Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MASI
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN/
KOTA PONTIANAK
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak
Disetujui,
Ka. Dinas Kesehatan
Dosen Pembimbing,
Kab/Kota,,
NIP. 196607011989032015
NIP. 198004072009122002
Mengetahui,
NIP.195112181978111001
NIP. 198408192008121003
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) ini.
Laporan PKPA ini disusun sebagai pelaporan hasil kegiatan praktek profesi
apoteker yang telah dilaksanakan penulis di puskesmas, serta memenuhi sebagian
persyaratan untuk mengikuti ujian kompetensi keahlian di Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang.
Laporan PKPA ini dapat terselesaikan dengan bantuan dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak beserta seluruh staf karyawan yang telah
memberikan kesempatan dan mendukung kegiatan PKPA.
2.
3.
4.
Inarah Fajriaty, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing PKPA diDinas Kesehatan.
5.
Pihak-pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan dalam pelaksanaan PKPA ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan PKPA ini masih banyak kekurangan
baik yang disengaja ataupun tidak bahkan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan PKPA ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan
PKPA ini dapat bermanfaat.
Pontianak, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang PKPA
Pembangunan
kesehatan
merupakan
bagian
integral
dari
terwujud.
Pembangunan
yang
masyarakat
yang
memberikan
kesehatan). Proses
mewujudkan
profesionalisme
apoteker
dalam
menjalankan
profesinya
dilaksanakan melalui praktek kerja profesi apoteker, yang menjadi kegiatan bagi
mahasiswa program profesi apoteker sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar apoteker. Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan dan tempat bagi
apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian. Oleh karena peran apoteker di
Puskesmas sangat pentingsehingga sangat perlu bagi mahasiswa apoteker untuk
dapat memahami kompetensi apoteker di lembaga pemerintahan tersebut.
I.2 Ruang Lingkup PKPA
Adapun ruang lingkup PKPA di Dinas Kesehatan antara lain ialah:
a.
Manajemen sumber daya manusia meliputi sistem kepegawaian, sistem karir dan
pengembangan, evaluasi kinerja, serta supervisi dan pembinaan
I.3.2 Manfaat
Sedangkan manfaat kegiatan PKPA di Dinas Kesehatan diantaranya:
a.
BAB II
DESKRIPSI DATA
II.1
a. Puskesmas
Menurut Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor
Tahun
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
yang
bertanggung
jawab
pembangunan
kesehatan,
puskesmas
bertanggung
jawab
diperlukan
minimal
satu
orang
dokter
umum
untuk
c.
Pengadaan Obat
Permintaan/pengadaan obat adalah suatu proses pengusulan dalam rangka
menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di
puskesmas. Pengadaan dimaksudkan agar obat tersedia dengan jenis dan jumlah
yang tepat. Pengadaan meliputi kegiatan pengusulan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO). Permintaan/pengadaan obat di puskesmas merupakan bagian dari tugas
distribusi obat oleh Gudang Farmasi Kabupaten/Kota (GFK),untuk wilayah Kota
Pontianak dikenal sebagai Pusat Pengelolaan Farmasi (Puslofar), sehingga
ketersediaan obat di puskesmasdipengaruhi oleh kemampuan Puslofar dalam
melakukan distribusi berdasarkan laporan pemakaian dan permintaan obat di
semua puskesmas.
Dalam
rangka
mengajukan
usulan
kebutuhan
obat
ke Dinas
2. Mengajukan
permintaan
kebutuhan
obat
kepada
Dinas
Kesehatan
masalah yang
sering
dihadapi
dalam
pengadaan
obat,
terpakai
yang dapat
dilakukan
dengan
II.2
Puskesmas
yang
semula
40
RW
dengan
151
RT
binaan,
dan membawahi
UPK diantaranya:UPK Siantan Hulu, UPK Siantan Tengah, UPK Telaga Biru, dan
UPK Khatulistiwa. UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara merupakan
suatu unit kesehatan yang melayani kesehatan masyarakat di Kecamatan
Pontianak Utara.
UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara memiliki visi Mewujudkan
Kecamatan Pontianak Utara sehat dalam rangka menuju MDGs tahun 2015.
Untuk mewujudkan visinya, maka dirumuskan beberapa misi diantaranya:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional
2. Meningkatkan profesionalisme SDM dan menciptakan suasana kerja yang aman
dan nyaman
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
4. Menjadi Puskesmas perawatan yang unggul dalam penanganan dan pelayanan
kesehatan di kota Pontianak
5. Bekerjasama dengan lintas sektoral untuk menggerakkan pembangunan wilayah
berwawasan kesehatan
Puskesmas ini terletak di Jl. Apel No. 62, Pontianak. Puskesmas ini terletak
di tengah pemukiman penduduk sehingga mudah diakses oleh masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Visipuskesmas adalah Mewujudkan kota
Pontianak sehat, terdepan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kalimantan Barat. Untuk mewujudkan visinya terdapat beberapa misi sebagai
berikut:
1. Membudayakan lingkungan sehat, perilaku sehat, kemandirian masyarakat di
bidang kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau kepada
masyarakat
3. Melaksanakan upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak
menular
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi dan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
5. Meningkatkan mutu manajemen kesehatan
II.2.2 Struktur Organisasi Tempat Praktek
Struktur organisasi tempat praktek yang dilampirkan yaitu struktur
organisasi di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Tenggara, dimana dapat
dilihat pada lampiran 1. Dalam hal ini, struktur organisasi yang dilampirkan
memiliki struktur yang hampir sama untuk kelima puskesmas yang menjadi
tempat mahasiswa profesi apoteker melaksanakan PKPA. Terdapat Kepala UPTD
yang membawahi Kepala Subag. TU, UPK dan Koordinator Pengelolaan
Masyarakat. Kepala Subag. TU membawahi bagian loket, umum, keuangan, SIK,
dan kepegawaian. Koordinator pengelolaan masyarakat membawahi bidangbidang kesehatan yang dilayani, termasuk kesehatan ibu, anak, remaja, lansia,
keluarga berencana, gizi, posyandu, klinik sanitasi, pengawasan limbah, program
penyakit seperti paru, ispa/pneumonia, diare dan imunisasi, yayasan kesehatan
mata, jiwa dan olahraga, puskesmas keliling, serta pengelolaan data.
II.2.3 Bidang-Bidang Kerja/Job Description
a. Apoteker
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
b. Asisten Apoteker
1.
2.
3.
4.
5.
Membuat catatan, stok, dan laporan pemakaian sediaan farmasi, alat kesehatan,
PKRT
6.
7.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker
III.1.1 Jenis dan Bentuk Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
a. Tinjauan Umum Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan atau Puskesmas
Sebagai unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan Kabupaten/Kota,
puskesmas memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pembangunan
kesehatan pada suatu wilayah, serta menjadi pusat pelayanan kesehatan strata
pertama dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama
secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Kegiatan tersebut meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan tersebut tetap harus disesuaikan dengan kemampuannya. Akan tetapi
terdapat tugas pokok puskesmas yang wajib untuk dilaksanakan. Tugas-tugas
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Upaya promosi kesehatan
Tugas ini dilakukan akibat adanya berbagai permasalahan kesehatan yang
melanda masyarakat. Permasalahan tersebut umumnya diakibatkan karena
timbulnya faktor seperti terdapatnya bibit penyakit, pasien berada pada
lingkungan yang sangat rentan dengan kemungkinan perkembangan penyakit, dan
perilaku penderita itu sendiri yang memiliki gaya hidup tidak sehat. Dalam
KepMenKes No. 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan
promosi kesehatan di daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dan, untuk, oleh
bersama
masyarakat
agar
mereka
dapat
menolong
diri
sendiri,
serta
tugas
mengajarkan
pokok
kepada
puskesmas
masyarakat
untuk
memberikan
bagaimana
cara
penyuluhan
menjaga
dan
kebersihan
Dalam melakukan upaya kesehatan untuk ibu dan anak, puskesmas juga
memberi fasilitas kepada masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan dalam
mengatasi berbagai situasi gawat dari aspek non klinis yang berkaitan dengan
kehamilan dan persalinan. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam upaya
kesehatan ini antara lain: deteksi dini faktor resiko ibu hamil, melakukan
pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita, memelihara
kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah. Selain itu juga terdapat kegiatan lainnya seperti memberikan
imunisasi, pengobatan terhadap bayi, balita, anak prasekolah dan ibu hamil dalam
berbagai penyakit ringan, melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap taman
kanak-kanak, para dukun beranak dan kader-kader kesehatan.
4. Upaya perbaikan gizi masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat ini meliputi: peningkatan pendidikan
gizi, menanggulangi masalah kekurangan energi protein, anemia, kekurangan
iodium, kurang vitamin A, serta upaya pemberdayaan usaha perbaikan gizi
keluarga/masyarakat. Biasanya program tersebut akan dilakukan dalam periode
harian, bulanan, semesteran atau tahunan. Akan tetapi, tetap diadakan kegiatan
investigasi dan intervensi apabila terjadi kasus gizi buruk. Kegiatan dalam
program ini dapat dilaksanakan di luar maupun di dalam gedung puskesmas.
5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Tugas pokok puskesmas kali ini adalah bertanggung jawab terhadap suatu
wilayah untuk mencegah penyebaran suatu penyakit menular di wilayah kerjanya.
Untuk itu, dalam lingkup wilayah kerjanya ini, kesehatan masyarakat harus benarbenar terpantau.
6. Upaya pengobatan
Apabila berbagai pencegahan dan upaya kesehatan yang dilakukan ternyata
belum cukup untuk menghindari penyakit, sudah seharusnya puskesmas
melakukan upaya pengobatan. Pengobatan dan perawatan dilakukan hingga pasien
sembuh. Apabila penyakit yang diderita ternyata berbahaya, dan kapasitas tenaga
kebutuhan
obat harus
dilakukan
dengan
cermat untuk
Dengan
menggunakan
data
tersebut
obat-obatan
yang
permintaan,
pengelola
di
gudang
obat puskesmas
perlu
mengetahui stok setiap jenis obat untuk mengetahui sisa obat yang ada di
gudang puskesmas.
Jumlah
obat
yang
diminta disesuaikan
putih
untuk
Dinas
Kesehatan,
Jenis obat yang diminta biasanya adalah obat golongan narkotik atau psikotropik.
Obat golongan ini diperoleh UPTD dari Puslofar untuk disalurkan kepada UPK
yang dibawahinya.
Setelah melakukan permintan obat maka Puslofar akan menyiapkan obat
yang diminta kepada puskesmas. Obat yang diterima dari Puslofar harus
memperhatikan jenis dan jumlah sesuai dokumen yang diberikan dari Puslofar,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan kondisi fisik obat.
Obat yang diterima kemudian disusun di tempat yang sesuai.Penyimpanan
obat merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan obat untuk menjamin mutu dan
mencegah kerusakannya. Obat yang diterima dari Puslofar harus dicek terlebih
dahulu dan dicatat nomorbatch, tanggal kadaluarsa, serta jumlah yang baru masuk
dalam setiapkartu
berdasarkan
bentuk
sediaan
dan disusunalfabetis. Setiap obat disertai kartu stok untuk mencatat pengeluaran
dan pemasukannya. Obat yang baru masuk atau tanggal kadaluarsanya lebih lama
diletakkan di bagian belakang. Sedangkan obat yang sudah lama ada atau tanggal
kadaluarsanya lebih dulu maka diletakkan di bagian depan. Sistem distribusi obat
ini merupakan penerapan darimetode First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO).Metode ini efektif untuk mencegah terjadinya kerugian akibat
obat yang kadaluarsa. Adapun tata letak penyimpanan obat dan kartu stok dapat
dilihat pada lampiran 2 gambar 3, 4, 5, 6 dan 7.
Apabila terdapat obat kadaluarsa atau rusak maka dilakukanpenghapusan
obat. Tujuan penghapusan obat adalah untukmenghindari pemakaian obat yang
telah kadaluarsa atau rusaktersebut. Penghapusan obat di Puskesmas dilakukan
dengan jalan menyerahkan obat rusak kembali ke Puslofar. Kegiatan
penghapusandimulai dari mengumpulkan obat yang akan dihapus, kemudian
menyusun daftar obat yang akan dihapus, dan membuat berita acara pemusnahan
obat. Kegiatan pemusnahan obat sama seperti prosedur pemusnahan obat pada
umumnya yang melibatkan perwakilan dari apotek, dinas kesehatan, dan Balai
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Untuk menekan jumlah obat rusak atau
kadaluarsa maka diadakan stok opname secara berkala oleh petugas puskesmas.
Adapun berita acara penyerahan obat rusak dan formulir pemeriksaan obat
rusak/hilang/kadaluarsa dapat dilihat pada lampiran 2 gambar 8 dan 11.
Obat yang digunakan di puskesmas adalah obat yang dibelanjakan dari dana
Anggaran Perbelanjaan Bulanan Daerah (APBD). Sistem pemesanan barang yang
diterapkan adalah lelang terbuka dengan bantuan e-katalog. Maksud dari sistem
ini adalah PBF yang menjadi tempat yang dituju untuk pengadaan obat adalah
PBF yang memenangkan lelang terbuka. Jenis obat yang dibutuhkan dapat dilihat
secara online di e-katalog. Obat yang bersumber dari APBD ditujukan untuk
pasien umum bukan anggota BPJS. Sedangkan obat untuk pasien BPJS bersumber
dari dana yang dialirkan dari BPJS ke puskesmas setiap bulan.
c. Manajemen Informasi
Catatan dan pelaporan data obat merupakan sarana informasi yang sangat
penting untuk menunjang sistem pengelolaan obat secara keseluruhan. Tujuan
pencatatan dan pelaporan adalah agar tercapainya informasi untuk perencanaan,
pengadaan,
distribusi
serta
kebijaksanaan di
Puskesmas
maupun Puslofar sehingga dapat dipenuhi jumlah, jenis dan ketepatan waktu
penyediaan obat.Beberapa laporan yang dilaporkan setiap bulan diantaranya
adalah laporan penggunaan obat rasional (POR), laporan penggunaan obat
generik, lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO), laporan obat
narkotik dan psikotropik, serta laporan penghapusan obat. Laporan POR, LPLPO,
penggunaan obat generik, narkotik, dan psikotropik dikumpulkan setiap bulan.
Sedangkan laporan penghapusan obat dilaporkan setiap tahun. Adapun
formulirnya dapat dilihat pada lampiran 2 gambar 9 dan 10.
Sistem manajemen informasi dan pelaporan di puskesmas saat ini
sudah menggunakan sistem komputerisasi. Hal ini ditujukan untuk
mempermudah
dalam
mengolah
data
dan
mengawasi
data
yang
Setiap puskesmas terdapat apotek yang menjadi tempat menebus resep obat
yang diberikan dokter kepada pasien, serta tempat pendistribusian perbekalan
farmasi yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Tidak setiap apotek di
puskesmas dikepalai oleh apoteker dikarenakan keterbatasan sumber daya
manusia. Beberapa unit pelaksana kegiatan (UPK) memiliki apotek yang dikepalai
seorang asisten apoteker. Sedangkan unit pelayanan terpadu (UPTD) memiliki
apotek yang dikepalai seorang apoteker yang dibantu beberapa asisten apoteker.
Kegiatan yang berlangsung di apotek puskesmas adalah kegiatan asuhan
kefarmasian yang meliputi pelayanan resep, peracikan obat, pemberian informasi
obat, konseling, dan dokumentasi. Resep yang diberikan dokter kepada pasien
dapat ditebus di apotek dengan menyerahkan resep kepada petugas apotek.Setiap
resep yang masuk diskrining secara administratif, farmakologi, dan farmasetis.
Apabila tidak ditemukan masalah, maka obat dapat disiapkan, dilabeli, dikemas,
dicek, dan diserahkan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat
oleh petugas farmasi. Alur pelayanan resep dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
dengan tenaga kesehatan juga turut meningkat, hal ini sangat membantu dalam
mewujudkan visi misi puskesmas dalam mewujudkan kota Pontianak yang
terdepan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kalimantan
Barat. Kegiatan penyuluhan tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 gambar 13.
Selain pelayanan informasi obat, konseling, dan penyuluhan peran farmasi
klinik juga meliputi tindakan pengontrolan dan evaluasi penggunaan obat.
Pengontrolan dan evaluasi didukung oleh dokumentasi yang selalu dilakukan
untuk setiap pasien yang pernah berobat di puskesmas tersebut. Terdapat beberapa
laporan yang direkap setiap bulan meliputi laporan penggunaan obat rasional
(POR), laporan penggunaan obat generik, laporan penggunaan obat narkotik dan
psikotropik, laporan obat kadaluarsa/rusak, dan laporan pemakaian dan lembar
permintaan obat (LPLPO). Tujuan dokumentasi ini adalah untuk membantu
memantau, merencanakan, dan mengevaluasi pemakaian obat di puskesmas.
Melalui laporan tersebut dapat diketahui tingkat rasionalitas penggunaan obat
untuk menangani suatu penyakit pada pasien tersebut. Laporan juga dapat
dimanfaatkan untuk membantu menentukan jenis dan jumlah obat yang akan
dipesan dalam kegiatan perencanaan obat. Apabila terdapat obat yang menumpuk
terlalu lama atau selalu kekurangan, maka laporan juga dapat digunakan sebagai
bahan acuan evaluasi.
Rata-rata jenis obat yang paling sering diresepkan di puskesmas tempat
pelaksanaan PKPA selama bulan Juli 2014 adalah obat oral yang ditujukan untuk
terapi penyakit pada saluran pernapasan bagian atas (ISPA). Oleh karena
banyaknya jumlah obat yang dibutuhkan untuk penyakit ini, maka jumlah obat
untuk ISPA diminta dalam jumlah yang banyak dan perlu diatur pemakaiannya
agar dapat dicapai hasil terapi sesuai dengan yang diharapkan.
e. Manajemen Sumber Daya Manusia
Sistem penerimaan pegawai di Puskesmas dilakukan melalui seleksi tes
CPNS, yang mana disesuaikan dengan formasi dari Pemerintah Kota Pontianak
yang biasanya diselenggarakan setahun sekali. Sistem karir dan pengembangan
(pelatihan), maupun evaluasi kinerja dilakukan setiap tahun dengan adanya bukti
poskesdes,
posyandu balita
dan
lansia, sweeping imunisasi bayi, kegiatan KIA, pembagian abate, fogging, dan
lain-lain). Asisten apoteker di masing masing Puskesmas memiliki tanggung
jawab yang sama, hanya saja ada pembagian tugas untuk memudahkan pekerjaan
kefarmasian
di
Puskesmas
tanpa
meninggalkan
tugas
pokok
asisten
apoteker. Semua tugas asisten apoteker baik dari menerima resep hingga
menyerahkan obat kepada pasien, melakukan pencatatan hingga membantu
kegiatan di luar puskesmas dilakukan dengan baik.
III.1.2 Prosedur Kerja
a. Prosedur Penerimaan Resep
1. Menerima resep pasien.
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu: nama, nomor surat izin praktek, alamat dan
tanda tangan/paraf dokter penulis resep, tanggal resep, nama obat, dosis, jumlah
yang diminta, cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin.
3. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak.
d. Prosedur Pelayanan Informasi Obat
1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, danleaflet yang berisi
informasi obat pada tempat yang mudah dibaca oleh pasien.
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung,
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis.
e. Prosedur Penanganan Obat Rusak dan Kadaluarsa
1. Mengindikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya.
3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluarsa untuk di
musnahkan.
f. Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Resep
1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum, gratis,
asuransi).
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan nomor
resep dan kelompok pembiayaan resep.
3. Mengarsip secara terpisah resep yang mengandung obatnarkotik dan psikotropik..
4. Menyimpan resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan berdasarkan
tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama tiga tahun dengan cara dibakar.
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
g. Prosedur Pemusnahan Resep
1. Memusnahkan resep yang telah disimpan selama tiga tahun atau lebih.
2. Tata cara pemusnahan:
a) Resep narkotika dihitung lembarannya