BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di laboratorium
dental dengan menggunakan model cetakan gigi yang dipreparasi
kemudian disemenkan pada gigi. Umumnya restorasi ini membutuhkan
kunjungan berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga lebih
mahal untuk pasien (Sari, 2006).
Berdasarkan kepustakaan Inggris, restorasi rigid terdiri dari inlay,
onlay, dan crown/ mahkota. Inlay adalah tumpatan rigid yang ditumpatkan
di kavitas diantara tonjol gigi/ cusp, sedangkan onlay merupakan
rekonstruksi gigi yang lebih luas meliputi satu atau lebih tonjol gigi/ cusp.
Crown/ mahkota adalah penggantian sebagian atau seluruh mahkota klinis
yang disemenkan. (Putri Sari H. USU. 2006: 1) Pilihan bahan restorasi
rigid antara lain logam tuang, porselen, porselen fuse to metal, resin
komposit, dan kombinasi keduanya. Logam merupakan bahan restorasi
rigid dengan kekuatan tensil yang besar, yang membutuhkan preparasi
kavitas yang luas dan bevel sebagai retensi, tetapi memiliki masalah
estetik. Sedangkan porselen merupakan bahan restorasi rigid estetik yang
paling unggul dengan kekuatan kompresif yang tinggi. Porselen
mebutuhkan biaya besar biasanya, dua sampai tiga kali lebih mahal dari
restorasi rigid logam atau komposit plastis selain waktu pembuatan di
laboratorium (Sari, 2006)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu restorasi crown?
2. Apa saja macam-macam restorasi crown?
3. Bagaimana teknik preparasinya?
4. Apa saja syarat-syarat preparasi?
1.3
Tujuan
1. untuk mengetahui restorasi crown
1
2. untuk mengetahui macam-macam restorasi
crown
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Restorasi Rigid
Restorasi
merupakan
perawatan
untuk
mengembalikan
strukturanatomi dan fungsi pada gigi, yang disebabkan karies, fraktur, atrisi,
abrasidan erosi. Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak
dipakai dibidang kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk
memperbaiki dan merestorasi gigi yang rusak atau mengganti gigi yang
hilang, sehingga dapat mengembalikan fungsi kunyah, fungsi bicara, dan
fungsi estetika gigi tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang kedokteran gigi telah menemukan teknik dan bahan untuk
restorasi
yang
dibuat
di
laboratorium
dental
dengan
Mahkota jaket dan jembatan adalah suatu restorasi yang meliputi seluruh
permukaan gigi anterior, dan ibuat dari bahan akrilik atau porselen sesuai
dengan warna gigi. Crown dan Bridge digunakan untuk menggantikan satu
atau lebih gigi yang hilang, baik secara fungsional maupun estetik. Gigi
pada kedua celah gigi yang hilang di preparasi untuk dibuatkan mahkota
tiruan dan dicetak secara akurat, kemudian hasil cetakan dikirim ke
laboratorium gigi. C&B akan dilekatkan pada gigi dengan bahan
sementasi.
Indikasi :
a. Gigi anterior yang fraktur.
b. Kasus perubahan warna gigi, hipoplasi aenamel, atau dekalsifikasi.
c. Kasus perubahan bentuk gigi, atrisi, atau rotasi gigi yang terbatas.
d. Menutup diastema yang terbatas. Sebagai retainer suatu jembatan
Kontraindikasi :
a. Mahkota klinis yang terlalu pendek dan tidak mempunyai cingulum.
b. Pada gigitan anterior yang dalam (deep bite).
c. Kerusakan gigi sedemikian rupa. Gigi non-vital dengan perubahan
warna yang sangat gelap.
Tahap Preparasi
a. Preparasi mahkota
Preparasi mahkota jaket meliputi pembuangan jaringan gigi secukupnya
yang ditujukan untuk kekuatan dan estetik. Preparasi tidak merusak
jaringan pulpa dan juga harus mendukung retensi dari mahkota jaket.
10
Preparasi harus landai dan dengan sudut tidak tajam. Ada beberapa
macam finishing line :
butt joint
chamfer
taper
: mahkota jaket
diamond
bentuk
tappered
diletakkan
dipertengahan
11
12
13
14
Mahkota pasak yang terbuat dari porselen dengan facing dari porselen dan
backing logam. Digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan besar,
misalnya GTC dengan empat insisivus hilang
3. Porselen jaket crown dengan dowell crown
Untuk gigi anterior dimana sebagian mahkota klinis masih utuh, tetapi
sudah tidak cukup kuat untuk menahan tekanan daya kunyah
4. Akrilik crown
Restorasi pada gigi anterior dimana gigi anterior dalam keadaan berjejal,
sehingga sulit untuk menetukan lebar mesio distal gigi tersebut.
Syarat keberhasilan mahkota pasak :
Untuk keberhasilan suatu mahkota pasak, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pengisian saluran akar yang lengkap, hermetis, sampai ke ujung akar
2. Pada akar tidak boleh terdapat peradangan periapikal
3. Jaringan pendukung harus dalam keadaan sehat. Tidak terdapat resorbsi
tulang alveolar baik vertikal maupun horizontal
4. Jaringan akar masih padat, keras dan dinding saluran akar cukup tebal
5. Posisi gigi lawan dalam segala kedudukan rahang bawah menyediakan
tempat yang cukup bagi inti dan mahkota jaket
6. Pada gigi yang mengalami apikoektomi rasio panjang akar dengan dowel
crown harus seimbang
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan post crown :
1. Pengisian saluran akar
a. Harus hermetis sampai keujung akar
b. Pengisian paling baik dengan gitapercha point setelah satu bulan
kontrol dan tidak terdapat tanda-tanda peradangan
c. Tidak terdapat peradangan periapikal seperti tidak ada abses,
granuloma, kista maupun over filling
d. Metode pengisian dengan sectional methode. Metode lain boleh
dilakukan dengan rotary instrumen tetapi menggunakan pesoreamers,
bur drill dengan putaran rendah, alat plugger yang dipanaskan
2. Keadaan mahkota gigi harus sesuai dengan indikasi
3. Keadaan oklusal
15
Apabila terdapat cervikal bite, close bite,. Ketebalan gigi dalam arah labiolingual kurang ini menjadi indikasi untuk pembuatan mahkota jenis
Richmond crown.
Tahap Preparasi :
1. Preparasi bagian mahkota:
a. Dilakukan preparasi tonggak seperti pada prinsip preparasi tonggak
mahkota jaket, hanya saja disesuaikan dengan sisa jaringan gigi yang
tertinggal.
b. Tumpatan sementara pada mahkota diambil, kemudian dipreparasi intra
korona harus diingat tidak ada undercut.
c. Cavosurface dibuat contrabevel supaya hubungan tepi antara inti dan gigi
baik.
2. Preparasi bagian saluran akar:
Pengambilan guta perca dapat dilakukan dengan cara:
a. Konvensional
Dengan instrumen putar, putaran rendah menggunakan bur drill
bentuk bulat dengan diameter lebih kecil danpada diameter orifice (1 - 1,2
mm).
b. Dengan instrumen tangan
Yaitu dengan root canal plugger yang dipanaskan untuk mengambil
guta perca sepanjang pasak yang dikehendaki
c. Kombinasi.
Pengambilan guta perca dengan plugger kemudian dilanjutkan dengan
gates glidden drill dan peeso reamer sepanjang pasak yang dikehendaki.
Retensi Mahkota Pasak :
1. Panjang pasak : panjang pasak yang masuk saluran akar tidak boleh
kurang dan setengah jarak puncak alveoler ke apeks.
2. Kesejajaran (Taper/Paralel)
16
dengan
akuades
dan dipadatkan
dengan
sonde
yang
17
a. pilih mahkota akrilik yang sudah jadi dengan ukuran,bentuk dan warna yang
sesuai dengan gigi aslinya dan dicobakan untuk mengecek ketepatan
kontaknya di daerah gingival.
b. setelah selesai cpba suatu endopost atau file terakhir untuk preparasi guna
ruang pasaknya. Ujung korona dipotong sehingga ada bagian yang dapat
masuk ke dalam mahkota buatan. Jika digunakan endopost harus ditakik
untuk membuat undercut dan terjadi ikatan mekanis dengan akrilik.
c. sediakan adukan akrilik yang cepat mengeras, dimasukkan kedalam mahkota
buatan dan tekan ke dalam pasak dan gigi ditekan dengan tekanan ringan.
d. pada waktu akrilik dalam proses setting, buang kelebihan akrilik selagi lunak
dengan sonde.
e. jika telah setting, lepaskan mahkota dan pasaknya secara bersama-sama,
dibentuk dan mahkota dipoles
f. coba mahkota dan pasak ke dalam gigi dan sesuaikan dengan oklusi gigi
antagonisnnya
g. pasang mahkota sementara dengan semen sementara.
Pemasangan Mahkota Pasak :
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan atau try in
mahkota pasak antara lain :
a. estetik
warna dari post crown harus sesuai dengan gigi asli yang ada dalam
rongga mulut. Bentuk dan ukuran harus disesuaikan dengan anatomi gigi
b. oklusi
tidak boleh terjadi prematur kontak yang akan mengakibatkan trauma
oklusi. Untuk mengetahuinya digunakan kertas artikulasi, adanya teraan
yang lebih tebal menunjukkan terjadinya traumatik oklusi.
c. Adaptasi
Terutama keakuratan atau kerapatan pinggiran servikal antara tepi
mahkota jaket dengan bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak,
pinggiran mahkota tidak boleh menekan gusi (overhang), karena kelebihan
18
mahkota
dapat
menjadi
tempat
tertimbunnya
plak
yang
akan
19
e)
f)
Gigi ada yang di rawat akan terasa sedikit sensitif karena trauma yang
telah terjadi sewaktu prosedur.
20
Kontraindikasi
Restorasi PFM tidak diindikasikan, antara lain, adalah sebagai berikut :
a. Resiko kerusakan pulpa tinggi, biasanya pada usia muda dibawah
18 tahun.
b. Pasien dengan tekanan pengunyahan yang ekstrem.
c. Adanya kebiasaan bruksism dan kliking.
d. Adanya riwayat alergi terhadap metal pada logam tuang.
Keuntungan PFM adalah :
21
2.
3.
4.
5.
Kontraindikasi :
1.
2.
Usia muda
3.
Kelebihan :
1. Murah
2. kekuatan tarik dan kekuatan tekan besar
3. tidak mudah retak.
Kekurangan:
1. estetika kurang karena tidak sewarna dengan gigi
22
BAB III
KONSEP MAPPING
Pemeriksaan
23
Diagnosa
Rencana
Perawatan
Mahkot
a Pasak
Mahkota
Selubun
g
Full
Cast
Crown
Mahkot
a Pigura
Indikasi dan
Kontraindikasi
Tahap Perawatan
Instruksi Paska
Perawatan
BAB23
IV
PEMBAHASAN
24
BAB V
PENUTUP
24
5.1
Kesimpulan
Macam-macam restorasi crown adalah mahkota pasak, mahkota pigura,
full cast crown, mahkota jaket. Crown merupakan onlay yang
menggantikan keseluruhan permukaan gigi. Indikasi dari restorasi ini
tergantung dari luasnya karies, struktur jaringan gigi yang tinggal,
25
kebersihan rongga mulut. Restorasi ini dilakukan pada gigi yang telah
mengalami perawatan endodontik baik pada gigi anterior maupun
posterior. Pada perawatan endodontik, seluruh jaringan yang ada pada
ruang pulpa dan saluran akar dibuang dan diganti dengan bahan atau obat
pengisi saluran akar. Bahan pengisi ini tidak cukup kuat untuk menahan
tekanan yang datang dari gigi lawan pada proses pengunyahan. Untuk itu
diperlukan kekuatan dalam ruang pulpa dan saluran akar yang sama
dengan kekuatan yang datang dari luar sehingga tidak terjadi fraktur
karena gigi dapat menahan tekanan. Terdapat perbedaan kekuatan
resistensi pada gigi yang telah dirawat endodontik tetapi tidak dibuatkan
pasak dimana gigi yang dibuatkan pasak inti lebih bisa bertahan terhadap
fraktur dibandingkan gigi yang tidak dibuatkan pasak inti
5.2
Saran
Diharapkan kepada mahasiswa fakultas kedokteran gigi dapat memahami
mengenai pokok bahsan tentang Restorasi crown.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan
Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.
26
26
RESTORASI CROWN
27
Oleh:
INDAH PURNAMAWATI 10610018
28
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
tugas makalah dengan judul Restorasi Rigid tanpa halangan suatu apapun.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar
-besarnya kepada :
1
drg. Endah sebagai dosen Pembimbing makalah yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian makalah.
Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu
persatu karena keterbatasan hal.
kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila
diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan
pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
pada umumnya.
Hormat Saya
Penulis
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL........................................................................................
29
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................
Latar Belakang.......................................................................
Rumusan Masalah..................................................................
Tujuan....................................................................................
Hipotesa.................................................................................
19
BAB III
KONSEP MAPPING......................................................................
23
BAB IV
PEMBAHASAN ...........................................................................
24
BAB V
25
25
25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
26
BAB II
iii