Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan

lengkap

Praktikum

Kimia

Analitik

II

dengan

Judul

Kromatografi Penukar Ion disusun oleh:


Nama Praktikan

: Norman Adi Husain

NIM

: 1213140002

Kelas / Kelompok

: Kimia Sains / II

Telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten yang bersangkutan


dan dinyatakan diterima.

Makassar,

Juni 2014

Koordinator Asisten

Asisten

Rismayanti Kamase

Rismayanti Kamase

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Maryono, S.Si, Apt., MM, M.Si


NIP. 19760307 200501 2 002

A. Judul Percobaan
Kromatografi Penukar Ion
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah Mahasiswa diharapkan mampu untuk
menentukan kapasitas dari penukar ion dan pemisahan campuran Ni2+ dan Fe3+
dengan resin penukar anion.
C. Landasan Teori
Metode kromatografi kebanyakan digunakan untuk pemisahan bahan
organic, sedangkan kromatografi penukar ion sangat cocok untuk pemisahan ionion anorganik, baik kation-kation maupun anion-anion. Pemisahan terjadi karena
pertukaran ion juga terbukti sangat berguna untuk pemisahan asan-asam
amino (Soebagio, dkk, 2002: 93).
Kromatografi penukar ion adalah suatu teknik pemisahan yang
disebabkan karena terjadinya pertukaran ion yang sejenis antara zat yang berada
dalam fasa mobil dengan zat yang tidak larut dalam larutan yang terikat pada fasa
statisioner (matrix). Sifat dari penukar ion ini sangat sensitive terhadap kepadatan
muatan, distribusi muatan, dan ukuran dari komponen yang akan dipisahkan.
Materi penukar ion adalah suatu padatan yang mengandung gugus yang
bermuatan dan erikat secara kimia, yang dapat mengikat ion secara reversible atau
secara elektrostatis (Sudding dan Husain, 2012: 55).
Adam dan Holmes (tahun 1935) membuat resin sintesis pertama dengan
hasil kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid. Semua resin-resin ini
memiliki gugusan reaktif OH, -COOH, -HSO3 sebagai pusat-pusat pertukaran.
Gugusan fungsional asam (atau basa) suatu resin penukar ditempati oleh ion-ion
dengan muatan berlawanan. Ion yang labil adalah H+ pada penukar kation. Resin
dengan gugusan sulfonat atau amina kuartener adalah terionisasi kuat, tidak larut
dan sangat reaktif. Resin-resin demikian dengan gugusan yang terionisasi kuat
seperti HSO3, R3NH disebut sebagai penukar kuat, sedangkan gugusan ion yang
terionisasi secara parsial seperti COOH, -OH dan NH2 dikenala resin penukar
yang lemah (Khopkar, 2010: 114-115).

Fasa diam dalam kromatografi penukar ion berupa manik-manik terbuat


dari polimer polistirena yang terhubung silang dengan senyawa divinil benzene.
Polimer dengan rantai hubung silang ini disebut resin, mempunyai gugus fenil
yang mudah mengalami reaksi adisi oleh gugus fungsi ionic (misalnya gugus
sulfonat) (Soebagio, dkk: 93-94).
Asam arisulfonat merupakan asam kuat sehingga gugus-gugus ini
terionisasi pada saat air menembus manik-manik resin:
R-SO3H

R-SO3- H+

Tetapi, bertolak belakang dengan elektrolit biasa, anion terikat secara permanen
pada matriks polimernya: anion ini tidak bias bermigrasi melalui fasa berair
didalam pori-pori resin, juga tidak bias melepaskan diri dan bergerak menuju
larutan terluar. Pengikatan anion ini kemudian membatasi pergerakan dari kation,
H+. Netralitas kelistrikan dijaga tetap didalam resin, dan H + tidak akan
meninggalkan fasa resin kecuali jika ion ini digantikan dengan kation yang lain,
dimana penggantian ini merupakan proses pertukaran ion. Proses pertukaran ion
ini bersifat stoikiometri, yakni satu H+ digantikan oleh satu Na+, dua H+ digantikan
oleh satu Ca2+, dan seterusnya. Pertukaran ion merupakan proses kesetimbangan
dan jarang terjadi dengan sempurna, tetapi tanpa memperhatikan sampai sejauh
mana prose situ berlangsung (Day dan Underwood, 2002: 531).
Menurut Sudding dan Husain (2012: 57), Mekanisme kromatografi
penukar ion adalah sebagai berikut:
1. Sampel dengan muatan berbeda dimasukkan kedalam kolom kromatografi
penukar ion.
2. Sampel yang muatannya sama dengan konter ion akan menggantikan
kedudukan konter ion yang terikat pada matriks.
3. Pelepasan partikel sampel dilakukan dengan cara gradient konsentrsi atau
perubahan pH lingkungannya.
4. Semua partikel yang terikat pada matriks akan dilepas
5. Pemisahan secara kromatografi penukar ion memiliki daya pisah yang
sangat baik terutama untuk pemisahan protein.
Sifat-sifat penukar ion ada empat yakni:

1. Bersifat asam lemah, misalnya yang memiliki gugus COO- dengan konter
ionnya Na+, H+.
2. Bersifat asam kuat, misalnya yang memiliki gugus SIO 32- dengan konter
ionnya Na+, H+.
3. Bersifat basa lemah, misalnya gugus amino aromatic
4. Bersifat basa kuat, misalnya yang memiliki gugus amino kuartener.
Kapasitas penukar ion dari suatu resin penukar ion (Kation dan anion)
adalah jumlah ion yang dapat ditukar untuk setiap 1 gram resin atau banyaknya
ion yang dapat ditukar untuk setiap 1 mL resin basah. Kapasitas penukar ion
biasanya dinyatakan dlam mgrek/g resin kering, atau dalam mgrek ion/ mol resin
basah, yaitu kira-kira 1/3 sampai kali besarnya kapasitas penukar dari suatu
resin penukar ion yang bergantung dari jumlah banyaknya gugusan dengan ion
yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut.
Semakin besar jumlah gugusan tersebut semakin besar pula nilai kapasitas
penukarannya (Tim Dosen Kimia Analitik, 2014: 17).
Pemisahan logam berhasil dilakukan dengan menggunakan kolom
penukar anion. Suatu asam pengompleks dalam konstituen tinggi ditambahkan
untuk mengubah logam-logam menjadi anion-anionnya. Asam pengompleks itu
misalnya HCl pekat yang dapat membentuk anion kompleks dengan kebanyakan
logam kecuali terhadap logam-logam alkali dan alkali tanah. Kekuatan terikatnya
suatu logam pada resin penukar anion berubah-ubah dengan berubahnya
konsentrasinya HCl (Soebagio, dkk, 2002: 101).
Kromatografi penukar ion dapat digunakan untuk pemurnian dan
karakterisasi enzim. Pada suatu penelitian xilanase dimurnikan dengan filtrasi gel
menggunakan matriks spandex G-100 dan kromatografi penukaran ion
menggunakan matrik penukar anion PEDE- sephandex A50. Hasil SDSPAGE
yang diberi pewarna perak nitrat menunjukkan bahwa didalam larutan xilanes
kasar Streptomyces sp. SKK1-8 terdapat berbagai protein dengan berat molekul
bervariasi (Meryandini, Widhyastuti, dan Lestari, 2008, Vol. 52).
Kapasitas tukar kation (KTK) pada adsorpsi Cu2+ pada lempung cengar
terpilar menunjukkan nilai KTK lempung alam (INC-O) dan lempung terpilar,
WK dan SDK berturut-turut adalah 7,650; 62,759; dan 67,063 meq/g. kapasitas

adsorpsi (%) Cu2+ oleh lempung terpilar SAK dan WK bertambah dengan
naiknya konsentrasi awal larutan Cu2+ dari 1-15 mg/l untuk massa adsorben
yang sama. Begitu pula jumlah Cu 2+ yang teradsopsi per unit massa
adsorben (Bahri, dkk, 2011, Vol.14).
Proses pengendapan merupakan salah satu hal penting dalam analisis
kuantitatif. Titrasi pengendapan yang menggunakan reagen pengendap perak nitrat
digunakan untuk analisis halogen, anion-anion mirip halogen (SCN-, CN-, CNO-),
merkaptan, asam lemak, dan beberapa anion anorganik divalen dikenal dengan
titrasi argentometri (Widodo dan Lusiana, 2010: 89).
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Neraca analitik
b. Gelas kimia 100 mL
c. Buret 50 mL
d. Gelas ukur 250 mL
e. Buret 25 mL
f. Satif dan klem (biasa dan lingkar)
g. Corong pisah 250 mL
h. Corong pisah 100 mL
i. Labu Erlenmeyer 250 mL
j. Labu Erlenmeyer 100 mL
k. Gelas kimia 800 mL
l. Pipet tetes
m. Corong biasa
n. Gelas ukur 50 mL
o. Gelas ukur 10 mL
p. Botol semprot
q. Tabung reaksi
r. Lap kasar
s. Lap halus
t. Pengait
u. Batang pengaduk
v. Spatula
w. Stopwatch
2. Bahan
a. Resin penukar kation
b. Resin penukar anion
c. Aquades (H2O)
d. Kapas
e. Natrium sulfat (Na2SO4) 0,25 M
f. Natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M

1 buah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
@ 6 buah
2 buah
1 buah
3 buah
3 buah
1 buah
5 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

Indikator phenolftalein (PP)


Natrium nitrat (NaNO3) 0,25 M
Perak nitrat (AgNO3) 0,1 M
Kalium kromat (K2Cr2O4)
Asam klorida (HCl) pekat dan 0,5 N
Campuran Ni2+ dan Fe3+
Dimetil glioksin (C4H8O2N2)
Kalium tiosianat (KSCN)
Tissue

E. Prosedur Kerja
1. Menentukan Kapasitas Resin Penukar Kation
a. Mengisi buret dengan kapas yang telh dibasahi dengan aquades.
b. Memasukkan beberapa mL aquades untuk mengeluarkan udara yang ada
pada buret.
c. Menimbang 0,5 gram resinpenukar kation dan ditambahkan dengan
aquades kemudian memasukkan resin kedalam buret.
d. Menambahkan aquades kedalam kolom dan mengatur tinggi air diatas
resin sekitar 1 cm.
e. Memasukkan 250 mL Na2SO4 0,25 M kedalam corong pisah dan
menghubungkan corong pisah dengan buret.
f. Mengatur kecepatan tetesan Na2SO4 kurang lebih 2 tetes per menit dan
menampung efluen yang keluar dengan menggunakan Erlenmeyer.
g. Mengambil 50 mL eluen dan dititrasi dengan menggunakan larutan
standar NaOH 0,1 M dengan menggunakan intdikator PP.
h. Mengulangi prosedur g sebanyak 3 kali dan mencatat V NaOH.
2. Menentukan Kapasitas Resin Anion
a. Mengisi buret denga kapas yang telah dibasahi dengan aquades.
b. Memasukkan beberapa mL aquades untuk mengeluarkan udara yang ada
pada buret.
c. Menimbang 0,1 gram resin penukar anion dan ditambahkan dengan
aquades kemudian memasukkan resin kedalam buret.
d. Menambahkan aquades kedalam kolom dan mengatur tinggi air diatas
resin sekitar 1 cm.
e. Memasukkan 250 mL NaNO3 0,25 mL kedalam corong pisah dan
menghubungkan corong pisah dengan buret.
f. Mengatur kecepatan tetesan NaNO3 kurang lebih 1 tetes per menit dan
menampung efluen yang keluar dari buret dengan menggunakan labu
Erlenmeyer.

g. Mengambi 50 mL efluen dan dititrasi dengan AgNO3 0,1 M dan K2CrO4


sebagai indikatornya.
h. Mengulangi prosedur g sebanyak 3 kali dan mencatat V NaOH yang
digunakan.

3.

Pemisahan Ion Ni2+ dan Fe3+


a. Mengisi buret dengan kapas yang telah dibasahi dengan aquades.
b. Memasukkan beberapa mL aquades untuk mengeluarkan udara yang ada
pada buret.
c. Menimbang 10 gram esin penukar anion dan mendekantir resin hingga
jernih.
d. Memasukkan resin yang telah dibasahi dengan aquades.
e. Memasukkan 25 mL HCl pekat kedalam corong

pisah

dan

menghubungkan corong pisah dengan buret, kemudian meneteskan HCl


pekat kedalam buret hingga HCl pada corong pisah habis.
f. Melakukan prosedur e sebanyak 2 kali. Mengatur jarak HCl dengan
kapas sekitar 1 cm.
g. Memasukkan 2 mL campuran Ni2+ dan Fe3+ kedalam buret.
h. Mengalirkan HCl pekat sebanyak 25 mL melalui corong pisah dan
menampung efluen yang keluar dari buret.
i. Mengganti HCL pekat menjadi HCl 0,5 N sebanyak 25 mL kedalam
corong pisah dan mengalirkannya kedalam buret.
j. Menampung efluen yang keluar dari buret.
k. Mengambil 8 tetes efluen pada prosedur n dan menambahkan Dimetil
glioksin sebanyak 8 tetes kemudian mengamati perubahan yang terjadi.
l. Mengambil 8 tetes efluen pada prosedur j dan menambahkan KSCN
sebanyak 8 tetes kemudian mengamati perubahan yang terjadi.
F. Hasil Pengamatan
1. Menentukan Kapasitas Resin Penukar Kation
N
o
1.
2.

Aktivitas
0,5 gram resin ditimbang
Resin kering + aquades

Hasil
Resin kering (Jingga)
Resin mengambang (Jingga)

3.

Dimasukkan

kedalam Larutan Na2SO4 bening

buret/ kolom + 250 mL


4.
5.

larutan Na2SO4 0,25 M


Resin dikeluarkan
Efluen berwarna bening
Efluen berwarna bening Larutan berwarna merah muda, volume titrasi=
dititrasi dengan NaOH 0,1 0,8 mL, 0,7 mL

2.
N
o
1.
2.
3.
4.
5.

N + indikator PP
Menentukan Kapasitas Resin Penukar Anion
Aktivitas
0,1 gram resin ditimbang
Resin kering + aquades

Hasil
Resin kering (Jingga)
Resin
mengembang

(Jingga)
Dimasukkan kedalam buret + 250 mL larutan Resin jingga
Larutan NaNO3 = bening
NaNO3 0,25 M
Resin dikeluarkan
Efluen berwarna bening
Efluen berwarna bening dititrasi dengan Larutan berwarna bening
Larutan berwarna coklat
AgNO3 + K2CrO4
endapan garam, v= 4,2 mL,
4,0 mL

3. Pemisahan ion Ni2+ dan Fe3+


No
Aktivitas
Hasil
1. 10 gram resin ditimbang
Resin kering (Jingga)
2. Resin kering didekantir dengan aquades
Resin jernih (Jingga)
3. Resin dimasukkan kedalam kolom yang telah Resin dalam kolom
4.

diisi kapas
Resin ditutup kapas, ditambah 25 mL HCl pekat Efluen berwarna bening

5.
6.

dengan corong pisah


(efluen I)
Penambahan 25 mL HCl pekat ke-II
HCl bewarna kuning
Campuran Ni2+ dan Fe3+ dimasukkan kedalam Campuran
berwarna

7.

buret
kuning
Ditambahkan HCl pekat kedalam kolom melalui Efluen berwarna hijau

8.

corong pisah dan dikeluarkan melalui buret


kekuningan
Efluen berwarna hijau kekuningan (8 tetes) + Larutan

9.

Dimetil glioksin
bening
HCl 0,5 N dimasukkan kedalam corong pisah Efluen berwarna kuning
dan efluen dikeluarkan melalui buret

berwarna

10

Efluen berwarna kuning (8 tetes) + KSCN (8 Larutan berwarna merah

tetes)

darah

G. Analisis Data
1. Kapasitas Resin Penukar Kation
Diketahui
: V1 NaOH
= 0,8 mL
V2 NaOH
= 0,7 mL
W
= 0,5 gram
a NaOH
= 0,1 N
250 mL
Fp
= 25 mL

= 10

1 mL NaOH = 1 mol ekuivalen NaOH = 0,1 meq/mL


Ditanya
: C?
Jawab
:
NaOH
Na+ + OHmgrek
mgrek
N
=
=
L
mL
N

= gr BE
L

gr
mr /valensi
L

gr valensi
gr /mol . L

mg valensi
mg/mmol. mL

mg. meq
mg/mmol. mL

mmol1 . meq
mL

: 0,1 mmol/mL

= 0,1 meq tiap mL


V

NaOH =

( V 2+V 1) NaOH
2

( 0,8+0,7 ) mL
2

= 0,75 mL
V
w

= Fp.

0,1meq /ml X 0,75 mL


0,5 gram

= 10.

= 1,5 meq/gram
2. Kapasitas ResinPenukar Anion
Diketahui : V1 AgNO3 = 4,2 mL
V2 AgNO3 = 4,0 mL
W
= 0,1 gram
a AgNO = 0,1 N (meq/gram)
3

Fp

250 mL
25 mL

= 10

1 mol AgNO3 = 1 mol ekuivalen AgNO3 = 0,1 meq/mL


Ditanya
: C =.?
Jawab
:
( V 1+V 2) AgN O3
V AgNO3
=
2
=

= Fp

( 4,2+4,0 ) mL
2

= 4,1 mL
.V
w

0,1meq /mL . 4,1mL


= 10.
0,1 gram
= 41,0 meq/gram
H. Pembahasan
1. Penentuan Kapasitas Resin Penukar Kation
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kapasitas resin kation.
Kapasitas resin adalah sejumlah kation atau anion yang dapat diukur setiap 1 gram
atau 1 mL resin basah. Penentuan kapasitas resin ini dilakukan dalam buret yang
digunakan sebagai pembatas, pemisah, mencegah resin keluar dari kolom, dan
sebagai penyaring zat-zat cuplikan. Kolom ditambahkan dengan aquades untuk
mengeluarkan udara yang ada pada kapas. Kemudian, resin resin dimasukkan
kedalam kolom, dimana resin berupa manik-manik berwarna jingga yang

mengembang bila diberi air. Resin yang digunakan untuk penukar kation adalah
R-SO3H yang mengandung gugus H+ yang dapat ditukar dengan kation sampel.
Resin yang telah dimasukkan ke dalam kolom kemudian ditambahkan aquades
hingga aquades berada diatas resin sekitar 1 cm. Hal ini dilakukan agar resin tidak
kering. Setelah itu, dimasukkan Na2SO4 melalui corong pisah setetes demi setetes
dan efluen ditampung dalam erlenmeyer. Ion Na+ pada Na2SO4 akan bertukar
dengan ion H+ pada resin. Hal ini dikarenakan H+ merupakan unsur nonlogam
yang cenderung memiliki ikatan kovalen sedangkan Na+ unsur logam dengan
ikatan ionik. Selain itu konfigurasi elektron dari H + yaitu 1 cenderung stabil
dengan penggunaan elektron secara bersama sedangkan Na+ yaitu 11 elektron
cenderung melepaskan elektron untuk mencapai kestabilan. Reaksinya:
2 R-SO3H
+ Na2SO4
2 R-SO3Na
+ H2SO4
Efluen H2SO4 pada erlenmeyer kemudian dititrasi dengan NaOH dengan
menggunakan indikator pp, dimana bila telah mencapai titik akhir titrasi maka
larutan akan berubah warna menjadi merah muda, karena trayek warna pp dari tak
berwarna menjadi merah muda. Volume rata-rata NaOH ysng diperoleh 0,75 mL
dengan kapasitas penukar kation sebesar 1,5 meq/gram, artinya dalam 1 gram
resin ion Na+ yang dapat ditukar sebanyak 1,5 meq. Reaksinya:
H2SO4
+ 2NaOH
Na2SO4
+ 2H2O
2. Penentuan Kapasitas Resin Penukar Anion
Percobaan ini menentukan kapasitas penukar anion, dimana prosedur
atau langkah-langkah yang dilakukan sama dengan kapasitas resin penukar kation.
NaNO3 yang merupakan bahan utama penukar anion akan bereaksi dengan resin
anion, yang mengandung gugus amina kuarterner (R-CH2N(CH3)3+Cl-), dimana
NaNO3 akan diteteskan melalui corong pisah menuju buret dan ditampung pada
labu erlenmeyer. Reaksinya:
R-CH2N(CH3)3+Cl- + NaNO3
R-CH2N(CH3)3+NO3- + NaCl
Pertukaran ion ini disebabkan olah ion terhidrasi. Ion NO 3- memiliki ion terhidrasi
lebih kecil dibandingkan ion Cl- sehingga terserap lebih kuat oleh resin
menggantikan ion Cl-. Selain itu Cl- lebih elektronegatif dibanding NO3-, sehingga
Cl- ditarik lebih kuat tertarik ke Na+. Efluen NaCl kemudian dititrasi dengan
AgNO3 dengan indikator K2CrO4. Titrasi ini disebut juga titrasi argentometri, yaitu
metode titrasi yang dilihat dari pembentukkan endapan. Endapan yang dihasilkan

adalah endapan AgCl bilamana direaksikan dengan K2CrO4 akan menghasilkan


endapan coklat. Reaksinya:
NaCl
+ AgNO3

AgCl
+ NaNO3
Endapan putih
2 AgCl
+ K2CrO4
Ag2CrO4
+ 2 KCl
Coklat
Volume rata-rata AgNO3 yang digunakan adalah 4,1 mL dengan kapsitas penukar
anion sebesar 41,0 meq/gram, artinya dalam 1 gram resin ion NO 3- yang dapat
ditukar dengan Cl- sebanyak 41,0 meq.
3. Pemisahan Ion Ni2+ dan Fe3+
Salah satu manfaat dari kromatografi penukar ion adalah dapat
memisahkan campuran senyawa logam. Pemisahan Ni2+ dan Fe3+

dapat

dilakukan dengan menggunakan resin penukar anion. Pemisahan ini dimulai dari
dekantir resin untuk mengembangkan, dan membersihkan resin dari zat
pengotor. Lalu dimasukkan ke dalam kolom yang telah dimasukkan kapas
terlebih dahulu, lalu ditutup dengan kapas. Hal ini bertujuan sebagi wadah
meletakkan cuplikan. Campuran Ni2+ dan Fe3+ dimasukkan dalam kolom dn
ditambahkan HCl pekat melalui corong pisah. Penambahan HCl akan berekasi
dengan Fe3+ membentuk kompleks [FeCl6]3-, dimana kompleks ini terserap
sangat kuat oleh resin penukar anion karena kestabilan [FeCl 6]3- jauh lebih stabil
dari pada [NiCl4]2-, sehingga [NiCl4]2- akakn keluar pertama kali menjadi efluen
pertama. Reaksinya:
Fe3+
+ 6HCl
[FeCl6]3+ 6H+
2+
2Ni
+ 4HCl
[NiCl4]
+ 4H+
2+
Efluen pertama berupa Ni yang berwarna hijau kekuningan akan direaksikan
dengan dimetilglioksim membentuk larutan hijau. Menurut Svehla (1990: 283),
Reagensia

dimetilglioksim

yang

dibuat

dengan

melarutkan

gram

dimetilglioksim dalam 100 mL etanol bila direaksikan dengan nikel, maka akan
membentuk endapan merah nikel dimetilglioksim. Namun hasil yang diperoleh
larutan bening. Hal ini disebabkan efluen I yang keluar bukan Ni 2+ sehingga
memberi uji yang negatif. Reaksinya:
Ni2+ + 2 C4H8O2N2

[Ni(C4H7O2N2 )2]
+ 2H+
Endapan merah
Selanjutnya kolom ditetesi dengan HCl 0,5 N melalui corong pisah untuk
mengurangi ikatan yang kuat antara [FeCl6]3- dengan resin. Efluen II berupa Fe 3+

akan direaksikan dengan KSCN, diaman menurut Svehla (1990: 263) Fe3+
direaksikan dengan KSCN, maka akan menghasilkan larutan berwarna merah
tua. Hasil yang diperoleh teruji positif larutan berwarna merah tua. Reaksinya:
KSCN
K+
+ SCNFe3+ + 3SCNFe(SCN)3
Merah tua
I. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah kapasitas resin penukar kation
yang diperoleh sebesar 0,75 meq/gram, kapasitas resin penukar anion sebesar
20,5 meq/gram, efluen pertama yang keluar adalah Ni 2+ dan efluen kedua adalah
Fe3+. Ni2+ direaksikan degnan dimetilglioksim menghasilkan endapan merah,
sedangkan Fe3+ dengan larutan KSCN akan menghasilkan warna merah tua.
J. Saran
Saran untuk praktikum ini:
1. Untuk Praktikan, agar dapat memahami prosedur kerja saat melakukan
praktikum agar praktikum dapat berjalan dengan lancar dan lebih efisien
2. Untuk Asiste, agar dapat memantau semua Praktikannya agar praktikum
berjalan dengan lancar
3. Untuk Laboran, agar selalu berada di Laboratorium untuk memperhatikan
reagen yang habis dan memperhatikan alat yang akan dipinjamkan.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, dkk. 2011. Isoterma dan Termodinamika Adsorpsi Kation Cu2+ Fasa Berair
pada Lempung Cengar Terpilar. Jurnal Natur Indonesia. Vol. 14. No. 1.
Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Meryandini, Widhyastuti, dan Lestari. 2008. Pemurnian dan Karakterisasi
Xilanase Streptomyces sp. SKK1-8. Jurnal Sains. Vol. 12. No. 2.
Soebagio, dkk. 2002. Kimia Analitik II. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UNEM.
Sudding dan Husain. 2010. Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Biomolekul.
Makassar: Badan Penerbit UNM.
Svehla, G. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta:
PT. Kalman Media Pusaka.
Tim Dosen Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II.
Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Widodo dan Lusiana. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Pertanyaan
1. Tuliskan struktur resin penukar anion
2. Tuliskan struktur resin penukar kation
3. Dapatkah asam-asam berikut diperoleh dari garam-garamnya dengan
menggunakan resin penukar ion?
a. H2SO4 dari Na2SO4
b. H3PO4 dari Na2PO4
c. HCl dari NaCl
4. Dapatkah kolom resin penukar ion digunakan lebih dari satu kali tanpa
regenerasi resin?
5. Tentukan semua reaksi kimia yang terjadi pada proses pemisahan campuran
Ni2+ dan Fe3+ dengan resin penukar kation.

Jawaban
1. Struktur resin penukar Anion

2. Struktur resin penukar Kation

3. Garam-garam:
a. H2SO4 diperoleh dari garam Na2SO4 dengan menggunakan resin penukar
kation
2 R-H+
+ Na2SO4
2 R-Na+
+ H2SO4
b. Na2PO4 tidak dapat menghasilkan H3PO4 walaupun menggunakan resin
penukar kation karena 2 mol Na+ tidak dapat menggantikan 3 mol H+.
c. HCl dapat diperoleh dari garamnya NaCl dengan resin penukar kation
R-H+
+ NaCl
R-Na+
+ HCl
4. Kolom resin penukaran ion masih dapat dipakai lebih dari sakali tanpa
regenerasi dengan catatan kolom tetap berada pada keadaan kering dan dapat
dilakukan percobaan selanjutnya.
HCl pa
5. Fe3+ + 6HCl
[FeCl6]3- + 6H+
[FeCl6]3- HCl en
Fe3+ + 6 Cl3+
Fe + KSCN
Fe(SCN)3 + 3K+
HCl en
Ni2+ + 4HCl
Ni2+ + 2C4H8O2N2

[NiCl4]2- + 4H+
[Ni(C4H7O2N2)2] + 2H+

Anda mungkin juga menyukai