Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKIZOFRENIA
KKS Ilmu Kedokteran Jiwa periode 10 Februari-17 Maret 2014
Oleh:
Inez Wijaya
04124705100
04114705012
04124708023
Atika Pusparani
04124708050
Ibrahim Muhammad
04114705114
Pembimbing:
Dr. Abdullah Shahab, SpKJ
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
SKIZOFRENIA
Oleh:
Inez Wijaya
04124705100
04114705012
04124708023
Atika Pusparani
04124708050
Ibrahim Muhammad
04114705114
Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan
Klinik Senior (KKS) Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya/ Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar Palembang periode 10
Februari-17 Maret 2014.
Palembang,
Maret 2014
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Skizofrenia yang merupakan
salah satu syarat untuk menempuh kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa RS. Dr. Ernaldi Bahar.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada dr. Abdullah Shahab, SpKJ, selaku pembimbing yang telah
membantu penyelesaian referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada
teman-teman,
dan
semua
pihak
yang
telah
membantu
dalam
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................
iii
iv
2.2 Epidemiologi......................................................................................
2.6 Patofisiologi.......................................................................................
16
2.7 Diagnosis............................................................................................
19
2.8 Penatalaksanaan................................................................................
21
2.9 Pencegahan........................................................................................
28
2.10 Komplikasi.......................................................................................
29
29
30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
32
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia
merupakan
suatu
sindroma
klinis
dari
berbagai
melemahnya
neurologis
dan
adalah penting
dalam
mengurangi
penderitaan
pasien dan
dan
bahkan
dapat
mencegah
kambuhnya
skizofrenia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang mengganggu
(intrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan,
dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi
meningkatkan
kecemasan
seseorang,
sedangkan
melakukan
kompulsi
2. 3. Etiologi
a. Faktor Biologis
Neurotransmiter. Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan terhadap
berbagai obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin
8
pencitraan
otak.
Berbagai
penelitian
pencitraan
otak
biologis
lainnya.
Penelitian
elektrofisiologis,
penelitian
nonspesifik yang lebih tinggi dari biasanya telah ditemukan pada pasien
gangguan obsesif-kompulsif. Penelitian EEG tidur telah menemukan
kelainan yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti
penurunan latensi REM (rapid eye movement). Penelitian neuroendokrin
juga telah menemukan beberapa kemiripan dengan gangguan depresif,
seperti nonsupresi pada dexamethasone-supprssion test pada kira-kira
sepertiga pasien dan penurunan sekresi hormon pertumbuhan pada infus
clonidine (catapres). 1,5
b. Faktor Perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.
Stimulus yang relatif netral menjadi disertai dengan ketakutan atau
kecemasan
melalui
proses
pembiasaan
responden
dengan
kepribadian
obsesif-kompulsif.
Sebagian
besar
pasien
sekunder
diperlukan
untuk
melawan
impuls
dan
yang
ditujukan
untuk
menurunkan
kecemasan
dan
meruntuhkan
(undoing).
Seperti
yang
disebutkan
11
dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran
kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan
peristiwa
di
dunia
luar
terjadi
tanpa
tindakan
fisik
yang
13
Ada dua gejala yang menyertai schizophrenia yakni gejala negatif dan
gejala positif. Gejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa dampak
merugikan bagi lingkungannya, seperti mengurung diri di kamar, melamun,
menarik diri dari pergaulan, dan sebagainya. Sementara gejala positif adalah
tindakan yang mulai membawa dampak bagi lingkungannya, seperti mengamuk
dan berteriak-teriak.
a. Gejala negatif (pendataran afektif, alogia (miskin bicara, kemiskinan isi
bicara, afek yang tidak sesuai), tidak ada kemauan-apati, anhedoniaasosialitas, tidak memiliki atensi social, tidak ada perhatian selama tes
b. Gejala positif ( halusinasi, waham, perilaku aneh (cara berpakaian, perilaku
social,
agresif,
perilaku
berulang),
ganggun
pikiran
formal
positif
berupa
terdapatnya
inkoherensi,
pasien
cenderung
emosi
yang
berlebihan,
hilangnya
kemampuan
untuk
14
Gejala sekunder
- Waham (waham primer (timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa
penyebab apa-apa dari luar( hamper patognomonis pada skizofrenia),
waham sekunder (biasanya terdengar logis, seperti waham kebesaran,
waham nihilistic, dll)
- Halusinasi (pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan
kesadaran (pada kelainan lain tidak ditemukan yang seperti ini). Paling
sering halusinasi auditorik. Halusinasi penglihatan jarang, namun bila
ada, biasanya pada stadium permulaan
Gejala yang pertama kali tampak adalah gejala postif. Timbulnya gejala positif ini
berbeda pada tiap gender. Pada pria umumnya muncul pada usia 17-27 sementara
pada wanita 17-37.
Perjalanan penyakit schizophrenia terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
1. Fase prodromal = fase dimana gejala non spesifik muncul sebelum gejala
psikotik menjadi jelas. Lamanya bisa beberapa minggu, bulan bahakn
tahunan. Gejalanya berupa hendaya pekerjaan, fungsi social, perawatan
diri, dan penggunaan waktu luang.
2. Fase aktif = fase dimana gejala psikotik menjadi jelas seperti perilaku
katatonik, halusinasi, delusi, disertai gangguan afek.
15
3. Fase residual = fase yang gejala nya mirip seperti fase prodromal tetapi
gejala psikotiknya tidak begitu jelas.
Gejala yang tampak pada pasien schizophrenia, menurut Stahl terbagi menjadi
lima, yaitu:
1.
Gejala positif
2.
Gejala negatif
3.
Gejala kognitif
4.
Gejala agresif
5.
Gejala/depresi
terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
17
Waham
Halusinasi
Bicara terdisorganisasi
inkoheresi)
Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak
(misalnya sering
menyimpang
atau
19
yang
bertanggungjawab
terhadap
gejala
positif.
Sedangkan
21
22
Pemeriksaan
CT
scan
dan
MRI
pada
penderita
schizophrenia
menunjukkan atropi lobus frontalis yang menimbulkan gejala negatif dan kelainan
pada hippocampus yang menyebabkan gangguan memori.11
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak
terjadi proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan
meneruskan
pesan
sekitar
otak.
Pada
penderita
skizofrenia,
produksi
2.7 Diagnosis
Untuk diagnosa schizophrenia, acuan yang paling banyak digunakan adalah
DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, ed 4). DSM IV
mempunyai kriteria diagnosis dari APA (Amerika Psychiatric Association)
untuk schizophrenia. Kriteria DSM IV sebagian besar tidak berubah dari DSM III
yang direvisi (DSM-III-R), walaupun DSM-IV menawarkan lebih banyak pilihan
23
bagi klinisi dan lebih deskriptif terhadap situasi klinis yang aktual. Seperti pada
DSM-III-R,
halusinasi
maupun
waham
tidak
diperlukan
untuk
Waham
Halusinasi
Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
Catatan: hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah
kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari
perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap
satu sama lainnya.
B.
Disfungsi sosial atau pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas dibawah tingkat yang dipakai
sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan
untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik atau pekerjaan
yang diharapkan).
24
C.
periode
prodomal
atau
residual,
tanda
gejala
mungkin
dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang
dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya
keyakinan yang aneh, pengalamam persepsi yang tidak lazim).
D.
Tidak ada episode depresi berat, manik, atau campuran yang telah
terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau
Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
adalah relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E.
sekunder tanpa adanya kegunaan dari antipsikotik itu sendiri. Penggunaan obat
parenteral short-acting untuk pasien baru sebaiknya dihindari. Namun terapi
dengan obat long-acting tidak boleh diberikan kecuali pada pasien dengan riwayat
tidak responsive dengan bentuk pengobatan lain. Penggunaan dosis tinggi untuk
pengobatan skizofren akut tidak memberikan hasil yang lebih baik dibanding
dengan penggunaan dosis rata-rata. Beberapa studi mengatakan bahwa penundaan
pemberian antipsikotik akan memberikan outcome yang lebih buruk, diperkirakan
karena beberapa aspek pada psikosis secara biologis toksik terhadap struktur
otak.1
Beberapa pasien memberikan respon terhadap antipsikotik dalam minggu
pertama pengobatan atau bahkan pada hari pertama. Kebanyakan akan tidak
memberikan respon dalam 2 6 minggu. Namun tidak disarankan untuk
memutuskan obat dan mengganti dengan jenis yang lain sebelum pengobatan
mencapai 4 6 minggu, kecuali terdapat efek samping atau gejala ekstrapiramidal
yang tidak sesuai dengan pengobatan.
Penggunaan beberapa antipsikotik pada waktu bersamaan harus dihindari,
khususnya penggunaan antipsikotik tipikal yang diberikan secara oral dan
parenteral, kecuali pengobatannya memang sedang dialihkan dari intramuscular
menjadi oral terapi. Pada beberapa kasus bila antipsikotik tidak dapat mengontrol
rasa cemas dan agitasi yang berlebihan, penggunaan benzodiazepine dapat
diberikan.
A.1. Antipsikotik tipikal
Obat antipsikotik tipikal disebut juga antipsikotik konvensional atau
antipsikotik generasi 1 (APG-1).2 Obat antipsikotik tipikal ini memiliki
mekanisme kerja sebagai dopamin reseptor antagonis (DRA). Sejak ditemukannya
klorpromazine (CPZ) pada tahun 1950, pengobatan skizofren mengalami
kemajuan. CPZ dan antipsikotik lainnya yang mirip mengurangi gejala positif dari
skizofren sampai 70 %, Namun untuk gejala negatifnya, antipsikotik tipikal
memiliki efek yang kurang, begitu juga efek terhadap gangguan mood dan
gangguan kognisinya.
26
30
dari obat ini adalah rasa mengantuk, mulut kering, peningkatan berat badan,
agitasi, konstipasi, dan hipotensi ortostatik.
Sertindole merupakan golongan imidazolidonone yang memiliki potensi
kuat terhadap reseptor 5-HT2, D2, dan 1. untuk mengurangi gejala positif,
digunakan dosis 12 24 mg/hari, setara dengan haloperidol dengan dosis 4 16
mg/hari. Sertindole pada dosis 20 24 mg/hari memiliki efek lebih besar pada
gejala negatif dibanding dengan haloperidol. Efek samping dari obat ini adalah
sakit kepala, takikardi, pemanjangan interval Q-T, penurunan pompa jantung,
peningkatan berat badan, kongesti nasal, mual, dan insomnia. Sertindole memiliki
masa kerja yang panjang, yaitu 1 4 hari, sehingga dapat diberikan sehari 1x.
Ziprasidone memiliki potensi 10x lebih kuat terhadap reseptor 5-HT2
dibanding dengan reseptor D2. Ziprasidone hampir tidak memberikan gejala
ekstrapiramidal namun sama efektifnya dengan penggunaan haloperidol.
Ziprasidone efektif untuk menangani gejala positif dan negatif pada pasien dengan
gejala skizofren akut. Efek samping ziprasidone adalah terutama sedasi.
B. Terapi Kejang Listrik
Terapi
kejang
listrik
(TKL)
atau
yang
dalam
bahasa
Inggris
31
social dan fungsi bekerja serta mengurangi beban orang yang menanggungnya.
Memberi pelatihan dan dukungan kepada anggota keluarga merupaqkan hal yang
penting terhadap keseluruhan proses pengobatan.
Pada kebanyakan system kesehatan, program manajemen pengobatan telah
dikembangkan menjadi model program yang tidak mahal, dibandingakan dengan
pasien yang dirawat di rumah sakit. Terdapat seorang pengelola yang akan
membantu pasien mencari tempat tinggal, mengatur keuangan, memperoleh akses
ke klinik psikiatri maupun tempat rehabilitasi, dan akan menjelaskan tentang
kegunaan obat-obat yang dipakai. Dengan demikian, hal tersebut akan
memunkinkan pasien untuk hidup seminimal mungkin, atau bahkan tidak sama
sekali, dalam pengawasan tenaga medis, khususnya tenaga medis bagian
kejiwaan.
2.9 Prognosis
Prognosis pasien schizophrenia ditentukan oleh faktor-faktor berikut:
Tabel 1. Prognosis pasien skizofrenia
Prognosis Baik
Tidak ada riwayat
yang
Prognosis Buruk
Ada riwayat keluarga yang menderita
menderita skizofrenia
Perilaku dan personalitas premorbid
skizofrenia
Perilaku dan personalitas premorbid
yang baik
Late onset
Sudah menikah
Onset akut
Faktor presipitasi nyata
Gejala kelainan mood terutama kelainan
depresif
Gejala positif (Positive symptoms)
keluarga
2.10 Komplikasi
32
33
BAB III
SIMPULAN
Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa:
1. Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang
ditandai olehkekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi
atau halusinasi), dalam mood(contohnya afek yang tidak sesuai), dalam
perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunialuar serta dalam hal
tingkah laku.1,2Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada
5 yakni subtipe paranoid,terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak
tergolongkan dan residual. Untuk istilahskizofrenia simpleks dalam DSMIV adalah gangguan deterioratif sederhana.3
2. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan
untuk bagianwaktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang
jika diobati dengan berhasil):
Waham
Halusinasi
Bicara terdisorganisasi
(misalnya sering
menyimpang
inkoheresi)
Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia,
atau
atau
tidak
34
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan and Saddock.Comprehensive Textbook Of Psychiatry.7th Ed.Lippincott
Wiliams And Wilkins. Philadelphia, 2010.
2. Kazadi N. J. B, dkk. Factors as Sociated With Relaps in Schizophrenia South
AfricanJournal of Psychiatry, Vol 14, No 2. 2008
3. Hawari, Dadang: Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta, 2006.
4. Sinaga,RB. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2007
5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th ed. DSM-IV
Washington DC: American Psychiatry Association, 1994.
6. Maramis WF. Skizofrenia, Catatan ilmu kedokteran jiwa. ed 7. Surabaya
7. Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
8. Silva, J.A. Costa.Schizophrenia and Public Health. WHO. 1998. 6-13. Available
from:www.who.int/mental _ health/media/en/55.pdf [Diakses pada 5 Maret 2014]
9. Ikawati, Zullies. 2009. Zullies Ikawatis Lecture Notes : Skizophrenia. Yogyakarta:
UGM
10. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
11. Price, Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC
12. Meltzer HY, Fatemi SH. Schizophrenia. Dalam Ebert MH, Loosen PT, Nurcombe
B, editor. Current diagnosis & treatment in psychiatry. Singapore: McGrew-Hill,
2000. 271-5.
13. Amir N. Dalam Buku ajar psikiatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010.178-94
36