Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Definisi
Fraktur Costa adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa. Costa
merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki fungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting adalah
mempertahankan fungsi ventilasi paru. Fraktur costa akan menimbulkan rasa nyeri,
yang mengganggu proses respirasi, disamping itu adanya komplikasi dan gangguan
lain yang menyertai memerlukan perhatian khusus dalam penanganan terhadap fraktur
ini. Pada anak fraktur costa sangat jarang dijumpai oleh karena costa pada anak masih
sangat lentur. (Mansjoer et al, 2000)
Fraktur pada iga (costae) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang / tulang
rawan yang disebabkan oleh ruda paksa pada spesifikasi lokasi pada tulang costa.
Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan
trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga
terutama pada iga IV-X (mayoritas terkena). (Handerson, M. A, 1992).
2. Epidemiologi
Di Indonesia angka kejadian trauma dan fraktur costae sangat tinggi terutama yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2010 korban kecelakaan yang
mengalami fraktur costae sebanyak 1200 kasus. Secara keseluruhan angka mortalitas
trauma costae adalah 10 %, dimana trauma costae menyebabkan satu dari empat
kematian karena trauma yang terjadi di Indonesia. Banyak penderita meninggal
setelah sampai di rumah sakit dan banyak kematian ini seharusnya dapat dicegah
dengan meningkatkan kemampuan diagnostik dan terapi. Kurang dari 10 % dari
trauma tumpul costae dan hanya 15 30 % dari trauma tembus costae yang
membutuhkan tindakan torakotomi.
3. Penyebab
Costa merupakan tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Oleh karena tulang ini
sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung, maka setiap ada
trauma dada akan memberikan trauma juga kepada costa. Fraktur costa dapat terjadi
dimana saja disepanjang costa tersebut.. Dari keduabelas pasang costa yang ada, tiga
costa pertama paling jarang mengalami fraktur hal ini disebabkan karena costa
tersebut sangat terlindung. Costa ke 4-9 paling banyak mengalami fraktur, karena
posisinya sangat terbuka dan memiliki pelindung yang sangat sedikit, sedangkan tiga
costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga jarang mengalami fraktur oleh karena sangat
mobil .Pada olahragawan biasanya lebih banyak dijumpai fraktur costa yang
undisplaced, oleh karena pada olahragawan otot intercostalnya sangat kuat sehingga
dapat mempertahankan fragmen costa yang ada pada tempatnya.
a. Trauma Tumpul
Fraktur pada costa dapat disebabkan oleh trauma akibat benturan keras dengan
benda tumpul, yang biasanya terjadi pada kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari
ketinggian dan tindak kekerasan.
b. Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa adalah luka
tusuk dan luka tembak.
c. Bukan Trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa selain trauma adalah terutama akibat
gerakan yang menimbulkan putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh
karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress fraktur, seperti pada
gerakan olahraga lempar martil, soft ball, tennis dan golf.
4. Patofisiologi
Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan, samping
ataupun dari arah belakang. Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan
trauma costa, tetapi dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada,
maka tidak semua trauma dada akan terjadi fraktur costa. Pada trauma langsung
dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada tempat traumanya. Pada
trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang diterimanya
melebihi batas toleransi dari kelenturan costa tersebut. Seperti pada kasus kecelakaan
dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada
sebelah depan dari angulus costa, dimana pada tempat tersebut merupakan bagian
yang paling lemah. Fraktur costa yang displace akan dapat mencederai jaringan
sekitarnya atau bahkan organ dibawahnya. Fraktur pada costa ke 4-9 dapat
mencederai arteri intercostalis, pleura visceralis, paru maupun jantung, sehingga dapat
mengakibatkan timbulnya hematotoraks, pneumotoraks ataupun laserasi jantung.
5. Klasifikasi
Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan:
a) Fraktur simple
b) Fraktur multiple
Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat dibedakan:
a) Fraktur segmental
b) Fraktur simple
c) Fraktur comminutif
Menurut letak fraktur dibedakan :
a) Superior (costa 1-3)
b) Median (costa 4-9)
letaknya berurutan.
6. Gejala Klinis
Nyeri tekan, crepitus dan deformitas dinding dada.
Adanya gerakan paradoksal.
Tandatanda insuffisiensi pernafasan : cyanosis, tachypnea.
Kadang akan tampak ketakutan dan cemas, karena saat bernafas bertambah
nyeri.
Korban bernafas dengan cepat, dangkal dan tersendat . Hal ini sebagai usaha
untuk membatasi gerakan dan mengurangi rasa nyeri.
Nyeri tajam pada daerah fraktur yang bertambah ketika bernafas dan batuk
Mungkin terjadi luka terbuka diatas fraktur, dan dari luka ini dapat terdengar
seperti suara udara yang dihisap masuk ke dalam rongga dada.
Gejala-gejala perdarahan dalam dan syok.
7. Pemeriksaan Fisik
Kondisi lokal pada dinding dadanya seperti adanya plester, deformitas dan asimetris,
kita perlu juga memeriksa fisik secara keseluruhan yang berkaitan dengan
kemungkinan adanya komplikasi akibat adanya fraktur costa sendiri maupun penyakit
penyerta yang kadang ada. Adanya fraktur costa ke 1-2 yang merupakan costa yang
terlindung oleh sendi bahu, otot leher bagian bawah dan clavicula, mempunyai makna
bahwa fraktur tersebut biasanya diakibatkan oleh trauma langsung dengan energi yang
hebat. Pada fraktur daerah ini perlu dipikirkan kemungkinan adanya komplikasi
berupa cidera terhadap vasa dan saraf yang melewati apertura superior.
Pemisahan costocondral memiliki mekanisme trauma seperti pada fraktur costa.
Pemisahan costocondral atau dislokasi pada artikulasi antara parsosea dengan
parscartilago akan menimbulkan gejala yang sama dengan fraktur costa, dengan nyeri
yang terlokalisir pada batas costocondral, apabila terdapat dislokasi secara komplit
akan teraba defek oleh karena ujung parsoseanya akan lebih menonjol dibandingkan
dengan parscartilagonya.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Rontgen toraks anteroposterior dan lateral dapat membantu mendiagnosis
adanya hematotoraks dan pneumotoraks ataupun contusio pulmonum.
Pemeriksaan ini akan dapat mengetahui jenis, letak fraktur costaenya.
untuk
memperbaiki
jalan
IV.