpaduan antara suhu, kelembaban, cepat gerak udara, dan panas radiasi
dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya.
Dengan pengertian seperti itu, sesungguhnya tekanan panas dan
iklim kerja memiliki pengertian yang sama (mirip).
Menurut WHO sering ditemukan bahwa respon setiap orang
terhadap panas berbeda, meskipun terpapar dalam lingkungan panas yang
sama. Hal ini menggambarkan adanya perbedaan kondisi fisiologi dari
masing-masing individu misalnya faktor aklimatisasi, kesegaran jasmani,
perbedaan jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, dan suku bangsa. (Wahyu,
2003). Iklim kerja adalah hasil panduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran
panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat dari pekerjanya (Manaker,
1999).
Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembabab udara,
kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini
dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang disebut tekanan
panas (Ramdan 2007). Iklim kerja adalah suatu kombinasi dari suhu kerja,
kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi pada suatu
tempat kerja. Cuaca kerja yang tidak nyaman, tidak sesuai dengan syarat
yang ditentukan dapat menurunkan kapasitas kerja yang berakibat
menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja. Suhu udara dianggap nikmat
bagi orang Indonesia ialah berkisar 24oC sampai 26oC dan selisih suhu
didalam dan diluar tidak boleh lebih dari 5oC. Batas kecepatan angin
secara kasar yaiyu 0,25 sampai 0,5 m/dtk (Subaris,2007).
Perbedaan ukuran badan akan mempengaruhi reaksi fisiologis
badan terhadap panas. Orang gemuk mudah meninggal karena tekanan
panas bila dibandingkan dengan orang kecil badannya karena orang yang
kecil badannya mempunyai ratio luas permukaan badan yang lebih kecil
dan panas yang ditimbulkan lebih sedikit.
Suhu nikmat bagi orang Indonesia berkisar antara (24-26)oC,
namun pada umumnya orang Indonesia mampu beraklimatisasi dengan
4

iklim tropis yang suhunya sekitar (29-30)oC dengan kelembaban (8595)oC.(Wahyu, 2003).
Temperatur yang baik untuk pekerja berkisar antara (18,321,3)oC sedangkan untuk pekerja berat biasanya digunakan suhu yang
lebih rendah yaitu (12,8-15,6)oC. Menurut Sedarmayanti (1996), bahwa
temperatur yang terlampau dingin akan mengakibatkan gairah kerja
menurun.

Sedangkan

temperatur

yang

terlampau

panas,

dapat

mengakibatkan timbulnya kelelahan tubuh yang lebih cepat dan dalam


bekerja cenderung membuat banyak kesalahan.
Dalam menjaga keseimbangan panas tubuh, tubuh mengeluarkan
panas berlebih ke lingkungan sekitar secara konduksi, konveksi, radiasi
dan evaporasi. Pertukaran panas tubuh dengan lingkungan sekitar tersebut
yaitu :
a. Konduksi
Adalah transfer panas dari atom ke atom atau dari molekul ke
molekul melalui transfer berturut-turut dari energi kinetik. Kehilangan
panas melalui konduksi, udara akan menyebarkan panas dari proses
produksi yang cukup besar walaupun dalam keadaan normal. Panas
adalah suatu energi kinetik dari molekul dan molekul yang menyusun
mesin terus-menerus mengalami gerakan vibrasi. Sebagian besar energi
dari gerakan ini dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih rendah dan
mengakibatkan meningkatnya kecepatan gerakan molekul udara. Suhu
mesin yang berlekatan dengan udara menjadikan suhu udara sama
dengan suhu permukaan mesin. Jika suhu udara dan permukaan mesin
sama, maka tidak terjadi lagi kehilangan panas dari permukaan mesin
ke udara. Oleh sebab itu konduksi panas dari permukaan mesin ke udara
mempunyai keterbatasan kecuali udara yang dipanaskan bergerak
sehingga timbul udara baru. Udara yang tidak panas secara terus
menerus disebarkan melalui udara yang bergerak, fenomena semacam
ini disebut konveksi udara (Guyton, 2000; Ganong, 2001).
b. Konveksi

Adalah perpindahan panas karena perbedaan suhu kulit dengan


suhu sekitar dan kecepatan angin. Kehilangan panas melalui konveksi
udara disebut konveksi. Panas dapat didapatkan atau dihilangkan
dengan jalan konveksi ke udara, air atau cairan lain yang kontak dengan
tubuh dan media lain yang berdekatan menghasilkan perpindahan panas
dengan konduksi sejalan atau sesuai dengan tingkat panas. Jika media
berpindah, panas akan berpindah dengannya. Hal tersebut adalah
pertukaran panas dengan cara konveksi, analog dengan pertukaran dari
larutan melalui besarnya aliran. Walaupun ketika kita diam tak
bergerak, udara di sekitar kita bergerak karena udara mengembang
akibat menyerap panas dari tubuh kita.
c. Radiasi
Adalah menyerap atau memancarkan panas melalui gelombang
elektromagnetik. Radiasi tidak dipengaruhi oleh suhu dan kecepatan
angin, tetapi dipengaruhi oleh karena perbedaan suhu kulit dan suhu
benda padat di sekitar tubuh. Panas radiasi tidak menyebabkan
pemanasan secara langsung pada udara. Perpindahan panas dari proses
produksi ke lingkungan kerja terjadi secara radiasi adalah proses
perpindahan panas dimana permukaan obyek seluruhnya secara konstan
memancarkan panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Laju
pancaran ditentukan oleh suhu dari permukaan radiasi (Ganong, 2001).
d. Evaporasi
Adalah kehilangan panas tubuh melalui penguapan keringat.
Penguapan keringat terganggu jika suhu dan kelembaban udara sangat
tinggi karena udara telah jenuh dengan uap air, akibatnya suhu tubuh
akan meningkat. Adapun cara untuk mempertahankan suhu tubuh antara
lain :
a.

Peningkatan aliran darah ke kulit.

b.

Peningkatan sekresi (pengeluaran) keringat.

c.

Peningkatan produksi panas oleh tubuh dengan cara menggigil.

Tenaga kerja yang telah beraklimatisasi dapat mengeluarkan


keringat 6 - 8 liter dalam sehari kerja (Astrand, 1975) untuk membuang
panas yang berlebih ke lingkungan sekitar. Pada prinsipnya sumber
panas dapat berasal dari :
a. Iklim kerja setempat.
b. Proses produksi dan mesin.
c. Kerja otot.
Penyesuaian tubuh dengan panas berbeda-beda, misalnya :
No.
1
2
3
4

Benda
Permukaan luar tanur
Permukaan dalam tanur atau metal panas
Logam pijar
Nyala busur las

Suhu (oC)
500
1200
1850
2000

Menurut hasil penelitian Priatna (1990) bahwa pekerja yang


bekerja selama 8 jam/hari berturut-turut selama 6 minggu, pada ruangan
dengan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) antara 32,02 33,01oC
menyebabkan kehilangan berat badan sebesar 4,23 %. Menurut Grantham
(1992) dan Bernard (1996) bahwa reaksi fisiologis akibat pemaparan
panas yang berlebihan dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang sangat
sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat serius.
Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu
lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan,
sering melakukan istirahat, dll.
b. Dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak
cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan
tubuh < 1,5 % gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal
dan mulut mulai kering.
c. Heat Rash.
Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal
kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja
perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan
bedak penghilang keringat.

d. Heat Cramps.
Merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat
keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari
tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu
banyak dengan sedikit garam natrium.
e. Heat Syncope atau Fainting.
Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak
cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit
atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
f. Heat Exhaustion.
Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak
cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat
haus, lemah dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami
oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
Sumamur melaporkan bahwa pengujian pada 6 (enam)
perusahaan dengan pemeriksaan pada 48 tenaga kerja (27%) sampel,
sebanyak 60% dari tenaga kerja yang pada tekanan panas ISBB 28,829,2oC menyatakan perasaan panas. Seluruh tenaga kerja pada ISBB dari
30,2oC menyatakan bahwa keadaan panas tidak tertahankan. Sedangkan
pada ISBB yang kurang dari 27,65 derajat Celcius, mereka tidak
merasakan sesuatu efek panas.
2. Antisipasi dan recognisi terhadap panas panas
a. Antisipasi
Umumnya di dalam industri sering dijumpai adanya
perbedaan suhu yang besar antara satu tempat dengan tempat yang
lain, dan hal ini mengakibatkan terjadinya perbedaan panas yang besar
pula. Energi panas yang berasal dari sumber akan dipancarkan secara
langsung dan masuk ke lingkungan tempat kerja yang bersuhu dingin
dan menyebabkan suhu udara tempat kerja naik, dengan demikian
iklim atau cuaca di dalam tempat kerja berubah dan menimbulkan
tekanan panas yang akan diterima oleh tenaga kerja yang bekerja
sebagai beban panas tambahan. Panas mempunyai pengaruh yang
buruk terhadap tubuh. Dalam hal tersebut, yang harus diketahui dari

tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas yaitu:
sumber panas.
Ada dua macam sumber panas yang sangat penting untuk para
tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:
1) Panas Metabolisme
Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama
masih hidup. Proses yang menghasilkan panas di dalam tubuh ini
disebut proses merabolisme. Panas metabolisme meningkat,
apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat.
Dalam rangka menjaga kelangsungan hidup, maka suhu
tubuh harus dipelihara agar tetap konstan (37oC). Kenya taan
bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas
(sedikit) dalam menimbun (menyimpan) panas yang dihasilkan
dari metabolisme yang terbanyak (yang dihasilkan) harus dibuang
atau dikeluarkan dari dalam tubuh ke udara disekitarnya (udara
lingkungan tempat kerja).
2) Panas dari Luar Tubuh (datang dari lingkungan tempat kerja). Hal
tersebut sangat penting untuk dua alasan:
a) Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat
menambah beban panas kepada tubuh.
b) Bahwa faktor-faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk
suhu udara, kecepatan gerak udara, kelembaban udara dan
panas radiasi. Ini semua menentukan kecepatan (kemampuan)
tubuh dalam mengeluarkan (melepaskan) panas ke udara
lingkungan tempat kerja.
b. Recognisi
1) Pengenalan
Reaksi fisiologis terhadap pemajanan tekanan panas dapat
digunakan sebagai alat untuk mengenal adanya bahaya tekanan
panas di lingkungan tempat kerja panas, seperti: kenaikan suhu inti,
kenaika denyut nadi atau kehilangan cairan tubuh (keringat) yang
sangat banyak.
Disamping itu tekanan panas juga berpengaruh kepada
tingkah laku tenaga kerja. Tingkah laku yang umumnya
dihubungkan dengan tekanan panas adalah upaya untuk mengurangi
9

10

pemajanan, seperti membuka baju yang maksudnya untuk


meningkatkan penguapan dari tubuh.
Pengaruhnya terhadap sikap menunjukkan bahwa tenaga
kerja lekas menjadi marah, menurunnya moral kerja, dan
meningkatnya angka absen. Ada juga suatu kenaikan sejumlah
kesalahan dan kemacetan mesin, dan meningkatnya tingkahlaku
yang membahayakan.
2) Pengukuran
Pada umumnya rata-rata suhu kulit orang normal adalah
33-35oC. Andaikata suhu yang paling nyaman adalah ta= 20oC,
maka kenaikan suhu (udara) dengan kulit = (35-20)oC = 15oC
(perbedaan antara suhu udara dengan suhu kulit dalam kondisi yang
dirasakan nyaman atau sering disebut gradient temperature). Pada
keadaan yang nyaman tersebut maka diperkirakan seseorang berada
dalam keadaan Zone of Thermal Neutrality.
Untuk mendaptkan kenyamanan, maka tubuh akan
mengadakan reaksi yaitu dari Zone of Thermal Neutrality menuju
ke Zone of Vasomotor Thermo Regulation. Dalam hal ini jantung
akan bekerja lebih keras lagi, sehingga kulit menjadi lebih panas,
hal ini dimaksudkan untuk menempatkan kembali kepada gradient
temperature semula.
Apabila suhu lingkungan yang semula 22oC naik menjadi
28oC maka selanjutnya akan terjadi perbedaan suhu dari 37 oC
28oC = 9oC (perbedaan antara suhu kulit dengan suhu udara). Untuk
mencapai perbedaan antara suhu kulit dengan suhu lingkungan
(gradient temperature) yang nyaman seperti semula (15oC), berarti
suhu kulit harus naik menjadi 28oC + 15oC = 43oC. Kenaikkan suhu
kulit ini (dari 37oC menjadi 43oC) sangat besar sekali. Maka panas
perlu dihilangkan dengan jalan penguapan keringat. Jadi dengan
adanya timbunan panas metabolisme yang sangat besar tersebut,
maka pengatur keseimbangan panas didalam tubuh memberi sinyal
kepada kelenjar-kelenjar keringat untuk menghasilkan keringat,

10

11

diharapkan panas akan dapat dibuang (dihilangkan) dengan jalan


penguapan keringat. Pada keadaan ini seseorang berada dalam
keadaan Zone of Evaporative Thermo Regulation.
Apabila pelepasan panas dari tubuh kelingkungan berjalan
cepat (Jumlah panas yang dibuang lebih cepat daripada panas
metabolisme yang dihasilkan), maka aliran darah yang menuju ke
kulit, akan ditarik lebih ke dalam lagi untuk memelihara agar suhu
tubuh tetap konstan, maka tubuh akan berusaha mengahasilkan
panas yang lebih besar, sehingga tubuh akan melakukan reaksi
dengan cara menggiggil. Dalam keadaan seperti ini, seseorang
disebut Zone Of Metabolic Thermo Regulation.
3. Alat untuk mengukur tekanan panas
Karena dalam berbagai macam keadaan lingkungan kerja dengan
temperatur yang berbeda pula, maka dalam pengukuran iklim kerja
diperlukan beberapa macam alat pengukur sebagai berikut :
a. Psychrometri
Psychrometri adalah suatu alat untuk mengukur kelembaban
nisbi udara dan tekanan partikel uap air di udara. Alat ini terdiri dari dua
termometer, yang pertama digunakan untuk mengukur suhu udara yang
disebut suhu kering dan kedua ujungnya dibalut dengan kain katun
dalam penggunaannya, kain katun ini dibasahi dengan air. Karena
adanya penguapan yang air pada kain katun tersebut maka mengalami
penurunan suhu yang besarnya penurunan tergantung dari banyaknya
penguapan yang terjadi dan ini tergantung dari kelembaban udara. Suhu
yang ditunjukkan oleh kedua termometer ini adalah suhu basah. Dari
perbedaan antar suhu kering dan suhu basah dapat diketahui
kelembaban relatif dan tekanan partikel air di udara.
Jenis-jenis psychrometri, antara lain :
1) Psychrometri Putar
Psychrometri ini terdiri dari dua termometer, satu
diantaranya dibalut dengan kain katun dan dilengkapi dengan
pemutar, yang berguna untuk membantu penguapan air pada kain
katun.

11

12

2) Psychrometri Hisap Arsman


Psychrometri Hisap Arsman ini terdiri dari termometer, satu
diantaranya dibalut dengan kain katun. Alat ini dilengkapi dengan
kunci pemutar kipas (fan) untuk membantu penguapan air pada kain
katun. Apabila pemutaran kipas digunakan sebagai sumber tenaga
maka alat ini disebut motor drive psychrometer.
3) Psychrometri August
Psychrometri ini juga terdiri dari dua termometer, satu
diantaranya reservoirnya dibalut dengan kain katun yang agak
panjang dan di bawahnya diletakan botol yang berisi air, sehingga
ada sebagian kain katun yang terendam dalam air.
b. Globe Thermometer
Alat ini digunakan untuk mengukur panas radiasi, terdiri
dari sebuah bola tembaga dengan diameter 15 cm yang berwarna hitam
karena warnanya hitam ini dapat menyerap radiasi, maka suhu dalam
bola naik ditunjukan oleh termometer.
c. Kata Thermometer
Adalah suatu termometer yang dilengkapi dua reservoir yaitu
reservoir utama (di bawah) dan reservoir pembantu (di atas). Kedua
reservoir ini dihubungkan oleh pipa kapiler ini terdapat dua garis batas
suhu yang berguna untuk mengetahui lamanya waktu pendinginan
(cooling time). Cooling time dihitung dengan menggunakan stopwatch.
d. Heat Stress Area (Quest Temp 10o)
Adalah suatu termometer yang dilengkapi sensor listrik
(baterai) yang lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi, panas,
radiasi dan mengetahui lama pendinginan karena dalam satu alat ukur
psychrometri, globe thermometer dan kata thermometer sekaligus
hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan diukur.
4. Nilai Ambang Batas
Nilai Ambang Batas Iklim Kerja menggunakan parameter ISBB
yang tercantum dalam Lampiran I : Keputusan Menteri Tenaga Kerja,
Nomor : KEP-51/MEN/1999, Tanggal : 16 April 1999 yaitu :

12

13

ISBB (oC)

Pengaturan waktu kerja setiap hari


Waktu Kerja

Waktu Istirahat

Bekerja terus menerus -

Beban Kerja
Ringan

Sedang

Berat

30,0

26,7

25,0

(8 jam/hari)
75% kerja

25% istirahat

30,6

28,0

25,9

50% kerja

50% istirahat

31,4

29,4

27,9

25% kerja

75% istirahat

32,2

31,1

30,0

a. Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan.


ISBB = 0,7 tnwb + 0,2 tg + 0,1 ta
b. Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam ruangan.
ISBB = 0,7 tnwb + 0,3 tg
Catatan :
1.

Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 - 200 Kcal/jam.

2.

Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 - 350 Kcal/jam.

3.

Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 - 500 Kcal/jam.

B. Perundang-undangan
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
2. Kepmenaker Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika di tempat Kerja. Pasal 1 ayat 5, Iklim kerja yaitu hasil
perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerak udaradan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai
akibat dari pekerjaan.
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal 3
ayat 1 (g), mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar/radiasi, suara dan getaran.
4. SNI 16-70063-2004, tentang NAB Iklim Kerja (panas), Kebisingan,
Getaran Tangan Lengan dan Radiasi Sinar Ultra Ungu di Tempat Kerja.

13

14

5. Undang-Undang No 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga


Kerja.
a.

Tiap tenaga kerja berhak atas perlindungan kesehatan dan

keselamatan, moral kerja, kesusilaan sesuai martabat dan moral agama.


b.
Pemerintah membina perlindungan kerja.

BAB III
HASIL

14

15

A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran


1.

Gambar Alat
a. Quest Temp10o
Keterangan:
1. Display
2. On atau Of
3. Globe
4. Dry Bulb
5. Wet Bulb
6. WBGT out
7. WBGT in
8.0F atau 0C
9. Wet sensor bar
10. Dry Sensor bar
11. Globe sensor bar
12. Statif.
Fungsi : Mengukur kelembaban nisbi, panas, radiasi dan mengetahui
lama pendinginan.

2.

Cara Kerja dan Prosedur Pengukuran


a. Quest Temp10o
1) Siapkan alat dan rangkai pada statif.
2) Beri air pada wet sensor bar, lalu tekan ON dan biarkan 10 menit
untuk kalibrasi.
3) Tekan tombol, pilih dalam 0C atau 0F.
4) Tekan tombol WGBT inatau out (sesuai dengan tempat yang
diukur).
5) Tekan tombol yang akan diukur. Lalu perhatikan angka di display,
catat hasilnya.
6) Jika sudah selesai matikan alat dengan menekan OFF.

15

16

B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan


1.

Hasil Pengukuran
Praktikum tekanan panas dilaksanakan pada :
Hari/tanggal

:Kamis, 24 Oktober 2013

Waktu

: 09.30- 11.30 WIB

Tempat: Di dalam ruang kuliah IIdan di luar ruang kuliah 1

Lokasi
Ruang
Kuliah

Nama
Alat
Ques
Temp 100

Cuaca

Indikator

Cerah

2.

Hasil

Pengukuran

a. WBGT in

26,2 0C

47,16 0F

b. Globe
c. Dry Bulb
d. Wet Bulb

29,4 0C
29,2 0C
24,9 0C

52,92 0F
52,56 0F
44,82 0F

Perhitungan
a. Menentukan ISSB Quest Temp 10o di dalam ruangan
1) tnwb= 24,9oC (suhu basah alami)
2) tg = 29,4 oC (suhu Globe)
3) Dalam ruangan

= 0,7 tnwb + 0,3 tg


= 0,7 (24,9) + 0,3 (29,4)
= 17,43 + 8,82
= 26,02 oC

BAB IV
PEMBAHASAN

16

17

Dari pengukuran tekanan panas yang di lakukan di dalam ruang kuliah 2


dan di depan ruang kuliah 1 D.IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja didapatkan
hasil sebagai berikut :
1. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dalam ruangan dari hasil pengukuran
didapatkan 26,02 oC oC.
Setelah

didapatkan

hasil

pengukuran

seperti

diatas

kemudian

dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Yaitu


dibandingkan dengan menggunakan parameter ISBB (Indeks Suhu Basah dan
Bola) yang tercantum dalam Lampiran I : Keputusan Menteri Tenaga Kerja,
Nomor : KEP-51/MEN/1999, Tanggal : 16 April 1999 yaitu :
Pengaturan waktu kerja setiap hari
Waktu Kerja
Bekerja terus menerus

Waktu Istirahat
-

(8 jam/hari)
75% kerja
50% kerja
25% kerja

25% istirahat
50% istirahat
75% istirahat

ISBB (oC)
Beban Kerja
Ringan Sedang Berat
30,0
26,7
25,0
30,6
31,4
32,2

28,0
29,4
31,1

25,9
27,9
30,0

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor : KEP51/MEN/1999, pengukuran yang dilakukan termasuk dalam 75 % kerja dengan
waktu istirahat 25 % dan masuk dalam beban yang ringan dengan ISBB sebesar
30,6 oC. dan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dalam ruangan dari hasil
pengukuran didapatkan 27,16 oC. Hal ini berarti ISBB dalam ruang kuliah 2 D.IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah sesuai dengan yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor : KEP-51/MEN/1999.
Dan Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) di luar ruangan dari hasil
pengukuran didapatkan 27,14 oC dibandingkan dengan ISBB yang tercantum
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor : KEP-51/MEN/1999 yang
masuk dalam kriteria 75 % kerja, 25 % istirahat dan beban kerja sedang yaitu
sebesar 28,0 oC. ini dapat dikatakan bahwa ISBB di depan ruang kuliah 1 D.IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sudah sesuai dengan yang tercantum dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor : KEP-51/MEN/1999.
17

18

Pada waktu melaksanakan praktikum di luar ruangan dapat dipengaruhi


oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Keadaan/suhu/situasi lingkungan pada waktu praktikum mendung dan banyak
angin. Jadi meskipun pengukuran dilakukan di luar ruangan tetapi tekanan
panas dipengaruhi suhu yang turun.
2. Panas tubuh yang praktikan saat melakukan pengukuran.
3. Kesalahan praktikan dalam pembacaan skala.
4. Kurang teliti baik dalam pembacaan maupun penggunaan alat.
5. Dilakukannya sistem pembulatan dalam pembacaan skala.
6. Praktikan kurang sungguh-sungguh dalam melakukan praktikum, sehingga
hasil yang didapat kurang valid.
7. Kesalahan dalam perhitungan.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Tekanan Panas diartikan sebagai jumlah beban panas yang merupakan
hasil dari kegiatan (pelaksanaan pekerjaan) tenaga kerja dan kondisi

18

19

lingkungan dimana tenaga kerja tersebut bekerja. Sedangkan Iklim kerja di


indonesia diartikan sebagai hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
cepat gerak udara, dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari
tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Dengan pengertian seperti
itu, sesungguhnya tekanan panas dan iklim kerja memiliki pengertian yang
sama (mirip).
2. Dari pengukuran tekanan panas yang di lakukan di dalam ruang kuliah 2
dan di depan ruang kuliah 1 D.IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja
didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) dalam ruangan dari hasil
pengukuran didapatkan 27,16 oC.
b. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) di luar ruangan dari hasil
pengukuran didapatkan 27,14 oC.
3. Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan
panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Gangguan perilaku dan performansi kerja seperti, terjadinya kelelahan,
sering melakukan istirahat, dll.Dehidrasi.
b. Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang
disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun
karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh < 1,5 %
gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai
kering.
b. Heat Rash.
Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal
kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi demikian pekerja
perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan
bedak penghilang keringat.
c. Heat Syncope atau Fainting.
Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak
cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit
atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.
d. Heat Exhaustion.
Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak
cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat

19

20

haus, lemah dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami
oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.
4. Pengendalian terhadap tekanan panas adalah sebagai berikut :
Langkah-langkah pengendalian iklim kerja diantaranya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pemindahan atau penggantian sumber pencemaran.


Modifikasi tempat atau proses kerja.
Desain sistem ventilasi udara.
Pengendalian administrasi.
Engineering control
APD

B. Saran
1. Sebaiknya sebelum melakukan pengukuran, praktikan harus mempelajari
cara kerja alat yang digunakan untuk pengukuran.
2. Sebaiknya sebelum dilakukan pengukuran, alat harus dipastikan dalam
kondisi yang baik dan dapat digunakan.
3. Sebaiknya peralatan dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil pengukuran
yang didapatkan valid.
4. Sebaiknya pembagian waktu yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum
lebih diperhatikan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal K3. 2012. Penyakit Akibat Tekanan Panas Di Tempat Kerja.
http://jurnalk3.com/blog/penyakit-akibat-tekanan-panas-di-tempatkerja.html (05 November 2013).
Sumamur. Dr. P.K., M.Sc. 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta : CV Sagung Seto
Tim Penyusun, 2013. Buku Pedoman Praktikum Higiene Industri II Semester III.
Surakarta: Program Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

20

21

21

Anda mungkin juga menyukai