TINJAUAN PUSTAKA
Definisi abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin cukup berkembang untuk dapat
hidup diluar kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang didasarkan pada tanggal hari
pertama menstruasi terakhir dengan berat janin kurang dari 500 gram. (10)
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin terkecil, yang dilaporkan dapat hidup diluar
kandungan, mempunyai berat badan 297 gr waktu lahir. Akan tetapi jarangnya janin dilahirkan
dengan berat badan di bawah 500gram dapat terus hidup, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai 500 gram atau kurang dari 20 minggu.(13)
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan
hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram.
Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada ibu yang sedang hamil. Dengan
adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis.
Yang pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG
menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus
karena kematian
janin, di mana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau
Aborsi bisa dilakukan oleh seorang wanita hamil dengan berbagai alasan. Tetapi alasan yang
paling utama adalah alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan atau sengaja).
Alasan-alasan dilakukannya aborsi seperti: tidak ingin memiliki anak karena khawatir
mengganggu karir, sekolah ataupun tanggung jawab lainnya; tidak memiliki cukup uang untuk
Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang hamil di
luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Kebanyakan kasus aborsi adalah
karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri termasuk takut tidak mampu
Tabel 2.1
Hubungan Lama Kehamilan dengan Berat Anak
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
• Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
• Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dario ostium.
c. Pemeriksaan dalam : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi,
Pada banyak kasus, pemeriksaan serum untuk kehamilan sangat berguna. Pemeriksaan
laboratorium paling sedikit harus meliputi biakan dan uji kepekaan mukosa serviks atau darah
(untuk mengidentifikasi pathogen pada infeksi) dan pemeriksaan darah lengkap. Analisis genetik
• Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
Abortus dapat dibagi atas dua golongan. Menurut terjadinya dibedakan atas:
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan
tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah.
Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis (9)
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa obat-obatan atau secara otomatis
Abortus tingkat permulaan, dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
Diagnosis abortus iminens ditentukkan karena pada ibu hamil terjadi perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar
tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada ibu hamil dapat
terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan.
Hal ini disebabkan oleh villi korealis ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan
implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules.
Dalam hal ini, keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat- obat hormonal
dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka
perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-
b. Abortus insipiens
Abortus yang sedang berlangsung dan mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium
uteri telah membuka, ketuban yang teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri,
kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Perdarahan yang terjadi kadang dapat menyebabkan
kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi, sehingga evakuasi
harus segera dilakukan. Ciri dari abortus ini adalah perdarahan pervaginam, dengan kontraksi
Jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta. Perdarahan biasanya terus berlangsung,banyak dan membahayakan ibu. Sering serviks
tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus
alienum). Oleh karena itu, uterus akan terus berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi sehigga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat abortus insipiens. Ciri dari abortus
ini adalah perdarahan yang banyak, disertai kontraksi,serviks terbuka, sebagian jaringan keluar(3)
d. Abortus komplit
Artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim
kosong. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus
mengalami involusi. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dan lengkap. Ciri dari abortus ini adalah perdarahan
pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam
uterus.(9)
e. Missed abortion
Abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20
minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu
atau lebih. Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah
fetus mati, bisa diresorbsi kembali sehingga hilang, bisa terjadi mengering dan menipis yang
disebut fetus papyraceus, atau bisa jadi mola karnosa dimana fetus yang sudah mati 1 minggu
f. Abortus habitualis
Keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Penyebab abortus habiatualis
lebih dari satu (multipel) dan sering terdapat lebih dari satu factor yang terlibat. Kesehatan
umum yang jelek,penyakit atau infeksi kronis, ansietas, inkompeten serviks dan gangguan
hormonal semuanya ini merupakan unsur penyebab yang biasa menimbulkan abortus habitualis.
Ibu yang mengalami peristiwa tersebut, umunya tidak mendapat kesulitan untuk menjadi hamil,
akan tetapi kehamilannya tidak dapat berlangsung terus dan terhenti sebelum waktunya, biasanya
- Gangguan fungsi endometrium, yang menyebabkan gangguan implantasi ovum yang dibuahi
- kelainan antomik pada uterus yang dapat menghalangi bekembangnya janin di dalamnya
dengan sempurna.(14)
g. Abortus febrilis
Abortus inkomplit dan abortus insipiens yang disertai infeksi. Manifestai klinik ditandai
dengan adanya demam, lochia yang berbau busuk, nyeri diatas symphisis atau diperut bawah,
abdomen kembung atau tegang sebagai tanda peritonitis. Abortus ini dapat menimbulkan syok
endotoksin (3).
Abortus kriminalis masih menjadi penyebab infeksi yang paling serius karena tidak dilakukan
secara aseptik. Faktor lain yang terlibat adalah keberadaan produk pembuahan, yaitu jaringan
plasenta yang mati didalam rahim. Infeksi dapat menyerang endometium dan menyebar ke
bagian lain secara langsung atau tidak langsung untuk menyebabkan peritonitis, salpingitis dan
septikemia.(9)
Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedang abortus septik
adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah
atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Umunya pada abortus infeksius infeksi terbatas pada
desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba,
parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum
Abortus provokatus (induksi abortus) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis
yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
b. Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh
tenaga tradisional.(1)
2.5 Etiologi
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului
oleh kematian janin. Pada kehamilan muda abortus tidak jarang di dahului oleh kematian
mudigah. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin keluarkan dalam keadaan masih
hidup. (3,13)
Mekanisme pasti yang menyebabkan abortus tidak selalu jelas, tetapi pada bulan-bulan awal
kehamilan, ekspulsi ovum secara spontan hampir selalu didahului oleh kematian mudigah atau
janin. Karena itu, pertimbangan etiologis pada abortus dini antara lain mencakup pemastian
kausa kematian janin (apabila mungkin). Pada bulan-bulan selanjutnya, janin belum sering
meninggal di dalam uterus sebelum ekspulsi, dan penyebab ekspulsi tersebut perlu adanya
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah pertumbuhan zigot, embrio, janin
atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yaitu:
a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atau kelainan
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini
setelah dikembangkannya teknik pembanding. Sebagian dari janin ini lahir hidup dengan
translokasi seimbang dan mungkin normal. Monosomi autosom sangat jarang dijumpai
dan tidak memungkinkan untuk hidup. Polisomi kromosom seks (47,XXX atau 47,XXY)
jarang dijumpai pada abortus tetapi relatif sering pada bayi lahir hidup. (15)
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.(13).
a. Infeksi, infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang berkembang, terutama
pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketahui penyebab
kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
penyakit mencakup infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada
vaksinasi terhadap penyakit cacar. Nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan
preparat sitoktik, akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat.
Pada awal kehamilan, penyakit kronik yang menyebabkan penyusutan tubuh misalnya
menyebabkan abortus di bawah 20 minggu, tetapi dapat menyebabkan kematian janin dan
pelahiran preterm.(15)
b. Kelainan endokrin, abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid dan defisiensi insulin. Penurunan sekresi
progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12
minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi
hormon.
Antigen)(3). Banyak perhatian ditujukan pada sistem imun sebagai faktor penting dalam
kematian janin berulang. Dua model patofisiologis utama yang berkembang adalah teori
autoimun (imunitas teradap tubuh sendiri) dan teori aloimun (imunitas terhadap orang
lain)(15).
d. Trauma, tetapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada ibu dengan riwayat
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera satelah trauma tersebut,
minggu ke 8
f. Kelainan uterus, abnormalitas uterus yang mengakibatkan kelainan kavum uteri atau
inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nyeri pada trimester kedua, atau
mungkin awal trimester ketiga, disertai prolaps atau menggembungnya selaput ketuban ke
dalam vagina, diikuti oleh pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin immatur. Apabila
tidak diterapi secara efektif, rangkaian ini akan berulang setiap kehamilan(15).
2.5.3 Faktor eksternal
a. Radiasi,dosis 10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat merusak janin
kecuali telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin, atau untuk
Siono,1980). Bagi ibu yang merokok lebih dari 14 batang perhari, resiko tersebut sekitar 2
- Alkohol, abortus dan anomali janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan. Abortus spontan bahkan meningkat apabila alkohol
- Kafein, konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari empat cangkir perhari tampaknya sedikit
dengan peningkatan jumlah. Kadar paraxantin (suatu metabolit kafein) dalam darah ibu
menyebabkan peningkatan dua kali lipat rsiko abortus spontan hanya apabila kadar
d. Sebab psikomatik
Stres dan emosi yang kuat diketahui dapat memprngaruhi fungsi uterus lewat sistem
dengan riwayat stres, dan biasanya juga mereka menyebutkan kehamilan yang berhasil baik
(pada ibu dengan riwayat stres berat setelah kecemasan dihilangkan. (16)
2.6 Komplikasi
Penyebab kematian kedua yang paling penting adalah perdarahan. Perdarahan dapat
disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cedera organ panggul atau usus. Perdarahan
dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian
transfusi darah.(dr enci) Kematian biasanya disebabkan oleh tidak tersedianya darah atau fasilitas
2.6.2 Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi.
Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
2.6.3 Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
(12,16)
2.6.4 Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora
normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif
enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas
enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus
infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non
Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena
2.7 Patogenesis
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti
dengan perdarahan kedalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan perubahan nekrotik pada
daerah implantasi, infiltrasi sel sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan pervaginam. Buah
kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam
rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi rahim dimulai, dan segera setelah itu terjadi
pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim(ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada
abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama 2 minggu sebelum perdarahan.
Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak jika talah terjadi
disebabkan sebelum minggu ke 10 vili korealis belum menanamkan diri dengan erat kedalam
desidua hingga telur mudah lepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh
dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong
amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum),
mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion). Apabila mudigah yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka janin dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus
dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap
dan dalam sisanya telah terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk
lain adalah mola tuberosa, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi, janin
mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak gepeng
(fetus kompressus). Dalam tingkat yang lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen
(fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadi maserasi, kulit
terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh janin
berwarna kemerahan.(16)
telah mengalami perkembangan fisik maupun psikis yang sangat pesat, dimana secara fisik
remaja telah menyamai orang dewasa, tetapi secara psikologis mereka belum matang.
Perkembangan fisik dan psikis menimbulkan kebingungan dikalangan remaja sehingga masa ini
disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drung dan akan membawah akibat yang tidak
sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan, serta kepribadian remaja. Lebih jelas, WHO
memberikan definisi tentang remaja secara lebih konseptual. Remaja adalah suatu masa dimana,
Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan psikologik dan
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif
lebih mandiri. Jelasnya remaja adalah suatu periode dengan permulaan dan masa perlangsungan
yang beragam, yang menandai berakhirnya masa anak dan merupakan masa diletakkannya dasar-
dasar menuju taraf kematangan. Perkembangan tersebut meliputi dimensi biologik, psikologik
dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan
percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif
Mengenahi umur masa remaja, ahli-ahli ilmu jiwa tidak mempunyai kata sepakat tentang
batasan umur yang jelas dan dapat disetujui bersama sebab dalam kenyataannya konsep remaja
ini baru mulai muncul pada abad ke-20. Menurut Powel, masa remaja digolongkan, pre
adolescence, mulai 10-20 tahun; awal adolescence 13-16 tahun, and akhir adolescence, 17-21
tahun. Sedang WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.
2.9 Karakteristik ibu
2.9.1 Usia
Umur ibu merupakan salah satu faktor risiko kematian akibat abortus. Semakin muda usia ibu
pada waktu melakukan tindakan, semakin besar risiko kematian yang dihadapi. Angka kematian
akibat tindakan aborsi yang tinggi di Amerika Latin ditemukan pada kelompok remaja,
Umur yang dianggap paling aman bagi seorang ibu unuk hamil dan bersalin adalah 20 – 30
tahun. Seorang ibu yang berumur lebih dari 35 tahun mungkin akan menghadapi risiko
Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia ibu. Dalam kurun
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Kematian maternal pada ibu hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali
lebih tinggi dari kematian maternal pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat
kembali setelah usia 30-35 tahun. Menurut Catanzarite dalam Maternal Newborn (1999),
menyatakan bahwa ibu usia lebih dari 30 tahun sering kali mengalami kondisi kesehatan yang
kronik (resiko tinggi). Tentu saja hal itu akan sangat berpengaruh jika ibu tersebut hamil. (7)
Resiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah
usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, ibu berusia lebih tua, lebih besar
kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal (Murphy,2000:9). Semakin lanjut
umur ibu, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur juga semakin kurang peka
terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia ibu, maka resiko terjadi abortus, makin
meningkat karena menurunnya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya resiko kejadian
kelainan kromosom (Samsulhadi,2003). Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin
Usia kehamilan dihitung berdasarkan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan rumus Neagle.
Stadium kehamilan ketika abortus dilakukan merupakan faktor risiko yang penting. Di Chili,
47% ibu-ibu yang melakukan aborsi pada usia kehamilan 3--5 bulan berakhir dengan perawatan
di rumah sakit. Sementara, yang dilakukan pada usia kehamilan satu bulan hanya 18% yang
pengguguran pada usia kehamilan sampai 8 minggu, 20 kali lebih rendah dari risiko kematian
persalinan normal. Pada aborsi yang ditolong oleh tenaga profesional pun, risiko kematiannya
Umumnya yang melakukan aborsi adalah para ibu yang belum menikah. Survei yang
dilakukan di sembilan negara Amerika Latin menemukan 18% komplikasi abortus terjadi pada
kelompok yang belum menikah. Di Korea dan Thailand, insiden aborsi di kalangan yang tidak
menikah sangat tinggi, umumnya terjadi di kalangan mahasiswa dan ibu pekerja. Di Subsahara
Afrika, abortus lebih sering dilakukan di kalangan ibu yang tidak menikah. Sebaliknya, di India
abortus umumnya dilakukan oleh para ibu yang telah menikah. Masalah yang sangat
pada bidang obstetrik adalah keluarga dengan pendidikan rendah. Maka resiko terjadinya abortus
juga meningkat karena implikasi kurangnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan
kehamilan, maupun adanya kemungkinan ibu dengan pendidikan rendah, melakukan pekerjaan
yang lebih berat dan memiliki status sosial yang lebih rendah. Sehingga kebutuhan nutrisi kurang
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada
paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa
jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum,
dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk
memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan
colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus
diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta
dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen atau
probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam
rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase .
(20,21)
- Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini
- Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik
peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil
konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum.
1) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
- Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
- Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik
atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
– Uterotonik pascaevakuasi
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau
sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda
utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16 minggu,
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam
setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis
dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
Penderita dengan abortus komplit tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila
penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari selama 2 minggu atau jika
anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah. Apabila 10 hari pascaabortus masih ada
mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui,
tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Missed abortion biasanya
didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau
setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi,
uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan
ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai berusia
kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
(25)
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu
segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah
kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin
yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu
diperhatikan karena tidak jarang ibu yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia
mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan. Dengan cara
• Antibiotika
• Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum
• Pada umur kehamilan <12 minggu lakukan pembukaan servik dengan gagang laminaria
• Bila TFU sampai 2 jari dibawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik
• Pemeriksaan umum
• Banyak istirahat
• Posisi fowler
• Uterotonika
• Pemberian antibiotik selama 24 jam iv dilanjutkan dengan evakuasi digital atau kuret
tumpul.
• Dalam 24 jam – 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi