I. Latar Belakang
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai tenaga kesehatan. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan
dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi
komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik
kedokteran/kedokteran gigi, perawat dan tenaga kesehatan lain.
Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,
dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis
dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien
merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut
bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.
Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang tidak bisa
diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan
masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan
keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam
mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien.
Begitu juga komunikasi antara dokter dengan profesi lain, dokter berkomunikasi secara
lisan harus jelas dan
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superiorinferior)
sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya
secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam
pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi
tidak efektif akan mengundang masalah.
II. Definisi
Pengertian komunikasi:
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain
melalui suatu cara (lisan, tulisan) tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa
yang dimaksud penyampai pikiran/informasi (komaruddin, 1994).
Pengertian proses komunikasi:
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dmaksud
oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh enerima pesan
dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003)
III. Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan buku ini adalah memberikan pengetahuan dan pedoman
bagi dokter/dokter gigi dan tenaga kesehatan lain mengenai cara berkomunikasi dengan
pasien dan atau keluarganya. Selain itu juga diharapkan dapat membantu dokter/dokter
gigi dan tenaga kesehatan lain dalam melakukan komunikasi secara efektif dengan
pasien/keluarganya, untuk dapat tercapainya pelayanan medis secara optimal. Selain itu
supaya pemberi informasi dan penerima informasi mendapat persepsi yang sama agar
tidak terjadi kesalahan dalam pelayanan.
berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan upan balik kepada
pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah.
Pada saat melakukan proses umpan balik diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:
o
Cara berbicara termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan
o
o
V.
-
Prinsip
Penerima informasi menjadi pendengar yang baik, bahasa komunikasi dapat dimengerti
pemberi informasi dengan penerima informasi. Apabila ada hambatan bahasa dalam
VI.
Seluruh staf rumah sakit (medis, non medis paramedik) harus memahami dan
menerapkan tata cara komunikasi yang baik dan efektif. Melaksanakan standar prosedur
operasional yang telah tetapkan.
VII.
Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi)
a. Komunikasi yang bersifat informasi asuhan didalam rumah sakit adalah:
- Jam pelayanan
- Pelayanan yang tersedia
- Cara mendapatkan pelayananSumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang
diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melibihi kemampuan rumah sakit
b. Komunikasi yang bersifat edukasi
- Edukasi tentang obat (pedoman pelayanan farmasi)
- Edukasi tentang penyakit (Pedoman pasien)
- Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari (pedoman pelayanan, pelayanan
-
fisiotherapi)
Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas
hidup setelah pulang dari rumah sakit ( pedoman pelayanan, pedoman gizi,
VIII.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya,
dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri.
Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau
apapun secara jelas dan detil.
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai materi
secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan, ingatkan
dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu melakukan
klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar,maupun klarifikasi terhadap hal-hal yang
masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan-pesan
kesehatan yang penting.
Langkah-langkah komunikasi efektif via telpon :
a.
b.
c.
d.
Memberikan salam
Penerima mendengarkan pesan yang disampaikan pemberi informasi
Penerima informasi mendokumentasikan semua informasi di kertas
Penerima informasi mengulang apa yang diinformasikan kepada pemberi informasi
IX.
mengkomunikasikan
masalah
dengan
jelas,
memberi
kesempatan
Back ground
sebelumnya
Cantumkan informasi klinis yang lain :
Tingkat kesadaran ________
Bunyi napas ____________
Warna kulit _____________
Urine output ____________
Ekstremitas ____________
Asessment
7 Panduan komunikasi efektif di Rumah Sakit Islam Pati
Recommendation
Apa yang anda inginkan dari dokter ?
Recommendations/Interventions:
- haruskah saya mulai dengan pemberian O2,I.V.dll.?
- apakah pasien perlu diperiksakan X-RAY, BGA, ECG
dan test yag lain?
- jam berapa dokter akan datang?
- apakah dokter akan konsul Dr. bedah/Dr. jantung
- apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?
dll.?
b) Pelimpahan wewenang dokter kepada perawat pemberian terapi, advist konsul ke
dokter spesialis lain.
c) Pemberian tambahan terapi via telpon yang berkaitan dengan kondisi pasien
c. Dokter
pasien
dokter
mencari
alternatif
untuk
mengatasi
permasalahannya.
Penjelasan tentang keadaan pasien, anjuran (diet, minum obat teratur, pemeriksaan
laboratorium, scan, rongten). Kontrol ulang, memperhatikan kegitan( menghindari kerja
berat, istirahat cukup).
-
situasinya.
Pasien mau bekerjasama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya
pengobatan dan perawatan kesehatannya.
Menjelaskan segala sesuatunya tindakan yang akan dilakukan oleh dokter dalam
upaya penyembuhan penyakitnya dituangkan dalam inform consent
Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya
mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat seperlunya,
melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua
pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi
dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan.
Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan
9 Panduan komunikasi efektif di Rumah Sakit Islam Pati
pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan
baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada
dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.
Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh
menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan
adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat
membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu
lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter
terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Atas dasar
kebutuhan pasien, dokter melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan
bersama pasien. Komunikasi efektif dokter-pasien adalah kondisi yang diharapkan
dalam pemberian pelayanan medis namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di
Indonesia belum disiapkan untuk melakukannya. Untuk itu dirasakan perlunya
memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi
dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting
dalam pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap
dalam hubungan dokter-pasien.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
o
o
o
o
o
o
perlu.
Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.
o
o
keputusan.
Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah
pihak.
Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
d. Apotek
Dokter
Apoteker/asisten apoteker mengkonfirmasikan dokter penulis resep terhadap hal-hal
yang kurang jelas (nama obat, aturan pakai, kemiripan nama obat dengan beda
khasiat, mengganti padanan obat apabila stok kosong)
e. Apotek
perawat
Apabila ada ketidakjelasan tentang aturan pemberian obat perawat mengkonfirmasikan
kepada apotek.
f. Apotek
pasien
Penyerahan obat-obatan pasien rawat jalan petugas memberikan konseling kepada
pasien sejelas jelasnya (aturan minum; signa, sebelum makan, sesudah makan
bersama makan, dikumurkan, dioleskan, dimasukan di dubur, inhalasi, lewat vagina,
sub cutan, diteteskan dll , efek samping obat)
g. Dokter
Ahli gizi
Dalam hal menentukan gizi pasien dokter bersama ahli gizi mendiskusikan kecukupan
nutrisi demi kesembuhan pasien
h. Perawat
pasien
Perawat menjelaskan kepada pasien tentang asuhan keperawatan
i. Laboratorium
perawat
Petugas laborat memberikan informasi kepada perawat hasil laborat apabila dibutuhkan
sesegera mungkin untuk keperluan pengobatan
j. Ahli Gizi
pasien
Ahli gizi memberikan konseling tentang kebutuhan asupan gizi ketika pasien dirawat
atau ketika pasien direncanakan rawat jalan untuk kesembuhan penyakitnya.
X.
Tahap cara menyampaikan informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap
asesmen pasien ditemukan:
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan
2. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara) maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan
keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi) maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dam menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
Tahap cara verifikasi bahwa pasien menerima dan memahami edukasi yang diberika:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien
baik dan senang maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali edukasi
yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah Dari materi edukasi yang telah
disampaikan kira-kira apa yang bapak/ibu bisa pelajari.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fsik maka verifikasi adalah dengan pihak keluarganya dengan
pertanyaan yang sama, Dari materi edukasi yang telah disampaikan kira-kira apa
bpk/ibu bisa pelajari?
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi ada hambatan
emosional (marah atau depresi) maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
dan
dipahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar
pasien setelah pasien tenang.
XI.
Penutup
Agar supaya keselamatan pasien selalu terjaga dengan baik oleh pemberi pelayan
kesehatan untuk itu sangatlah penting semua petugas medis dan petugas kesehatan
lain memahami cara komunikasi yang efektif yang kami susun dibuku panduan ini.
LAMPIRAN:
CONTOH SBAR
Bila anda pertelpon sebutkan identitas pasien tapi bila tidak, cukup menuliskan SBAR karena sudah ada stiker
pasien di integrated note
S . Pro operasi open prostat. Tgl. 18-10-2009 jam 12.00
B . Px. Dengan BPH. Dr.Widi Suhu 36.5 C , nadi 80x/menit, T. 130/80 , RR. 18 x/menit, SPO2 99 %, TB. 165 cm,
BB. 60 kg.
Sudah dikonsulkan ke Dr. ismet dapat terapi norvask 5mg 1-0-0 dan actrapid 3 x 14 iu sc