Disusun Oleh:
Risna Ayu Fadilah
1113096000048
Kimia 3B
PENDAHULUAN
I.I Dasar Teori
Dalam larutan jenuh dari suatu garam sukar larut, tejadi keseimbangan antara
garam yang tidak larut dengan ion-ionnya. Misalkan garam AB merupakan garam
sukar larut, maka dalam larutan jenuhnya akan terjadi keseimbangan:
AB(s)
A+(l) + B-(l)
Jika Harga [Ay+] x [Bx-] = Ksp AxBy, larutan tepat jenuh (tidak terjadi
pengendapan)
2
Jika Harga [Ay+]x [Bx-]y < Ksp AxBy, larutan belum jenuh (tidak terjadi
2.
pengendapan)
Jika Harga [Ay+] [Bx-]y > Ksp AxBy, larutan lewat jenuh (terjadi pengendapan)
3.
I.II TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium
oksalat dan mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam
kalsium oksalat.
II.
Metode Praktikum
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, labu ukur, buret,
labu erlenmeyer, kaca arloji, gelas ukur, dan batang pengaduk. Sedangkan
bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu H 2C2O4.2H20, H2SO4, KMnO4,
CaC2O4, dan NaC2O4
o Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan KMnO4 0,02 M
0,63 gram asam oksalat ditimbang dan dilarutkan dalam labu ukur 100 ml,
kemudian diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Diambil 5 ml
larutan oksalat yang telah dibuat dan ditempatkan dalam labu erlenmeyer
100 ml, kemudian ditambahkan 2 ml H 2SO4. Titrasi dilakukan dengan
KMnO4 yang akan distandarisasi sebanyak 3 kali. Lalu dihitung molaritas
rata-rata larutan standar KMnO4.
2. Penentuan Konstanta Hasil Kali Kelarutan CaC2O4
Larutan jenuh CaC2O4 dibuat sebanyak 100 ml dengan cara menambah
sedikit demi sedikit CaC2O4 ke dalam 100 ml aquades sambil diaduk
sampai ada sedikit padatan ysng tidak larut. Buret disiapkan dengan
larutan standar KMnO4 0,02 M. Kemudian ambil 5 ml larutan jenuh
kalsium oksalat yang telah dibuat pada langkah 1 ke dalam labu
3
erlenmeyer dan dititrasi dengan larutan standar sampai titik ekivalen. Dari
data titrasi, ditentukan konstanta hasil kali kelarutan kalsium oksalat
dengan rumus: Ksp CaC2O4 = [C2O42-]2
3. Pengaruh [C2O42-]2 terhadap Kelarutan CaC2O4
Disiapkan 5 buah tabung reaksi besar yang bersih dan kering. Masingmasing diisi dengan 10 ml larutan jenuh ditambah berturut-turut 2, 4, 6, 8,
dan 10 ml NaC2CO4 dan diaduk sampai terjadi pengendapan sempurna.
Diambil dengan hati-hati 5 ml supernatan (padatan jangan sampai
terambil) dari masing-masing larutan diencerkan dengan aquades sampai
10 ml kemudian masing-masing dititrasi dengan KMnO 4 sampai titik
ekivalen. Dihitung kelarutan kalsium oksalat pada masing-masing
percobaan dan selanjutnya dibuat kurva hubungan antara kelarutan dengan
III.
Perhitungan
W asam Oksalat : 0,63 gr
V1 KmnO4
: 2 mL
V2 KmnO4
: 2,5 mL
V H2SO4
: 2 mL
V rata-rata
BE= 0,315 gr
V 1 KMnO 4 +V 2 KMn O4
n
4
2 ml+ 2,5 ml
2
= 2,25 mL = 0,00225 L
W H2C2O4
v H 2 C 2 O4
V pengenceran x BE H2C2O4
5 mL
= 100 mL 0,315 gr
= 0,01575 gr
Mol KmnO4
= M KmnO4 x V KmnO4
= 0,02 M x 0,00225 L
= 0,000045 mol
M asam oksalat
W
BM
0,315 gr 1000
x
126
100
1000
V
= 0,025 M
W H 2 C2 O4 mol KMnO 4
x
BM H 2 C2 O4 mol H 2 C2 O4
0,01575 gram 0,000045 mol
x
126 gr /mol
0,0025 mol
0,00000225mol
0,00225 L
= 0,001 M
Penentuan Konstanta Kelarutan
Ksp CaC2O4
= [Ca2+] [C2O42-]
= (0,05) (0,05)
= 0,0025
PEMBAHASAN
Percobaan ini merupakan percobaan mengenai efek ion bersamaan yang
bertujuan untuk menentukan nilai tetapan hasil kali kelarutan garam kalsium oksalat
dan mempelajari pengaruh konsentrasi ion oksalat pada kelarutan garam kalsium
oksalat. Efek ion bersamaan merupakan suatu keadaan dimana apabila ditambahkan
ion senama kedalam suatu larutan maka kesetimbangan akan bergeser kekiri dan akan
membentuk endapan.
Ada dua uji yang dilakukan, yang pertama standarisasi larutan kalium
permanganate dan yang kedua penentuan konstanta hasil kali kelarutan kalsium
oksalat. Dari kedua percobaan terdapat perbedaan satu sama lain, pada uji yang
pertama sebelum dilakukan titrasi, terlebih dahulu ditambahkan asam sulfat,
sedangkan pada uji yang kedua tidak. Hal ini dikarenakan pada uji pertama diperlukan
asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi sedangkan pada uji
kedua tidak menggunakan asam sulfat dikarenakan kalsium oksalat sudah bersifat
asam sehingga tidak memerlukan katalis lagi untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini diantaranya asam oksalat
yang digunakan sebgai titer atau sampel, asam sulfat sebagai katalis atau yang
mempercepat terjadinya suatu reaksi dan kalium permanganan sebagai autoindikator,
karena memiliki fungsi selain sebagai larutan standar sekunder juga digunakan
sebagai indikator. Adapun cirri khas dari kalium permanganat diantaranya memiliki
warna ungu kehitaman. Hal ini dikarenakan pada kalium permanganat terdapat unsure
mangan yang mana merupakan salah satu unsure transisi. Warna yang dihasilkan
mangan dikarenakan terjadinya eksittasi electron pada unsure tersebut. Eksitasi
electron merupakan perpindahan energi dari tingkat rendah ketingkat yang tinggi dan
kemudian kembali lagi ketingkat energy rendah dengan memancarkan cahaya yang
berupa warna.
Pada percobaan kedua bahan yang digunakan berupa kalsium oksalat, yang
mana kalsium oksalat tersebut dapat diganikan dengan natrium oksalat. Hal tersebut
dapat dilakukan, dikarenakan keduanya merupakan golongan alkali dan sama-sama
berada pada orbital atau blos s.
Titrasi
yang
digunakan
pada
percobaan
ini
meruapakan
titrasi
IV.
KESIMPULAN
o Kalium permanganat berfungsi sebagai autoindikator, yang mana selain
bertindak sebagai larutan standar sekunder juga digunakan sebagai indikator.
o Penambahan ion senama kedalam suatu larutan akan mengakibatkan
kesetibangan bergeser kekiri dan akan membentuk endapan.
o Nilai Ksp dari CaC2O4 yaitu 0,0025
V.
DAFTAR PUSTAKA
o Bahan ajar.2008.
penambahan
ion
senama(http://kimia.upi.edu/utama/
senama
(http://chemistryhollic.com/2012/12/07pengaruh- ion-senama.html/)
Pendahuluan
I.I DasarTeori
Dalam percobaan ini akan dipelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga
dengan larutan garam besi (III) dalam suasana asam dengan menganalisahasil
reaksi secara volumetrik. Secara teoritis, ion tembaga monovalen Cu+ dan ion
tembaga bivalen Cu2+ merupakan dua spesies yang dapat dihasilkan dari logam
tembaga dalam reaksi ini. Dengan memanfaatkan harga potensial elektroda dapat
diperkirakan spesies mana yang secara termodinamika memiliki kemungkinan
lebih besar untuk terbentuk.
Reaksi antara logam Cu dengan larutan Fe 3+ dapat diperkirakan berlangsung
menurut persamaan reaksi berikut:
Cu + Fe3+
Fe2+ + Cu+
(1)
3+
2+
+
Cu + 2 Fe
2 Fe + Cu
(2)
Reaksi yang terjadi dapat diketahui dari harga perbandingan jumlah mol ion Fe3+
yang bereaksi dengan loam yang terpakai. Jika harga perbandingan jumlah mol itu
digunakan simbol r maka diperoleh rumus:
mol Fe 2+ yang bereaksi
r=
mol Cu yang terpakai
Harga r berkisar antara 1-2. Jika reaksi yang terjadi hanya reaksi (1) maka r=1 dan
r=2 apabila reaksi yang terjadi hanya reaksi (2).
I.II Tujuan
Mempelajari stoikiometri reaksi antara logam tembaga dengan larutan besi
II.
(III)
Meramalkan ion tembaga yang dihasilkan
Metode Praktikum
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas kimia, kaca arloji,
labu ukur, pipet gondok, buret, labu erlenmeyer, 1 set pemanas. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu Lapisan tembaga pada bekas kabel, H 2SO4,
10
III.
H2C2O4
b. Stoikiometri logam Cu dan garam
11
Cu+ + Fe2+
Cu + Fe3+
Cu + Fe3+
Cu2+ + 2Fe2+
Mn2+ + 4H2O ..... x1
MnO4- + 8H+ + 5eFe3+ + 3e- ................................... x5
Fe2+
5Fe2+ + MnO4- + 8H+
= 8,5 ml
= biru muda sekali
= 5,2 ml; 6,0 ml; 5,4 ml
= 5,53 ml
= ungu
=13,75 ml; 14,10 ml
= 13,925 ml
= ungu
Perhitungan
a. Standarisasi larutan KMnO4
w. asam oksalat
= 0,63 gram
V. Pengenceran = 100 mL = 0,1 Liter
BM. Asam oksalat
= 126 gr/mol
v. asam oksalat = 5 mL = 0,005 Liter
V. KMnO4 rata-rata= 5,53 mL = 0,00553 Liter
gr /mol
BM
.
asam
oksalat
M. asam oksalat =
w . asamoksalat (gr)
0,63 gr
1000
0,005 x 10=0,05 M
n . asamoksalat =M . asamoksalat V . asam oksalat ( L)
0,05 0,005
0,00025
12
n. Cu
W . Cu
BM . Cu
0,2 gr
= 63,5 gr /mol =0,003
Cu2+
20,4075
1,6
=
0,40751 (0,6)
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai stoikiometri reaksi
logam dengan garam. Dimana stoikiometri itu sendiri dapat didefinisikan sebagai
salah satu cabang ilmu mimia yang mempelajari berbagai aspek yang menyangkut
kesetaraan massa antara zat yang terlibat dalam reaksi kimia baik dalam skala
molecular maupun skala eksperimental.
Pada percobaan dilakukan titrasi. Dimana titrasi diartikan sebagai metode
yang
digunakan
untuk
menentukan
konsentrasi
suatu
larutan
dengan
menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasi. Pada saat proses titrasi
terdapat titik ekivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekivalen terjadi apabila antara
titran dan titrat tepat bereaksi dan terjadi perubahan warna yang belum konstan.
13
Sedangkan titik akhir titrasi terjadi apabila antara titran dan titrat tepat habis
bereaksi dan terjadi perubahan warna yang konstan, dan titrasi harus dihentikan.
Dalam titrasi terdapat larutan yang dijadikan sebagai larutan standar
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer merupakan larutan
ynag mengandung zat padat murni yang konsentrasinya telah diketahui secara
tepat melalui metode gravimetric (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Dalam percobaan stoikiometri ini dilakukan titrasi berupa titrasi
permanganometri. Dinana titrasi permanganometri di definisikan sebagai titrasi
yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganate. Reaksi ini
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara kalium
permanganat dengan larutan antara tembaga dan lartan besi. Beberapa ion logam
yang
tidak
dioksidasi
dapat
dititrasi
secara
tidak
langsung
dengan
Pada stoikiometri reaksi logam tembaga dan larutan garam besi digunakan
analisa berupa analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif terjadi
saat mengamati perubahan warna yang terjadi saat pemanasan dan titrasi. Karena
analisa kualitatif merupakan analisa yang berdasarkan pada pengamatan panca
indera, misalnya bau, warna, dan suhu. Sedangkan analisa kuantitatif terjadi saat
menghitung molaritas dan mol asam oksalat, serta menghitung volume rata-rata
kalium permanganat, mol tembaga, mol kalium permanganate, mol larutan besi
awal dan sisa, dan menghtung perbandingan tembaga. Karena analisa kuantitatif
merupakan analisa yang berdasarkan pada perhitungan.
Pada saat pemanasan antara larutan Fe(III) dan tembaga terjadi pelarutan
tembaga yang sangat lama dikarenakan tembaga yang digunakan tidak benarbenar murni tembaga. Maka untuk titrasi dibutuhkan waktu yang lama.
Dipisahkan antara larutan tembaga dan didapatkan volumenya yaitu 8,5 ml dan
diencerkan. Setelah diencerkan maka diambil 2,5 ml untuk titrasi dan didapatkan
volume KMnO4 yang digunakan rata-rata yaitu 13,925 ml. Dan setelah dilakukan
perhitungan maka didapatkan n Fe yang bereaksi yaitu 0,0012225 dengan r yaitu
0,4075 perbandingan antara Cu+ dan Cu2+ yaitu 1,6:(-0,6).
IV.
KESIMPULAN
Pada Percobaan kali ini dilakukan titrasi KMnO4
yaitu 13,925 ml
n Fe yang bereaksi yaitu 0,0012225 dengan r yaitu 0,4075 perbandingan
antara Cu+ dan Cu2+ yaitu 1,6:(-0,6)
V.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012.
Reaksi
Kimia.
(http://www.chem-is-try.org/kimia-
Sriwijaya.
Chang, Raymond. 2004. Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta :
Erlangga.
15
16