KEBUNTINGAN
KELOMPOK 6
RULLY AGUNG NUGRAHA
200110130242
ABDUL RAHMAN
200110130249
ALDILLA RIFQI M
200110130250
200110130273
INDRA PERMANA
200110130274
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebuntingan adalah keadaan dimana anak sedang
berkembang didalam uterus seekor hewan betina. Suatu
interval waktu, yang disebut periode kebuntingan (gestasi)
terentang dari saat pembuahan (fertilisasi) ovum sampai
lahirnya anak. Hal ini mencakup fertilisasi atau persatuan
antara ovum dan sperma. Selama periode ini sel sel
tunggal membagi diri dan berkembang menjadi induvidu
yang sempurna..
Ketahanan kebuntingan pada hewan dan diakhirnya
dengan
kelahiran
sebagian
besar
dipengaruhi
oleh
mengakibatkan
menjelaskan
mekanisme
mengenai
hormonal
keguguran.
proses
dan
cara
Makalah
ini
kebuntingan
untuk
akan
beserta
mendeteksi
proses
A. Kebuntingan
Periode kebuntingan adalah periode dari fertilisasi atau
konsepsi sampai partus atau kelahiran individu muda. Selama
periode ini sel-sel tunggal membelah dan berkembang menjadi
organisasi yang lebih tinggi yaitu individu. Tingkat kematian
periode ini, yaitu ovum, embrio, maupun fetus lebih tinggi
dibanding setelah individu lahir. Keluarnya fetus atau embrio
yang mati dan yang ukurannya dapat dikenali disebut abortus.
Keluarnya fetus yang hidup dan pada waktunya disebut lahir.
Keluarnya fetus yang mati pada saat partus pada babi dan
hewan lain disebut stillbirths. Lahirnya individu baru sebelum
waktunya disebut prematur.
Berdasarkan ukuran individu dan perkembangan jaringan
serta organ, periode kebuntingan dibedakan atas tiga bagian
yaitu:
1. Periode ovum / blastula adalah periode yang dimulai dari
fertilisasi sampai terjadinya implantasi. Segera setelah terjadi
fertilisasi, ovum yang dibuahi akan mengalami pembelahan di
ampullary - isthnic junction menjadi morula. Pada sapi, masuknya
morula kedalam uterus terjadi pada hari ke 3-4 setelah fertilisasi,
5-8 pada anjing dan kucing dan 3 pada babi. Pada spesies
politokus, tidak menutup kemungkinan adanya migrasi embrio
diantara kornu. Pada unipara (sapi), jarang terjadi. Setelah hari
ke 8, blastosit mengalami pembesaran secara pesat, misalnya
pembentukan
amnion
dan
allantochorion
dan
paru-paru
dan
sistim
digesti.
Ductus
mullen
alat-alat
tubuh
bagian
dalam,
terbentuknya
kebuntingan
pada
sapi,
sedang
pada
kuda
Volume cairan
: 40-200 ml,
Anjing
dan kucing: 8-30 ml. Sumber cairan amnion , epitel amnion dan
urine fetus (awalnya), air ludah dan sekresi nasopharynk. Cairan
ini membantu kelahiran karena licin seperti lendir.
c. Alantois
Terbentuk
pada
minggu
kedua
dan
ketiga
masa
kuda:
8000-18000 ml, kambing dan domba: 500-1500 ml, babi: 100200 ml, kucing:3-15 ml, anjing: 10-50 ml. Cairan allantois berasal
dan epitel allantois.
d. Korion atau tropoblas
Terbentuk
tropoblas
karena
(korion).
fusi
Sangat
lapisan
kaya
luar
allantois
pembuluh
darah
dengan
yang
Plasenta
Pada permulaan periode embrio, kantong kuning telur dan
korion-amniotik berfungsi sebagai plasenta pnimitif, dimana zatzat makanan diabsorbsi dan sekresi uterus. Selama bulan
pertama/
lebih
kebuntingan
Blastosyt
bertaut
dengan
disebut
juga
kotiledon
dan
Plasenta
induk
zat-zat
yang
diperlukan
fetus,
Menghasilkan
sepanjang
komu.
Pada
sapi,
mempunyai
75-120
kambing
cekung.
Diantara
karunkula
disebut
Mukosa
vagina
pucat
dan
likat
kering
selama
ruang
abdomen.
Pada
ruminansia
uterus
bunting
menjelang
partus
yaitu
punggungnya
mengarah
punggung induk.
B. Mekanisme Hormonal
Progesteron
mempunyai
peran
dominan
selama
awal
kebuntingan,
maka
kebuntingan
tersebut
akan
tinggi
progesteron,
menurunkan
tonus
menghentikan
siklus
estrus
dengan
mencegah
dapat
mengakomodir
perkembangan
fetus.
Relaxin
untuk
plasenta
juga
sintesa
susu
sepertinya
setelah
kelahiran.
mempunyai
peran
Laktogen
dalam
lainnya,
hingga
siklus
berahi
hewan
terganggu.
untuk
meraba
pembesaran
yang
terjadi
selama
yang dikenal cukup akurat dan cepat ini juga relative murah.
Namun demikian dibutuhkan pengalaman dan training bagi
petugas yang melakukannya, sehingga dapat tepat dalam
mendiagnosa.
Teknik
ini
baru
dapat
dilakukan
pada
usia
Ultrasonograf
Ultrasonography merupakan alat yang cukup modern,
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebuntingan pada
ternak
secara
dini.
Alat
ini
menggunakan
probe
untuk
ke
osciloscope.
dalam
energi
Prinsip
dasar
ke transducer
elektrik
dan
diagnostik
kemudian
diidsplay
secara
pada
fisik
dari
Diagnosa Imunologik
Teknik
Imunologik
untuk
diagnosa
kebuntingan
Pregnancy
Not
Specific,
perubahan-perubahan
selama
efek
yang
menguntungakan
dari
pengeluaran
oleh
kehadiran
molekul-molekul
yang
dapat
stage),
ditemukan
pada
kemudian
babi,
dilaporkan
domba
dan
ditemukan
sapi.
EPF
pula
bersifat
bioassay,
berdasarkan
formasi
inhibitornya.
berdasarkan
bPSPB
ini
lebih
akurat
dari
pada
RIA
Progesteron
Progesteron dapat digunakan sebagai test kebuntingan
karena CL hadir selama awal kebuntingan pada semua spesies
ternak. Level progesteron dapat diukur dalam cairan biologis
seperti darah dan susu , kadarnya menurun pada hewan yang
tidak bunting. Progesteron rendah pada saat tidak bunting dan
tinggi pada hewan yang bunting. Test pada susu lebih dianjurkan
dari pada test pada darah, karena kadar progesteron lebih tinggi
dalam susu daripada dalam plasma darah. Lagi pula sample susu
mudah didapat saat memerah tanpa menimbulkan stress pada
ternaknya. Sample susu ditest menggunakan radio immuno
assay (RIA). Sample ini dikoleksi pada hari ke 22 24 setelah
inseminasi.
Teknik koleksi sample bervariasi namun lebih banyak
diambil dari pemerahan sore hari. Bahan preservasi seperti
potasium dichromate atau mercuris chloride ditambahkan untuk
menghindari
susu
menjadi
basi
selama
transportasi
ke
fasilitas
laboratorium
dan
hasilnya
harus
lain
karena
keamanan
penanganan
dan
disposal
dari
pada
kebuntingan
dan
dapat
rendah
karena
corpus
luteum
persisten
(CLP)
hormon
baik
estrone
sulphate
maupun
eCG
dapat
hari
ke
40
kebuntingan.
mengeluarkan
sejumlah
Karena
besar
fetus
estrone
yang
sulphate
berkembang
ke
dalam
BAB IV
KESIMPULAN
sampai
partus
atau
kelahiran
individu
muda.
alat-alat
tubuh
bagian
dalam,
terbentuknya
DAFTAR PUSTAKA
Reproduction
and
Obstetrics.
London
W.B.Sounders.
Engeland,
I.V.;Ropstad,E.;Andresen,
O.
And
Eik,L.O.
1997.
Animals.
7ed.
Lippincott
Williams
&
Wilkins.
Philadelphia.
Kaul V. and Prakash, B.S. 1994. Accuracy of pregnancy/no
pregnancy diagnosis in zebu and crossbred cattle and
Murrah buffaloes by milk progesterone determination post
insemination. Trop. Anim. Health Prod. 26 : 187 192
Mialon, M.M.; Renand, G.; Camous, S.; Martal, J. and Menissier, F.
1994. Detection of pregnancy by radioimmunoassay of a
pregnancy srum protein (PSP60) in cattle.eprod. Nutr. Dev.
1994;34: 65 72.
and
Hamilton,W.C.