Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN/


KOTA PONTIANAK

Jimmi Vernando, S.Si


Susi Retno Juwita, S.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014

MASI

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN/
KOTA PONTIANAK
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak

Disetujui,
Ka. Dinas Kesehatan

Dosen Pembimbing,

Kab/Kota,,

Dasni Rosnaria Purba

Inarah Fajriaty, M.Si., Apt.

NIP. 196607011989032015

NIP. 198004072009122002
Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran,

Ka. Pengelola PSPA,

dr. Bambang S.N., Sp.PD

Andhi Fahrurroji, M.Sc., Apt

NIP.195112181978111001

NIP. 198408192008121003

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) ini.
Laporan PKPA ini disusun sebagai pelaporan hasil kegiatan praktek profesi
apoteker yang telah dilaksanakan penulis di puskesmas, serta memenuhi sebagian
persyaratan untuk mengikuti ujian kompetensi keahlian di Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Laporan PKPA ini dapat terselesaikan dengan bantuan dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak beserta seluruh staf karyawan yang telah
memberikan kesempatan dan mendukung kegiatan PKPA.

2.

dr. Bambang S.N., Sp. PD selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Tanjungpura Pontianak.

3.

Andhi Fahrurroji, M.Sc., Apt. selaku koordinator pengelola programprofesi


Apoteker Universitas Tanjungpura Pontianak.

4.

Inarah Fajriaty, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing PKPA diDinas Kesehatan.

5.

Pihak-pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam pelaksanaan PKPA ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan PKPA ini masih banyak kekurangan
baik yang disengaja ataupun tidak bahkan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan PKPA ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan
PKPA ini dapat bermanfaat.
Pontianak, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
Halaman

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang PKPA
Pembangunan

kesehatan

merupakan

bagian

integral

dari

pembangunan nasional. Menurut Undang-undang RI No. 36 tahun 2009


tentang Kesehatan dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dapat

terwujud.

Pembangunan

kesehatan merupakan upaya

yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk


meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud.
Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan pembangunan
kesehatan yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang
mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah
kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah satu organisasi fungsional pusat
pengembangan

masyarakat

yang

memberikan

pelayananpromotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobat


an),dan rehabilitatif (pemulihan

kesehatan). Proses

mewujudkan

pembangunan kesehatan yang berkualitas tentunya perlu dipersiapkan oleh


tenaga kesehatan yang memadai seperti kerja sama antara apoteker, dokter,
dan perawat.
apoteker dalam pelayanan kesehatan berfokus pada bagianobat.
Manajemen obat di puskesmas merupakan salah satu aspek penting di
puskesmas karena ketidakefisienan manajemen obat akan memberikan
dampak negatif terhadap biaya operasional. Selain itu pula tingginya

kesadaran masyarakat Indonesia untuk berobat ke puskesmas menuntut


adanya ketersediaan obat setiap saat. Terjaminnya ketersediaan obat di
pelayanan kesehatan akan menjaga citra pelayanan kesehatan tersebut,
sehingga sangatlah penting menjamin ketersediaan dana yang cukup untuk
pengadaan obat esensial, kemudian mengelola dana tersebut secara efektif
dan efisien oleh seorang apoteker.
Pentingnya peran apoteker di seluruh pulau di Indonesia mempelopori
berdirinya program profesi apoteker di Universitas Tanjungpura di Pontianak,
Kalimantan Barat untuk menciptakan apoteker yang berkompeten dan berkualitas
sehingga mampu memenuhi kebutuhan apoteker khususnya di Kalimantan Barat.
Perwujudan

profesionalisme

apoteker

dalam

menjalankan

profesinya

dilaksanakan melalui praktek kerja profesi apoteker, yang menjadi kegiatan bagi
mahasiswa program profesi apoteker sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar apoteker. Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan dan tempat bagi
apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Oleh karena peran apoteker di
Puskesmas sangat pentingsehingga sangat perlu bagi mahasiswa apoteker untuk
dapat memahami kompetensi apoteker di lembaga pemerintahan tersebut.
I.2 Ruang Lingkup PKPA
Adapun ruang lingkup PKPA di Dinas Kesehatan antara lain ialah:
a.

Tinjauan umum kementerian kesehatan, dinas kesehatan atau puskesmas.

b. Manajemen persediaan obat dan perbekalan farmasi di gudang obat.


c.

Manajemen informasi meliputi sistem pelaporan dan manajemen informasi, serta


pengembangan sistem informasi.

d. Peran farmasi klinik dan tugas khusus di instansi pemerintahan meliputi


pelayanan informasi obat, konseling pasien, monitoring terapi obat, dokumentasi
kegiatan pelayanan farmasi klinik, evaluasi penggunaan obat, monitoring efek
samping obat, analisis resep/obat, serta prevalensi penyakit.
e.

Manajemen sumber daya manusia meliputi sistem kepegawaian, sistem karir dan
pengembangan, evaluasi kinerja, serta supervisi dan pembinaan

I.3 Tujuan dan Manfaat PKPA


I.3.1 Tujuan
Adapun tujuan PKPA di Dinas Kesehatan antara lain ialah:
a.

Memberikan seperangkat kemampuan kepada mahasiswa berkenaan dengan


aktivitas nyata pada dunia kerja.

b. Mahasiswa dapat menerapkan dan memiliki keterampilan dalam melaksanakan


manajemen yang efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan tugas pokok
regulasi, pembinaan dan pengawasan pekerjaan kefarmasian dan perbekalan
farmasi yang bermutu, aman dan berkhasiat/bermanfaat bagi klien/masyarakat
yang membutuhkan.
c.

Meningkatkan kemampuan dan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi,


posisi dan tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di lembaga
pemerintahan.

d. Memberi kesempatan agar mahasiswa mampu mempelajari strategi dan


pengembangan praktik profesi Apoteker serta memberi gambaran nyata tentang
permasalahan (problem solving) praktek dan pekerjaan kefarmasian di instansi
pemerintahan.
e.

Mempersiapkan calon apoteker agar memiliki sikap perilaku dan profesionalisme


untuk memasuki dunia praktek profesi dan pekerjaan kefarmasian di lembaga
pemerintahan.

I.3.2 Manfaat
Sedangkan manfaat kegiatan PKPA di Dinas Kesehatan diantaranya:
a.

Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam menjalankan


pekerjaan kefarmasian di lembaga pemerintahan.

b. Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian dilembaga


pemerintahan.
c.

Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang profesional.

BAB II
DESKRIPSI DATA
II.1

Deskripsi Tempat PKPA

a. Puskesmas

Menurut Peraturan

Pemerintah

Republik

Indonesia Nomor

Tahun

1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan


Kepada Daerah, Pusat Kesehatan Masyarakat selanjutnya disebut PUSKESMAS
adalah suatu sarana yang melaksanakan pelayanan upaya kesehatan secara paripurna
kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana
Teknis

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sebagai


penyelenggara

pembangunan

kesehatan,

puskesmas

bertanggung

jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat.


Puskemas bila ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama. Puskesmas telah didirikan hampir di seluruh
pelosok tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat
dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari
sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Di
Puskesmas

diperlukan

minimal

satu

orang

dokter

umum

untuk

memberikan pelayanan kesehatan dan kegiatan manajemen. Bagi Puskesmas yang


ramai dengan pengunjung, jumlah dokter dapat menjadi 3-5 orang tergantung dari
beban kerja.
b. Fungsi Puskesmas
Dalam KepMenKes RI No. 128/2004 dinyatakan bahwa fungsi puskesmas
dibagi menjadi 3 fungsi utama, yakni:
1. Penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di
wilayahnya.

2. Pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus


dikaikan dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan di wilayahnya.
3. Penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat pertama yang
berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya.
Upaya kesehatan di puskesmas terbagi dalam 2 kategori, yakni:
1. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer yakni puskesmas sebagai pemberi
layanan promotif dan preventif dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
2. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan primer dimana peran
puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan
kesehatan formal dan rujukan sesuai dengan standar pelayanan medik.

c.

Pengadaan Obat
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka
menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di
puskesmas. Pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan jenis dan jumlah
yang tepat. Pengadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Permintaan/pengadaan obat di puskesmas merupakan bagian dari tugas
distribusi obat oleh Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK),untuk wilayah Kota
Pontianak dikenal sebagai Pusat Pengelolaan Farmasi (Puslofar), sehingga
ketersediaan obat di puskesmasdipengaruhi oleh kemampuan Puslofar dalam
melakukan distribusi berdasarkan laporan pemakaian dan permintaan obat di
semua puskesmas.
Dalam

rangka

mengajukan

usulan

kebutuhan

obat

ke Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota, puskesmas perlu memperhatikan tenggang waktu


antara pengajuan usulan dengan waktu penyerahan obat ke puskesmas. Umumnya
waktu pengajuan dan pengiriman obat oleh Puslofar ke masing-masing puskesmas

sudah ditetapkan sebelumnya berdasarkan kesepakatan antara Puslofar dengan


puskesmas. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan kesehatan di puskesmas
diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melalui Puslofar dengan menggunakan LPLPO. Berdasarkan pertimbangan
efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada puskesmas, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk mengenai alur permintaan
dan penyerahan obat dari Puslofar ke puskesmas.
Kegiatan permintaan dari puskesmas ke Puslofar dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Permintaan rutin yaitu permintaan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang
disepakati oleh Dinas Kesehatan dan masing-masing Puskesmas.
2. Permintaan khusus yaitu permintaan yang dilakukan diluar jadwal yang telah
disepakati apabila terjadi peningkatan yang menyebabkan kekosongan obat dan
penanganan kejadian luar biasa (KLB) serta obat rusak.
Sumber penyediaan obat di Puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang diadakan di Puskesmas adalah obat esensial yang
jenis dan itemnya merujuk pada DOEN. Selain itu sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan No. 085/1989 tentang kewajiban menuliskan resep generik dan
atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, maka
hanya obat generik yang diperkenankan tersedia di Puskesmas dengan dasar
pertimbangan bahwa:
1. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan.
2. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik.
3. Menjaga kelangsungan pelayanan publik.
4. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat pelayanan kesehatan
publik.
Kegiatan permintaan dalam pengadaan obat di puskesmas antara lain
berupa:
1. Menyusun daftar permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan.

2. Mengajukan

permintaan

kebutuhan

obat

kepada

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Puslofar dengan menggunakan LPLPO.


3. Menerima dan mengecek jenis serta jumlah obat yang diberikan
Langkah-langkah pengadaan obat meliputi:
1. Memilih metode pengadaan melalui pelelangan umum, terbatas, penunjukkan
langsung, perundingan kompetisi dan pengadaan langsung.
2. Memilih pemasok dan dokumen kontrak.
3. Pemantauan status pesanan, dengan maksud untuk pengiriman, pesanan terlambat
segera ditangani.
4. Penerimaan dan pemeriksaan obat melalui penyusunan rencana pemasukan obat,
pemeriksaan penerimaan obat, berita acara dan pemeriksaan obat, obat-obat yang
tidak memenuhi syarat dikembalikan serta pencatatan harian penerimaan obat.
Beberapa

masalah yang

sering

dihadapi

dalam

pengadaan

obat,

seperti anggaran yang terbatas sehingga kebutuhan tidak mencukupi, pemasok


yang kurang baik, kualitas obat rendah dan jadwal penerimaan barang yang tidak
sesuai. Oleh sebab itu terdapatbeberapa cara yang dapat ditempuh dalam fungsi
pengadaan obat,diantaranya:
1. Pembelian, yaitu dengan cara membeli baik dengan cara pengadaan langsung,
pemilihan (banding) langsung atau dengan pelelangan.
2. Produksi sendiri, yaitu beberapa jenis bahan farmasi dan obat sederhana dapat
dibuat oleh unit produksi dari Instalasi Farmasi.
3. Sumbangan atau hibah, biasanya sumbangan ini berasal dari Badan Sosisal dan
atau lembaga dari luar negeri yang tidak mengikat.
4. Meminjam, yaitu meminjam dari Puskesmas lain atau lembaga lain, biasanya
untuk mengatasi kedaruratan atau keadaan diluar perhitungan.
5. Menukar, biasanya dilakukan terhadap barang-barang yang jarang

terpakai

sehingga menumpuk dalam persediaan.


d. Distribusi Obat
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis

dan jumlahnya dari gudang obat di unit-unit pelayanan kesehatan termasuk


penyerahan obat kepada pasien. Distribusi obat bertujuan untuk mendekatkan obat
dan alat kesehatan kepada pemakai di unit pelayanan kesehatan sehingga setiap
saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang di butuhkan secara ekonomis dan
efektif.
Kegiatan distribusi meliputi:
1. Penentuan frekuensi/jadwal distribusi dengan pertimbangan jarak dan biaya
distribusi yang tersedia.
2. Penentuan jumlah obat dengan pertimbangan pemakaian rata-rata setiap jenis
obat, sisa stok obat, pola penyakit, jumlah kunjungan di masing-masing sub unit
pelayanan kesehatan dengan menghitung stok optimum setiap jenis obat.
3. Pemeriksaan mutu dan kadaluarsa obat.
4. Penyerahan obat,

yang dapat

dilakukan

dengan

cara Puslofarmenyerahkan/mengirim obat dan diterima di sub unit pelayanan, atau


diambil sendiri oleh petugas sub unit pelayanan. Obat diserahkan dengan formulir
LPLPO yang sudah ditandatangani dan satu rangkap disimpan sebagai arsip.
Tata cara pendistribusian obat di puskesmas antara lain:
1. Unit pengelola obat tingkat Kabupaten/Kota melaksanakan distribusi obat ke
puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan.
2. Obat-obatan yang akan dikirim ke Puskesmas harus disertai dokumen penyerahan
dan pengiriman obat.
3. Sebelum dilakukan pengepakan atas obat-obat yang akan dikirim, maka perlu
dilakukan pemeriksaan terhadap jenis dan jumlah obat, kualitas/kondisi obat,
kondisi kemasan, serta kelengkapan dan kebenaran dokumen.
4. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk Puskesmas pembantu,
Puskesmas keliling dan unit-unit pelayanan kesehatan harus dicatat dalam kartu
stok obat.

II.2

Gambaran Umum Dinas Kesehatan

II.2.1 Sejarah Umum Tempat Praktek


a. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat (Puskesmas Perum 1)
UPTD

Puskesmas

Kecamatan Pontianak Barat

yang

semula

menjadi Puskesmas Perumnas 1 dibangun tahun 1989, merupakan pelaksana


teknis daerah, yang dalam hal ini adalah pemberi pelayanan kesehatan yang ada
di wilayah kerja Kecamatan Pontianak Barat Kelurahan Sungai Jawi Luar.
Wilayah ini terdiri dari 29 RW dan 156 RT.
Visi dan misi UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat yaituMewujudkan
pelayanan kesehatan yang profesional. Sedangkan misinya yaitu Memotivasi agar
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Visi tersebut merupakan upaya untuk
terciptanya suatu pelayanan kesehatan yang profesional dengan tersedianya
sumber daya kesehatan, lingkungan dan perilaku. Sedangkan misi ini ditetapkan
dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan secara mandiri yang
berlandaskan pada peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat serta mendorong masyarakat aktif menjaga kesehatannya. Perilaku hidup
bersih dan sehat lebih difokuskan pada pengembangan sikap dan perilaku
masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan.
Sesuai dengan visi Kementerian Kesehatan RI, maka program kesehatan di
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat lebih dititikberatkan pada
upaya preventif namun tidak mengabaikan upayakuratif dan rehabilitatif. Untuk
itu UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Barat melaksanakan 6 program pokok
yang meliputi:
1. Promosi kesehatan
2. Kesehatan ibu dan anak/keluarga berencana
3. Gizi masyarakat
4. Pencegahan penyakit menular
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengobatan

b. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota (Puskesmas Kampung Bali)

Pelaksanaan program Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota merupakan


unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kota Pontianak yang mempunyai visi
dan misi yang selaras. Visi tersebut adalah Mewujudkan kecamatan Pontianak
kota sehat melalui peningkatan pelayanan kesehatan. Sedangkan misinya adalah:
1. Membudayakan lingkungan sehat, perilaku sehat, dan kemandirian masyarakat di
bidang kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau kepada
masyarakat
3. Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak
menular di masyarakat
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Meningkatkan mutu manajemen kesehatan
Melalui pernyataan misi tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang
berkepentingan dapat mengenal instansi pemerintah, dan mengetahui peran,
program, serta hasil yang diperoleh di waktu mendatang.
Tujuan umum Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi individu dan masyarakat
serta lingkungannya agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Tujuan umum ini didukung oleh visi dan misi yang telah ditetapkan,
serta keberadaan tenaga kesehatan. Jumlah seluruh pegawai di lingkungan UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota hingga Juni 2014 adalah 128 orang yang
tersebar di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota sebanyak 34 orang,
UPK Puskesmas Alianyang sebanyak 35 orang, UPK Pal Tiga sebanyak 28 orang,
dan UPK Puskesmas Karya sebanyak 29 orang.
UPTD dan UPK Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota memiliki beberapa
sarana pendukung, diantaranya puskesmas induk sebanyak 1 buah, puskesmas
pembantu 1 buah, poliklinik Pemerintah Kota 1 buah, mobil Puskesmas Keliling 3
buah, dan motor dinas 1 buah. Selain itu juga terdapat posyandu balita dan
posyandu lanjut usia (lansia) yang tersebar di 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan

Mariana, Kelurahan Tengah, dan Kelurahan Darat Sekip. Selain puskesmas,


pembantu yang merupakan UPK Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota adalah
UPK Puskesmas Alianyang, UPK Puskesmas Pal Tiga, dan UPK Puskesmas
Karya Mulia. Pemerintah Kota Pontianak tidak memiliki RSUD, namun RSUD
Provinsi Kalimantan Barat berada di Kota Pontianak, yaitu RS Sultan Syarief
Muhammad Alkadrie dan RSUD dr. Soedarso yang menjadi tempat rujukan
langsung pasien puskesmas. Sarana kesehatan lain yang menjadi tempat rujukan
adalah UPTD Mata dan Gigi, RS Yarsi, dan RS Tingkat III.
c.

UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara (Puskesmas Siantan Hilir)


UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara yang semula bernama
Puskesmas Siantan Hilir didirikan pada tahun 1971, yangpada waktu itu masih
berbentuk Balai Pengobatan. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara
terletak berseberangan dengan Sungai Kapuas, beralamat di Jl. Khatulistiwa No.
151 Kelurahan Siantan Hilir. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara
mempunyai

40

RW

dengan

151

RT

binaan,

dan membawahi

UPK diantaranya:UPK Siantan Hulu, UPK Siantan Tengah, UPK Telaga Biru, dan
UPK Khatulistiwa. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara merupakan
suatu unit kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat di Kecamatan
Pontianak Utara.
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara memiliki visi Mewujudkan
Kecamatan Pontianak Utara sehat dalam rangka menuju MDGs tahun 2015.
Untuk mewujudkan visinya, maka dirumuskan beberapa misi diantaranya:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional
2. Meningkatkan profesionalisme SDM dan menciptakan suasana kerja yang aman
dan nyaman
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
4. Menjadi Puskesmas perawatan yang unggul dalam penanganan dan pelayanan
kesehatan di kota Pontianak
5. Bekerjasama dengan lintas sektoral untuk menggerakkan pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan

Untuk menilai hasil capaian kinerja puskesmas ditetapkan beberapa


indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan program pelayanan kesehatan
yang dilaksanakan oleh UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara yaitu
indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM), Indikator Kinerja Utama (IKU), dan
beberapa masalah yang telah teratasi selama kurun waktu 1 tahun.
d. UPTD Puskesmas Pontianak Tenggara (Puskesmas Kampung Bangka)
Puskesmas Kampung Bangka adalah sebuah UPTD yang terletak di
Pontianak Tenggara. Puskesmas Kampung Bangka memiliki wilayah kerja yaitu
Kelurahan Bansir Laut, Kelurahan Bangka Belitung Laut, Kelurahan Bansir Barat,
dan Kelurahan Bangka Belitung Barat. Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Tenggara meliputi UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Tenggara (Kampung Bangka) sendiri dan UPK Puskesmas Paris II. Wilayah
binaan UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara (Kampung Bangka)
meliputi 2 Kelurahan yaitu Kelurahan Bansir Laut dan Kelurahan Bangka
Belitung Laut, sedangkan wilayah binaan UPK Puskesmas Paris II meliputi 2
Kelurahan yaitu Kelurahan Bansir Barat dan Kelurahan Bangka Belitung Barat.
Visi UPTD Puskesmas Pontianak Tenggara adalahMewujudkan kota
Pontianak sehat, terdepan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kalimantan Barat. Dalam mewujudkan visi tersebut maka dirumuskan beberapa
misi, diantaranya:
1. Membudayakan lingkungan sehat, perilaku sehat dan kemandirian masyarakat di
bidang kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan yang bermutu, merata dan terjangkau kepada
masyarakat
3. Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak
menular
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
5. Meningkatkan mutu manajemen kesehatan
e.

UPK Puskesmas Kom Yos Sudarso (Puskesmas Komyos)

Puskesmas ini terletak di Jl. Apel No. 62, Pontianak. Puskesmas ini terletak
di tengah pemukiman penduduk sehingga mudah diakses oleh masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Visipuskesmas adalah Mewujudkan kota
Pontianak sehat, terdepan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kalimantan Barat. Untuk mewujudkan visinya terdapat beberapa misi sebagai
berikut:
1. Membudayakan lingkungan sehat, perilaku sehat, kemandirian masyarakat di
bidang kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau kepada
masyarakat
3. Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak
menular
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi dan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
5. Meningkatkan mutu manajemen kesehatan
II.2.2 Struktur Organisasi Tempat Praktek
Struktur organisasi tempat praktek yang dilampirkan yaitu struktur
organisasi di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara, dimana dapat
dilihat pada lampiran 1. Dalam hal ini, struktur organisasi yang dilampirkan
memiliki struktur yang hampir sama untuk kelima puskesmas yang menjadi
tempat mahasiswa profesi apoteker melaksanakan PKPA. Terdapat Kepala UPTD
yang membawahi Kepala Subag. TU, UPK dan Koordinator Pengelolaan
Masyarakat. Kepala Subag. TU membawahi bagian loket, umum, keuangan, SIK,
dan kepegawaian. Koordinator pengelolaan masyarakat membawahi bidangbidang kesehatan yang dilayani, termasuk kesehatan ibu, anak, remaja, lansia,
keluarga berencana, gizi, posyandu, klinik sanitasi, pengawasan limbah, program
penyakit seperti paru, ispa/pneumonia, diare dan imunisasi, yayasan kesehatan
mata, jiwa dan olahraga, puskesmas keliling, serta pengelolaan data.
II.2.3 Bidang-Bidang Kerja/Job Description
a. Apoteker

1.

Mengklasifikasi perbekalan farmasi

2.

Mengolah data perencanaan, laporan, dan evaluasi

3.

Melakukan inventarisasi perbekalan farmasi

4.

Penyusunan laporan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi

5.

Mengatur penyimpanan perbekalan farmasi

6.

Melaksanakan pelayanan kefarmasian

7.

Berkonsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya terkait


penggunaan obat yang rasional

8.

Pemantauan penggunaan obat

b. Asisten Apoteker
1.

Menyusun rencana bulanan, mengumpulkan dan mengeloladata

2.

Menyiapkan data pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, PKRT

3.

Menerima dan menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, PKRT

4.

Menyiapkan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan, PKRT

5.

Membuat catatan, stok, dan laporan pemakaian sediaan farmasi, alat kesehatan,
PKRT

6.

Menyiapkan dan melaksanakan pelayanan kefarmasian

7.

Menyiapkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
III.1.1 Jenis dan Bentuk Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
a. Tinjauan Umum Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan atau Puskesmas
Sebagai unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan Kabupaten/Kota,
puskesmas memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan

kesehatan pada suatu wilayah, serta menjadi pusat pelayanan kesehatan strata
pertama dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kegiatan tersebut meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan tersebut tetap harus disesuaikan dengan kemampuannya. Akan tetapi
terdapat tugas pokok puskesmas yang wajib untuk dilaksanakan. Tugas-tugas
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Upaya promosi kesehatan
Tugas ini dilakukan akibat adanya berbagai permasalahan kesehatan yang
melanda masyarakat. Permasalahan tersebut umumnya diakibatkan karena
timbulnya faktor seperti terdapatnya bibit penyakit, pasien berada pada
lingkungan yang sangat rentan dengan kemungkinan perkembangan penyakit, dan
perilaku penderita itu sendiri yang memiliki gaya hidup tidak sehat. Dalam
KepMenKes No. 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan
promosi kesehatan di daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dan, untuk, oleh
bersama

masyarakat

agar

mereka

dapat

menolong

diri

sendiri,

serta

mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan


kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
2. Upaya kesehatan lingkungan
Lingkungan adalah salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan.
Untuk itu kesehatan lingkungan harus sangat diperhatikan oleh masyarakat.
Disinilah

tugas

mengajarkan

pokok

kepada

puskesmas

masyarakat

untuk

memberikan

bagaimana

cara

penyuluhan

menjaga

dan

kebersihan

lingkungan.Terdapat 5 upaya dasar program kesehatan lingkungan yang dilakukan


puskesmas, diantaranya yaitu: penyehatan sumber air bersih, penyehatan
lingkungan pemukiman, penyehatan tempat-tempat umum, penyehatan tempat
pengelola makanan, dan pemeriksaan jentik nyamuk.
3. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana

Dalam melakukan upaya kesehatan untuk ibu dan anak, puskesmas juga
memberi fasilitas kepada masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan dalam
mengatasi berbagai situasi gawat dari aspek non klinis yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam upaya
kesehatan ini antara lain: deteksi dini faktor resiko ibu hamil, melakukan
pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita, memelihara
kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah. Selain itu juga terdapat kegiatan lainnya seperti memberikan
imunisasi, pengobatan terhadap bayi, balita, anak prasekolah dan ibu hamil dalam
berbagai penyakit ringan, melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap taman
kanak-kanak, para dukun beranak dan kader-kader kesehatan.
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat ini meliputi: peningkatan pendidikan
gizi, menanggulangi masalah kekurangan energi protein, anemia, kekurangan
iodium, kurang vitamin A, serta upaya pemberdayaan usaha perbaikan gizi
keluarga/masyarakat. Biasanya program tersebut akan dilakukan dalam periode
harian, bulanan, semesteran atau tahunan. Akan tetapi, tetap diadakan kegiatan
investigasi dan intervensi apabila terjadi kasus gizi buruk. Kegiatan dalam
program ini dapat dilaksanakan di luar maupun di dalam gedung puskesmas.
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Tugas pokok puskesmas kali ini adalah bertanggung jawab terhadap suatu
wilayah untuk mencegah penyebaran suatu penyakit menular di wilayah kerjanya.
Untuk itu, dalam lingkup wilayah kerjanya ini, kesehatan masyarakat harus benarbenar terpantau.
6. Upaya pengobatan
Apabila berbagai pencegahan dan upaya kesehatan yang dilakukan ternyata
belum cukup untuk menghindari penyakit, sudah seharusnya puskesmas
melakukan upaya pengobatan. Pengobatan dan perawatan dilakukan hingga pasien
sembuh. Apabila penyakit yang diderita ternyata berbahaya, dan kapasitas tenaga

ahli di puskesmas kurang, puskesmas harus memberikan rujukan untuk rumah


sakit yang dituju.
b. Manajemen Persediaan Obat dan Perbekalan Farmasi di Gudang Obat
Pengelolaan obat di puskesmas merupakan serangkaian kegiatan yang
menyangkut berbagai aspek, salah satu yang paling penting yakni perencanaan
obat. Perencanaan

kebutuhan

obat harus

dilakukan

dengan

cermat untuk

menjamin ketersediaan obat di unit pelayanan kesehatan selama satu tahun


kedepan sehingga kebutuhan pasien dapat tertangani dan mengefisienkan
anggaran obat selama suatu periode. Proses perencanaan kebutuhan obat sangat
mempengaruhi ketersediaan obat karena bertujuan untuk mendapatkan jenis dan
jumlah obat yang sesuai dengan kebutuhan, serta untuk menghindari terjadinya
kekosongan obat. Apabila kebutuhan obat di puskesmas tidak direncanakan
dengan baik maka akan terjadi kekosongan atau kelebihan obat yang dibutuhkan.
Perencanaan obat dapat dilakukan berdasarkan pemakaian obat tahun
sebelumnya (metode konsumsi) atau berdasarkan pola penyakit (metode
epidemiologi).

Dengan

menggunakan

data

tersebut

obat-obatan

yang

direncanakan diharapkan dapat tepat jenis maupun jumlah untuk memenuhi


kebutuhan pasien dalam kurun waktu tertentu.
Dalam memenuhi kebutuhan obat di puskesmas untuk menunjang
kebutuhan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,puskesmas dapat mengajukan
permintaan obat ke Pusat Pengelolaan Farmasi (Puslofar) setiap bulan. Sebelum
mengajukan

permintaan,

pengelola

di

gudang

obat puskesmas

perlu

mengetahui stok setiap jenis obat untuk mengetahui sisa obat yang ada di
gudang puskesmas.

Jumlah

obat

yang

diminta disesuaikan

dengan kebutuhan, dengan mempertimbangkan sisa obat yang ada. Permintaan


obat daripuskesmas ke Puslofar dengan menggunakan format lembar permintaan
dan lembar pemakaian obat (LPLPO) puskesmas. LPLPOpuskesmas terdiri dari 3
rangkap, yaitu warna

putih

untuk

Dinas

Kesehatan,

biru untuk Puslofar,

dan merah untuk arsip di puskesmas.Permintaan obat dari Unit Pelaksana


Kegiatan (UPK) dapat meminta obat kepada Puslofar melalui puskesmas induk.

Jenis obat yang diminta biasanya adalah obat golongan narkotik atau psikotropik.
Obat golongan ini diperoleh UPTD dari Puslofar untuk disalurkan kepada UPK
yang dibawahinya.
Setelah melakukan permintan obat maka Puslofar akan menyiapkan obat
yang diminta kepada puskesmas. Obat yang diterima dari Puslofar harus
memperhatikan jenis dan jumlah sesuai dokumen yang diberikan dari Puslofar,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan kondisi fisik obat.
Obat yang diterima kemudian disusun di tempat yang sesuai.Penyimpanan
obat merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan obat untuk menjamin mutu dan
mencegah kerusakannya. Obat yang diterima dari Puslofar harus dicek terlebih
dahulu dan dicatat nomorbatch, tanggal kadaluarsa, serta jumlah yang baru masuk
dalam setiapkartu

stoknya. Obat disimpan

berdasarkan

bentuk

sediaan

dan disusunalfabetis. Setiap obat disertai kartu stok untuk mencatat pengeluaran
dan pemasukannya. Obat yang baru masuk atau tanggal kadaluarsanya lebih lama
diletakkan di bagian belakang. Sedangkan obat yang sudah lama ada atau tanggal
kadaluarsanya lebih dulu maka diletakkan di bagian depan. Sistem distribusi obat
ini merupakan penerapan darimetode First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO).Metode ini efektif untuk mencegah terjadinya kerugian akibat
obat yang kadaluarsa. Adapun tata letak penyimpanan obat dan kartu stok dapat
dilihat pada lampiran 2 gambar 3, 4, 5, 6 dan 7.
Apabila terdapat obat kadaluarsa atau rusak maka dilakukanpenghapusan
obat. Tujuan penghapusan obat adalah untukmenghindari pemakaian obat yang
telah kadaluarsa atau rusaktersebut. Penghapusan obat di Puskesmas dilakukan
dengan jalan menyerahkan obat rusak kembali ke Puslofar. Kegiatan
penghapusandimulai dari mengumpulkan obat yang akan dihapus, kemudian
menyusun daftar obat yang akan dihapus, dan membuat berita acara pemusnahan
obat. Kegiatan pemusnahan obat sama seperti prosedur pemusnahan obat pada
umumnya yang melibatkan perwakilan dari apotek, dinas kesehatan, dan Balai
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Untuk menekan jumlah obat rusak atau
kadaluarsa maka diadakan stok opname secara berkala oleh petugas puskesmas.

Adapun berita acara penyerahan obat rusak dan formulir pemeriksaan obat
rusak/hilang/kadaluarsa dapat dilihat pada lampiran 2 gambar 8 dan 11.
Obat yang digunakan di puskesmas adalah obat yang dibelanjakan dari dana
Anggaran Perbelanjaan Bulanan Daerah (APBD). Sistem pemesanan barang yang
diterapkan adalah lelang terbuka dengan bantuan e-katalog. Maksud dari sistem
ini adalah PBF yang menjadi tempat yang dituju untuk pengadaan obat adalah
PBF yang memenangkan lelang terbuka. Jenis obat yang dibutuhkan dapat dilihat
secara online di e-katalog. Obat yang bersumber dari APBD ditujukan untuk
pasien umum bukan anggota BPJS. Sedangkan obat untuk pasien BPJS bersumber
dari dana yang dialirkan dari BPJS ke puskesmas setiap bulan.
c. Manajemen Informasi
Catatan dan pelaporan data obat merupakan sarana informasi yang sangat
penting untuk menunjang sistem pengelolaan obat secara keseluruhan. Tujuan
pencatatan dan pelaporan adalah agar tercapainya informasi untuk perencanaan,
pengadaan,

distribusi

serta

kebijaksanaan di

Puskesmas

maupun Puslofar sehingga dapat dipenuhi jumlah, jenis dan ketepatan waktu
penyediaan obat.Beberapa laporan yang dilaporkan setiap bulan diantaranya
adalah laporan penggunaan obat rasional (POR), laporan penggunaan obat
generik, lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO), laporan obat
narkotik dan psikotropik, serta laporan penghapusan obat. Laporan POR, LPLPO,
penggunaan obat generik, narkotik, dan psikotropik dikumpulkan setiap bulan.
Sedangkan laporan penghapusan obat dilaporkan setiap tahun. Adapun
formulirnya dapat dilihat pada lampiran 2 gambar 9 dan 10.
Sistem manajemen informasi dan pelaporan di puskesmas saat ini
sudah menggunakan sistem komputerisasi. Hal ini ditujukan untuk
mempermudah

dalam

mengolah

data

dan

mengawasi

data

yang

dilaporkan. Meskipun demikian belum semua puskesmas dapat menerapkan


sistem tersebut sehingga beberapa laporan masih dilaporkan secara manual.
d. Peran Farmasi Klinik dan Tugas Khusus di Instansi Pemerintahan

Setiap puskesmas terdapat apotek yang menjadi tempat menebus resep obat
yang diberikan dokter kepada pasien, serta tempat pendistribusian perbekalan
farmasi yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Tidak setiap apotek di
puskesmas dikepalai oleh apoteker dikarenakan keterbatasan sumber daya
manusia. Beberapa unit pelaksana kegiatan (UPK) memiliki apotek yang dikepalai
seorang asisten apoteker. Sedangkan unit pelayanan terpadu (UPTD) memiliki
apotek yang dikepalai seorang apoteker yang dibantu beberapa asisten apoteker.
Kegiatan yang berlangsung di apotek puskesmas adalah kegiatan asuhan
kefarmasian yang meliputi pelayanan resep, peracikan obat, pemberian informasi
obat, konseling, dan dokumentasi. Resep yang diberikan dokter kepada pasien
dapat ditebus di apotek dengan menyerahkan resep kepada petugas apotek.Setiap
resep yang masuk diskrining secara administratif, farmakologi, dan farmasetis.
Apabila tidak ditemukan masalah, maka obat dapat disiapkan, dilabeli, dikemas,
dicek, dan diserahkan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat
oleh petugas farmasi. Alur pelayanan resep dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Alur Pelayanan Resep Non Racikan

Gambar 2. Alur Pelayanan Resep Racikan


Pemberian informasi obat dilakukan oleh petugas farmasi. Informasi yang
diberikan meliputi aturan pakai, cara pakai, dan indikasi obat. Konseling pasien
tidak terdapat di setiap puskesmas. Hanya di puskesmas Siantan Hilir yang dapat
menerapkan konseling kepada pasien, sebab konseling dilakukan di suatu tempat
khusus konseling dan dilayani oleh apoteker. Melalui pemberian informasi obat
dan konseling pasien diharapkan dapat mengurangi pemakaian obat tidak rasional
serta mendukung masyarakat agar cerdas melakukan swamedikasi.
Puskesmas juga memiliki agenda kegiatan seperti pos pelayanan terpadu
(posyandu). Posyandu tersebut tersebar di sekitar pemukiman warga agar mudah
diakses. Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan di posyandu tersebut
beragam, diantaranya pemeriksaan kesehatan, penimbangan berat, pengukuran
tinggi serta imunisasi bagi balita, dan penyuluhan kesehatan. Pelaksanaan
berbagai kegiatan ini dilakukan bersama dengan melibatkan petugas kesehatan
serta pengurus warga di posyandu setempat. Kegiatan posyandu dapat dilihat pada
lampiran 2 gambar 12 dan 14.
Kegiatan homecare berupa kunjungan ke rumah pasien juga turut dilakukan
secara berkala. Tindakan yang dilakukan ketikahomecare adalah mengecek
kondisi kesehatan secara umum, pemberian informasi obat, dan mengevaluasi
hasil terapi yang dijalankan pasien. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan menciptakan masyarakat Pontianak yang sehat.
Kegiatan penyuluhan juga dilakukan secara berkala. Penyuluhan dilakukan
bersama oleh apoteker dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas tersebut. Topik
penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat merupakan topik terbaru yang
berhubungan dengan kesehatan, misalnya penyimpanan obat yang baik dan benar,
penanganan sakit maag yang kerap terjadi di bulan puasa, pencegahanhipertensi,
dan bahan berbahaya. Kegiatan ini bermanfaat agar dapat semakin meningkatkan
kesadaran kesehatan bagi diri sendiri serta menciptakan lingkungan sehat. Dengan
semakin sering diadakan penyuluhan maka intensitas interaksi antara masyarakat

dengan tenaga kesehatan juga turut meningkat, hal ini sangat membantu dalam
mewujudkan visi misi puskesmas dalam mewujudkan kota Pontianak yang
terdepan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kalimantan
Barat. Kegiatan penyuluhan tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 gambar 13.
Selain pelayanan informasi obat, konseling, dan penyuluhan peran farmasi
klinik juga meliputi tindakan pengontrolan dan evaluasi penggunaan obat.
Pengontrolan dan evaluasi didukung oleh dokumentasi yang selalu dilakukan
untuk setiap pasien yang pernah berobat di puskesmas tersebut. Terdapat beberapa
laporan yang direkap setiap bulan meliputi laporan penggunaan obat rasional
(POR), laporan penggunaan obat generik, laporan penggunaan obat narkotik dan
psikotropik, laporan obat kadaluarsa/rusak, dan laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO). Tujuan dokumentasi ini adalah untuk membantu
memantau, merencanakan, dan mengevaluasi pemakaian obat di puskesmas.
Melalui laporan tersebut dapat diketahui tingkat rasionalitas penggunaan obat
untuk menangani suatu penyakit pada pasien tersebut. Laporan juga dapat
dimanfaatkan untuk membantu menentukan jenis dan jumlah obat yang akan
dipesan dalam kegiatan perencanaan obat. Apabila terdapat obat yang menumpuk
terlalu lama atau selalu kekurangan, maka laporan juga dapat digunakan sebagai
bahan acuan evaluasi.
Rata-rata jenis obat yang paling sering diresepkan di puskesmas tempat
pelaksanaan PKPA selama bulan Juli 2014 adalah obat oral yang ditujukan untuk
terapi penyakit pada saluran pernapasan bagian atas (ISPA). Oleh karena
banyaknya jumlah obat yang dibutuhkan untuk penyakit ini, maka jumlah obat
untuk ISPA diminta dalam jumlah yang banyak dan perlu diatur pemakaiannya
agar dapat dicapai hasil terapi sesuai dengan yang diharapkan.
e. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sistem penerimaan pegawai di Puskesmas dilakukan melalui seleksi tes
CPNS, yang mana disesuaikan dengan formasi dari Pemerintah Kota Pontianak
yang biasanya diselenggarakan setahun sekali. Sistem karir dan pengembangan
(pelatihan), maupun evaluasi kinerja dilakukan setiap tahun dengan adanya bukti

daftar penilaian kinerja. Pengembangan (pelatihan) yang diberikan ditentukan


oleh Dinas Kesehatan dengan melihat jenjang pendidikan kinerja. Begitu halnya
dengan supervisi dan pembinaan yang dilakukan per tahun anggaran ke masingmasing UPTD/UPK Puskesmas.
Menurut Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, sumber
daya manusia (SDM) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas
adalah Apoteker dan Asisten Apoteker.Apoteker di masing-masing Puskesmas
sudah memenuhi tugas pokok sebagai seorang apoteker, dimana setiap bulan dan
tahun selalu membuat perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi untuk
Puskesmas, serta membuat pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain
itu, apoteker juga turut membantu pelayanan kefarmasian baik di Puskesmas
maupun

di luar Puskemas (pusling,

poskesdes,

posyandu balita

dan

lansia, sweeping imunisasi bayi, kegiatan KIA, pembagian abate, fogging, dan
lain-lain). Asisten apoteker di masing masing Puskesmas memiliki tanggung
jawab yang sama, hanya saja ada pembagian tugas untuk memudahkan pekerjaan
kefarmasian

di

Puskesmas

tanpa

meninggalkan

tugas

pokok

asisten

apoteker. Semua tugas asisten apoteker baik dari menerima resep hingga
menyerahkan obat kepada pasien, melakukan pencatatan hingga membantu
kegiatan di luar puskesmas dilakukan dengan baik.
III.1.2 Prosedur Kerja
a. Prosedur Penerimaan Resep
1. Menerima resep pasien.
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu: nama, nomor surat izin praktek, alamat dan
tanda tangan/paraf dokter penulis resep, tanggal resep, nama obat, dosis, jumlah
yang diminta, cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin.
3. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

4. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter


penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlu meminta persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Prosedur Peracikan Obat
1. Membersihkan tempat dan peralatan kerja.
2. Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat yang
diminta dan memeriksa tanggal kadaluarsa obat yang akan diserahkan ke pasien.
3. Mengambil obat/bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai
misalnya sendok/spatula.
4. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air
matang sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien.
5. Untuk sediaan obat racikan, langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung kesesuaian dosis.
b) Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan.
c) Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan dengan
obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen.
d) Membagi dan membungkus obat dengan merata.
e) Tidak mencampur antibiotika di dalam sediaan puyer.
f) Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus.
6. Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai
dengan permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca.
7. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu
memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.
c. Prosedur Penyerahan Obat
1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat
dengan permintaan pada resep.
2. Memanggil dan memastikan nomor urut/nama pasien.
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat.
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat.

5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak.
d. Prosedur Pelayanan Informasi Obat
1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, danleaflet yang berisi
informasi obat pada tempat yang mudah dibaca oleh pasien.
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung,
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis.
e. Prosedur Penanganan Obat Rusak dan Kadaluarsa
1. Mengindikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya.
3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluarsa untuk di
musnahkan.
f. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Resep
1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum, gratis,
asuransi).
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan nomor
resep dan kelompok pembiayaan resep.
3. Mengarsip secara terpisah resep yang mengandung obatnarkotik dan psikotropik..
4. Menyimpan resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan berdasarkan
tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama tiga tahun dengan cara dibakar.
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
g. Prosedur Pemusnahan Resep
1. Memusnahkan resep yang telah disimpan selama tiga tahun atau lebih.
2. Tata cara pemusnahan:
a) Resep narkotika dihitung lembarannya

b) Resep lain ditimbang


c) Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar
3. Membuat berita acara pemusnahan sesuai dengan format.
III.1.3 Kendala yang Dihadapi dan Upaya untuk Memecahkannya
Selama pelaksanaan PKPA di masing-masing puskesmas, beberapa kendala
yang dihadapi adalah terbatasnya waktu yang diberikan untuk praktek di setiap
puskesmas. Selain itu, mahasiswa juga tidak diberikan kesempatan untuk praktek
di Kantor Dinas Kesehatan sehingga belum mendapatkan informasi mengenai
kegiatan dan prosedur kerja yang berlaku di Dinas Kesehatan, terutama untuk hal
yang berkaitan dengan permohonan izin membuka sarana pelayanan kesehatan di
Pontianak. Disarankan agar untuk selanjutnya periode praktek di setiap puskesmas
dapat ditambah sehingga mahasiswa juga dapat berpraktek di Kantor Dinas
Kesehatan
UAPT 01
Google+ Followers
Daily Calendar

Anda mungkin juga menyukai