Anda di halaman 1dari 85

ISSN 2337-4705

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

Penggunaan Media Gambar sebagai Upaya


Meningkatkan Minat Belajar Siswa

Martiani Puji Dwi Dyahari

Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelaksanaan


Bimbingan Konseling di Sekolah Kejuruan

Lukitri Gutomo

Peningkatan Kemampuan Guru dalam


Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Melalui On The Job Training

Sukri

15

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi


Materi Pokok Struktur dan Fungsi Akar Melalui
Pembelajaran Model Problem Based Learning

Sri Wahyuni

23

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tata Busana


Menggambar Pola Dasar Pakaian Anak dengan
Metode Pemberian Pekerjaan Rumah

Indahwati

31

Peran Pengawas Sekolah dalam Meningkatkan


Kinerja Kepala Sekolah Melalui Pembinan
Berkelanjutan

Sumamik

39

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa


Indonesia Menggunakan Role Play Siswa MTs

Wasis Sunaryadi

45

Peningkatan Kinerja Guru Bahasa Indonesia


dalam Menyusun RPP Melalui Workshop di
Sekolah Binaan

Sudjarwo

53

Peningkatan Hasil Belajar dengan


Menggunakan Metode Pembelajaran SQ4R
Melalui Pendekatan Talking Stick

Djuweni

61

Efektivitas Penggunan Metode Pembelajaran


Taktis dan Drill untuk Meningkatkan
Keterampilan Passing Atas dan Passing Bawah
Permainan Bola Voli Siswa Kelas XI SMK

Karno

71

Penerbit Cerdas Ulet Kreatif

Jl. Manggis 72 Jember Lor Patrang


Jember Jawa Timur Kode Pos 68118
Telp. / Fax. 0331-422327 e-mail:info@cerdas.co.id

Cerdas Ulet Kreatif Publisher

SUSUNAN REDAKSI
Pemimpin Redaksi :
Anis Chandra Kristanti, S.Si.
Editor Pelaksana :
Ikhwanudin, M.Pd.
Penyunting (mitra bestari):
Dr. Syaad Patmanthara
Dr. Bambang Triono, M.M.
Tata Letak :
Dhega Febiharsa, S.ST.
Penerbit dan Percetakan :
CV. Cerdas Ulet Kreatif
Jl. Manggis 72 Jember Lor Patrang
Jember Jawa Timur Kode Pos 68118
Telp. / Fax. (0331) 422327
Isi di luar tanggungjawab percetakan

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

ISSN : 2337-4705

Penggunaan Media Gambar sebagai Upaya Meningkatkan Minat


Belajar Siswa
MARTIANI PUJI DWI DYAHARI
Strategy usage of picture media is a way of teaching where active pupil and teacher with, student assisted with
perception to presented pictures grouply, teacher enquire pupil look for answer, pupil tell new idea, and herewith teacher
aim to ask taught items. Relate to this research is problem of which follow to influence achievement learn the above, one of
them is factors coming from environment go to school and more specially again is the problem of selected strategy or
method and used by researcher in this case learn. On that account researcher try to use expected strategy can improve their
activity in following process learn to Iesson of PKN that is by using picture media, by using media draw student get real
picture about event of nation history and can improve enthusiasm in following Iesson of PKn.

Keywords: picture media, learning enthusiasm

bangkit pemikirannya untuk mau bertanya, selama

Pendahuluan
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam
peningkatan pendidikan, misalnya faktor dari guru
sendiri dalam menggunakan strategi pembelajaran,
minat siswa, intelegensi, faktor keluarga, motivasi
dan

prestasi

siswa,

faktor

yang

datang

dari

lingkungan sekolah dan sebagainya. Dari beberapa


faktor tersebut yang peneliti menggaris bawahi
masalah penggunaan strategi dalam proses belajar
mengajar.
Di dalam kegiatan pembelajaran ada beberapa
metode atau strategi diantaranya metode ceramah,
metode diskusi, metode tanya jawab, metode
pemberian tugas, metode inquire dan dalam proses
belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar
siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Di sini
peneliti dalam kegiatan pembelajaran PKn mencoba
menggunakan strategi penggunaan media gambar
untuk meningkatkan keaktifan, respon dan motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena seorang
siswa jika mendengar ceramah terus menerus akan
mengantuk dan bosan lama kelamaan perhatiannya
menurun, apalagi apabila sipenceramah atau guru
suara dan ucapan kata-katanya tidak menarik. Untuk
menciptakan kehidupan interaksi proses belajar
mengajar perlu seorang guru selalu mengadakan
inovasi pembelajaran secara

berkesinambungan.

Teknik penggunaan media gambar ialah suatu teknik


untuk memberikan motivasi pada siswa agar siswa

mendengarkan pelajaran atau guru yang mengajukan


pertanyaan-pertanyaan.
Strategi penggunaan media gambar adalah
suatu cara mengajar dimana guru dan murid aktif
bersama, siswa dibantu dengan pengamatan terhadap
gambar-gambar yang disajikan secara kelompok,
guru bertanya murid mencari jawaban, murid
mengemukakan ide baru, dan dengan ini guru
bertujuan

menanyakan

materi

yang

diajarkan.

Dengan menggunakan media gambar ini bertujuan


untuk meningkatkan prestasi belajar PKn.
Berkaitan dengan penelitian ini masalah yang
ikut mempengaruhi prestasi belajar tersebut diatas,
salah satunya adalah faktor-faktor yang berasal dari
lingkungan sekolah dan yang lebih khususnya lagi
adalah masalah metode atau strategi yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam hal ini guru.
Oleh

sebab

itu

peneliti

mencoba

menggunakan suatu Strategi yang diharapkan dapat


meningkatkan keaktifan dalam mengikuti proses
belajar

terhadap

pelajaran PKn

yaitu

dengan

menggunakan media gambar, dengan menggunakan


media gambar siswa mendapat gambaran yang nyata
tentang

peristiwa

sejarah

bangsa

dan

dapat

meningkatkan minat dalam mengikuti pelajaran PKn.


Sejalan dengan rumusan masalah tersebut,
maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk
mengetahui proses pembelajaran PKn

dengan

menggunakan media gambar, 2) Untuk mengetahui

Martiani Puji Dwi Dyahari

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

respon murid terhadap penggunaan media gambar,

proses belajar mengajar di kelas, Brown (1971)

dan 3) Untuk mengetahui media gambar tersebut

mengemukakan ada delapan ciri, yaitu sebagai

dapat meningkatkan minat sekaligus prestasi belajar

berikut : (1) Tertarik pada guru artinya tidak bersikap

siswa Kelas VII-H di SMP Negeri 8 Blitar.

acuh tak acuh, (2) Tertarik pada mata pelajaran yang


diajarkan, (3) Antusias tinggi, serta mengendalikan
perhatian dan energinya kepada kegiatan belajar, (4)

Media Pembelajaran
Pembelajaran dengan menggunakan media
gambar dipilih karena dapat merubah perilaku minat
siswa

dalam

belajar

PKn.

Siswa

dapat

mengembangkan pemikirannya serta berimajinasi


lebih leluasa sehingga apa yang diterima dalam
pelajaran tidak menjadi angan-angan belaka.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran di
kelas, media adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan
yang berisi tujuan pembelajaran sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat dan
ketertarikan siswa sehingga terjadi proses belajar.
Dalam hal ini media yang digunakan adalah gambar
sekitar peristiwa proklamasi kemerdekaan Negara
Republik Indonesia.
Pendayagunaan sumber belajar yang berupa
gambar diharapkan dapat melengkapi, memelihara
dan memperkaya khasanah belajar karena dengan
menggunakan gambar siswa dapat lebih kreatif dan
lebih aktif dalam menerima pelajaran PKn sehingga
dapat menguntungkan bagi guru maupun peserta
didik (prestasi belajar meningkat).

Ingin selalu bergabung dalam suatu kelompok kelas,


(5) Ingin identitas diri diakui orang lain, (6) Tindakan
dan kebiasaannya, serta moralnya selalu Dalam
kontrol diri, (7) Selalu mengingat pelajaran dan
selalu mempelajarinya kembali di rumah, dan (8)
Selalu terkontrol oleh lingkungan.
Kurangnya motivasi belajar siswa telah lama
menjadi bahan pimikiran para guru, terutama untuk
pelajaran PKn. Pada pembelajaran PKn, umumnya
siswa kurang bergairah, kurang semangat, dan
kurang

siap

dalam

menerima

pelajaran.

Ketidaksiapan siswa tersebut akan berpengaruh


dalam

proses

belajar

mengajar,

karena

akan

mengakibatkan suasana kelas kurang aktif dan


interaksi timbal balik antara guru dan siswa tidak
terjadi, apalagi antara siswa dengan siswa, siswa
cenderung pasif, hanya menerima yang diberikan
guru.
Rendahnya

minat/motivasi

belajar

ini

diantaranya penyampaian pelajaran melalui metode


ceramah

sementara

materi

yang

disampaikan

memerlukan visualisai. Salah satu media yang dapat


memberikan gambaran yang jelas dan memberi
kemudahan tentang Pelajaran PKn adalah dengan

Motivasi Belajar Siswa

penggunaan media gambar.

Suryabrata (1984) mengemukakan bahwa


motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada

Prestasi Belajar Siswa

saat tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam


diri seseorang individu untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.

Begitu

juga,

Winskel

(1987)

mengemukakan bahwa motif adalah daya penggerak


di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi tercapainya tujuan.
Beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi
belajar tinggi, dapat dikenali selama mengikuti

Menurut Slamet, prestasi belajar adalah hasil


yang

diperoleh

berupa

kesan-kesan

yang

mengakibatkan perubahan tingkah laku pada diri


seseorang

sebagai

hasil

aktivitas

sebelumnyua

(1982:2).
Sedangkan

Hawadi

menyatakan

prestai

belajar adalah hasi penilaian pendidik terhadap


proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran

1.

Perencanaan

dan perilaku yang diharapkan dari siswa (2004:168).

Mempersiapkan segala sesuatu berkaitan

Dari pendapat tersebut di atas dapat kita


peroleh

kesimpulan

bahwa

prestasi

dengan kegiatan penelitian, maka dari perangkat

belajar

pembelajaran sampai pada alat ukur utuk

merupakan suatu nilai dari perwujudan hasil belajar

mengetahui

terakhir, yang dicapai seorang siswa menurut

penelitian ini tanpa mengesampingkan kendala-

kemauannya setelah mengikuti pendidikan di sekolah

kendala dalam pelaksanaan tindakan.

dalam jangka waktu tertentu.


Pada

hakekatnya

2.

dalam

proses

atau

mengevaluasi

tindakan

Pelaksanaan tindakan

belajar

Semua

rencana

telah

disiapkan

mengajar antar guru murid dan orang tua merupakan

diimplementasikan di lapangan sesuai dengan

kegiatan

rencana yang ditetapkan.

yang

terintegrasi.

Murid

melakukan

kegiatan belajar dengan berusaha memenuhi materi

3.

Observasi/pengamatan

yang disampaikan guru, guru menyampaikan materi

Dalam pelaksanaan pemberian tindakan

sedemikian rupa sehingga proses kegiatan belajar di

seorang guru atau peneliti dibantu oleh guru

kelas berjalan dengan lancar sedangkan orang tua

yang lain sebagai kolaborator untuk mengamati

membimbing, mengarahkan dan membiayai anaknya

dengan berpedoman pada instrumen yang telah

untuk dapat belajar lebih baik. Dari kegiatan ini

disiapkan.

diharapkan siswa dapat memperoleh prestasi belajar

4.

Refleksi

secara maksimal.

Melalui

kegiatan

pengamatan

dapat

diketahui kelebihan dan kekurangan yang


dilakukan

Metode Penelitian
Peneliti mengambil subyek yang diteliti Kelas
VII-H dengan jumlah peserta didik 36 siswa yaitu 20
siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan
2 siklus terdiri dari 4 tahap kegiatan yaitu : (1) Tahap
perencanaan

tindakan;

(2)

Tahap

pelaksanaan

ini didahului dengan identifikasi masalah dan siklus


dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, refleksi, dan revisi.

pelaksanaan

penelitian

tindakan dicari penjelasannya, dianalisis dan


dikaji secara matang selain yang dapat diketahui
apa yang harus dituangkan dan hal apa yang
harus diperbaiki dan dipertahankan kegiatan ini
sebagai bahan acuan untuk merencanakan
kegiatan-kegiatan pada siklus berikutnya.

tindakan; (3) Tahap pengamatan observasi; dan (4)


Tahap Evaluasi refleksi. Penelitian Tindakan Kelas

dalam

Metode

pengumpulan

data

disesuaikan

dengan data yang ingin diperoleh. Untuk mengetahui


tingkat

keberhasilan

pembelajaran,

subjek

dilaksanakan

penelitian
tes

formatif

dalam
yang

hasilnya dinyatakan dalam bentuk skor.


Pada

tahap

ini,

peneliti

mengumpulkan

seluruh data yang telah diperoleh berdasarkan


instrumen

penelitian.

Selanjutnya,

peneliti

melakukan interpretasi terhadap keseluruhan data dan


untuk

memudahkan

dalam

menyusun,

peneliti

melakukan katagorisasi data mengenai hasil. Setelah


data terkumpul, dibuat diskripsi data dengan tabel.
Respon/motivasi siswa diamati dalam lembar
Gambar 1. Siklus Penelitian

observasi pengamatan yang dikategorikan dalam 4


(empat) indikator antara lain: (1) siswa yang berani

Martiani Puji Dwi Dyahari

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

bertanya baik terhadap teman atau terhadap guru (2)


siswa

yang

mau

menjawab

pembelajaran

(3)

siswa

pertanyaan

berani

b) Tindakan

atas

menanggapi

Pada Tahap pelaksanaan. ini yaitu


tahap

pengajaran

dari

rencana

dalam

pertanyaan pendapat teman (4) siswa yang berani

tindakan dan mengamati jalannya tindakan

mengeluarkan pendapat. Sedangkan hasil tes formatif

terhadap

siswa di nilai pada setiap siklusnya yang kemudian

dengan menggunakan media gambar. Pada

dideskripsikan melalui diagram tentang peringkat

tahap pelaksanaan (1) Peneliti membagi

hasil tes setiap siswa.

siswa menjadi 2 kelompok : (2) selanjutnya

adanya

strategi

pembelajaran

peneliti menjelaskan materi pada siswa dan


Kriteria Ketuntasan
Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai
ketuntasan), jika telah mencapai taraf penguasaan
minimal 70%. Siswa yang taraf penguasaan kurang
dari 70% diberikan remidi tema yang belum dikuasai,
sedang siswa yang telah mencapai penguasaan 70%
atau lebih dapat melanjutkan ke tema berikutnya.
Klasikal atau suatu kelas dikatakan berhasil
(mencapai ketuntasan belajar), jika paling sedikit
85% dari jumlah dalam kelompok atau kelas
teresebut telah mencapai ketuntasan perorangan.
Apabila sudah terdapat 85% dari banyaknya
siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka
kelas yang bersangkutan dapat melanjutkan pada
suatu pembelajaran berikutnya.
Bila ketuntasan siswa lebih dari 85% maka
pembalajaran yang dilaksanakan peneliti dapat
dikatakan berhasil. Tetapi bila ketuntasan belajar
siswa kurang dari 85% maka pengajaran yang
dilaksanakan peneliti belum berhasil.
Hasil Penelitian
1.

memberikan

pertanyaan-pertanyaan

pada

siswa diselingi dengan pengamatan gambar


oleh siswa dan membuat tanggapan, (3)
peneliti membahas pertanyaan-pertanyaan
dan tanggapan dari gambar oleh siswa pada
dua

kelompok

mengadakan

tersebut,

evaluasi

(4)

atas

peneliti

hasil

dari

pembelajaran.
c) Hasil observasi
Pada

siklus

diperoleh

hasil

pengamatan tentang situasi kegiatan belajar


siswa yang efektif, keaktifan siswa dan
kemampuan siswa dengan menggunakan
media gambar dapat dilihat dari : (1)
kegiatan

pembelajaran

keaktifan/respon

yaitu

tingkat

siswa dan (2) hasil

evaluasi.
Terhadap kegiatan tingkat keaktifan/
respon siswa, ternyata dari 36 siswa yang
terlibat dalam pembelajaran (1) siswa yang
berani bertanya baik terhadap teman atau
terhadap guru sebanyak 26 siswa atau 72%
(2) siswa yang mau menjawab pertanyaan

Hasil Tindakan Siklus 1

atas pembelajaran sebanyak 23 siswa atau

a) Perencanaan

64%

(3)

siswa

berani

menanggapi

Perencanaan merupakan tahap awal

pertanyaan pendapat teman sebanyak 22

yang dilakukan setelah tahap refleksi awal

siswa atau 61% (4) siswa yang berani

dilakukan. Dalam tahap awal ini penelitian

mengeluarkan

menggunakan media gambar dalam kegiatan

tanggapan sebanyak 23 siswa atau 64%,

pembelajaran PKn pada siswa Kelas VII-H

seperti terlihat dalam tabel berikut.

SMP Negeri 8 Kota Blitar.

pendapat,

menyusun

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Hasil dari siklus I sebagai acuan untuk

Tabel 1. Keaktifan Siswa pada Siklus I


No.

Indikator

1.

Jumlah
Siswa
26

Siswa berani
bertanya
2.
Siswa berani
24
menjawab
pertanyaan
3.
Siswa berani
22
menanggapi
pertanyaan/
pendapat teman.
4.
Siswa berani
27
mengeluarkan
pendapat/membuat
tanggapan/bercerita
Rata-rata Keaktifan siswa siklus I

Prosentase

67
61

2.

Hasil Tindakan Siklus 2


a) Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini yang
dilakukan peneliti, menggunakan strategi

75

penggunaan gambar sebagai media dalam


kegiatan belajar. Dalam tahap perencanaan

69%

mencapai 74, dengan ketuntasan

klasikal mencapai 72,2% atau 26 siswa telah


tuntas. Hasil ini masih dibawah target
indikator keberhasilan yakni 85% tuntas
perorangan.

ini diharapkan : 1) Dapat memperbaiki


adanya pembelajaran dengan penggunaan
media gambar. 2) Mengaktifkan siswa untuk
bertanya dan mau menjawab pertanyaanpertanyaan, membuat tanggapan terhadap
gambar yang diamati/dilihat. 3) Memonitor
siswa dalam membuat/menyusun tanggapan.
4)

d) Refleksi
Dalam pembelajaran siklus 1 dengan
media gambar siswa dibagi tiga kelompok
dan setiap kelompok terdiri dari 5 orang
merupakan kelompok yang kurang efisien.
Hal ini dari pembelajaran kurang bermakna
dari nilai hasil evaluasi masih belum
sempurna.
Siswa belum beradaptasi terhadap
strategi pembelajaran dengan penggunaan
media gambar, sehingga mereka masih
kesulitan untuk menerapkan dan membuat
kesimpulan.
Di dalam pembahasan materi siswa
masih banyak yang bicara dan kalau dikasih
pertanyaan hanya beberapa siswa yang
menjawab.
Di

tindakan siklus II

72

Dari hasil evaluasi siklus I daya seraf


siswa

dalam kegiatan

pembelajaran

siswa masih belum yakin dengan potensi


yang dimiliki sehingga dalam membuat
tanggapan terhadap gambar dan menjawab
pertanyaan dari guru atau siswa belum
memenuhi standar hanya siswa tertentu saja.
Waktu

di

dalam

pembelajaran

penggunaan media gambar sangat terbatas.

Melakukan

evaluasi

terhadap

keberhasilan siswa setelah menggunakan


gambar-gambar sebagai media pembelajaran
PKn.
b) Tindakan
Pada tahap pelaksanaan ini dengan
mengamati

jalannya

tindakan

terhadap

pembelajaran, dengan menggunakan gambar


sebagai media. Pada tahap pelaksanaan
siklus

pembagian

kelompok

siswa

diperkecil menjadi 6 kelompok dengan


masing-masing anggota 4 siswa, dengan
harapan bisa semakin efektif. : 1) Guru
menjelaskan

materi

dengan

diselingi

pengamatan gambar dalam setiap kelompok,


memberikan pertanyaan-pertanyaan secara
individu. 2) Guru mengaktifkan siswa untuk
bertanya, menjawab pertanyaaan, membuat
tanggapan terhadap gambar yang telah
diamati. 3) Guru dan siswa membahas
secara bersama-sama pertanyaan-pertanyaan
dan tanggapan yang masuk tiap kelompok
yang belum di bahas. 4) Guru melakukan
evaluasi

diakhir

pembelajaran

mengetahui hasil belajar.

untuk

Martiani Puji Dwi Dyahari

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

c) Hasil observasi

dalam penelitian ini telah tercapai dan telah

Pada Siklus II, dari hasil pengamatan


terhadap jalannya kegiatan belajar siswa

melampaui target diatas 85%.


d) Refleksi

yaitu keaktifan siswa dan kemampuan siswa

Dengan melihat siklus kedua peneliti

dapat dilihat dari : 1) Kegiatan pembelajaran

membuat refleksi perbaikan pelaksanaan

terhadap tingkat keaktifan/respon siswa dan

pada siklus kedua sebagai berikut : 1) Untuk

2) Hasil evaluasi.

memperoleh hasil belajar yang lebih baik

Dalam siklus

kegiatan

sebelum memberikan pertanyaan pada siswa

dalam

diberikan kesempatan untuk mempelajari

pembelajaran lebih meningkat daripada

materi yang akan dipertanyakan, mengamati

siklus I yaitu : (1) siswa yang berani

gambar-gambar

bertanya baik terhadap teman atau terhadap

pembelajaran.

guru sebanyak 31 siswa atau 86% (2) siswa

pembelajaran

yang

sebaiknya memberikan kesempatan secara

tingkat

II

tahap

keaktifan/respon

mau

menjawab

siswa

pertanyaan

atas

yang
2)

dijadikan

Pada

saat

media
interaksi

berlangsung

peneliti

pembelajaran sebanyak 33 siswa atau 92%

bergilir agar siswa yang

pasif ikut

(3) siswa berani menanggapi pertanyaan

mengeluarkan

Di

pendapat teman sebanyak 34 siswa atau 94%

pembahasan materi siswa sudah mulai

(4)

memperhatikan dan pada siklus I, kalau

siswa

yang

berani

mengeluarkan

pendapat.

diberi

35 siswa atau 97%. Jadi rata-rata pada siklus

menjawab.

II adalah 92 % masih perlu di tingkatkan

dengan

lagi keaktifan siswa dalam strategi tanya

keaktifan/respon

jawab

guru hanya membimbing dan memonitor.

siklus

berikutnya.

Seperti

4)

juga

sudah

dalam

pendapat, menyusun tanggapan sebanyak

pada

pertanyaan

3)

mulai

Di dalam pembelajaran

menggunakan

media

gambar

siswa lebih tampak dan

terlihat dalam tabel berikut.


Pembahasan
Tabel 2. Keaktifan Siswa pada Siklus II
No.

Indikator

Jumlah
Siswa

Siswa berani
31
bertanya
Siswa berani
2.
menjawab
33
pertanyaan
Siswa berani
menanggapi
3.
34
pertanyaan/
pendapat teman.
Siswa berani
mengeluarkan
4.
35
pendapat/membuat
tanggapan/bercerita
Rata-rata keaktifan siswa siklus II
1.

Prosentase
86%
92%

Dengan

adanya

pelaksanaan

strategi

pembelajaran dengan menggunakan gambar sebagai


media dalam mata pelajaran PKn siswa Kelas VII-H
SMP Negeri 8 Kota Blitar. Pada awal pembelajaran
sebelum penggunaan media gambar ini berlangsung,

94%

kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan metode


ceramah konvensional secara dominan, strategi ini

97%
92%

tidak menunjukkan peningkatan belajar siswa dan


keaktifan serta respon siswa yang signifikan. Respon
positif dan keaktifan siswa meningkat setelah

Dari data hasil test/evaluasi siklus II

pembelajaran PKn ini menggunakan media gambar

sudah menunjukkan adanya peningkatan

untuk lebih memperjelas keterangan guru, sehingga

daya seraf siswa dari siklus I 74 menjadi 76

materi pembelajaran tidak hanya diterima siswa

juga diikuti dengan ketuntasan siswa juga

hanya angan-angan dan cerita semata. Melalui

meningkat dari 68% pada siklus I, menjadi

gambar yang diamati tentang obyek yang sebenarnya

88% atau 22 siswa telah tuntas. Data ini

potensi siswa dapat berkembang dengan baik.

menunjukkan bahwa indikator keberhasilan

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Penjabaran hasil penelitian dalam setiap siklus

1.

Penggunaan gambar-gambar sebagai media

menunjukkan bahwa penggunaan media gambar

dalam

dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada Kelas

kemampuan dasar siswa Kelas VII-H SMP

VII-H di SMP Negeri 8 Kota Blitar. Hasil

Negeri 8 Kota Blitar.

pengamatan pada siklus I menunjukkan 69 % siswa

2.

pembelajaran

dapat

meningkatkan

Penggunaan media gambar dalam pembeljaran

sudah aktif dalam pembelajaran namun belum

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan

maksimal, hal ini juga berimbas pada hasil evaluasi

penggunaan media gambar dalam pembelajaran

akhir siklus I. Daya seraf siswa mencapai 74 sedang

PKn keaktifan siswa dalam belajar semakin

ketuntasan klasikal masih 72% atau 26 siswa yang

baik sehingga siswa berani bertanya, mau

tuntas.

menjawab

Pada

siklus

II

sudah

menunjukkan

pertanyaan,

dan

menanggapi

peningkatan, keaktifan siswa mencapai 92%, daya

pertanyaan teman serta mau mengeluarkan

seraf siswa 76 sedang ketuntasan klasikal mencapai

pendapat maupun bercerita tentang gambar

89% atau 32 siswa telah tuntas, sudah diatas target

yang diamati dan penguasaan materi lebih

keberhasilan dalam penelitian ini yakni 85%.

mudah.

Penggunaan

gambar

sebagai

media

ini

merupakan inovasi dalam pembelajaran yang bisa


membangkitkan keaktifan dan respon siswa dalam
pembelajaran PKn dan meningkatkan hasil belajar

Daftar Pustaka
Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama
Widya.

siswa dimana dengan menggunakan media gambar

Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir. 2002. Perkembangan Hak Asasi

dalam kegiatan pembelajaran akan berdampak positif

Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di

terhadap aktivitas dan respon siswa, hasil belajar


siswa

juga

terjadi perubahan

dan

mengalami

peningkatan.

Indonesia. Jakarta, PT. Ghalia Indonesia


Affan Gaffar. 2002. Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi.
Jogjakarta, Pustaka Pelajar
Alfian. 1980. Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia.

Dengan

mengadakan

inovasi

dalam

pembelajaran dan menggunakan media gambar


dalam pembelajaran,

maka

(1) Dalam proses

pembelajaran lebih efisien, efektif karena dalam

Jakarta, LP3ES
, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22
tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta, Bina Aksara

pembelajaran dimulai dari pembahasan materi,

Asshiddiqie, Jimly. 2005. Format Kelembagaan Negara dan

diselingi dengan pengamatan gambar secara detil,

Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945. Jogjakarta,

setelah

itu

guru

memberikan

pertanyaan

dan

sebaliknya siswa juga aktif (2) Dimana dalam


pembelajaran ini vang diutamakan menggunakan
strategi yang baik dengan tujuan agar kualitas
prestasi dapat meningkat (3) Dengan menggunakan
media gambar dalam pembelajaran pengetahuan
siswa terhadap materi yang disampaikan guru akan

FHUII Press
BP7 Pusat. 1995. UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4.
Jakarta, BP7 Pusat
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penelian
Portofolio. Bandung, PT. Genesindo
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan Tahun 2006. Jakarta, Depdiknas
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba. 1984. Budaya Politik.
Jakarta: Bina Aksara

lebih jelas dan kongkrit.

Kaelan, MS. 2004. Pendidikan Pancasila. Jogjakarta: Paradigma

Kesimpulan

Magnis-Suseno, Franz. 2000. Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral

Lemhanas,

2001,

Pendidikan

Kewarganegaraan.,

Jakarta,

Gramedia Pustaka Umum


Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas.

pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan

Bandung: Kerjasana Program Pasca Sarjana Universitas

sebagai berikut :

Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

ISSN : 2337-4705

Peran Guru Mata Pelajaran dalam Pelaksanaan Bimbingan


Konseling di Sekolah Kejuruan
LUKITRI GUTOMO
Guidance is an aid to individuals in the face of questions that can arise in his life. Such assistance is very accurate
if given in schools, so that every student is more evolved towards the maximum extent possible. With such guidance into
the field of special treatment in the whole school educational activities addressed by the energies of the members in the
field. System of guidance and counseling services may not be realized and achieved well when do not have a quality
management system. That is, it should be done in a clear, systematic, and focused. Therefore, we need a professional
teacher in organizing activity counseling counseling services for students.

Keywords: role of the teacher, counseling

Bimbingan

Pendahuluan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa

yang

bermartabat

dalam

rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk


berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional
maka dirumuskan tujuan pendidikan dasar yakni
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa
untuk

mengembangkan

kehidupannya

sebagai

pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan


anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa
untuk mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP
nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar).
Pendidikan

kejuruan

merupakan

pondasi

untuk mempersiapkan para siswanya terjun ke


lapangan kerja. Untuk itu aset suatu bangsa tidak
hanya terletak pada sumber daya alam yang
melimpah, tetapi terletak pada sumber daya alam
yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas
adalah sumber daya manusia, maka diperlukan
peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai
kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi
untuk mencapai kemajuan bangsa.

konseling

adalah

salah

satu

komponen yang penting dalam proses pendidikan


sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP
Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses
interaksi antara masukan alat dan masukan mentah.
Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan
masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka,
tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media
pendidikan,

system

administrasi

dan

supervisi

pendidikan, sistem penyampaian, tenaga pengajar,


sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim,
1990:58).
Bimbingan

merupakan

bantuan

kepada

individu dalam menghadapi persoalan-persoalan


yang

dapat

timbul

dalam

hidupnya.

Bantuan

semacam itu sangat tepat jika diberikan di sekolah,


supaya setiap siswa lebih berkembang ke arah yang
semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan
menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan
kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh
tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
Di Sekolah Kejuruan, kegiatan Bimbingan
Konseling tidak hanya diberikan oleh guru BK
melainkan dapat juga dilakukan oleh guru mata
pelajaran. Guru mata pelajaran harus menjalankan
tugasnya secara menyeluruh, baik tugas sebagai
pengajar dan pendidik. Tugas guru sebagai pendidik
inilah yang dapat berperan dalam memberikan
layanan bimbingan bagi para siswanya.

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan

Bimbingan adalah suatu proses yang terus-

konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa

menerus untuk membantu perkembangan individu

pemberian layanan bimbingan konseling meliputi

dalam

layanan

dan

secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang

penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan,

sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi

bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.

masyarakat (Tim, 1990:11).

orientasi,

informasi,

penempatan

rangka

mengembangkan

kemampuannya

Guru Sekolah Kejuruan harus melaksanakan

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik

ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut agar

sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian

setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat

ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan

diantisipasi

kepada

sedini

mungkin

sehingga

tidak

individu

agar

dapat

mengembangkan

menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan

kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu

demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar

siswa agar memahami dirinya (self understanding),

secara optimal tanpa mengalami hambatan dan

menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan

permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya

Realitas di lapangan, khususnya di Sekolah

(self realization).

Kejuruan menunjukkan bahwa peran guru mata

Konseling adalah proses pemberian yang

pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan konseling

dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang

belum dapat dilakukan secara optimal mengingat

ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu

tugas dan tanggung jawab guru tersebut yang sarat

masalah yang bermuara pada teratasinya masalah

akan beban sehingga tugas memberikan layanan

yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).

bimbingan konseling kurang membawa dampak


positif bagi peningkatan prestasi belajar siswa.

Konseling merupakan upaya bantuan yang


diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh

Sistem layanan bimbingan dan konseling tidak

konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk

mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik

dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah

apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang

lakunya pada masa yang akan datang (Wibowo,

bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas,

1986:39).

sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru

Dari

pengertian

tersebut,

dapat

penulis

pembimbing yang profesional dalam mengelola

sampaikan ciri-ciri pokok konseling, yaitu adanya

kegiatan layanan bimbingan konseling bagi siswa.

bantuan dari seorang ahli, proses pemberian bantuan


dilakukan dengan wawancara konseling, dan bantuan
diberikan kepada individu yang mengalami masalah

Hakekat Bimbingan Konseling


Surya

(1988:12)

berpendapat

bahwa

bimbingan adalah suatu proses pemberian atau


layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis
dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai

perkembangan

yang

optimal

dan

penyesuaian diri dengan lingkungan.


Bimbingan ialah penolong individu agar dapat
mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat
mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi di dalam kehidupannya (Hamalik,
2000:193).

agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri


dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah
lakunya di masa yang akan datang.
Perkembangan

konseli

tidak

lepas

dari

pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun


sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah
perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan
dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga
masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit
diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka
akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku
konseling, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan)

10

Lukitri Gutomo

perkembangan,

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

masalah-masalah

pribadi

atau

terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang

penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang

memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek

diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan

kepribadian.

perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan


jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-

Perlunya Bimbingan Konseling di Sekolah

kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat,

Kejuruan

revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau


struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat
dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan kehidupan yang kurang
sehat, seperti : maraknya tayangan pornografi di
televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi,
minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba
yang tak terkontrol; ketidak harmonisan dalam
kehidupan keluarga; dan dekadensi moral orang
dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau
gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang
cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral
(akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata tertib
sekolah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi
pecandu

Narkoba

atau

NAPZA

(Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti: ganja,


narkotika,

ectasy,

putau,

dan

sabu-sabu),

kriminalitas, dan pergaulan bebas (free sex).


Upaya menangkal dan mencegah perilakuperilaku yang tidak diharapkan seperti disebutkan,
adalah

mengembangkan

memfasilitasi

mereka

potensi
secara

konseli

dan

sistematik

dan

terprogram untuk mencapai standar kompetensi


kemandirian. Upaya ini merupakan wilayah garapan
bimbingan dan konseling yang harus dilakukan
secara

proaktif

dan

berbasis

data

tentang

perkembangan konseling beserta berbagai faktor


yang mempengaruhinya.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu,
efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan tiga
bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu
bidang administratif dan kepemimpinan, bidang
instruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan
dan konseling. Pendidikan yang hanya melaksanakan
bidang

administratif

dan

instruksional

dengan

mengabaikan bidang bimbingan dan konseling,


hanya akan menghasilkan konseli yang pintar dan

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan


dan konseling di Sekolah Kejuruan, bukan sematamata terletak pada ada atau tidak adanya landasan
hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari
atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut
upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya
disebut konseli,
potensi

dirinya

agar
atau

mampu

mengembangkan

mencapai

tugas-tugas

perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi,


intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Konseli sebagai seorang individu yang sedang
berada dalam proses berkembang atau menjadi (on
becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan
atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan
tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga
pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa
proses

perkembangan

konseli

tidak

selalu

berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah.


Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak
selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada
tiga

hal

utama

yang

melatarbelangi

perlunya

bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio


kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar
belakang perlunya bimbingan berhubungan erat
dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu:
meningkatkan

kualitas

sumber

daya

manusia

Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa


terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah


barang

tentu

perlu

mengintegrasikan

membantu siswa dalam usaha mengembangkan

seluruh

komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya

11

dirinya secara optimal.


3.

Fungsi adaptasi

komponen bimbingan.

Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan

Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang

dalam rangka membantu staf sekolah khususnya

melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah

guru

adanya

pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan

perkembangan

ilmu

pengetahuan

dan

dalam

mengadaptasikan

teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap

pribadi

dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah

pembimbing menyampaikan data tentang ciri-

dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi,

ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta

sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan

Menurut Tim (1990:5-9) ada lima hal yang

siswa-siswa.

Dalam

program
fungsi

ini

data ini guru berusaha untuk merencanakan

melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di

pengalaman

belajar

bagi

para

siswanya.

sekolah yakni masalah perkembangan individu,

Sehingga para siswa memperoleh pengalaman

masalah perbedaan individual, masalah kebutuhan

belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita,

individu, masalah penyesuaian diri dan kelainan

kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14).

tingkah laku, dan masalah belajar.


Prinsip Bimbingan Konseling di Sekolah
Fungsi Bimbingan Konseling

Kejuruan

Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada

Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan

tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:

teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai

1.

pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan

Fungsi penyaluran
Fungsi
bimbingan

penyaluran

dalam

ialah

membantu

fungsi

(Prayitno, 1997:219). Berikut ini prinsip-prinsip

menyalurkan

bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah

siswa-siswa dalam memilih program-program

sumber, sebagai berikut:

pendidikan yang ada di sekolah, memilih

1.

jurusan

sekolah,

memilih

jenis

sekolah

pencerminan dari segala kejiwaannya adakah

sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai

unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri

dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri-ciri

atau merupakan aspek kepribadian seseorang.

kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini

Prinsip

meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-

keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang,

kegiatan di sekolah antara lain membantu

dalam memberikan layanan perlu menggunakan

menempatkan anak dalam kelompok belajar,

cara-cara yang sesuai atau tepat.

dan lain-lain.
2.

Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai

2.

Fungsi penyesuaian
Fungsi

ialah

membantu siswa

berbagai

dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang


kebutuhan individu.

siswa

Oleh

untuk

Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya


konseling,

kebutuhan.

karenanya dalam memberikan bimbingan agar


sesuai

teknik

memperhatikan

fungsi

memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat.


dalam

adalah

Tiap individu mempunyai perbedaan serta


mempunyai

penyesuaian

bimbingan dalam

bimbingan

dibantu

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah


dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga

3.

dengan

perbedaan

dan

berbagai

Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada


suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang

12

4.

Lukitri Gutomo

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

dibantu mampu menghadapi dan mengatasi

menyempurnakan program dan pelaksanaan

kesulitannya sendiri.

bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:219).

Dalam suatu proses bimbingan orang yang


dibimbing harus aktif , mempunyai bayak

Kegiatan BK dalam Kurikulum

inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada


prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
5.

Prinsip

referal

atau

pelimpahan

dalam

bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila


ternyata masalah yang timbul tidak dapat

Kerangka kerja layanan BK dikembangkan


dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4
(empat) kegiatan utama, yakni:
1.

Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan

diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan).


Untuk

menangani

masalah

tersebut

yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa

perlu

mengembangkan

diserahkan kepada petugas atau lembaga lain


Pada tahap awal dalam bimbingan pada
prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi

2.

kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh


peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat

secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang


kondisi

preventik atau mungkin kuratif. Strategi yang

lingkungan

digunakan

masyarakatnya.
8.

Program bimbingan dan konseling di sekolah


harus sejalan dengan program pendidikan pada

3.

dan memahami perkembangan sendiri.


4.

dengan petugas-petugas lain yang terlibat.


10. Program bimbingan dan konseling di sekolah

juga

untuk

dan

meningkatkan

bimbingan

secara

menyeluruh.

program,

bertujuan

melalui

memantapkan,
progam
Hal

itu

pengembangaan

yang

lebih

penelitian

luas,

dan

manajemen

pengembangan

(Thomas Ellis, 1990)

bimbingan konseling nampaknya masih sering

keberhasilan

memelihara

masyarakat

Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan

tingkat

yang

konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat,

yang

diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan.

menilai

manajemen

profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf,

teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui

sangat penting artinya, di samping untuk

Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan

dilaksanakan

hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara

dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi

rencana-

untuk membantu siswa memantau pertumbuhan

itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama

manfaat

mengimplementasikan

dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini

konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh

dan

dan

rencana pendidikan, karir,dan kehidupan sosial

Dalam pelaksanaan program bimbingan dan

keberhasilan

Layanan perencanaan individual

didik

pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.

tingkat

individual,

bimbingan yang membantu seluruh peserta

peran untuk memperlancar jalannya proses

keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping

konseling

Layanan perencanaan individual adalah layanan

keharusan karena usaha bimbingan mempunyai

seorang petugas yang benar-benar memiliki

adalah

konseling kelompok, dan konsultasi.

sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan

9.

Layanan responsif
yang bertujuan untuk membantu memenuhi

Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan


serta

dan

Layanan responsif adalah layanan bimbingan

individu yang dibimbing.

dibimbing

efektif

pada tugas-tugas perkembangan siswa.

kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami


7.

perilaku

ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu

yang lebih ahli.


6.

Layanan dasar bimbingan

Kegiatan utama layanan dasar bimbingan


yang

responsif

dan

mengandung

perencanaan

individual serta memiliki dukungan sistem dalam

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

pelajaran

hendaknya

13

implementasinya didukung oleh beberapa jenis

mata

layanan BK, yakni: layanan pengumpulan data,

pengetahuan

layanan informasi, layanan penempatan, layanan

pelaksanaan

konseling, layanan referal/melimpahkan ke pihak

memiliki wawasan yang mendalam terhadap

lain, dan layanan penilaian dan tindak lanjut

kegiatan-kegiatan Bimbingan Konseling

dan

meningkatkan

pemahaman

tentang

konseling

sehingga

kegiatan

(Nurihsan, 2005:21).
Daftar Pustaka
Penutup
1.

Depdiknas. 2004. Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi


bidang Bimbingan Konseling. Jakarta: Puskur Balitbang

Simpulan
Berdasarkan

uraian

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa guru mata pelajaram dalam


pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah
Kejuruan

sangat

penting

sekali.

Sejalan

kurikulum sekolah, guru mempunyai peran


yang sentral dalam kegiatan bimbingan. Peran
tersebut mencakupi peran sebagai informator,
organisator,

motivator,

director,

inisiator,

transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator.


Peran tersebut tidak dapat berjalan sendirisendiri, namun merupakan sebuah sistem yang
saling melengkapi dalam kegiatan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah Kejuruan.
2.

Saran

Depdiknas.
M. Surya. 1988. Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta :
UT.
Mungin Eddy Wibowo. 1986. Konseling di Sekolah Jilid I. FIP
IKIP Semarang.
Nurihsan, Juntika. 2005. Manajemen Bimbingan Konseling di SD
Kurikulum

2004.

Jakarta:

Gramedia

Widiasaraan

Indonesia.
Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
PP nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Jakarta:
Dedpikbud.
Prayitno Erman Amti. 1997. Dasar-dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Depdikbud.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyo, dkk. 1987. Bimbingan dan Konseling Sekolah. Semarang:
FIP IKIP Semarang.

Mewujudkan peran guru mata pelajaran


dalam pelaksanaan kegiatan BK di Sekolah
Kejuruan bukanlah hal yang mudah. Hal
tersebut dikarenakan guru memiliki tanggung
jawab ganda, di samping mengajar juga
mendidik/membimbing. Oleh karena itu, guru

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang. 1990. Bimbingan dan


Konseling Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Tamita Jaya Utama
Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta :
Alfabeta, Ground

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

14

ISSN : 2337-4705

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menyusun Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Melalui On The Job Training
SUKRI
To make curricullum aplicatied same with the design, need some readiness, the specially readiness to action. As a
good curricullum design that we have but the successfull put on the teachers hand. The simple curricullum if the teacher
have abilities, stronger and a high dedicate will have result better than a good curricullum design but low ability, stronger,
and dedicated. Teachers are success key of the education. The other source are success key of the education too but the
theacher is the main key. The one example is a teacher performance in make lesson plan.

Keywords: teacher performance, RPP, on the job training

pembelajaran maksudnya adalah membuat persiapan

Pendahuluan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan/kompetensi, isi, dan
bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Muara keberhasilan kurikulum secara aktual
akan ditentukan oleh implementasi kurikulum.
Implementasi kurikulum pada satuan pendidikan,
diejawantahkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran
serta

berdasarkan

pembelajaran

yang

pelaksanaannya
kurikulum

pada

telah

sering

yang

tidak

pembelajaran

desain

atau

rencana

ditetapkan.

terjadi
sesuai

Pada

implementasi
dengan

sehingga

desain

mengakibatkan

ketidaktercapaian tujuan yang telah ditetapkan.


Implementasi kurikulum sesungguhnya terjadi
pada

saat

proses

pembelajaran

belajar

merupakan

mengajar.

suatu

proses

Proses
yang

pembelajaran. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa


jika tidak mempunyai persiapan pembelajaran yang
baik, maka peluang untuk tidak terarah terbuka lebar,
bahkan

mungkin

cenderung

untuk

melakukan

improvisasi sendiri tanpa acuan yang jelas.


Mengacu pada hal tersebut, guru diharapkan
mampu melakukan persiapan pembelajaran, baik
menyangkut materi pembelajaran maupun kondisi
psikis

dan

psikologis

yang

kondusif

bagi

berlangsungnya proses pembelajaran. Pada dasarnya


kegiatan merencanakan dapat meliputi; penentuan
tujuan/kompetensi/indikator

yang

diharapkan,

menentukan materi/bahan pelajaran, menentukan


media, metode, alat pembelajaran, dan merencanakan
penilaian pembelajaran.
Kemampuan Guru
Dalam

dunia

atas hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

pendidikan, karena ia akan dapat memberikan makna

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu,

terhadap masa depan anak didik. Untuk mewujudkan

dalam proses tersebut terkandung multi peran guru.

semua itu, guru diberikan tugas dan tanggung jawab

Peran guru dalam upaya mengimplementasikan

terhadap keberhasilan pendidikan. Undang-Undang

kurikulum pada tingkat satuan pendidikan meliputi;

Repuplik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pada

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi

pasal 35 menyebutkan, Beban kerja guru mencakup

kurikulum.

kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,

pelaksanaan

adalah

guru

pembelajaran

dalam

adalah

merupakan

kurikulum

vital

guru

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa

Peranan guru berkenaan dengan perencanaan

faktor

pendidikan,

pelaksanaan

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil belajar,

membuat

perencanaan

membimbing dan melatih siswa, serta melaksanakan

(RPP).

Perencanaan

tugas tambahan (Anonim, 2005:21).

Volume 1, 2013

Standar

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

kemampuan

guru

meliputi

tiga

komponen yaitu: 1) Pengelolaan pembelajaran, 2)

tertentu mendapat bimbingan hingga ia dapat berdiri


sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
On the job training dikatakan pula sebagai

Pengembangan potensi dan 3) Penguasaan akademik


(Anonim,

2003:11).

Masing-masing

15

komponen

suatu proses yang terorganisasi untuk meningkatkan

kompetensi mencakup seperangkat kemampuan.

keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, dan sikap

Guru sebagai pribadi yang utuh harus memiliki sikap

karyawan. On the job training dapat pula diberi

dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian

batasan sebagai suatu bentuk pembelakalan yang

tersebut senantiasa melekat pada setiap komponen

dapat mempercepat proses pemindahan pengetahuan

kompetensi yang menunjang profesi guru.

dan pengalaman kerja/transfer knowledge dari para

Untuk memperoleh gambaran yang terukur

karyawan senior ke yunior. Pelatihan ini langsung

pada pemberian nilai untuk setiap kompetensi, maka

menerjunkan pegawai baru bekerja sesuai dengan job

perlu diterapkan kinerja setiap kompetensi. Kinerja

description masing-masing di bawah supervisi atau

kompetensi terlihat dalam bentuk indikator.

pengawasan penyelia atau karyawan senior.


Dari beberapa uraian tentang definisi on the
job training di atas, dapat disimpulkan bahwa yang

On The Job Training


Latihan
Training

disebut

merupakan

dilaksanakan

juga
suatu

kerana

training.

sebagai
program

diasumsikan

yang
dapat

meningkatkan kemampuan dari para karyawan agar


dapat melaksanakan tugasnya secara efisien.
Kegiatan pelatihan atau training ini dapat
diartikan sebagai sebuah proses dimana keahlian,
pengetahuan,

dan kemampuan diubah

menjadi

tindakan. Kegiatan ini dapat dilakukan pada pegawai


lama, terlebih lagi kepada pegawai baru. Melatih
pegawai sebelum ia menjabat jabatannya sangatlah
penting dan perlu.
Ada beberapa jenis training yang dapat
dilakukan

dalam

sebuah

organisasi.

Misalnya

kegiatan melatih pegawai baru dapat direalisasikan


dengan menempatkan pegawai baru di bawah asuhan
pegawai lama yang telah berpengalaman pada kurun
waktu tertentu. Pendidikan semacam ini dinamakan
apprentice training (Manulang, 2005:131).
Cara lain yang dapat pula dijadikan cara untuk
mendidik pegawai adalah dengan cara yang biasa
disebut on the job training. Latihan ini dilaksanakan
dengan segera menempatkan pegawai itu memangku
jabatannya, tetapi ia didampingi oleh pegawai yang

dimaksud dengan on the job training adalah sebagai


upaya pembelakalan pengetahuan, keterampilan,
bahkan sikap kepada para karyawan agar mereka
dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan job
deskripsinya masing-masing. Pelatihan ini dapat
diberikan oleh karyawan senior kepada yunior, atau
oleh pimpinan organisasi itu sendiri.
Tujuan on the job training adalah agar
karyawan memiliki kebulatan tekad/sikap kerja yang
positif menuju prestasi. Selain itu para karyawan
diharapkan memiliki gambaran pengetahuan dan
jenis pelatihan yang akan dilaksanakan selama
menjadi karyawan. Yang terpenting dari semuanya
itu adalah agar karyawan dapat menyesuaikan diri
dengan

lingkungan

kerja,

rekan

kerja,

dan

pekerjaannya.
On the job training dapat diterapkan pada
setiap karyawan baru, karyawan yang pindah ke
bagian lain (mutasi), karyawan yang berganti tugas
dan tanggung jawab, atau kepada karyawan yang
menunjukkan

prestasi

kurang

baik

dalam

pekerjaannya.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

telah berpengalaman (Manulang, 2005:131). Dengan

Perencanaan pembelajaran atau disebut juga

kata lain, pegawai tersebut untuk jangka waktu

sebagai desain pembelajaran merupakan kegiatan


awal

yang

harus

dilakukan

guru

sebelum

16

Sukri

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

melaksanakan proses pembelajaran. Ada banyak

pelajaran tertentu untuk memperoleh hasil-hasil yang

istilah untuk menamai perencanaan pembelajaran.

diinginkan.

Ada yang menyebut rencana pelajaran, program

RPP sekurang-kurangnya memuat lima aspek.

pembelajaran, skenario pembelajaran, bahkan ada

Kelima

aspek

tersebut

adalah:

1)

Tujuan

yang menyebutnya dengan desain pembelajaran. Apa

pembelajaran, 2) Materi pembelajaran, 3) Metode

pun istilahnya, konsep awalnya tetap sama yaitu

pembelajaran, 4) Sumber belajar, dan 5) Penilaian

sebagai sebuah proses perencanaan dalam kegiatan

hasil belajar.

belajar mengajar.
Desain adalah rancangan, pola atau model

Metode Penelitian

(Rusman, 2008:24). Mendesain pembelajaran berarti


menyusun

rancangan

pembelajaran

sesuai

atau

menyusun

model

dengan

silabus,

standar

kompetensi, dan kompetensi dasar yang disyaratkan.


Guru diharapkan pula mampu menjabarkan
tujuan-tujuan yang tertera pada kurikulum menjadi
tujuan-tujuan yang lebih spesifik. Selanjutnya tujuantujuan yang spesifik tersebut diterjemahkan pada
kegiatan

pembelajaran.

Kegiatan

sebelum

Rancangan penelitian yang digunakan adalah


rancangan model Kemmis dan Taggart yang terdiri
dari atas empat langkah, yakni: perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dalam Penelitian
ini
dan

akan

dilaksanakan

langkah-langkah

meliputi

dalam
dalam

perencanaan,

dua

siklus,

setiap

siklus

pelaksanaan

tindakan,

observasi, dan refleksi seperi pada gambar berikut.

pelaksanaan pembelajaran inilah yang dinamakan


sebagai kegiatan perencanaan. Perencanaan yang
dibuat

guru

dalam

menyusun

pelaksanaan

pembelajaran sering disebut dengan RPP atau


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Perencanaan dikatakan pula sebagai pemilihan
dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur
pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat
disediakan untuk mencapai tujuan tersebut (Soetjipto,
2004:134). Perencanaan merupakan seperangkat
operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna

Gambar 1. Siklus Penelitian

memperoleh hasil-hasil yang diinginkan (Hamalik,


2008:135).

Sedangkan

pengajaran

atau

satuan

Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini

pengajaran adalah bentuk persiapan mengajar secara

adalah kemampuan guru di sekolah binaan dalam

mendetail per pkok bahasan yang disusun secara

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

sistematik berdasarkan Garis-garis Besar Program

Di samping itu, dari hasil supervisi ditemukan

Pengajaran yang telah ada untuk suatu mata pelajaran

kelemahan guru menyusun rencana pelaksanaan

tertentu (Soetjipto, 2004:156).

pembelajaran

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan


bahwa

yang

itu

peneliti

juga

menggunakan lembar respon yang dugunakan untuk


menjaring tanggapan atau komentar para guru peserta

pembelajaran atau program pengajaran adalah suatu

on the job training atas pelaksanaan on the job

penetapan prosedur atau perkiraan-perkiraan yang

training dalam menyusun rencana pelaksanaan

dibuat

pembelajaran (RPP).

guru

dalam

dengan

Selain

perencanaan

oleh

dimaksud

(RPP).

menyusun

persiapan

pembelajaran untuk kompetensi tertentu pada mata

Analisis

data

dalam

penelitian

ini

menggunakan analisis data kualitatif yaitu analisis

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

17

berdasarkan penalaran logika. Analisis tersebut

dibuat jauh dari apa yang diharapkan. Hampir

digunakan atas pertimbangan bahwa, jenis data yang

semua guru ditemukan kurang paham semua

diperoleh berbentuk kalimat-kalimat dan aktivitas-

aspek

aktivitas peserta diklat. Sedangkan analisis kuantitatif

penyusunan

digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan

pembelajaran (RPP).

kemampuan

guru

pelaksanaan

dalam

pembelajaran

menyusun
(RPP)

atau

indikator
sebuah

yang

ada

rencana

dalam

pelaksanaan

rencana

Dengan kondisi awal yang masih jauh

dengan

dari standar yang di harapkan. Sehingga ini

menggunakan prosentase (%).

perlu adanya tindakan nyata yang diharapkan

Indikator keberhasilan proses pelaksanaan

mampu meningkatkan kemampuan guru dalam

kegiatan penelitian, guru minimal: siap bahan = 75%,

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

keaktifan sebagai peserta = 75%, presentasi internal

(RPP), yakni berupa on the job training bagi

75%, presentasi eksternal = 75%, dan panel pakar =

guru di sekolah binaan.

75%. Apabila secara klasikal kurang dari 80% guru


tidak mememenuhi indikator keberhasilan yang telah

2.

Deskripsi Siklus 1
Pada tahap ini melaksanakan on the job

ditetapkan, berarti tindakan dianggap belum berhasil.


Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dan

training

dilaksanakan pada siklus berikutnya.

deduktif sesuai rencana dan skenario yang


telah
pada

Deskripsi Kondisi Awal Penelitian


Gambaran
berdasarkan

hasil

rekaman

yang

didapat

fakta/observasi

di

lapangan, para guru pada awalnya kemampuan


atau kompetensi dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) masih sangat
kurang, hal ini dikarenakan persepsi guru
menganggap bahwa semua kompetensi dasar
dan

indikator

yang

menjadikan

dasar

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran


(RPP) di anggap tidak penting dan hanya
merupakan

menggunakan

disiapkan.

metode

Pengamatan

terhadap

pelaksanaan tindakan, yaitu menitikberatkan

Hasil Penelitian
1.

dengan

persyaratan

atau

formalitas

pelaksanaan pembelajaran sehingga rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat
tidak sesuai dengan karakatristik mata pelajaran
dan siswa.
Demikian pula tampak jelas, kemampuan
guru dalam menyusun

rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) hanya berdasarkan contoh


dari mata pelajaran serumpun lain atau dari
sekolah lain tanpa menganalisis secara kritis
berdasarkan standar yang ada sehingga kualitas
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

kemampuan

rencana

guru

pelaksanaan

dalam

menyusun

pembelajaran

(RPP)

sebagai akibat diterapkan on the job training.


Tujuan dilaksanakan pengamatan adalah untuk
mengetahui

kegiatan

yang

mana

patut

dipertahankan, diperbaiki, atau dihilangkan


sehingga kegitan pembinaan melalui on the job
training benar-benar berjalan sesuai dengan
tujuan dan mampu meningkatkan kemampuan
guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Kegiatan peserta juga diobservasi, baik
menyangkut kesiapan bahan yang disiapkan,
keaktifan, presentasi, dan panel pakar. Dari
hasil

pengamatan

terhadap

aktivitas

peserta dengan menggunakan lembar observasi


yang telah disiapkan, diperoleh data sebagai
berikut.

18

Sukri

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

ditetapkan pada semua aspek, baik menyangkut

Tabel 1. Penilaian Kemampuan Guru


Indikator
Nominal
Jumlah
Prosentase (%)
Pencapaian

Kesiapan
bahan
S
TS
8
4

Aspek yang Dinilai


PreKeaktifan
Panel Pakar
sentasi
S
TS
S
TS
S
TS
7
5
6
6
5
7

kemampuan guru maupun produk rencana

67

58

kemampuan guru dalam menyusun rencana

33

Tercapai

42

50

Belum

50

42

Belum

pelaksanaan pembelajaran (RPP).


Dari hasil yang diperoleh menunjukkan

58

Belum

pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus I


belum

menunjukkan

hasil

sesuai

dengan

Dari tabel di atas, diperoleh data pada

indikator kinerja yang telah ditetapkan. Setelah

aspek kesiapan bahan 8 orang atau 67% peserta

diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh,

siap dan 4 orang atau 33% tidak siap. Pada

diputuskan untuk memperbaiki terutama dalam

aspek keaktifan tampak bahwa 7 orang guru

memperjelas tentang aspek-aspek yang belum

atau 58% siap dan 5 orang guru atau 42% belum

sesuai dengan indikator kinerja yang telah

siap. Pada aspek presentasi tampak bahwa dari

ditetapkan.

12 orang guru yang direncanakan untuk

Terkait dengan kesiapan guru, ditemukan

pembinaan yang siap 6 orang atau 50% dan 6

bahwa

orang guru atau 50% tidak siap. Pada aspek

pentingnya

panel pakar tampak bahwa 5 orang atau 42%

rencana

siap dan 7 orang guru atau 58% belum siap.

Selain itu guru belum lengkap memiliki silabus,

guru

belum

menyadari

bahwa

rambu-rambu dalam menyusun

pelaksanaan

pembelajaran

(RPP).

Berdasarkan dekripsi di atas tampaknya

RPP, dan bahan ajar. Terkait dengan bahan-

kegiatan guru dalam mengikuti on the job

bahan yang seharusnya dipersiapkan misalnya

training belum memenuhi kriteria keberhasilan.

laptop, guru kebanyakan tidak memiliki, akan

Dari

hasil

pengamatan

terhadap

tetapi alternatif solusinya adalah meminjamkan

pelaksanaan on the job training dapat dapat

pada sekolah atau memanfaatkan komputer

diketahui

pelaksanaan

yang ada di sekolah. Berdasarkan hasil refleksi

pembelajaran (RPP) yang disusun oleh para

itu, itu diputuskan untuk memantapkan kegiatan

peserta pada siklus 1 diperoleh rata-rata nilai

pembinaan lebih memfokuskan pada aspek-

secara klasikal sebesar 74.02. Nilai tersebut

aspek yang belum memenuhi indikator kinerja

berada dalam interval kriteria penilaian B

yang telah ditetapkan.

bahwa

rencana

(Baik).
Dari hasil evaluasi terhadap rencana

3.

Deskripsi Siklus 2

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dbuat

Pada siklus II, menerapkan on the job

yang dibuat oleh guru setelah diadakan on the

training dengan menggunakan metode induktif.

job training pada tahap awal (siklus I) diperoleh

Sesuai dengan refleksi hasil siklus I, langkah-

produk

pembelajaran

langkah yang diambil pada dasarnya memiliki

(RPP) yang telah dibuat nilai rata-rata rencana

prosedur yang sama dengan siklus I, hanya saja

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun

diadakan perbaikan pada hal-hal yang dilihat

oleh para peserta setelah mengikuti on the job

ada kelemahan serta mempertahankan hal-hal

training adalah 72.27. Nilai tersebut termasuk

yang sudah berjalan dengan baik. dengan

ke dalam kriteria B (Baik).

memfokuskan pada penjelasan aspek-aspek

rencana

pelaksanaan

Berdasarkan dekripsi di atas tampaknya

yang

belum

dipahami

guru

lebih

kemampuan guru dalam menyusun Rencana

menitikberatkan pada aspek pembimbingan

pelaksanaan

secara

memenuhi

pembelajaran
indikator

(RPP)

kinerja

yang

belum
telah

individu

dalam

suatu

kelompok.

Kemudian peserta diminta menunjukkan hasil

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

19

kerjanya dan melakukan presentasi visual

yang dibuat oleh guru setelah diadakan on the

untuk menjelaskan cara penyusunannya pada

job training pada siklus II diperoleh produk

peserta lain dan kelompok lain meberikan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

tanggapan, masukan. Peneliti sebagai fasilitator

telah dibuat diperoleh bahwa nilai rata-rata

memberikan

juga

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

melakukan modifikasi terhadap hal-hal sudah

disusun oleh para peserta setelah mengikuti on

baik supaya tindakan yang diberikan tidak

the job training adalah 83.07. Nilai tersebut

membosankan.

termasuk ke dalam kriteria A (Sangat Baik).

refleksi

Setelah

siklus

dan

II

penguatan

dijalankan

yang

Berdasarkan dekripsi di atas tampaknya

mengacu pada refleksi dan pemecahan masalah

kemampuan guru dalam menyusun Rencana

pada siklus I diperoleh data seperti tampak pada

pelaksanaan

tabel berikut.

memenuhi

pembelajaran
indikator

(RPP)

kinerja

sudah

yang

telah

ditetapkan pada semua aspek, baik menyangkut


kemampuan guru maupun produk rencana

Tabel 2. Penilaian Kemampuan Guru setelah Siklus II


Indikator

Aspek yang Dinilai


Keaktifan
Presentasi

Kesiapan
bahan
S
TS
12
0
100
0

Nominal
Jumlah
Prosentase (%)
Pencapaian

S
10
83

Tercapai

TS
2
17

TH
1
8

Panel
Pakar
S
TS
10
2
83
17

Tercapai

Tercapai

H
11
92

Tercapai

pelaksanaan pembelajaran (RPP).


Dari hasil yang diperoleh menunjukkan
kemampuan guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus II
telah

menunjukkan

hasil

sesuai

dengan

indikator kinerja yang telah ditetapkan. Setelah


Dari tabel di atas, diperoleh data pada

diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh,

aspek kesiapan bahan 12 orang atau 100%

diputuskan bahwa semua aspek penilaian telah

peserta

yang

tuntas sehingga dapat dikatakan secara klasikal

tidak siap. Pada aspek keaktifan tampak bahwa

maupun individu kemampuan guru dalam

10 orang guru atau 83% siap dan 2 orang guru

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

atau 17% belum siap. Pada aspek presentasi

(RPP) dan produk RPP yang dihasilkan telah

tampak bahwa dari 12 orang guru yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

siap

dan

tidak

ada

direncanakan untuk pembinaan yang siap 11


orang atau 92%

dan 1 orang guru atau

Pembahasan

8% tidak siap. Pada aspek panel pakar tampak


bahwa 10 orang atau 83% siap dan 2 orang

1.

Siklus 1
Pada siklus pertama dilaksanakan on the

guru atau 17% belum siap.


Berdasarkan dekripsi ini dapat dikatakan

job training kepada 12 (dua belas) orang guru di

bahwa kegiatan guru dalam mengikuti on the

sekolah binaan. Dari kegiatan yang telah

job

dilakukan diperoleh hasil bahwa secara klasikal

training

sudah

memenuhi

kriteria

keberhasilan.
Nilai kemampuan guru dalam menyusun
RPP pada siklus II diketahui bahwa diperoleh
rata-rata nilai secara klasikal sebesar 81.13.

kemampuan guru dalam menyusun rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP) masih belum
memenuhi kriteria keberhasilan.
Secara klasikal rencana pelaksanaan

Nilai tersebut berada dalam interval kriteria

pembelajaran (RPP)

yang

dihasikan

guru

penilaian A (Sangat Baik).

setelah mengikuti on the job training memang

Dari hasil evaluasi terhadap rencana

dapat dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan oleh

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat

nilai atau hasil yang telah dicapai guru setelah

20

Sukri

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

pelaksanaan on the job training pertama secara

klasikal maupun individu berada pada interval

klasikal berada pada interval kriteria penilaian

nilai A (Sangat Baik).

B (Baik).

Berdasarkan analisis dan pembahasan

Secara individu, masih ada beberapa


peserta

yang

atau

dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

konsentrasi pada materi pembinaan, yaitu

aktivitas peserta dalam kegiatan penyusunan

berada dalam satu tempat akan tetapi pikirannya

rencana

berada di tempat lain. Sehingga materi yang

melalui on the job training. Di samping itu juga,

diberikan tidak dapat diserap dengan baik.

terjadi peningkatan kemampuan guru dalam

Faktor lain yang menyebabkan para guru

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

peserta on the job training kesulitan dalam

(RPP) melalui on the job training dari siklus I

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

ke siklus II pada masing-masing aspek dengan

(RPP) yaitu sifat malas yang telah lama berakar

target ketercapaian sesuai dengan kriteria yang

dalam

ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan

diri

masih

guru

belum

tersebut.

fokus

seperti yang telah dipaparkan di atas, maka

Hal

tersebut

pelaksanaan

pembelajaran

(RPP)

bahwa melalui

on the job training dapat

menggunakan metode copy paste, tanpa ada

meningkatkan

kemampuan

usaha untuk berinovasi, sehingga cukup sulit

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

untuk membangkitkan kembali minat guru agar

(RPP) semester gasal.

disebabkan

karena

terlalu

lama

guru

guru

dalam

mau kreatif dan inovatif hanya dalam waktu

Keberhasilan tindakan ini disebabkan

yang singkat. Butuh waktu lebih lama untuk

oleh pembinaan secara menyeluruh tentang

menumbuhkan kembali minat, daya kreasi, dan

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran

inovasi para guru.

(RPP) sangat diperlukan. Dengan pembinaan

Beberapa respon dari guru peserta


menyebutkan

bahwa

rencana

dan pengarahan yang baik, maka

rencana

pelaksanaan

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat disusun

pembelajaran (RPP) yang disusun tidak sesuai

dengan baik. Mengoptimalkan pemahaman guru

dengan standar kriteria penyusunan rencana

terhadap

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baku.

pembelajaran (RPP) melalui pembinaan intensif

penyusunan

rencana

pelaksanaan

dalam bentuk penyelenggaraan on the job


2.

training menunjuk pada metode kooperatif

Siklus 2
Pada siklus pertama dilaksanakan on the

konsultatif

dimana

diharapkan

para

guru

job training kepada 12 (dua belas) orang guru di

berdiskusi, bekerja sama dan berkonsultasi

sekolah binaan. Dari kegiatan yang telah

secara aktif, serta presentasi visual. Aktivitas ini

dilakukan diperoleh hasil bahwa secara klasikal

akan

maupun individu kemampuan guru dalam

memahami konsep-konsep dasar penyusunan

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta

(RPP) telah memenuhi kriteria keberhasilan.

pada akhirnya nanti mereka mampu menyusun

Produk

rencana

pembelajaran (RPP)

yang

pelaksanaan
dihasikan

sangat

membantu

mereka

dalam

alat evaluasi dengan baik dan benar.

guru

Dari paparan di atas, menunjukkan

setelah mengikuti on the job training dapat

bahwa peningkatan kemampuan guru melalui

dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai

kegiatan on the job training yang lebih

atau hasil yang telah dicapai guru setelah

menekankan

pelaksanaan on the job training pertama secara

konsultatif

pada
akan

metode

kolaboratif

memberikan kesempatan

sharing antara satu guru dengan guru lain.

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Dengan

demikian,

pemahaman

terhadap

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran


(RPP) dapat ditingkatkan baik dalam teoretisnya
maupun implementasinya.

Profesi

Pengawas

Sekolah.

Bacaan

21

Pendukung.

Surabaya: PMPTK
, 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Penataran. Jakarta:
Pusdiklat Depdiknas
Arikunto, Suharsimi. 1998. Penelitian Tindakan untuk Guru,
Kepala Sekolah dan Pengawas. Jakarta: Aditya Maedia
Beeby, C.E. 1987. Pendidikan di Indonesia-Terjemahan. BP3K

Kesimpulan

Jakarta: YIIS.

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat


ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.

On

the

job

training

pengaruh

dapat

memberikan

terhadap

peningkatan

kompetensi dan kemampuan


sekolah

binaan

rencana

guru

dalam

pelaksanaan

di

menyusun
pembelajaran

(RPP) di sekolah binaan.


2.

Meningkatnya
sekolah
rencana
(RPP)

guru

dalam

di

menyusun

pelaksanaan

pembelajaran

berdampak pada

peningkatan

Guru

memberikan

positif

terhadap

rencana
(RPP)

respon

Dengan

on

demikian

training
terhadap

sangat

kegiatan

pelaksanaan
melalui

penyusuan
pembelajaran

the

job

kegiatan

memberikan

training.

on

dampak

kemampuan

menyusun

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor


13

Tahun

2007,

tentang

Standar

Kepala

Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.


Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Strategi Pembelajaran
Pendidikan dan Penataran Pendidikan Formal. Jakarta:
Depdiknas
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Depdiknas

rencana

guru

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


Kemendiknas.

2010.

Pelatihan

Penelitian

Penguatan

Tindakan

kemampuan

Sekolah

Materi

Kepala Sekolah.

Jakarta: Dirjen PMPTK.


Lestari, Tita. 2008. Metencanakan dan Melaksanakan Penelitian
Tindakan Sekolah Dari Sekolah Binaan Kami untuk

hasil belajar siswa di sekolah binaan.


3.

Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum.

kemampuan

binaan

Depdiknas. 2007. Buku Saku Kurikulum satuan Pendidikan

the

job

positif
dalam

pelaksanaan

pembelajaran (RPP).

Sekolah Binaan Anda. Bogor: KPPPTS.


Manulang, 2005. Dasar-dasar Manajemen. Jogjakarta: Gadjah
Mada University Press.
Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Rusman. 2008. Manajemen Kurikulum Seri manajemen Sekolah
Bermutu. Bandung: Mulia Mandiri Press.
Satori, Djamaan dkk. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Soetjipto dan Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan
Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: PT RajaGrafindo

Daftar Pustaka
, 2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas, Sebagai
Karya Tulis Ilmiah dalam Kegiatan Pengembangan

Persada.

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

22

ISSN : 2337-4705

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok


Struktur dan Fungsi Akar Melalui Pembelajaran Model Problem
Based Learning
SRI WAHYUNI
In overcoming classic problems in study, require to look for by new strategy in study entangling student actively.
Study majoring domination of centre on interest have to student, giving experience and study learn relevant and
contextualized in life of reality (provide relevant and contextualized subject matter) and develop to bounce strong and rich
at student

Keywords: learning result, problem based learning

Dari masalah-masalah yang dikemukakan

Pendahuluan
Biologi merupakan salah satu jenis mata
pelajaran yang memerlukan pemahaman konsep
secara menyeluruh dan saling terkait antara satu
tapik bahasan dengan topik bahasan yang lain,
dimana di dalam mengkaji teori-teori atau hukumhukum yang ada seringkali memerlukan usaha lebih
dari anak didik untuk memusatkan perhatiannya
agar dapat memahami dan mengingat konsep yang
dipelajarinya dengan baik.
Adapun kendala-kendala yang dihadapi para
guru mata pelajaran Biologi khususnya materi
Struktur dan Fungsi Akar diantaranya adalah
kurangnya minat belajar peserta didik, dimana
sebagian besar pandangan peserta didik dalam
pemahaman materi Biologi harus dengan cara
dihafal semata dan dibaca berulang-ulang. Selain
masalah tersebut, cara penyampaian materi dari
guru juga kurang menarik, kurang komunikatif
dengan peserta didik sehingga terkesan monoton
dan menjemukan.
Berdasarkan

hasil

pengamatan

dan

pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam


kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak
begitu tertarik dengan pelajaran Biologi karena
selama ini pelajaran Biologi dianggap sebagai

diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran


yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran
yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus
berpusat

pada

siswa

(Focus

on

Learners),

memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar


yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata
(provide relevant and contextualized subject matter)
dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat
pada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa
terlebih

dahulu

diminta

mengobservasi

suatu

fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat


permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu
tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru
mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan
asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda
diantara mereka.
Berdasarkan uraian di atas maka Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji
penerapan pembelajaran model Problem Based
Learning

untuk

meningkatkan

kemampuan

memecahkan masalah Struktur dan Fungsi Akar


dalam mata pelajaran Biologi.

pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata,


kurang

menekankan aspek

penalaran

sehingga

menyebabkan rendahnya minat belajar Biologi siswa


di sekolah.

Pengertian Belajar
Belajar adalah proses interaksi terhadap
kegiatan belajar mengajar yang ada disekitar individu

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

dengan cara melihat, mengamati, memahami sesuatu.

kemampuan

Hubungan antara guru dan peserta didik di dalam

dengan

kelas membawa implikasi terhadap kadar hasil

mengatasi koflik

belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar

3.

berkomunikasi,

orang

lain

serta

23

bekerjasama
mengelola

dan

Learning to live together adalah membekali

tersebut sebagai akibat hubungan guru dan peserta

kemampuan untuk hidup bersama dengan orang

didik dalam mengembangkan dirinya secara bebas,

lain yang berbeda dengan penuh toleransi,

pembentukan memori pada otak, dan pembentukan

saling pengertian dan tanpa prasangka.

pemahaman pada peserta didik.

4.

Learning

to

be

adalah

keberhasilan

Belajar merupakan proses perubahan yang

pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan

terjadi pada diri seseorang melalui penguatan

ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar

(reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang

pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut

bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai

ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu

hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour

mencari

as a result of experience), demikian pendapat John

pengetahuan

Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika

masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan

Serikat dari aliran Behavioural Approach.

toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya

informasi
yang

dan

menemukan

mampu

ilmu

memecahkan

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar

behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan

bersifat progresif dan akumulatif, mengarah kepada

percaya diri pada siswa sehingga menjadi

kesempurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi

manusia

mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik

berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki

mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain),

kemantapan emosional dan intelektual, yang

aspek afektif (afektive domain) maupun aspek

dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten,

psikomotorik

(psychomotoric

domain).

Belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh

yang

mampu

mengenal

dirinya,

yang disebut emotional intelegence (kecerdasan


emosi).

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah


laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

Pengajaran Berbasis Masalah (Problem

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

Based Learning)

dengan lingkungan.
Empat pilar belajar yang dikemukakan oleh
UNESCO secara rinci peneliti paparkan sebagai
berikut:
1.

Learning

to

pembelajaran

know,
yang

yaitu

suatu

memungkinkan

proses
siswa

menguasai tekhnik menemukan pengetahuan


dan bukan semata-mata hanya memperoleh
pengetahuan.
2.

Learning to do adalah pembelajaran untuk


mencapai kemampuan untuk melaksanakan
Controlling,
Designing,

Monitoring,
Organizing.

Maintening,
Belajar

dengan

melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret


tidak

hanya

mekanistis,

terbatas
melainkan

pada
juga

kemampuan
meliputi

Pengajaran berbasis masalah adalah suatu


pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
untuk belajar
ketrampilan

tentang cara
pemecahan

berpikir

masalah

kritis dan

serta

untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari


materi pelajaran (Nuhadi, 2004).
Adapun ciri-ciri pengajaran berbasis masalah
menurut Nuhadi (2004) antara lain adalah pengajuan
pertanyaan atau masalah, berfokus keterkaitan antar
disiplin ilmu, penyelidikan autentik, dan menghasilkan
karya atau produk dan memamerkannya.
Pembelajaran model Problem Based Learning
berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja

dan

mengalami,

menemukan

dan

24

Sri Wahyuni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan

yang tinggi, maka siswa tersebut telah berhasil

masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaatya,

Sehubungan dengan uraian di atas Sumartono

dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

(1971:18) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah

Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi

suatu nilai yang menunjukkan nilai tertinggi yang

hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah,

dicapai peserta didik dalam proses kegiatan belajar

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan

mengajar menurut kemampuan dalam mengerjakan

bergumul dengan ide-ide.

sesuatu pada suatu saat tertentu pula.

Dalam pembelajaran model Problem Based


Learning

tugas

guru mengatur

strategi

Hasil belajar adalah hasil dari proses kegiatan

belajar,

belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta didik.

membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan

Dalam pengertian ini hasil yang diperoleh adalah hasil

pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus

kegiatan belajar mengajar peserta didik dalam bentuk

tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan

pengetahuan sebagai akibat dan perlakuan atau

keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan

pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru.

masalah dalam kehidupannya.

Seperti

yang

dikemukakan

oleh

Sudjana

Dari uraian di atas dapat diduga bahwa

(1989:45) memberi pengertian prestasi belajar adalah

pembelajaran dengan model Problem Based Learning

proses verbal dari fakta ataupun proses tingkah laku

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar

secara phisik yang berupa memori atau ingatan yang

efektif dan kreatif, dimana siswa dapat membangun

bersifat mentalistik, ia juga menambahkan, prestasi

sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan

belajar adalah proses hubungan antara guru dan siswa

keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja

secara bebas, pembentukan memori atau ingatan pada

kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa

siswa, dan pembentukan pemahaman pada seorang

merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan

siswa.

dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar

Mouly dalam Sudjana (1989:5) belajar adalah

yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal

proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya

materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata

pengalaman. Pendapat serupa dikemukakan oleh

(pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada

Kimble dan Garmesi dalam Sudjana (1989:5) adalah

saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok

pembahan tingkah laku yang relatif permanen terjadi

dan diskusi kelas).

dari hasil pengalaman. Pada dasarnya belajar adalah


suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-

Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar adalah hasil dari
proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan peserta
didik. Dalam pengertian uji hasil yang diperoleh adalah
hasil kegiatan selama mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Prestasi belajar adalah hasil yang telah
dicapai atau dilakukan oleh peserta untuk mendapatkan
kepandaian. Seseorang dapat dikatakan berprestasi
apabila ia dapat mencapai hasil yang maksimal dari apa
yang telah dilakukan. Begitu halnya dengan seseorang
peserta didik apabila ia memperoleh prestasi belajar

perubahan pada diri seseorang, perubahan seperti


pengalaman, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu siswa.
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam
proses belajar mengajar, dapat ditentukan dengan
membandingkan hasil tes awal (pre-test) yang diperoleh
siswa dengan hasil tes akhir (post-test) yang diperoleh
siswa setelah proses belajar mengajar selesai. Jika hasil
tes akhir skornya lebih tinggi dari skor tes awal, berarti
proses belajar mengajar dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Perbedaan hasil tes awal dengan tes akhir
menunjukkan bahwa skor yang nyata sebagai akibat

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

25

proses belajar mengajar yang terjadi karena perlakuan

mencatat semua aktivitas siswa selama tindakan

guru.

berlangsung. Ada tiga macam alat pengumpul data yang


digunakan, yaitu lembar observasi, catatan lapangan,
dan angket siswa.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode
dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini
adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action

Research)

yaitu

suatu

dikembangkan bersama-sama

penelitian

yang

untuk peneliti dan

decision maker tentang variable yang dimanipulasikan


dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Prosedur Penelitian yang peneliti terapkan yaitu
menggunakan 2 siklus, penelitian ini dilaksanakan
terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning),
tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi

Data yang diperoleh dianalisa dan hasilnya


dijadikan sebagai bahan penyusunan rencana tindakan
berikutnya. Analisa data dilakukan setiap selesai 1 kali
pertemuan tatap muka dan setiap akhir siklus. Data
dianalisa secara kualitatif yaitu lembar observasi dan
catatan lapangan. Analisa kualitatif untuk catatan
lapangan dan lembar observasi dilakukan dengan jalan
membandingkan keaktifan siswa pada siklus satu
dengan keaktifan siswa siklus dua.
Kriteria Ketuntasan

(reflecting). Penelitian Tindakan Kelas ini didahului

Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi

dengan identifikasi masalah dan siklus dimulai dari

proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya

perencanaan,

siswa memecahkan masalah melalui pembelajaran

pelaksanaan

tindakan,

pengamatan,

refleksi, dan revisi.

berbasis

masalah

dengan

mengadakan

diskusi

Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya

kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk

adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran

berani mengeluarkan pendapat dan atau berbeda

Biologi dengan pendekatan Problem Based Learning

pendapat tentang masalah Struktur dan Fungsi Akar.

(pembelajaran

berbasis

masalah)

untuk

melihat

Seorang siswa dikatakan berhasil (mencapai

perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat

ketuntasan), jika telah mencapai taraf penguasaan

kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap

minimal 70%. Siswa yang taraf penguasaan kurang dari

hasil belajar. Data yang diambil adalah data kuantitatif

70% diberikan remidi tema yang belum dikuasai,

dari hasil tes, presensi, nilai tugas serta data kualitatif

sedang siswa yang telah mencapai penguasaan 70%

yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa,

atau lebih dapat melanjutkan ke tema berikutnya.

partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan


atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.

(mencapai ketuntasan belajar), jika paling sedikit 85%

Penelitian direncanakan selama (tiga) bulan


dimulai

pada

bulan

Februari

sampai

Klasikal atau suatu kelas dikatakan berhasil

dengan

dari jumlah dalam kelompok atau kelas teresebut telah


mencapai

ketuntasan perorangan. Apabila

sudah

pertengahan bulan Juli 2008. Tanggal 3 Maret 2012

terdapat 85% dari banyaknya siswa yang mencapai

untuk jadwal siklus I, tanggal 14 April 2012 untuk

tingkat

jadwal siklus II. Untuk bulan Mei Juni untuk kegiatan

bersangkutan

pengumpulan data, penyusunan laporan dan koreksi.

pembelajaran berikutnya.

Pengesahan laporan pada awal bulan Juli 2012.


Instrumen yang dipakai berbentuk soal tes,
observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul
dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang
sudah dirumuskan. Alat yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah berupa instrumen untuk

ketuntasan

belajar

dapat

maka

melanjutkan

kelas

yang

pada

suatu

26

Sri Wahyuni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

2) Menilai

Pelaksanaan Penelitian
1.

tindakan

dengan

menggunakan format lembar kerja siswa

Siklus 1

(LKS).

a) Perencanaan
1) Identifikasi

masalah

dan

d) Refleksi

penetapan

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah

alternatif pemecahan masalah.

dilakukan

2) Merencanakan pembelajaran yang akan


diterapkan

dalam

proses

hasil

3) Memperbaiki

pembelajaran

kontekstual

8) Mengembangkan format evaluasi.


format

pelaksanaan

tindakan

2.

Siklus 2
a) Perencanaan

7) Menyusun lembar kerja siswa.


9) Mengembangkan

skenario

pada siklus berikutnya.

pembelajaran berbasis masalah (PBL).


Bantu yang dibutuhkan.

tentang

sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan

dan

6) Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat

evalusi

pembelajaran dan lembar kerja siswa.

4) Memilih bahan pelajaran yang sesuai.


pendekatan

mutu,

2) Melakukan pertemuan untuk membahas

kompetensi dasar.
skenario

evaluasai

tindakan.

3) Menetapkan standar kompetensi dan

5) Menentukan

meliputi

jumlah dan waktu dari setiap macam

belajar

mengajar.

dengan

hasil

observasi

pembelajaran.
b) Tindakan
1) Menerapkan tindakan yang mengacu
pada skenario pembelajaran.
2) Siswa membaca materi yang terdapat
pada buku sumber.
3) Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang materi yang terdapat pada buku
sumber.
4) Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang materi yang dipelajari.
5) Siswa berdiskusi membahas masalah
(kasus) yang sudah dipersiapkan oleh
guru.
6) Masing-masing kelompok melaporkan
hasil diskusi.
7) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa
(LKS).
c) Pengamatan
1) Melakukan observasi dengan memakai
format observasi yang sudah disiapkan
yaitu dengan alat perekam, catatan
anekdot untuk mengumpulkan data.

1) Identifikasi masalah yang muncul pada


siklus I dan belum teratasi dan penetapan
alternatif pemecahan masalah.
2) Menentukan indikator pencapaian hasil
belajar.
3) Pengembangan program tindakan II.
b) Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II
yang mengacu pada identifikasi masalah
yang muncul pada siklus I, sesuai dengan
alternatif pemecahan maslah yang sudah
ditentukan, antara lain melalui:
1) Guru melakukan appersepsi.
2) Siswa yang diperkenalkan dengan materi
yang akan dibahas dan tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran.
3) Siswa mengamati gambar-gambar / fotofoto yang sesuai dengan materi.
4) Siswa bertanya jawab tentang gambar /
foto.
5) Siswa menceritakan Struktur dan Fungsi
Akar yang ada pada gambar.
6) Siswa

mengumpulkan

bacaan

dari

berbagai sumber, melakukan diskusi


kelompok belajar, memahami materi dan
menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

7) Presentasi

hasil

diskusi.

27

Siswa

mengalami kenaikan 17%. Dalam indikator interaksi

menyelesaikan tugas pada lembar kerja

siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada

siswa.

siklus pertama 82,9% dan pada siklus kedua 92,7%

c) Pengamatan

mengalami kenaikan sebesar 9,8%. Dalam indikator

1) Melakukan observasi sesuai dengan


format

yang

sudah

dan

pembelajaran, pada siklus pertama78% dan pada

mencatat semua hal-hal yang diperlukan

siklus kedua 100% mengalami kenaikan sebesar

yang

22%. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa,

terjadi

disiapkan

hubungan siswa dengan guru selama kegiatan

selama

pelaksanaan

tindakan berlangsung.

pada siklus pertama 75,6% sedangkan pada siklus

2) Menilai hasil tindakan sesuai dengan


format yang sudah dikembangkan.
d) Refleksi

kedua 92,7% mengalami kenaikan sebesar 17,1%.


Dalam

indikator

partisipasi

siswa

dalam

pembelajaraan terlihat pada siklus pertama 85,4%,

3) Melakukan evaluasi terhadap tindakan


pada siklus II berdasarkan data yang

sedangkan pada siklus kedua 97,6% mengalam


kenaikan sebesar 12,2%.

terkumpul.
4) Membahas

Dari paparan data dapat disimpulkan rata-rata


hasil

evaluasi

tentang

skenario pembelajaran pada siklus II.


5) Memperbaiki

pelaksanaan

aktifitas siswa siklus 1 mencapai 76% meningkat


menjadi 90,7% pada siklus 2, sedang daya seraf

tindakan

siklus 1 mencapai 70,3 menjadi 76,8, ketuntasan

sesuai dengan hasil evaluasi untuk

klasikal siklus 1 mencapai 68,3% meningkat menjadi

digunakan pada siklus III jika pada

90,2% pada siklus 2, ini menunjukkan target minimal

siklus II belum berhasil.

keberhasilan penelitian telah terlampaui.


Melalui model Problem Based Learning ini
terlihat

Hasil dan Pembahasan


Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan. Siswa dibagi menjadi lima kelompok
dengan masing-masing kelompok beranggotakan
6 orang. Setiap anggota kelompok diberi lembaran
kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap
kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu
kepada buku pegangan dan materi yang telah
disampaikan.
Hasil pengamatan guru menunjukan pada
pembahasan siklus pertama dengan Struktur dan Fungsi
Akar terlihat para siswa sangat bagus dalam
melaksanakan kerja kelompok.
Berdasarkan

hasil

analisis

data

terlihat

keberanian siswa bertanya dan mengemukakan


pendapat, rerata perolehan skor pada siklus pertama
61 % menjadi 77,7%, mengalami kenaikan 16,7%.
Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan
dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama
rata-rata 73,2% dan pada siklus kedua 90,2%

hubungan

siswa

dengan

guru

sangat

signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang


menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk
berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif
learning yaitu melalui discovery dan invention serta
creativity and diversity sangat menunjol dalam model
pembelajaran ini.
Dengan model problem based learning guru
hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien
yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to
learn). Dalam metode learning how to learn guru
hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk
membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam
mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui
metode

learning

how

mengeksplorasi dan

to

learn

siswa

dapat

mengkaji setiap persoalan

peraturan, norma dan hukum yang berlaku di


masyarakat.
Dalam model

Problem Based

Learning

melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati


karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa.

28

Sri Wahyuni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca

menjadi 70,7% mengalami kenaikan sebesar

daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa

9,6%.

yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini

2.

Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan

tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau

dengan pembelajaran mengalami penurunan

modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan

dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada

siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan

siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang

argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang

tidak relevan sebesar 24%, sedangkan pada

lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru

siklus kedua sebesar 9% mengalami penurunan

kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong

sebesar 15%.

kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas

3.

Skor rerata daya seraf siswa tentang masalah

auditorial (gaya belajar auditorial). Dan siswa yang

Struktur dan Fungsi, pada siklus pertama

dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat,

sebesar 70,3 dan pada siklus kedua 76,8,

mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga

tergolong

mengakomodir

mampu

ketuntasan belajar pada siklus pertama 68,3%

mampu

dan pada siklus kedua menjadi 90,2%.

membuktikan

semua
teori

permasalahan,

kedalam

praktek,

memecahkan masalah secara rasional, tergolong

baik

demikian

juga

tentang

Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat

modalitas

kinestetik).

Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa

Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe

memecahkan masalah Struktur dan Fungsi Akar

belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuartan

dalam pelajaran Biologi pada siswa SMP Negeri 8

otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya

Blitar tahun pelajaran 2007/2008.

dengan

(gaya

menggunakan

belajar

kata

tanya

How

(bagaimana).

Daftar Pustaka

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas


di atas prosentasi ketercapaian pada siklus pertama
mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus
kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada
penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada
bab II bahwa melalui model Problem Based Learning
dapat

model

Based

dismpulkan

kinestetik

bahwa

Problem

kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau

meningkatkan

kemampuan

memecahkan

masalah Struktur dan Fungsi Akar dalam mata


pelajaran IPA-Biologi pada siswa SMP Negeri 8
Blitar.

Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktis, Jakarta : Eineka Cippta.
Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian.
Bandung : Ganesindo
Bobbi Deporter. 2002. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.
Budiono. 2001. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Tahun
1994. Jakarta : Balitbank Depdiknas.
Dave Meir. 2002. The Accelerated Learning. Bandung : Kaifa.
Degeng. INS. 1989. Ilmu Pengajaran; Taksonomi Variabel.
Jakarta : Depdikbud, Dirjen Dikte P2LPTK.
Degeng. INS. 2001. Revolosi Paradigma Pendidikan, Memasuki
Era Kesemrawutan Global. Malang : Universitas Negeri
Malang.
Depdikbud. 1985. Ketrampilan Mengajar Kelompok Kecil dan

Kesimpulan

Perorangan. Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK.

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa

Gramedia Pustaka Umum..

temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:


1.

Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan


pembelajaran

mengalami

peningkatan

Gunawan, Adi. 2003. Genius Learning Strategy. Jakarta :

dari

Hamalik, Umar. 2001. Pendidikan Baru Strategi Belajar Mengajar


Berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Ibrahim. 1996. Perencanaan Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus

Jamaluddin. 2001. Pembelajaran Yang Efektif. Jakarta : Bagian

pertama keberanian siswa dalam bertanya dan

proyek EMIS Perguruan Agama Islam Tingkat Dasar.

mengemukakan pendapat meningkat dari 61%

Volume 1, 2013
Mudjiono. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Mel Silberman. 1996. Active Learning 101 Strategi to Teach Any
Subject. Bandung : Kaifa.
Moloe, L.T. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Nur, M. 2004. Strategi-strategi Belajar. Edisi Kedua. Universitas
Negeri Surabaya.
Nurhadi, Yasin, B., & Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran
Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK Edisi Kedua.
Universitas Negeri Malang.

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

29

Nur Hadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang : Universitas


Negeri Malang.
Roestiyak, NK. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.
Sujana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sudjarwo. 2001. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar.
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.
Sumartono. 1971. Test Hasil Belajar. Semarang : Kanwil P&K.
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian

Pendidikan.

Surabaya: SIC.
Zainul, A & Nasoetion, N. 1993. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta :
PAU Dirjen, Dikte Depdikbud.

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

30

ISSN : 2337-4705

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tata Busana


Menggambar Pola Dasar Pakaian Anak dengan Metode
Pemberian Pekerjaan Rumah
INDAHWATI
Pursuant to perception of writer as teacher Arrange Cloth in SMPN 8 Blitar, items draw elementary pattern of
child clothes represent difficult items is and even daunted by student. Some possibility which is background disability of
student in drawing elementary pattern of above mentioned child clothes it is true do not ought to become the reason of to
teacher to behave pessimist and surrender in study draw elementary pattern of child clothes. See low condition ability
student and achievement or result learn the student, effort done is by multiply duty to student with a purpose to so that
student progressively motivate to be diligent and well-read learn. One of the such duty form is giving of homework to
student

Kata kunci: result learn, giving of homework method

yang tepat guna meminimalisasi permasalahan

Pendahuluan
Berdasarkan pengamatan penulis sebagai guru
Tata Busana di SMPN 8 Kota Blitar, materi
menggambar pola dasar pakaian anak merupakan
materi yang sulit dan bahkan ditakuti siswa. Setiap
menjelang

ulangan

semester,

siswa

sering

menanyakan ada tidaknya soal menggambar pola


pakaian. Begitu mendengar ada, serentak mereka
berteriak mengeluh. Akhirnya, ketika hasil ulangan
dikoreksi, hanya sebagian kecil saja siswa yang
mampu mengerjakan soal menggambar pola dasar
pakaian anak dengan benar. Bahkan banyak di
antaranya yang tidak mengerjakan sama sekali. Hal
itu menunjukkan bahwa materi menggambar pola
dasar pakaian anak memang menjadi momok yang
menakutkan bagi siswa. Kenyataan yang demikian,
ternyata dirasakan juga oleh para rekan guru mata
pelajaran serumpun.
Penulis sebagai guru Tata Busana kelas VIII
di

SMPN

Kota

Blitar,

menyadari

bahwa

ketidakberhasilan proses pembelajaran menggambar


pola

dasar

pakaian anak,

bukan semata-mata

kesalahan siswa. Karena latar belakang kemampuan

tersebut untuk meraih hasil yang maksimal.


Melihat kondisi rendahnya kemampuan dan
prestasi atau hasil belajar siswa tersebut, upaya
dilakukan adalah dengan memperbanyak tugas
kepada siswa dengan tujuan agar siswa semakin
termotivasi untuk banyak membaca dan rajin belajar.
Salah satu bentuk tugas yang dimaksud adalah
pemberian pekerjaan rumah kepada siswa.
Berbagai

terbatasnya

dilakukan

untuk

menggunakan berbagai metode pembelajaran, media


atau alat bantu, bahan pustaka dan lain sebagainya.
Namun fokus perbaikan yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman
konsep menggambar pola dasar pakaian anak siswa
kelas VIII-E SMP Negeri 8 Blitar semester gasal
tahun

pelajaran

2011/2012

melalui

metode

pemberian pekerjaan rumah. Dengan memberikan


tugas belajar, siswa akan semakin termotivasi untuk
lebih banyak membaca dan rajin belajar.
Metode Pembelajaran
Metode

pembelajaran

digunakan

untuk

yang disediakan dan

menunjukkan sosok konseptual dari aktivitas belajar

sebagainya itu sudah diketahui oleh guru sejak awal,

mengajar yang secara keilmuan dapat diterima dan

sebelum proses pembelajaran berlangsung. Berarti

secara

untuk

demikian kiranya dapat diterima pendapat yang

proses

waktu

telah

meningkatkan hasil belajar siswa, antara lain dengan

siswa yang sangat minim, kurangnya minat siswa


serta

usaha

pembelajaran

berikutnya,

sudah

seharusnya guru merencanakan langkah-langkah

operasional

mengatakan

bahwa

dapat
model

dilakukan.

Dengan

pembelajaran

itu

Volume 1, 2013

merupakan

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

jantungnya

metode

pembelajaran

(Winataputra, 1993/1994).
Metode

31

dari pengajaran di sekolah dasar maupun pendidikan


yang lebih tinggi.

pembelajaran

digunakan

untuk

Soetopo

(2005:159)

menuliskan,

metode

menunjukkan keseluruhan aktivitas yang dilakukan

resitasi (pemberian tugas) adalah suatu cara belajar

oleh guru untuk menciptakan suasana belajar

mengajar dengan jalan siswa mengerjakan tugas yang

mengajar yang sangat kondusif bagi tercapainya

diberikan

tujuan pembelajaran. Sejalan dengan ini Hamalik

mengatakan, teknik pemberian tugas atau resitasi

(1991) menyatakan bahwa metode pembelajaran

biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa

merupakan keseluruhan prosedur yang ditempuh oleh

memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena

guru dan siswa yang memungkinkan memberi

siswa

kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan

melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam

belajar dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi.

oleh

guru.

melaksanakan

Roestiyah

(2001:135)

latihan-latihan

selama

Memilih metode pembelajaran yang tepat

Salah satu bentuk pemberian tugas adalah

merupakan hal penting dalam proses pembelajaran,

pemberian pekerjaan rumah kapada siswa. Yang

tak terkecuali pembelajaran muatan lokal. Agar guru

dimaksudkan dengan pekerjaan rumah adalah sebuah

muatan lokal mampu memilih strategi pembelajaran

tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan

yang tepat untuk sebuah topik atau bahan kajian,

yang harus dikerjakan diluar jam sekolah (terutama

maka

dan

dirumah) berkaitan dengan pelajaran yang telah

memahami berbagai macam metode, teknik, dan

disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan

pendekatan yang dapat diterapkan dalam proses

konsep atau ketrampilan dan sekaligus memberikan

pembelajaran di kelas.

pengembangan.

terlebih

dahulu

Pembelajaran

harus

berkaitan

mengetahui

dengan

upaya

Dalam penelitian ini pekerjaan rumah yang

menstransfer informasi atau pengetahuan. Setiap

dimaksud

orang

dapat

menggambar pola dasar pakaian anak yang harus

mengajarkannya kepada orang lain. Begitu pula

dikerjakan diluar jam sekolah atau dikerjakan di

halnya

rumah dengan waktu yang relatif lama atau banyak.

yang

menguasai

dengan

guru

pengetahuan

muatan

lokal.

Ia

dapat

adalah

tugas

siswa

dari

materi

mengajarkan pengetahuan yang dimilikinya kepada


para siswanya. Bagaimana ia dapat menstransfer

Motivasi Belajar

pengetahuan yang dimilikinya itu kepada para


siswanya? Di sinilah seorang guru dituntut untuk
dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang
diampunya.

Motiovasi belajar adalah keinginan siswa


untuk

melakukan sesuatu

sebaik dan secepat

mungkin. Ini diukur dengan perilaku siswa yang


melibatkan indikator ingin sukses, bekerja keras,
kekawatiran akan gagal, dan keinginan memperoleh
nilai tinggi.

Metode Pemberian Pekerjaan Rumah

Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa

Pemberian tugas merupakan salah satu cara

untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan

pemberian motivasi dan metode latihan untuk

kepadanya

pemahaman masalah, memupuk disiplin dan rasa

pedomannya (Haditono, 1979). Motivasi belajar

tanggung jawab siswa serta merupakan media

merupakan motivasi yang terarah pada pencapaian

komunikasi antara guru, siswa dan orang tua atau

prestasi sesuai dengan standart of excellence yang

wali

menyatakan

meliputi: (1) task related standart of excellence,

pemberian tugas dianggap sebagai bagian penting

berupa baik sekali dalam penyelesaian suatu tugas;

murid.

Nasution

(2000:202)

dengan

standart

kualitas

sebagai

32

Indahwati

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

(2) self related standart of excellence, berupa

Hasil Belajar Siswa

perbandingan prestasi diri pada saat ini dengan yang


pernah dicapai sebelumnya dengan prestasi yang
dicapai oleh orang lain (Haditono, 1979).
Menurut Sadiman (2005:75) siswa yang
memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup
tinggi, mental (boleh jadi) gagal kerena kekurangan
motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada
motivasi yang tepat.
Motivasi

besar

pengaruhnya

terhadap

belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari


tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya
tarik baginya. Siswa segan untuk belajar, mereka
tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan
pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah
dihafalkan dan disimpan, karena motivasi menambah
kegiatan belajar.
Melihat pentingnya motivasi dalam kehidupan
sehari-hari

maka

sangat

diperlukan

kegiatan

penelitian yang berhubungan dengan motivasi, baik


dalam bidang pendidikan, bidang ketenaga kerjaan
maupun dalam bidang lain yang menyangkut
kehidupan manusia. Motivasi sangat berperan dalam
meningkatkan aktivitas seseorang untuk tujuan yang
diinginkan. Konsep motivasi tersebut memiliki arti
yang sama yaitu sebagai pendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu yang dikehendaki.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan
berusaha

menyelesaikan

tugas

yang

diberikan

kepadanya dengan sebaik-baiknya, meraih prestasi


yang lebih baik dari sebelumnya, melebihi rata-rata
rekannya bahkan mungkin melampaui persyaratan
maksimal yang ditetapkan. Sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah yaitu siswa yang
sudah puas dengan prestasi yang telah dicapai jika ia
telah

mencapai

persyaratan

menyelesaikan tugas-tugasnya.

minimum

dalam

Setelah melalui beberapa tahap pembelajaran,


guru diwajibkan mengevaluasi anak didiknya untuk
mengetahui hasil belajar anak didiknya (siswa). Hasil
belajar adalah hasil belajar peserta didik (siswa) yang
ukurannya antara lain dapat berupa hasil test
kemampuan akademik berupa nilai ulangan harian,
ulangan akhir semester dan UAN.

Mengevaluasi

selain untuk mengetahui hasil belajar siswa juga


berfungsi sebagai alat untuk menentukan dapat
dilanjutkan ke materi selanjutnya atau tidak.
Suryosubroto (2002:4) mengatakan, untuk
dapat mampu melaksanakan tugas mengajar dengan
baik, guru harus memiliki kemampuan professional.
Selanjutnya dikatakan bahwa tugas dan peran guru
antara lain menguasai dan mengembangkan materi
pelajaran,

merencanakan

dan

mempersiapkan

pelajaran sehari hari, mengontrol dan mengevaluasi


kegiatan siswa. Keputusan Mendikbud dan Kepala
BAKN (1994:7) menyatakan, evaluasi belajar atau
praktik adalah penilaian proses dan hasil belajar
dalam rangka memperoleh informasi proses dan hasil
belajar.
Sebagai perbuatan belajar subyek didik, hasil
belajar ditandai dengan evaluasi belajar. Dalam
konteks ini, evaluasi belajar adalah suatu tindakan
atau

suatu

proses

untuk

menentukan

nilai

keberhasilan belajar seseorang, setelah mengalami


proses

belajar

(Nurkancana,

selama
1992:11).

satu

periode

Evaluasi

tertentu

yang

berarti

pengungkapan dan pengukuran hasil belajar itu, pada


dasarnya merupakan proses penyusunan deskripsi
siswa, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Muhibbin Syah (2005:141), kebanyakan
pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantatif,
lantaran penggunaan simbol angka atau skor untuk
menentukan kualitas keseluruhan kinerja akademik
siswa dianggap sangat nisbi. Walaupun begitu, guru
yang piawai dan profesional akan berusaha mencari
kiat evaluasi yang lugas, tuntas, dan meliputi seluruh
kemampuan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Berdasarkan

dapat

Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 8

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil

Kota Blitar, Jl. Kenari No. 28 Kota Blitar. Subyek

yang telah dicapai siswa dalam melakukan kegiatan

penelitian adalah siswa kelas VIII-E SMP Negeri 8

belajar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Kota Blitar semester gasal tahun pelajaran 2011/2012

laku yang baru. Dalam hasil belajar terjadi adanya

sebanyak 33 siswa.

perubahan

tingkah

pendapat

laku

tersebut

33

sebagai

akibat

dari

Untuk

memperoleh
siswa

data

sejauh

terhadap

bahan

mana

pengetahuan, sikap dan keterampilan serta latihan-

pemahaman

kajian

latihan yang dikembangkan melalui belajar. Dalam

menggambar pola dasar pakaian anak, dilakukan tes

hal ini penguasaan materi yang disampaikan oleh

hasil belajar. Data yang diperoleh berupa skor atau

guru dapat menunjang hasil belajar.

nilai hasil belajar siswa dalam bentuk nominal


dengan interval nilai antara 0 s/d 100.
Data lain dalam penelitian dikumpulkan

Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah
rancangan model Kemmis dan Taggart yang terdiri
dari atas empat langkah, yakni: perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi (Arikunto,
2006:93).
Model ini dipilih karena dalam pembelajaran
selalu diawali dengan perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Dalam Penelitian ini akan
dilaksanakan dalam dua siklus, dan langkah-langkah
dalam

setiap

siklus

meliputi

perencanaan,

pelaksnaan tindakan, observasi, dan refleksi.


Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah
penelitian tindakan kelas yang dirancang sebanyak
dua siklus. Siklus I rencananya dilaksanakan pada
minggu ketiga dan keempat bulan Oktober 2011, dan
siklus II dilaksanakan pada minggu pertama dan
kedua bulan Nopember 2011, masing-masing siklus
ada empat tahapan sesuai dengan desain berikut ini.

dengan menggunakan lembar observasi motivasi


belajar siswa selama mengikuti pembelajaran untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan atau kekurangan
siswa dalam mengikuti pembelajaran yang akan
dilakukan setelah siswa mengikui pembelajaran. Data
yang dikumpulkan tersebut berupa skor dalam bentuk
skala yang masih harus dikonversikan ke dalam
kriteria penilaian dan kualifikasi penilaian.
Sedangkan data yang berupa tanggapan atau
komentar siswa setelah mengikuti pembelajaran
menggunakan metode pemberian pekerjaan rumah
dan dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran.
Analisis

data

dalam

penelitian

ini

menggunakan analisis data kualitatif yaitu analisis


berdasarkan penalaran logika. Analisis tersebut
digunakan atas pertimbangan bahwa jenis data yang
diperoleh berbentuk kalimat-kalimat dan aktivitasaktivitas

siswa.

Sedangkan

analisis

kuantitatif

digunakan untuk menghitung besarnya hasil belajar


siswa.
Tabel 1. Kualifikasi dan Kriteria Penilaian
No.
1
2
3
4

Interval Nilai
86.00 100.0
71.00 85.99
55.00 70.99
54.99

Kualifikasi
A
B
C
D

Kriteria
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

Indikator keberhasilan proses pelaksanaan


kegiatan penelitian tindakan kelas ini, siswa minimal
harus siap 75%, keaktifan dalam proses pembelajaran
75%, ikut serta dalam diskusi 75%, dan hasil kerja
Gambar 1. Siklus Penelitian

75%. Sedangkan secara individu maupun klasikal

34

Indahwati

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

siswa harus mencapai ketuntasan belajar minimal

permasalahan yang peneliti tetapkan. Pemilihan

yaitu 75.00.

materi itu disesuaikan dengan rencana pelaksanaan


pembelajaran (RPP).

Hasil Penelitian
1.

b) Pelaksanaan

Kondisi Awal Penelitian


Kondisi awal merupakan kondisi dimana

siswa

belum diberikan tindakan pembelajaran.

Sebelum dilaksanakannya tindakan pembelajaran,


aktivitas

guru

pembelajaran

dalam

melaksanakan

kegiatan

sering

menerapkan

metode

pembelajaran yang konvensional seperti ceramah dan


mengerjakan lembar kerja siswa. Akibatnya siswa
menjadi pasif dalam kegiatan belajar dan menjadi
cepat bosan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami konsep yang
diajarkan atau belum bisa memecahkan masalah
(soal-soal) kurang termotivasi untuk untuk bertanya
atau mencari solusi. Apabila diberi umpan balik atau
pertanyaan oleh guru siswa hanya berdiam diri atau
kurang dapat berargumen. Diamnya siswa tersebut
karena mereka merasa malu dan sulit untuk
mengungkapkan

kalimat

karena

takut

jika

jawabannya salah. Selain itu jika siswa menemukan


masalah atau kesulitan dalam belajar, siswa enggan
untuk bertanya pada guru maupun kepada temannya
yang telah bisa atau memahami konsep yang
diajarkan.
Dengan kondisi seperti ini, motivasi atau
kemauan belajar siswa menjadi rendah sehingga
mengakibatkan hasil belajar siswa juga rendah dan
jauh

dari

standar

ketuntasan

minimal

yang

diharapkan.
2.

tindakan pertama

dilaksanakan untuk pertemuan pertama dan kedua


tatap muka. Pada waktu proses pembelajaran dihadiri
semua siswa.
Kegiatan ini didahului dengan menggali
pengetahuan awal siswa yang disertai pertanyaan
oleh guru. Guru memberikan gambaran prosedur
pembelajaran dan arahan kegiatan serta hasil yang
diharapkan dari kegiatan yang dilakukan.
Siswa menyimak tentang hal tersebut secara
seksama. Selanjutnya guru membentuk kelompok
yang terdiri 4 siswa secara heterogen berdasarkan
tingkat

kepandaiannya.

pembelajaran

dapat

Tujuannya
berjalan

agar

dengan

proses
lancar.

Pembentukan kelompok sudah dipersiapkan peneliti


sebelumnya, sehingga di dalam kelas guru tinggal
menyebutkannya. Proses ini berlangsung 20 menit,
melebihi dari waktu yang direncanakan.
Pertemuan

kedua

dilakukan

proses

pembelajaran dengan menggunakan metode seperti


pertemuan sebelumnya. Tujuannya agar kegitan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Selanjutnya guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menyapaikan hasil pekerjaannya.
Kemudian

dilakukan

pembahasan

hasil-hasil

kerja siswa secara klasikal.


Selanjutnya guru mengulas kembali materi
yang

telah

dipelajari

secara

singkat

dan

pekerjaan siswa.
Tiga puluh menit sebelum pertemuan berakhir

a) Perencanaan
Perencanaan tindakan untuk meningkatkan
motivasi dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas
dalam pengajuan dan menanggapi ide serta hasil
dengan mengunakan metode pemberian

pekerjaan

siklus

menyimpulkan jawaban yang tepat dari hasil

Tindakan Pembelajaran pada Siklus 1

belajar

Pelaksanaaan

rumah

dirancang

oleh

peneliti.

Perencanaan pembelajaran ini disusun berdasarkan

guru mengadakan test tertulis guna mengukur daya


serap yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Adapun hasil test dari siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus
pertama diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata siswa
secara klasikal adalah 71.45 atau memiliki kriteria B
(Baik). Namun demikian secara individu masih

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

35

terdapat siswa yang memperoleh nilai di bawah

selesai, dan (4) Guru kurang displin, sehingga ada

ketuntasan belajar minimal (<75.00).

waktu yang tidak sesuai dengan rencana, disamping


itu secara psikologis dari peneliti (guru), guru kurang

c) Observasi

sepenuhnya membiarkan siswa melakukan proses

Dari hasil observasi terhadap aspek motivasi

belajar-mengajar sesuai prosedur model yang diteliti.

siswa selama proses belajar mengajar dengan

Ditinjau dari hasil belajar siswa masih belum

menggunakan metode pemberian pekerjaan rumah

memuaskan karena masih terdapat siswa secara

pada siklus tindakan pertama dapat dijelaskan seperti

individu yang belum tuntas (<75.00) sehingga siswa

tabel di bawah ini.

belum dapat dikategorikan tuntas belajar secara


klasikal.

Tabel 2. Hasil observasi terhadap aspek motivasi siswa


No
Aspek Motivasi
Nilai
(%)
1
Kesiapan siswa
69.6
69.6%
2
Keaktifan bertanya atau
71.97
71.97%
menjawab
3
Peran serta dalam diskusi
71.97
71.97%
4
Hasil kerja siswa
78.03
78.03%
Rata-rata
72.89
72.89%

Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar


siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
metode pemberian pekerjaan rumah pada siklus
pertama diperoleh hasil bahwa pada aspek penilaian
kesiapan siswa dari 33 siswa yang memiliki kesiapan
terdapat 69.6%, pada aspek penilaian keaktifan
bertanya atau menjawab dari 33 siswa yang aktif
terdapat 71.79%, pada aspek penilaian peran serta
siswa dalam diskusi dari 33 siswa yang berperan
serta dalam diskusi tedapat 71.97%, dan pada aspek
penilaian hasil kerja siswa dari 33 siswa yang dapat
menyelesaikan hasil kerja terdapat 78.03%.

dilanjutkan pada siklus tindakan berikutnya. Pada


siklus

tindakan

harus

diadakan

perbaikan.

Perbaikan pada siklus tindakan 2 adalah guru


diusahakan

menerapkan

pembelajaran

dengan

sepenuh hati, artinya guru setelah memberikan


penjelasan tentang proses pembelajaran (dalam
bentuk langkah-langkah) maka guru sebaik mungkin
berperan sebagai fasilitator dan diupayakan dalam
pembagian waktu yang jelas terhadap kegiatan siswa
dan ditepati, di samping itu guru memotivasi siswa
untuk melakukan kegiatan seefektif dan seefisien
mungkin.
3.

Tindakan Pembelajaran pada Siklus 2

a) Perencanaan
tindakan melalui

model

pembelajaran dengan mentode pemberian pekerjaan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan


aspek

motivasi

siswa

dalam

kegiatan

pembelajaran yang diamati termasuk baik dan


aktivitas

pembelajaran belum tercapai. Oleh karena itu perlu

Perencanaan

d) Refleksi
pada

Bertolak dari penjelasan tersebut, tujuan

siswa

dalam

menyampaikan

atau

menanggapi ide-idenya sudah termasuk cukup berarti


masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki
dalam pembelajaran. Dengan melihat kondisi seperti
ini nampak beberapa kekurangan antara lain: (a)
Hanya beberapa siswa yang mau aktif dalam kegiatan
di kelas, (b) Siswa masih kurang dapat bekerjasama
dalam kelompoknya, (3) Masih ada beberapa
kelompok siswa masih lambat dalam mempelajari
materi sehingga permasalahan yang diajukan tidak

rumah dirancang

oleh

peneliti.

Perencanaan

pembelajaran ini disusun berdasarkan perbaikanperbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan


pada siklus 1. Pemilihan pembahasan itu disesuaikan
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Pelaksanaan
Pelaksanaaan

siklus

tindakan kedua,

pelaksanaan tindakan pembelajaran dibagi dalam tiga


tahap,

yaitu

tahap

membuka

pelajaran,

inti

pembelajaran dan menutup pembelajaran.


Kegiatan membuka pelajaran, setelah guru
memasuki ruangan bersamaan kolaborator yang
berperan

dalam

pengambilan

data,

guru

36

Indahwati

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

mengucapkan salam, mengabsen dan menulis jurnal.

c) Observasi dan hasil belajar

Pada saat ini seluruh siswa masuk semua, yaitu 33

Hasil pada siklus kedua motivasi siswa dalam

anak. Agar proses pembelajaran lebih menarik, guru

kegiatan pembelajaran dan hasil belajar yang

mendahului dengan kegiatan pembelajaran dengan

ditunjukkan dalam bentuk prestasi belajar kognitif

menyajikan

Gambar-

mengalami peningkatan. Hasil pengamatan terhadap

gambar tersebut cukup akrab dengan kehidupan

aspek motivasi siswa selama proses belajar mengajar

siswa, sehingga siswa mudah menyerap informasi

pada siklus tindakan kedua dapat dijelaskan sebagai

yang terkandung di dalamnya dan siswa akan timbul

berikut.

gambar-gambar/foto-foto.

keinginan untuk mempelajari materi yang akan


dibahas.

Tabel 3. Hasil pengamatan terhadap aspek motivasi siswa

Selanjutnya

guru

menyampaikan

tujuan

pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan


selama pembelajaran berlangsung. Guru mengkoreksi
beberapa kelemahan terhadap proses pembelajaran
pada

tindakan

pembelajaran

sebelumnya

dan

diharapkan pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai


dengan rencana. Salah satu yang dilakukan guru
menekankan

ada

pembagian

peran

dalam

mempelajari materi sehingga waktu mengerjakan


tugas cepat selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Siswa menyimak tentang hal tersebut
secara seksama.
Selanjutnya guru menyampaikan materi serta
memberi tugas yang telah disiapkan kepada siswa
untuk dikerjakan pada kelompoknya masingmasing,
kegiatan yang sama pada siklus pertama dilakukan
dengan urutan pemberian materi dahulu baru tugas
dengan

waktu

yang

sama.

Perubahan

ini

dimaksudkan untuk merangsang siswa mempelajari


materi

dan

mengurangi

tidak

terselesaikannya

soal/permasalahan yang telah disodorkan.


Selanjutnya guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menyampaikan hasil kerjanya dan
selanjutnya
Dengan

membahas hasilhasil kerja mereka.

tanpa

ditunjuk,

siswa

menjelaskan

permasalahan satu demi satu. Jika kesimpulan yang


diperoleh sudah tepat maka tanpa menunjuk siswa
yang lain, sebaliknya jika seluruh siswa belum benar
konsepnya maka guru yang memberikan penguatan.

No
1
2
3
4

Aspek Motivasi
Kesiapan siswa
Keaktifan bertanya atau
menjawab
Peran serta dalam diskusi
Hasil kerja siswa
Rata-rata

Nilai
77.27
80.30

(%)
77.27%
80.30%

77.27
83.33
79.55

77.27%
83.33%
79.55%

Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar


siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan
metode pemberian pekerjaan rumah pada siklus
kedua diperoleh hasil bahwa pada aspek penilaian
kesiapan siswa dari 33 siswa yang memiliki kesiapan
terdapat 77.27%, pada aspek penilaian keaktifan
bertanya atau menjawab dari 33 siswa yang aktif
terdapat 80.30%, pada aspek penilaian peran serta
siswa dalam diskusi dari 33 siswa yang berperan
serta dalam diskusi tedapat 77.27%, dan pada aspek
penilaian hasil kerja siswa dari 33 siswa yang dapat
menyelesaikan hasil kerja terdapat 83.33%.
Sedangkan

hasil

belajar

siswa

setelah

dilakukan tindakan pembelajaran pada siklus kedua


nilai rata-rata siswa secara klasikal adalah 81.00 atau
memiliki kriteria B (Baik). Dengan demikian secara
individu memperoleh ketuntasan belajar minimal
(<75.00).
d) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus tindakan
kedua, ditinjau dari aspek hasil belajar siswa maupun
motivasi siswa telah terdapat peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan: (1) Motivasi siswa

dalam

kegiatan pembelajaran menunjukkan hasil yang


memuaskan karena sebagian besar siswa memiliki
motivasi tinggi. Pada siklus tindakan 1 rata-rata
sebesar 72.89% dapat meningkat pada siklus

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

tindakan 2 menjadi rata-rata 79.55% dengan kategori

yang

baik, (2) Hasil belajar siswa yang dikategorikan

pembelajaran yang telah dilakukan karena beberapa

tuntas belajar juga mengalami peningkatan. Hal ini

siswa tersebut masih belum siap dalam kegiatan

menunjukkan

pembelajaran.

bahwa

siswa

telah

mencapai

ketuntasan belajar secara klasikal, (3) Tanggapan


siswa

terhadap

proses

pembelajaran

kurang

memiliki

motivasi

37

terhadap

Beberapa respon dari siswa menyebutkan

dengan

bahwa kurangnya motivasi belajar dalam mengikuti

menggunakan metode pemberian pekerjaan rumah

kegiatan pembelajaran karena sebagian siswa masih

sangat baik, dan (4) Keberhasilan guru (peneliti)

memiliki sifat malas dan cebderung lebih banyak

dalam menjalankan rencana pembelajaran mengalami

menghabiskan waktunya untuk bermain.

peningkatan menjedi lebih baik.


Dengan merujuk pada hasil tindakan siklus

2.

Pembelajaran pada Siklus 2

kedua seperti yang telah dijelaskan, maka dapat

Pada siklus kedua dilaksanakan tindakan

disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan

lanjutan karena hasil belajar siswa masih belum

menggunakan pemberian pekerjaan rumah dapat

mencapai target yang diharapkan. Dari tindakan

meningkatkan motivasi siswa dan hasil belajar siswa.

pembelajaran yang telah dilaksanakan ini diperoleh


hasil bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa
adalah 78.61. Nilai ini mengalami peningkatan dari

Pembahasan
1.

pembelajaran pada siklus pertama secara signifikan,

Pembelajaran pada Siklus 1


Dari pembelajaran yang telah dilakukan

diperoleh hasil bahwa secara klasikal nilai rata-rata


siswa adalah 71.45. Nilai ini berada pada interval
nilai dengan kriteria B (Baik). Namun secara
individu masih terdapat beberapa siswa yang
mendapatkan nilai kurang dari standar ketuntasan
belajar minimal (<75.00).
Faktor yang menyebabkan siswa kesulitan
dalam meraih hasil belajar yang baik yaitu karena
siswa

sering

bercanda

gurau

dam

tidak

memperhatikan ketika guru memberikan materi ajar.


Sifat seperti itu

memang

sangat sulit

untuk

dihilangkan dalam waktu yang singkat. Butuh waktu


lebih lama untuk membangkitkan daya konsentrasi
siswa terhadap pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar
siswa setelah mengikuti siklus pertama diperoleh
hasil bahwa rata-rata nilai aspek penilaian yang
dicapai peserta adalah 72.89. Nilai tersebut berada
pada interval nilai B (Baik). Hal ini disebabkan
karena

selama

mengikuti

pembelajaran

siswa

mendapat pendampingan dan pembimbingan dari


guru sehingga motivasi belajar siswa dapat tumbuh.
Namun demikian masih terdapat beberapa siswa

namun demikian nilai rata-rata tersebut masih berada


pada interval nilai dengan kriteria B (Baik).
Meningkatnya hasil belajar tersebut diduga
akibat efek positif yang ditimbulkan oleh adanya
pemberian tindakan pembelajaran menggunakan
metode pemberian pekerjaan rumah. Secara individu
terdapat 84.85% siswa yang telah mencapai standar
ketuntasan belajar minimal (<75.00). Sebagian besar
siswa telah sepenuhnya merasakan belajar metode
yang diterapkan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar
siswa setelah mengikuti siklus kedua diperoleh hasil
bahwa rata-rata nilai aspek penilaian yang dicapai
peserta adalah 79.55. Nilai tersebut berada pada
interval nilai B (Baik). Hal ini disebabkan karena
pada pertemuan sebelumnya siswa telah menerima
materi pembelajaran dari yang diberikan guru dengan
metode

yang

sama

sehingga

pada

tindakan

selanjutnya siswa tinggal membiasakan diri dengan


metode pembelajaran yang digunakan oleh guru
dalam memberikan materi pembelajaran.
Peningkatan motivasi belajar siswa yang
sangat signifikan terjadi pada komponen penilaian
keaktifan bertanya atau menjawab yaitu dari 69.6
meningkat menjadi 77.27, dan pada aspek penilaian

38

Indahwati

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

hasil kerja yaitu dari 78.03 meningkat menjadi 83.33.


Hal tersebut dikarenakan siswa sudah memiliki
semangat atau motivasi yang tinggi dalam belajar,
sehingga siswa secara langsung terlibat aktif dalam
dunia belajar.

Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pengajaran. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Dahar, RW. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Respon dari siswa

menyebutkan bahwa

meningkatnya motivasi belajar dalam mengikuti


kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
pemberian pekerjaan rumah karena pada umumnya
para guru semua bidang studi selalu memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa sehingga siswa telah
terbiasa meluangkan waktunya untuk belajar dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Efek positif yang dapat ditunjukkan metode
pemberian pekerjaan rumah dalam penelitian ini
adalah siswa semakin aktif dalam bertanya dan
mencari solusi atas permasalahan yang dia tidak
ketahui keesokan harinya atau pada pertemuan
selanjutnya. Di setiap akhir kegiatan pembelajaran,
kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Ada juga
beberapa siswa yang mengemukakan meningkatnya
motivasi belajar siswa karena tugas pekerjaan rumah
yang diberiken oleh guru dapat membiasakan siswa
untuk belajar di rumah secara mandiri.

Bektiarso, Singgih. 1997. Pengembangan Konsepsi Siswa tentang


Cahaya

dalam

Pembelajaran

IPA

di

SD

dengan

Menggunakan Model Learning Cycle dalam Pancaran


Pendidikan . Jember : FKIP Universitas Jember.
Darmawan, dkk. 2008. Diktat Pelajaran Tata Busana (LKS) :
Sportif. Solo: CV. Harapan Baru.
Degeng, Sujana. 1989. Ilmu Pengajaran Taxonomi Variabel.
Jakarta: Direktorat P&K.
Degeng, Sudana. 1998. Mencari Paradigma Baru Pemecahan
Masalah Belajar. Malang : IKIP Malang.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 : Kerangka Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
DePorter, B.M. Rerdor, S. Nourie. 2001. Quantum Teaching.
Penerjemah Ary Nilandri. Bandung: Kaifa.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung : PT. Citra
Aditya Bakti.
Hari Afendi. 2011. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Melalui Simulasi Komputer pada Siswa Kelas XI-IPS-4
MAN Kota Blitar Semester Genap Tahun Pelajaran
2010/2011. Blitar: Penelitian Tindakan Kelas.
Kasihani, Kasbolah. 1999. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mudhofir. 2001. Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Belajar.
Bandung: Rosda.

Kesimpulan

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab


sebelumnya, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1.

Hasil belajar Tata Busana menggambar pola


SMP Negeri 8 Blitar semester gasal tahun
pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan melalui
metode pemberian pekerjaan rumah.
motivasi belajar siswa kelas VIII-E SMP Negeri
Blitar

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya

semester

gasal

tahun

2011/2012 daapat ditingkatkan.

Nurgianto, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum


Sekolah. Yogyakarta: BPFE.
Sadiman,

pelajaran

AS.

1996.

Media

Pendidikan,

Pengertian

Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada.
Slameto.

Melalui metode pemberian pekerjaan rumah,


8

Nasution, S. 1980. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.


dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

dasar pakaian anak pada siswa kelas VIII-E

2.

Karakteristik dan Implementasi. Jakarta: Rosda.

1995.

Belajar

dan

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.


Sudjimat, D. Agus. 2005. Metodologi Penelitian. Program Pasca
Sarjana UNIPA: Surabaya.

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

39

ISSN : 2337-4705

Peran Pengawas Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Kepala


Sekolah Melalui Pembinan Berkelanjutan
SUMAMIK
Management of school will be able to walk better if form of synergy three component that is supervisor of school,
teacher and headmaster representing is trilateral of component gold management of school. Interest three the component
reside in linear line and represent one unity which requiring each other. With the construction by supervisor of education,
ability of education management professional had by headmaster expected can compile effective school program, creating
school climate which conductive and develop work school personel and also can guide teacher execute study process.

Keywords: role of supervisor, headmaster performance, construction of continuation

wali kelas, dan pegawai tata usaha akan menjadi

Pendahuluan
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat
ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam
mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di
sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu
komponen pendidikan yang berpengaruh dalam
meningkatkan

kinerja

guru.

Kepala

sekolah

bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan


pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut
menjadi lebih penting sejalan dengan semakin
kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang
menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif
dan efisien.
Kepala sekolah selaku supevisor pendidikan
memiliki fungsi mengarahkan, membimbing dan
mengawasi seluruh kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan guru yang ditunjang
oleh pegawai di sekolah. Kepala Sekolah hendaknya
melakukan observasi yang terus menerus tentang
kondisi-kondisi dan sikap-sikap di kelas, di ruangan
guru, di ruang tata usaha dan pada pertemuanpertemuan staf pengajar. Tujuan hal tersebut adalah
untuk

memberikan

bantuan

pemecahan

atas

semakin baik secara berkelanjutan.


Di sinilah pengawasan pendidikan menduduki
peran penting dalam upaya penjaminan mutu
pendidikan khususnya dalam rangka memingkatkan
kinerja Kepala Sekolah. Sayangnya hal tersebut lebih
banyak

baru

sebagai

retorika

dan

urung

diimplementasikan secara intensif dalam pengelolaan


pendidikan

khususnya

di

satuan

pendidikan.

Tantangan kepengawasan sekolah juga muncul


dengan hadirnya internasionalisasi pendidikan yang
menuntut pengawas sekolah untuk cepat tanggap
dalam merespon perubahan untuk menularkannya
kepada para pengelola sekolah. Penguatan fungsi
pengawas sekolah dapat dipandang sebagai langkah
politis sekaligus profesional karena pemberdayaan
pengawas sekolah dapat dijadikan sebagai pelaku
penjamin mutu di lapis kedua setelah sekolah itu
sendiri. Tentu saja penguatan fungsi tersebut
memerlukan

beberapa

syarat,

antara

lain

pengembangan kapasitas dan kapabilitas pengawas


sekolah, dan kebijakan pemerintah akan rasio jumlah
pengawas terhadap satuan pendidikan yang dibina.
Peran Pengawas Pendidikan

kesulitan-kesulitan yang dialami guru dan pegawai

Peran pengawas sekolah di Indonesia kini

serta melakukan perbaikan-perbaikan baik langsung

tidak hanya berkutat di seputar ranah akademik

maupun tidak langsung mengenai kekurangan-

namun juga manajerial. Hasil penelitian gelombang

kekurangannya, sehingga secara bertahap kualitas

kedua tentang Kepengawasan pendidikan di era

dan produktivitas kegiatan belajar mengajar yang

1980-an (Glickman, 2004) mengungkapkan bahwa

dilakukan staf kepala sekolah, guru di kelas, kinerja

sekolah

yang

efektif

ditandai

dengan

hal-hal

40

Sumamik

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

diantaranya 1) manajemen tingkat sekolah, 2)

b) Mendampingi kegiatan KKKS dan KKG,

kepemimpinan, 3) stabilitas staf, 4) pengorganisasian


kurikulum dan pembelajaran, 5) pengembangan staf,
6) optimalisasi jam belajar, 7) prestasi akademik

MKKKS dan MGMP


3.

Motivator
a) Mengusulkan kepala sekolah, guru dan staf

yang diakui secara luas, 8) keterlibatan orangtua, 9)

untuk

perencanaan kolaboratif dan hubungan rekan sejawat,

meningkatkan profesionalisme.

10) keberadaan sense kebersamaan, 11) kejelasan

mengikuti

b) Mengadakan

pelatihan

seleksi

untuk

peserta

untuk

tujuan dan harapan yang secara umum sama, serta

mengikuti lomba kepala sekolah, guru dan

12) aturan dan kedisplinan. Dari hasil penelitian

siswa berprestasi.

tersebut

nampak

bahwa

manajemen

sekolah

menempati posisi yang tidak dapat dipandang remeh

Pengembangan Profesional Pengawas Sekolah

dalam pembentukan sekolah yang efektif. Dengan


demikian kebutuhan proses pembelajaran yang baik
kini diakui sangat perlu didukung oleh proses
manajemen yang serupa baiknya. Dengan demikian,
kriteria kompetensi manajerial yang harus dikuasai
pengawas sekolah tersebut wajar menjadi tuntutan.
Peran pengawas sekolah adalah melakukan
pembinaan, supervisi akademik dan manajerial dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah baik yang
berhubungan dengan kepala sekolah dan guru. Secara
lebih

operasional

mencakup

kegiatan

menemukan/menggali dan membantu untuk mencari


alternatif pemecahan permasalahan yang ada di
sekolah

dalam

rangka

peningkatan

kualitan

sumberdaya sekolah dan mutu pendidikan secara


efektif dan efisien dan akuntabel.
Sedangkan fungsi pengawas sekolah adalah:
1.

Supervisor
a) Menyusun program supervisi untuk kepala
sekolah dan guru baik fisik maupun non
fisik yang meliputi administrasi, sarana dan
prasarana

(sapras),

KBM,

kesiswaan,

ketenagaan, penerimaan siswa baru, evaluasi


dan lingkungan sekolah.
b) Melaksanakan program supervisi.
c) Mengelola hasil supervisi.
d) Melaporkan hasil supervisi kepada Dinas
Pendidikan.
2.

Edukator
a) Membimbing, mengarahkan dan memberi
saran saran kepada kepala sekolah, guru,
siswa dan staf.

Pengembangan profesi pengawas sekolah


adalah

kegiatan

yang

dilakukan

pengawas

sekolah/Madrasah dalam rangka pengamalan ilmu


pengetahuan, teknologi, dan keterampilan untuk
peningkatan mutu profesionalisme sebagai pengawas
sekolah/Madrasah
menghasilkan

maupun

sesuatu

yang

dalam

rangka

bermanfaat

bagi

pendidikan, khususnya dalam kegiatan menilai dan


membina penyelenggaraan pendidikan. Perlu disadari
sebelumnya bahwa pembinaan profesional yang
distimulasi atau dilakukan oleh pihak eksternal
terhadap pegawai tidak akan berbuah manis bila tidak
diikuti dengan kesadaran pribadi. Menurut Whitaker
(dalam Kydd dkk, 1994), dimensi pribadi pada
pengembangan

profesional

sama

dengan

membicarakan tentang motivasi, inteligensi, potensi,


konsep diri dan pengendalian diri.
Pengembangan

profesional

menjadi

sedemikian penting karena esensi keberhasilan


sekolah bersumber dari pemikiran dan tindakan para
pelakon pengelola pendidikan. Sekitar 70% anggaran
pendidikan di Indonesia didanai untuk membayar
gaji tenaga pendidik dan kependidikan, bahkan
Amerika menghabiskan sekitar 80% dari anggaran
pendidikannya untuk alokasi yang sama. Setiap
tahunnya di Amerika terdapat peningkatan minat
penelitian

mengenai

pengembangan

profesi

(Glickman, 2004: 371). Hal ini sejalan dengan


kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan
profesi yang dipandang sebagai proses recharging
SDM.

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Pengembangan profesi adalah satu dari empat


unsur kinerja pengawas sekolah. Unsur lainnya
adalah

pendidikan,

manajerial,

serta

pengawasan
penunjang.

akademik

41

Adapun fungi kepala sekolah adalah:


1.

Pendidik

dan

Sebagai

Dalam rancangan

pendidik,

melaksanakan

kepala

kegiatan

perencanaan,

petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional

pengelolaan,

pengawas

Kegiatan perencanaan menuntut kapabilitas

sekolah

dan

angka

kreditnya,

dan

sekolah

evaluasi

pengembangan profesi dimaknai sebagai unsur yang

dalam

terdiri atas penulisan karya ilmiah di bidang

pembelajaran;

kegiatan

pendidikan

mengharuskan

kemampuan

formal/pengawasan,

menyusun

pembelajaran.

perangkat-perangkat
pengelolaan
memilih

dan

penerjemahan/penyaduran buku dan membuat karya

menerapkan strategi pembelajaran yang efektif

inovatif di bidang yang sama.

dan

Penguatan

fungsi

pengawas

sekolah

efisien;

dan

mencerminkan

kegiatan

kapabilitas

evaluasi

yang

mengevaluasi

dalam
tepat

memilih

khususnya melalui pengembangan profesi dapat

metode

dan

dalam

memanfaatkan budaya kekerabatan di Indonesia.

memberikan tindak lanjut yang diperlukan

Budaya kolektif semacam ini merupakan modal

terutama bagi perbaikan pembelajaran.

sosial, yaitu jejaring sosial yang memiliki nilai-nilai

Sebagai pendidik, kepala sekolah juga

kebersamaan yang tumbuh dari suatu masyarakat

berfungsi membimbing siswa, guru dan tenaga

yang berupa norma timbal baik satu dengan lainnya

kependidikan lainnya.

(Bordieu,

1990

dalam

Hermawanti&Rinandari,

2.

2003). Tingkatan modal sosial terdiri atas tiga,

Pemimpin
Sebagai

pemimpin,

kepala

sekolah

pertama adalah nilai, kedua yaitu institusi, dan ketiga

berfungsi menggerakkan semua potensi sekolah,

ialah mekanisme. Pada tingkat nilai, sebuah jaringan

khususnya tenaga guru dan tenaga kependidikan

bisa terbentuk karena latar belakang kepercayaan

bagi pencapaian tujuan sekolah. Dalam upaya

terhadap nilai yang sama. Pada level kedua, yakni

menggerakkan potensi tersebut, kepala sekolah

institusi, jaringan sosial tersebut diorganisasikan

dituntut

menjadi sebuah institusi. Mekanisme sebagai tingkat

metode-metode kepemimpinan yang sesuai

ketiga adalah ketika modal sosial pada tingkat

dengan

pertama dan kedua mulai membuahkan bentuk

pemotivasian, dan pemberdayaan staf.

kerjasama. Ikatan profesi, kelompok kerja pengawas


adalah salah satu bentuk modal sosial yang sangat

3.

menerapkan

prinsip-prinsip

mengedepankan

dan

keteladanan,

Pengelola (manajer)
Sebagai pengelola, kepala sekolah secara

potensial dalam pengembangan profesi, termasuk

operasional

diantaranya pengawas sekolah.

kurikulum, peserta didik, ketenagaan, keuangan,


sarana

penyelenggaraan

prasarana,

pengelolaan

hubungan

sekolah-

masyarakat, dan ketatausahaan sekolah. Semua

Peran Kepala Sekolah


Peran kepala

dan

melaksanakan

sekolah

kegiatan

adalah

mengelola

pendidikan

dan

pembelajaran di sekolah. Secara lebih operasional


mencakup kegiatan menggali dan mendayagunakan
seluruh sumber daya sekolah secara terpadu dalam
kerangka pencapaian tujuan sekolah secara efektif
dan efisien dan akuntabel.

kegiatan-kegiatan

operasional

tersebut

dilakukan melalui oleh seperangkat prosedur


kerja berikut: perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan. Berdasarkan
tantangan yang dihadapi sekolah, maka sebagai
pemimpin,

kepala

sekolah

pendekatan-pendekatan

baru

meningkatkan kapasitas sekolah.

melaksanakan
dalam rangka

42

Sumamik

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

memberikan
4.

Administrator
merupakan

yang luas,
pengambil

kebijakan

kebijakan, kepala sekolah melakukan analisis


lingkungan (politik, ekonomi, dan sosialbudaya) secara cermat dan menyusun strategi
dalam melakukan perubahan dan perbaikan
sekolahnya. Dalam pengertian yang sempit,
kepala sekolah merupakan penanggung-jawab
kegiatan administrasi ketatausahaan sekolah
mendukung

pelaksanaan

kegiatan

pembelajaran
5.

Pembinan Berkelanjutan

Sebagai wirausahawan, kepala sekolah


berfungsi sebagai inspirator bagi munculnya
ide-ide kreatif dan inovatif dalam mengelola
sekolah. Ide-ide kreatif diperlukan terutama
karena sekolah memiliki keterbatasan sumber
daya keuangan dan pada saat yang sama
memiliki kelebihan dari sisi potensi baik
internal maupun lingkungan, terutama yang
dari

masyarakat

maupun

dari

pemerintah setempat.
6.

satuan

pendidikan

adalah

supervisi

yang

berwujud penilain dan pembinaan yang dilakukan


pengawas

sekolah

terhadap

satuan

pendidikan

(sekolah). Objek pembinaan dan penilaiannya adalah


teknis pendidikan dan teknis administrasi. Proses
yang dilakukan meliputi empat langkah penting,
yakni perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan
penindaklanjutan. Pengorganisasian dilakukan dalam

sekolah berfungsi sebagai katalisator bagi


meningkatnya semangat kerja guru. Kepala
sekolah perlu mendorong guru dan tenaga
kependidikan lainnya dalam bekerja di bawah
atmosfir kerja yang sehat. Atmosfir kerja yang
sehat memberikan dorongan bagi semua staf
untuk bekerjasama dalam mencapai.
Penyelia (supervisor)
Berkaitan dengan fungsi kepala sekolah
sebagai pemimpin pengajaran, kepala sekolah
berfungsi melakukan pembinaan professional
kepada guru dan tenaga kependidikan. Untuk itu
kepala sekolah melakukan kegiatan-kegiatan
pemantauan atau observasi kelas, melakukan
pertemuan-pertemuan

dan program kerja semesteran. Semua kegiatan


dilakukan secara berkesinambungan dari tahun ke
tahun dan dari satu semester ke semester berikutnya.
Pada akhir tahun pelajaran, pengawas sekolah
melakukan refleksi terhadap kegiatan supervisi yang
dilakukannya sepanjang tahun itu. Hasil refleksi itu
akan memberikan informasi tentang pelaksanaan
supervisi yang tuntas dan yang tidak tuntas sesuai
dengan rencana. Hal yang tuntas sesuai dengan
rencana tidak perlu dilanjutkan pada tahun berikut.
Hal yang belum tuntas menurut ukuran rencana,

Pencipta iklim kerja


Sebagai pencipta iklim kerja, kepala

7.

Operasional kerja pengawas sekolah pada

program kerja yang meliputi program kerja tahunan

Wirausahawan

bersumber

permasalahan

kepala

tertinggi di sekolahnya. Sebagai pengambil

dalam

bagi

pembelajaran yang dialami guru.

Dalam pengertian
sekolah

solusi

guna

memberikan

pengarahan teknis kepada guru dan staf

perlu dilanjutkan pada tahun berikut. Dengan


demikian, perencanaan supervisi tahun berikut
memiliki

landasan

empiris

yang

jelas,

yakni

pengalaman atau data supervisi tahun yang lalu.


Selain merefleksi hasil supervisi tahun lalu,
pengawas sekolah juga membahas, mengkaji, dan
menganalisis kebijakan-kebijakan mutakhir yang
diterbitkan birokrasi pendidikan. Kebijakan itu
dibahas secara rinci, terutama yang terkait langsung
dengan tujuan supervisi dan bidang tugas pengawas
sekolah. Kebijakan bisa berasal dari pemerintah dan
bisa juga dari pemerintah daerah. Atau mungkin
dinas

pendidikan

setempat

juga

mengeluarkan

kebijakan bidang pendidikan. Dengan menganalisis


dan memanfaatkan kebijakan bidang pendidikan,
berarti perencanaan supervisi yang disusun pengawas
sekolah memilki dasar yuridis yang jelas pula.

Volume 1, 2013

Hal

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

lain

yang

diperhatikan

adalah

3.

43

Memberikan contoh yang dilakukan dengan

perkembangan ilmu dan pengetahuan. Perkembangan

cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru

ilmu dan pengetahuan bisa terkait dengan substansi

model yang melaksanakan PBM/ bimbingan

disiplin ilmu, bisa juga terkait dengan pendekatan,

untuk meteri tertentu di depan kelas, dengan

metode, dan teknik supervisi. Perkembangan ilmu

tujuan

dan

menjadi

menerapkan model pembelajaran yang baik. Di

menyusun

sisi lain, pengawas dapat bertindak sebagai

perencanaan supervisi. Kemudian, perkembangan

pemimpin model untuk memberikan bimbingan

ilmu dan pengetahuan yang relevan dapat dijadikan

kepada kepala sekolah.

pengetahuan

perhatian

tersebut

pengawas

hendaklah

sekolah

dalam

landasan penyusunan perencanaa tahun itu. Dengan


demikian,

perencanaan supervisi

4.

agar

guru

guru

binaannya

dapat

Memberikan saran atau rekomendasi, dengan

yang disusun

maksud agar proses pendidikan di sekolah lebih

pengawas sekolah memiliki landasan teoretis yang

baik dari pada hasil yang telah dicapai

jelas.

sebelumnya.
Perencanaan supervisi,

kemudian disebut

program kerja pengawas sekolah terdiri dari program

Penutup

tahunan dan program semester. Program tahunan


dibuat oleh sekelompok pengawas sekolah yang
diberi tugas oleh koordinator pengawas sekolah.
Program semesteran dibuat oleh masing-masing
pengawas sekolah untuk ruang lingkup kerja satuan
pendidikan yang dibinanya. Program semesteran ini
disusun berdasarkan program rahunan. Jadi, program
tahunan berlaku untuk suatu kota atau kabupaten dan
menjadi

pedoman

untuk

menyusun

program

semesteran. Program semesteran adalah program


masisng-masing pengawas sekolah untuk sekolah
yang menjadi tanggungjawabnya.
Model pembinaan pengawas sekolah terhadap
kepala sekolah dalam rangka untuk meningkatkan
kinerja kepala sekolah dan profesionalisme guru
adalah:
1.

Memberikan arahan kepada kepala sekolah dan


guru yang berada di sekolah binaan yang
menjadi

tanggungjawabnya,

agar

dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsinya lebih


terarah dan

mencapai tujuan

yang telah

ditentukan.
2.

Memberikan bimbingan, dengan maksud agar


kepala sekolah dan guru yang berada di sekolah
binaan

yang

mengetahui

menjadi

secara

lebih

tanggungjawabnya
rinci

mengenai

kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara


terbaik untuk melaksanakannya.

Perkembangan situasi dan dinamika sekarang


ini, banyak situasi kinerja yang selalu berorientasi
pada material atau profit oriented. Sehingga terhadap
apa yang dilakukan selalu dihubungkan dengan hasil
yang akan diperoleh. Jika seorang guru/kepala
sekolah dan pengawas mengetahui secara jelas tugas,
pokok dan fungsinya, maka seterusnya juga harus
mampu mengembangkan konsep pelaksanaan tugas
tersebut secara baik, agar dinamika tugas yang
dilakukan berlangsung secara variatif dan didasarkan
pada situasi dan kondisinya. Namun demikian, semua
tugas yang dilakukan selalu disusun melalui program
yang baik, pelaksanaan yang terukur, dan dilandasi
rasa pengabdian serta motivasi yang tinggi.
Kuat atau lemahnya fungsi kepengawasan
pendidikan tidak hanya tergantung dari penguasaan
kompetensi pengawas, namun juga berkaitan dengan
pihak eksternal seperti kebijakan pemerintah pusat
dan

daerah

yang

masih

terkendala

benturan

kewenangan pengelolaan pendidikan oleh daerah,


dan model-model pembinaan pengawas sekolah yang
belum intensif. Pemberdayaan pengawas sekolah
sebagai penjamin mutu belum banyak dilakukan
terkait

dengan

kebijakan

pemerintah

daerah.

Koordinasi antara pusat dan daerah mengenai


pengawasan pendidikan diperlukan agar monitoring
dan evaluasi serta pembinaan satuan pendidikan

44

Sumamik

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

terkait dengan standar nasional pendidikan dapat

Glickman, Carl D., & Gordon, Stephen P., & Ross-Gordon, Jovita
M. (2004). Supervision; and Instructional Leadership, A

berjalan secara efisien.


Pengawas sekolah harus melakukan upaya
pembinaan kepada kepala sekolah dan guru yang
berada di sekolah secara berkala dan terencana untuk
meningkatkan kompetensi mereka sehingga akan
berujung pada meningkatnya kinerja kepala sekolah
dan profesionalisme guru di sekolah.

Developmental Approach. Boston: Allyn and Bacon.


Kydd, L., Crawford, M., & Riches, C (ed). (1997). Professional
Development for Educational Management. (Terjemahan
Ursula Gyani). Jakarta: Grasindo.
Mucthith, Saekan. 2011. Pengembangan Model Manajemen
Pembinaan Pengawas Sekolah/Madrasah di Kantor
Kemenag Kudus. (Disertasi). Semarang: Universitas
Negeri Semarang.
Permendiknas No 12 Tahun 2007 tentang Standarisasi Pengawas
Sekolah.

Daftar Pustaka

Rancangan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Anonim. (2010). Minim, jumlah pengawas sekolah di Solo:


http://www.solopos.com/2010/pendidikan/minim-jumlahArifiatun. (2009). Kontribusi Supervisi Pengawas Sekolah, Kinerja
Kepala

Sekolah

Unjianto, Bambang. (2011). Yogyakarta Kekurangan Tenaga


Pengawas

pengawas-sekolah-di-solo-11739.
Profesional

Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya. (2011).

dan

Pengembangan

Sekolah

http://suaramerdeka.com/v1/

index.php/ read/news/2012/ 01/12/106583/YogyakartaKekurangan-Tenaga-Pengawas-Sekolah.

Profesionalisme Guru terhadap Kinerja Profesional Guru

Suliadi, Rachmat. (2009). Hubungan Antara Supervisi Pengawas

di SMA Negeri Kabupaten Jember. (Tesis). Malang:

Sekolah, Intensitas Kegiatan MGMP dan Motivasi

Universitas Negeri Malang: http://adln.lib .unair.ac.id/

Berprestasi Guru dengan Profesionalisme Guru SMA

go.php?id=jiptunair-gdl-s1-2006-amaliafauz-2069.

Negeri di Kota Malang. (Tesis). Malang: Universitas

Hermawanti, Mefi & Hesti Rinandari. (2003). Penguatan dan

Negeri Malang: http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/

Pengembangan Modal Sosial Masyarakat Adat :


http://www.ireyogya.org/adat/modul_modalsosial.htm.

disertasi/search/advancedResults.

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

45

ISSN : 2337-4705

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia


Menggunakan Role Play Siswa MTs
WASIS SUNARYADI
In its bearing of process learn and teaching in school, most matter often discussing is lowering of result or value
learn student. One of the low cause factor of him result of learning student caused by fear factor of itself student assuming
Iesson items specially Indonesian to vocational school student very difficult to study. When a teacher give items in class, at
the time student feel less enthusiastic, demotivate to study or to accepting it. As a result, can lessen effectiveness of process
learn to teach. Researcher try to give other variation of to grow to interest of student to Indonesian. One of the researcher
strategy which have do learning at the same time play at, tidy in a game of role or which recognized with role play. So that
they feel like with study of Indonesian, theme of role play expostulated with as according to desire of them.

Keywords: result learn, role play

sesuai dengan tata bahasa Indonesia. Hal ini

Pendahuluan
Dalam kaitannya proses belajar mengaar di
sekolah, hal yang paling sering diperbicangkan
adalah rendahnya nilai atau hasil belajar siswa. Salah
satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa
karena adanya faktor ketakutan dari siswa itu sendiri
yang

menganggap

materi

pelajaran

khususnya

dimaksudkan

untuk

dipelajari.

Indonesia sehingga tampilan mereka dalam bermain


peran dapat optimal.
Metode Role Play
Role play merupakan salah satu bentuk
metode pembelajaran dari sekian banyak bentuk

memberikan materi di kelas, saat itu juga siswa

metode pembelajaran yang ada, yang akan membantu

merasa kurang berminat, kurang termotivasi untuk

seorang guru untuk menjalankan proses pembelajaran

mempelajari atau untuk menerimanya. Akibatnya,

di kelas. Metode ini banyak dan sering dipergunakan

dapat

oleh guru-guru mata pelajaran apa saja karena

keefektifan

seorang

penyusunan

guru

mengurangi

Ketika

mempermudah

kalimat dan mempercepat pemahaman materi Bahasa

Bahasa Indonesia bagi siswa sekolah kejuruan sangat


sulit

untuk

proses

belajar

mengajar.
Peneliti mencoba memberi variasi lain untuk
menumbuhkan ketertarikan siswa terhadap Bahasa

disamping relatif mudah dalam pelaksanaanya juga


memberi manfaat yang sangat besar bagi siswa dalam
proses pelaksanaan pembelajaran siswa.

Indonesia. Salah satu strategi yang telah peneliti

Menurut Sagala (2003:217) mengemukakan

lakukan adalah belajar sambil bermain, yang dikemas

bahwa role play merupakan suatu cara mengajar yang

dalam sebuah permainan peran atau yang dikenal

baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu, sarana

dengan role play. Agar mereka merasa senang

untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,

dengan pembelajaran Bahasa Indonesia, tema role

kesempatan dan keterampilan. Role play adalah suatu

play didiskusikan bersama sesuai dengan keinginan

metode mengajar, dimana siswa diajak ke tempat

mereka.

latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara

Dengan role play, siswa akan mempersiapkan

membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakanya,

terlebih dulu bentuk percakapannya, kalimat-kalimat

untuk

apa

dibuat,

apa

manfaatnya

dan

lain

yang hendak disampaikan. Dan saat memproduksi

sebagainya. Role play pada dasarnya merupakan

kalimat inilah banyak kendala yang mereka hadapi,

metode pembelajaran yang berorientasi pada guru

antara lain: pilihan kosakata, ujaran, pelafalan

dan sangat sesuai untuk digunakan apabila tujuan

maupun ketatabahasanya. Masalah yang paling

belajarnya agar siswa menguasai keterampilan yang

banyak dijumpai adalah proses menyusun kalimat

ingin dicapai (Sugiyanto, 1998:431).

46

Wasis Sunaryadi

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Sudjana (1991:86) mengemukakan role play

nisbi. Walaupun begitu, guru yang piawai dan

adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama,

profesional akan berusaha mencari kiat evaluasi yang

berulang-ulang

lugas, tuntas, dan meliputi seluruh kemampuan ranah

secara

sungguh-sungguh dengan

tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau

cipta, rasa, dan karsa siswa.

menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi

Bertolak dari pengertian tersebut, dapat

bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini

disimpulkan bahwa hasil belajar mempunyai peranan

adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-

yang sangat penting dalam pendidikan bahkan

kali dari suatu hal yang sama.

kualitas pendidikan dicerminkan antara lain oleh

Dari uraian tersebut maka apabila seorang

siswa pada mata pelajaran yang telah dipelajari di

menggunakan

proses

sekolah. Oleh karena itu, hasil belajar penekanannya

pembelajaran, maka guru harus menciptakan situasi

pada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau

tertentu untuk memacu siswa berfikir dan berbuat

aktifitas. Hasil belajar adalah hasil pendidikan yang

sesuai dengan yang diintruksikan oleh guru, karena

diperoleh siswa setelah melewati proses pendidikan

dalam pelaksanaan role play guru yang menetapkan

dalam jangka waktu tertentu.

guru

role

play

pada

tujuan pembelajaran dan apa yang harus dilakukan

Berdasarkan

pendapat

tersebut

dapat

oleh siswa untuk mencapai tujuan tersebut. Siswa

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil

melakukan gerakan sesuai dengan apa yang di

yang telah dicapai siswa dalam melakukan kegiatan

intruksikan oleh guru, dan melakukan secara

belajar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

berulang-ulang.

laku yang baru. Dalam hasil belajar terjadi adanya


perubahan

tingkah

laku

sebagai

akibat

dari

pengetahuan, sikap dan keterampilan serta latihan-

Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kegiatan belajar. Hasil belajar
sebagai istilah konotatif dari hasil belajar adalah hasil
yang dicapai oleh individu atau subyek didik setelah
mengalami proses belajar atau pembelajaran tertentu.

latihan yang dikembangkan melalui belajar. Dalam


hal ini penguasaan materi yang disampaikan oleh
guru dapat menunjang prestasi belajar.
Metode Penelitian

Hasil belajar ini lazim juga diistilahkan dengan


kecakapan actual (actual ability).

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan


Kelas yang bertujuan meningkatkan hasil belajar

Sebagai perbuatan belajar subyek didik,

siswa. Dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan

prestasi belajar ditandai dengan evaluasi belajar.

kelas

Dalam konteks ini, evaluasi belajar adalah suatu

pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, penelitian

tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai

ini untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang

keberhasilan belajar seseorang, setelah mengalami

sedang dihadapi oleh guru. Penelitian merupakan

proses belajar selama satu periode tertentu (Zaini,

suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh

2002:11). Evaluasi yang berarti pengungkapan dan

tindakan guru dalam melakukan penelitian.

pengukuran

hasil

belajar

itu,

pada

dasarnya

adalah

untuk

melakukan

perbaikan

Lokasi penelitian ini adalah di

MTsN

merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik

Kepanjenkidul Blitar dengan alamat

secara kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Syah

No. 140 Kota Blitar. Dengan subyek penelitian ini

(2004:141),

evaluasi

adalah siswa kelas VII-A tahun pelajaran 2010/2011

cenderung bersifat kuantatif, lantaran penggunaan

yang berjumlah 36 siswa. Instrumen yang digunakan

simbol angka atau skor untuk menentukan kualitas

dalam kegiatan ini adalah tes, lembar pengamatan

keseluruhan kinerja akademik siswa dianggap sangat

atau observasi, lembar catatan lapangan, dan angket.

kebanyakan

pelaksanaan

Jl. Ciliwung

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Aktivitas belajar siswa kelas VII-A MTsN


Kepanjenkidul Blitar yang dapat dijadikan sebagai
penentu tingkat keberhasilan penelitian tindakan

2.

47

Tindakan Pembelajaran Siklus 1

a) Perencanaan
Perencanaan tindakan peningkatan aktivitas

ditinjau dari aktivitas siswa selama mengikuti

dalam

pembelajaran dengan role play serta penyampaian

pengajuan

ide.

belajar melalui diskusi dengan role play dirancang


Data tentang hasil belajar dianalisis untuk

mengetahui
dengan

ketuntasan

menganalisis

belajar
data

siswa.

hasil

tes

kegiatan pembelajaran,
dan

menanggapi

aktivitas dalam
ide

serta

hasil

oleh peneliti. Perencanaan pembelajaran ini disusun

Caranya

berdasarkan permasalahan yang peneliti tetapkan.

formatif

Pemilihan materi itu disesuaikan dengan program

menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Tujuannya

tahunan dan program semester.

untuk mengetahui daya serap siswa disebut tuntas


belajar bila telah mencapai Kriteria Ketuntasan

b) Pelaksanaan tindakan

Mininal (KKM) sebesar 70.00 dan daya serap

Pelaksanaaan siklus tindakan 1 dilaksanakan

klasikal yaitu apabila minimal 85% siswa dikelas

untuk pertemuan pertama tatap muka. Pada waktu

tersebut telah mencapai daya serap minimal 70%.

proses pembelajaran dihadiri oleh ke 36 siswa.

Sedangkan untuk mengetahui peningkatan hasil

Kegiatan

ini

didahului

dengan

menggali

belajar siswa dilakukan dengan membandingkan

pengetahuan awal siswa yang disertai pertanyaan

hasil belajar siklus 1 dengan siklus 2.

oleh guru. Guru memberikan gambaran prosedur


pembelajaran dan arahan kegiatan serta hasil yang

Hasil Penelitian
1.

Kondisi Awal Penelitian

diharapkan dari kegiatan yang dilakukan. Siswa


menyimak tentang hal tersebut secara seksama.
Selanjutnya guru membentuk kelompok yang terdiri

Kondisi awal merupakan kondisi dimana siswa

4 siswa secara heterogen berdasarkan tingkat

belum dilakukan tindakan pembelajaran. Pada tahap

kepandaiannya. Tujuannya agar proses pembelajaran

ini hasil refleksi guru dalam melaksanakan kegiatan

dapat

pembelajaran sering diterapkan metode pembelajaran

kelompok sudah dipersiapkan peneliti sebelumnya,

yang konvensional, yaitu ceramah dan pemberian

sehingga di kelas peneliti tinggal membacakannya.

tugas. Akibatnya siswa menjadi pasif dalam kegiatan

Selanjutnya memerintahkan siswa untuk duduk

belajar.

berhadapan dengan anggotanya. Setiap kelompok

berjalan

dengan

lancar.

Pembentukan

Jika kurang memahami konsep yang diajarkan

untuk menghafalkan nama kelompoknya masing-

atau belum bisa memecahkan masalah (soal-soal)

masing. Hal ini dilakukan untuk memudahkan

yang telah diajukan oleh guru siswa kurang ada

perpindahan anggota kelompok ke kelompok lain.

kemauan untuk bertanya atau mengeluarkan ide, bila

Proses ini berlangsung 25 menit. Proses ini melebihi

telah menyelesaikan masalah ditanya oleh guru siswa

waktu yang direncanakan.

hanya berdiam diri atau kurang dapat berargumen.

Mengingat dalam penelitian ini meningkatkan

Diamnya siswa tersebut karena mereka merasa malu,

aktivitas siswa dalam pembelajaran diskusi dan

sulit untuk mengungkapkan kalimat karena takut

mengungkapkan atau menanggapi ide maka langkah

salah. Selain itu jika mereka ada masalah atau kurang

selanjutnya guru memberikan draf ringkasan materi

memahami konsep yang telah diajarkan mereka

untuk

enggan untuk bertanya pada guru ataupun kepada

diberikan tugas yang telah disiapkan kepada siswa

temannya yang telah bisa atau memahami konsep

untuk dikerjakan/dipecahkan pada kelompoknya

yang diajarkan.

masingmasing.

dipelajari

terlebih

dahulu.

Setelah

itu

48

Wasis Sunaryadi

Pertemuan

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

kedua

dilakukan

proses

rata siswa termasuk kategori baik. Untuk setiap aspek

pembelajaran dengan metode yang sama seperti

nampak untuk: partisipasi dalam kelompok dan

pertemuan sebelumnya. Tujuannya agar dalam

beban tanggung jawab tergolong cukup, kualitas

mengemukakan ide dan penyanggahan dapat berjalan

interaksi keberhasilannya dan peran dalam kelompok

dengan baik.

keberhasilan tindakan tergolong baik.

Selanjutnya guru memberikan kesempatan pada

Sedangkan hasil observasi tentang keaktifan

kelompok untuk menyimpulkan hasil pekerjaannya.

siswa

Kemudian

ringkas seperti tabel berikut.

dilakukan

pembahasan

kerja mereka

secara

klasikal

permasalahan

diutarakan

oleh

hasilhasil

satu

persatu

siswa.

Jika

kesimpulan yang diperoleh belum tepat maka


menunjuk

kelompok

yang lain untuk memberikan jawaban yang tepat.


Selanjutnya guru mengulas kembali materi
yang

telah

dipelajari

secara

singkat

menyimpulkan jawaban yang tepat

dan

dari hasil

diskusi siswa.
Tiga puluh menit sebelum pertemuan berakhir
guru

mengadakan

dalam menyampaikan ideidenya secara

test

tertulis

guna mengukur prestasi yang dihasilkan dari pros


es pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c) Observasi
Dari hasil observasi terhadap aspek aktivitas
siswa selama proses belajar mengajar dengan

Tabel 2 Hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam


menyampaikan ideidenya secara ringkas
Taraf
Terkeberhasilan
Skor
Skor
No.
Aspek
capai
total
maks
Nilai
Kri%
Huruf
teria
1
Keberani
105
144
72.92
72.92
B
an
mengemu
kakan ide
(bertanya)
2
Keberani
111
144
77.08
77.08
B
an
menanggapi/
mengomentari/
menjawab
3
Isi
111
144
77.08
77.08
B
tanggapan/
mengemu
kakan ide
4
Menarik
117
144
81.25
81.25
A
Kesimpul
an
Rata-rata
111
144
77.08
77.08
B

menggunakan role play pada siklus tindakan 1 dapat


Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-

dijelaskan seperti tabel di bawah ini.

rata aktivitas

menanggapi ide

Tabel 1. Hasil observasi metode role play


No.
1
2
3
4

Aspek
Partisipasi
dalam
kelompok
Beban
tanggung
jawab
Kualitas
interaksi
Peran
dalam
kelompok
Rata-rata

Tercapai
%

siswa dalam

Taraf
Keberhasilan
Nilai
KriHuruf
teria
65.97
C

Skor
total

Skor
maks

95

144

65.9
7

98

144

68.0
6

68.06

104

144

72.22

108

144

72.2
2
75.0
0

75.00

101.
25

144

70.3
1

70.31

menyampaikan

dan

pada siklus tindakan tahap 1

termasuk kategori baik.


d) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ratarata aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan role play pada siklus tindakan tahap 1, rata-

pada aspek aktivitas siswa dalam kegiatan kerja


kelompok yang diamati termasuk baik dan aktivitas
siswa

dalam

menyampaikan

atau

menanggapi ideidenya sudah termasuk cukup berarti


masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki
dalam pembelajaran. Dengan melihat kondisi seperti
ini nampak beberapa kekurangan dari aspek aktivitas
siswa antara lain: (1) Hanya beberapa siswa yang
mau aktif dalam kegiatan di kelas, (2) Siswa masih
kurang dapat bekerjasama dalam kelompoknya, (3)

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

49

Masih ada beberapa kelompok siswa masih dalam

Kegiatan membuka pelajaran, setelah guru

mempelajari draf ringkasan sehingga permasalahan

memasuki ruangan bersamaan kolaborator yang

yang diajukan tidak selesai, dan (4) Guru kurang

berperan

displin, sehingga ada waktu yang tidak sesuai dengan

mengucapkan salam, mengabsen dan menulis jurnal.

rencana, di samping itu secara psikologis dari peneliti

Selanjutnya guru penyampaian tujuan pembelajaran

(guru), guru kurang sepenuhnya membiarkan siswa

lebih jelas dengan ditampilkan di papan tulis, dan

melakukan proses belajar-mengajar sesuai prosesdur

kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran

model yang diteliti.

berlangsung. Guru mengkoreksi beberapa kelemahan

dalam

pengambilan

data,

guru

Ditinjau dari hasil belajar siswa masih belum

proses pembelajaran pada masa lalu diharapkan

memuaskan karena masih terdapat siswa secara

pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan

individu yang belum tuntas (<70.00) sehingga siswa

rencana, seperti guru menekankan ada pembagian

belum dapat dikategorikan tuntas belajar secara

peran dalam mempelajari materi sehingga waktu

klasikal.

mengerjakan tugas cepat selesai sesuai dengan waktu

Bertolak

dari

penjelasan

tersebut

tujuan

yang telah ditentukan. Siswa menyimak tentang hal

pembelajaran belum tercapai. Oleh karena itu perlu

tersebut

dilanjutkan pada siklus tindakan berikutnya. Pada

memberikan

siklus

perbaikan.

memberi tugas yang telah disiapkan kepada siswa

Perbaikan pada siklus tindakan 2 adalah guru

untuk dikerjakan pada kelompoknya masingmasing,

diusahakan menerapkan pembelajaran dengan role

kegiatan ini pada siklus 1 dilakukan dengan urutan

play dengan sepenuh hati, artinya guru setelah

pemberian draf dahulu baru tugas dengan waktu yang

memberikan penjelasan tentang proses pembelajaran

sama. Perubahan ini dimaksudkan untuk merangsang

(dalam bentuk langkah-langkah) maka guru sebaik

siswa mempelajari materi dan mengurangi tidak

mungkin berperan sebagai fasilitator dan diupayakan

terselesaikannya

dalam pembagian waktu yang jelas terhadap kegiatan

disodorkan.

tindakan

harus

diadakan

secara

seksama.

draf

Selanjutnya

ringkasan

materi

permasalahan

yang

guru
serta

telah

siswa dan ditepati, di samping itu guru memotivasi

Selanjutnya guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk melakukan kegiatan seefektif dan

kelompok membuat kesimpulan dan mengumpulkan

seefisien mungkin.

tugasnya. Selanjutnya membahas hasilhasil kerja

3.

mereka. Dengan tanpa ditunjuk siswa menjelaskan

Tindakan Pembelajaran Siklus 2

permasalahan satu demi satu. Jika kesimpulan yang

a) Perencanaan
Perencanaan
pembelajaran

tindakan melalui

dengan

role

model

play dirancang

oleh

peneliti. Perencanaan pembelajaran ini disusun


berdasarkan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang
telah

dilaksanakan

pada

siklus

1.

Pemilihan

pembahasan itu disesuaikan dengan program tahunan


dan program semester.

tindakan dalam tiga tahap, yaitu tahap membuka


pembelajaran.

pembelajaran

tepat

maka

tanpa menunjuk

kelompok yang lain, sebaliknya jika seluruh siswa


belum

benar

konsepnya

maka

guru

yang

menjelaskannya.
c) Observasi dan hasil belajar
Hasil pada siklus 2 aktivitas siswa dalam
ide-idenya serta hasil belajar yang ditunjukkan dalam

Pelaksanaaan siklus tindakan 2, pelaksanaan


inti

sudah

kegiatan kelompok kooperatif dan menyampaikan

b) Pelaksanaan tindakan

pelajaran,

diperoleh

dan

menutup

bentuk

prestasi

peningkatan.

belajar

kognitif

mengalami

50

Wasis Sunaryadi

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Hasil pengamatan terhadap aspek aktivitas

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-

siswa selama proses belajar mengajar pada siklus

rata aktivitas

siswa dalam menyampaikan dan

tindakan 2 dapat dijelaskan sebagai berikut.

menanggapi ide

pada siklus tindakan tahap 2

termasuk kategori sangat baik.


Tabel 3. Hasil pengamatan terhadap aspek aktivitas siswa

No.
1
2
3
4

Aspek
Partisipasi
dalam
kelompok
Beban
tanggung
jawab
Kualitas
interaksi
Peran
dalam
kelompok
Rata-rata

Skor
total

Skor
maks

107

144

74.3
1

Taraf
Keberhasilan
Nilai
KriHuteria
ruf
74.3
B
1

110

144

76.3
9

76.3
9

113

144
144

78.4
7
84.7
2

122

78.4
7
84.7
2

113

144

78.4
7

78.4
7

Tercapai
%

A
B

rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran


dengan role play pada siklus tindakan tahap 2, ratarata siswa termasuk kategori baik. Untuk setiap aspek
nampak untuk: partisipasi dalam kelompok, beban
jawab

dan

kualitas

interaksi

keberhasilannya tergolong baik, sedangkan peran


dalam kelompok keberhasilan tindakan tergolong
sangat baik.
Sedangkan hasil pengamatan tentang aktivitas
siswa dalam menyampaikan

secara tertulis. Secara individual dinyatakan tuntas

demikian secara klasikal dapat dikatakan tuntas,

belajarnya dengan KKM 70.00 sebanyak 36 (100%)


siswa,

artinya

siswa

telah

dapat

dinyatakan

memahami materi yang telah dipelajari. Dengan


karena secara individual siswa memperoleh nilai

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-

tanggung

Sedangkan hasil tes formatif yang dilakukan

ideidenya secara

ringkas seperti tabel berikut.

<70.00.
Apabila dilihat dari tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran dengan role play dari siswa
kelas VII-A MTsN Kepanjenkidul Blitar sangat baik.
Sedang bila ditinjau dari ketercapaian guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan
role play dinyatakan sangat baik.
d) Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus tindakan
2, ditinjau dari aspek hasil belajar siswa maupun
aktivitas siswa telah terdapat peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan: (1) Aktivitas siswa kelas VII-A
MTsN

Kepanjenkidul

Blitar

dalam

diskusi

kelompok memberikan hasil yang memuaskan karena


jumlah siswa di kelas sebagian besar aktif. Pada
siklus tindakan 1 rata-rata sebesar 70.31% dengan
kategori baik meningkat pada siklus tindakan 2

Tabel 4. Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dalam


menyampaikan ide
Taraf
Terkeberhasilan
No
Skor
Skor
Aspek
capai
.
total
maks
Nilai
Kri%
Huruf
teria
1
Keberanian
111
144
77.08
77.08
B
mengemukakan ide
(bertanya)
2
Keberanian
113
144
78.47
78.47
B
menanggapi/
mengomentari/menjawab
3
Isi
116
144
80.56
80.56
A
tanggapan/
mengemukakan ide
4
Menarik
127
144
88.19
88.19
A
Kesimpulan
Rata-rata
116.
144
81.08
81.08
A
75

menjadi rata-rata 78.47% kategori kategori baik, (2)


Aktivitas siswa kelas VII-A MTsN Kepanjenkidul
Blitar dalam menyampaikan atau menanggapi ideidenya hasil yang memuaskan karena jumlah siswa di
kelas sebagian besar aktif. Pada siklus tindakan 1
rata-rata sebesar 77.08% dengan kategori baik
meningkat menjadi rata-rata 80.81% dengan kategori
sangat baik pada siklus tindakan 2, (3) Hasil belajar
siswa kelas VII-A MTsN Kepanjenkidul Blitar yang
dikategorikan

tuntas

belajar

juga

peningkatan. Hal ini menunjukkan

mengalami
bahwa siswa

telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, (4)


Tanggapan siswa kelas VII-A MTsN Kepanjenkidul
Blitar terhadap proses pembelajaran dengan role play

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

sangat baik, dan (5) Keberhasilan guru (peneliti)

royong

dalam menjalankan rencana pembelajaran mengalami

persyaratan yang harus dipenuhi pada model

peningkatan dari baik pada siklus 1 menjadi sangat

pembelajaran tersebut. Roger dan David Johnson

baik pada siklus 2.

(Lie, 2004:56) mengatakan bahwa tidak semua kerja

Dengan merujuk pada hasil tindakan siklus 2


seperti

yang

telah

dijelaskan,

maka

dilaksanakan

dengan

benar

51

sesui

kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk

dapat

mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model

disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan role

pembelajaran golong royong harus diterapkan, yaitu

play dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

(1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab

kegiatan

perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi antar

kelompok,

dalam menyampaikan ideidenya dan hasil belajar

anggota dan (5) evaluasi proses kelompok.


Di samping itu dalam pembelajaran dengan

Bahasa Indonesia pada siswa kelas VII-A MTsN

role play memungkinkan siswa belajar bermakna, di

Kepanjenkidul Blitar.

samping belajar (1) memahami suatu konsep, siswa


juga (2) belajar dalam komunikasi, yaitu berbicara

Pembahasan
Peran

guru

dalam

kegiatan

belajar

mengajar adalah sebagai fasilitator dan motivator


untuk

mengoptimalkan

belajar

siswa.

Guru

seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan


jadi,

tetapi

siswa

secara

pengetahuan

dalam

pikiran

sehingga

pengajaran

aktif

membangun

mereka

merupakan

sendiri,

suatu

membantu

siswa

untuk

pengetahuan

dengan

kemampuannya

usaha

mengkonstruksi
sendiri

melalui proses internalisasi sehingga pengetahuan


tersebut terkonstruksi kembali. Dengan demikian
pembelajaran

bukanlah

suatu

transfer

pengetahuan, tetapi lebih menekankan bagaimana


siswa

membangun

bantuan
adalah

pemahamannya

dengan

guru. Model pembelajaran kooperatif


salah

satu

model

pembelajaran

yang

mengarahkan siswa untuk mengkustruksi semua


pengetahuan yang telah diperolehnya.
Ada

persyaratan

kelompok

dapat

mengkonstruksi

tertentu

membantu

pengetahuannya.

dengan teman yang dapat dimengerti dengan kalimat


yang

sistematis,

logis

dan

jelas,

(3)

belajar

ketrampilan bertanya, berargumentasi dan membuat


kesimpulan serta (4) sosialisasi dengan teman satu
kelompok

atau

dengan

kelompok

lain,

yaitu

membantu teman, tenggang rasa, minta petunjuk dan


sebagainya.
Ini

berarti

faktor

pembelajaran mempunyai

penggunaan

metode

pengaruh pada hasil

belajar siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa


pembelajaran

dengan

menggunakan

metode

pembelajaran drill dapat meningkatkan prestasi


belajar dan dapat menguatkan memori siswa.
Menurut Winarno (1999:10), media dapat membantu
dan mempermudah proses pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan strategi atau
cara khusus yang membantu proses pengajaran
terutama melalui indera pendengaran, agar proses
komunikasi edukatif antara si pembelajar dengan

bahwa

belajar

siswa

dalam

Pada

model

pembelajaran dengan role play tidak sama dengan

siswa dapat berlangsung sesuai dengan harapan dari


si pembelajar. Dalam hal ini si pembelajar (guru)
dalam setiap memilih media harus betul-betul
mempertimbangkan

keefisienan

dan

keefektifan

sekedar belajar dalam kelompok, terdapat unsur

media tersebut dengan sasaran yang ingin dicapai

unsur

kooperatif (gotong

oleh si pembelajar. Untuk itu peneliti memilih atau

royong) yang membedakanya dengan pembagian

menggunakan metode pembelajaran drill untuk

kelompok yang dilakukan asal berkelompok.

penelitian ini.

dasar

pembelajaran

Pendidik dalam mengelola kelas dapat efektif


jika pada pelaksanaan prosedur model gotong

52

Wasis Sunaryadi

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA


Depdiknas.

Kesimpulan

2003.

Kurikulum

2004.

Pedoman

Khusus

Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran

Dari hasil analisis dan uraian pembahasan

DePorter, B.M. Rerdor, S. Nourie. 2001. Quantum Teaching.

dapat ditarik kesimpulan bahwa :


1.

Aktivitas siswa

kelas

VII-A

MTsN

Kepanjenkidul Blitar dalam diskusi kelompok

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif Dasar dan Aplikasi :


Malang: YA3.

memberikan hasil yang memuaskan karena


jumlah siswa di kelas sebagian besar aktif. Pada

Indrajati, Sidi. 2001. Menuju Masyarakat Belajar, Menggagas

dengan kategori baik meningkat pada siklus


tindakan 2 menjadi rata-rata 78.47% kategori
Aktivitas

siswa

kelas

VII-A

MTsN

Kepanjenkidul Blitar dalam menyampaikan atau


menanggapi ide-idenya hasil yang memuaskan
karena jumlah siswa di kelas sebagian besar
aktif. Pada siklus tindakan 1 rata-rata sebesar
77.08%

dengan kategori baik meningkat

menjadi rata-rata 81.08% dengan kategori


belajar

Jamaludin. 2001. Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: EMIS Dirjen


Binbaga Islam Depag RI.
James, A. Black, Dean J. Champion. 2001. Metode dan Masalah

siswa

kelas

VII-A

PT Refika Aditama.
Margono. 1977. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mudhofir. 2001. Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Belajar.
Bandung: Rosda.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep,
Karakteristik dan Implementasi. Jakarta: Rosda.
Nasution, S. 1980. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

sangat baik pada siklus tindakan 2.


Hasil

Paradigma Baru Pendidikan. Bandung: Paramadina.

Penelitian Sosial. Terjemahan E. Koswara et.al. Bandung:

kategori baik.

3.

Penerjemah Ary Nilandri. Bandung: Kaifa

Gujarati. 1997. Teori Ekonometrika. Jakarta: Bina Ilmu.

siklus tindakan 1 rata-rata sebesar 70.31%

2.

Sains. Buku 7.19. Jakarta:Dirjen Dikmenum, Depdiknas.

MTsN

Nurgianto, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum


Sekolah. Yogyakarta: BPFE.

Kepanjenkidul Blitar yang dikategorikan tuntas

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya

belajar juga mengalami peningkatan. Hal ini

dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

menunjukkan bahwa siswa telah mencapai

Rusdianto, Bambang. 1994. Statistik: Analisa Runtut Waktu dan

ketuntasan belajar secara klasikal.

Regresi Korelasi. Ed-1. cet. 1 Yogyakarta: BPFE UGM.


Singarimbun, Masri. 1994. Metode dan Proses Penelitian dlam M
Sofyan (ED), Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi.

Daftar Pustaka

Jakarta: LP3ES.
Sudjimat, D. Agus. 2005. Metodologi Penelitian. Program Pasca

------------, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:


Depdiknas, Balitbang.
Arikunto,

Suharsimi.

1989.

Sarjana UNIPA: Surabaya.


Sugiono, 1992. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Tujuh.

Prosedur

Penelitian,

Suatu

Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara.


Berns, R.G. dan Ericson, PM. 2001. Contextual Teaching and
Learning: CTL Constructs. Ohio: Bowling Green State
Univ.
Bogdan, R.C. and Taylor, S.J. 1975. Introduction to Qualitative
Research Method. Boston: John Wiley & Sons.

Bandung: Alfabeta.
Syaiful Bahri Jamarah, Drs. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Walgito, Bimo. 1991. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Andi Ofset.

Brooks, J.G. dan Brooks, M.G. 1999. In Search of Understanding

Winarno, Surahman. 1977. Pembinaan dan Pengembangan

the Case for Contructivist Classroms. Alezandria, Va:

Kurikulum. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Sekolah

ASCD.
Degeng, I Sujana. 1989. Ilmu Pengajaran Taxonomi Variabel.
Jakarta: Direktorat P&K.

Pendidikan Guru.
Zamroni, Dr. 2003. Paradigma Pendidikan Masa Depan.
Yogyakarta: Bigraf Publising.

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

53

ISSN : 2337-4705

Peningkatan Kinerja Guru Bahasa Indonesia dalam Menyusun


RPP Melalui Workshop di Sekolah Binaan
SUDJARWO
Way of improve the academic supervision performance, supervisor of school subject items Indonesian will have
teach ability or teacher trainer in doing learnin process or teaching that can make improve the student performance to more
creative, inovation, problem solving, critical thinking, and have bussiness soul. Therefor to teach the item lesson making
by teacher is very important becouse a good planing can influence to student success in learning.

Keywords: teacher performance, RPP, workshop

ceramah dan pemberian tugas, pada kegiatan inti

Pendahuluan
Tugas guru menurut Permendiknas No 41 tahun
2007 tentang Standar Proses diny atakan bahwa setiap
guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung

secara

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik


untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang

cukup

bagi

prakarsa,

kreativitas,

kemandirian sesuai dengan bakat,

dan

minat,

dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP


disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru
merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan

dengan

penjadwalan

di

satuan

pendidikan.
Berdasarkan kenyataan di lapangan masih
banyak sekolah yang memperoleh nilai dalam
penyusunan RPP sangat rendah. Hal ini amat
memprihatinkan bagi pengawas karena memang
sebelumnya tidak ada pengawas pembina mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Ada beberapa temuan
masalah di lapangan antara lain: penyusunan RPP
belum sesuai dengan standar proses, sebagian besar
masih copy paste atau foto copy hasil MGMP
sehingga RPP yang dimiliki belum sesuai dengan
kondisi sekolah

masing-masing,

belum pernah

direvisi dari tahun ke tahun, belum pernah dikaji


ulang sesuai kebutuhan peserta didik, pemilihan
metode pembelajaran masih mengandalkan metode

pembelajaran masih berpusat pada guru, belum


tampak adanya inovasi dalam pembelajaran yang
akan menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik,
belum tampak ada proses elaborasi, eksplorasi dan
konfirmasi, pemilihan alat dan sumber masih
mengandalkan

pada

buku

paket

saja,

belum

kontekstual, belum sesuai antara tujuan dengan butirbutir penilaian dan alat penilaian belum bervariasi
sesuai standar penilaian.
Apabila

kondisi

tersebut

tidak

segera

mendapat perhatian dari kepala sekolah maupun


pengawas pembina maka akan berakibat fatal dalam
pelaksanaan

proses

dan

hasil

pembelajaran.

Kekeliruan dalam membuat perencanaan berarti akan


menciptakan kekeliruan pula dalam pelaksanaan
proses pembelajaran dan hasil belajar yang akan
dicapai oleh peserta didik. Dan tentunya kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak akan
sesuai

standar

proses,

yaitu

secara

interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi


peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Kegiatan ini

dilakukan secara

sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi,


elaborasi, dan konfirmasi.
Oleh karena itu penyusunan RPP oleh guru
adalah sangat penting karena perencanaan yang baik

54

Sudjarwo

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

dapat berpengaruh pada keberhasilan peserta didik

diukur

dalam pembelajaran.

perumusan perencanaan, program kerja, dan upaya

Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran

implementasi program kerja tersebut dalam mencapai

Perencanaan

adalah

menyusun

langkah-

langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai


tujuan yang telah ditentukan. Dalam konteks
pembelajaran perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan
media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pembelajaran dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan

yang

dibuat

harus

harus

dapat

dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran.


William (dalam Abdul Majid, 2010:15)
menyatakan bahwa perencanaan adalah menentukan
apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung
rangkaian-rangkaian

putusan

penjelasan-penjelasan

dari

yang
tujuan,

luas

dan

penentuan

kebijakan, penentuan program, penentuan metode


dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari.
Terry (dalam Abdul Majid, 2010:16) juga
menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok
untuk mencapai tujuan yang digariskan. Sudjana
(2002:61) mengatakan bahwa perencanaan adalah
proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan
tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu
yang akan datang.
Hal senada juga dikemukaan oleh Nawawi
(1983:16) perencanaan berarti menyusun langkahlangkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan
suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan
tertentu.
Dari

beberapa

pendapat

tersebut

dapat

disimpulkan oleh peneliti bahwa perencanaan adalah


menetapkan pekerjaan yang akan dilakukan secara
sistematis, prosedural, terarah untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.

Singkatnya,

efektifitas perencanaan berkaitan dengan penyusunan


rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan, dapat

dengan

terpenuhinya

faktor

kerjasama

tujuan.
Pembelajaran atau pengajaran adalah sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh guru dalam
membimbing membantu dan mengarahkan peserta
didik untuk memiliki pengalaman belajar. Menurut
Sumantri (1988:95), pengajaran adalah suatu cara
bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi
peserta didik.
Sedangkan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran disingkat RPP adalah rencana yang


menggambarkan

prosedur

dan

managemen

pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar


yang telah ditetapkan dalam standar isi yang
dijabarkan

dalam

silabus.

RPP

merupakan

penjabaran lebih lanjut dari silabus, dan merupakan


komponen yang sangat penting dari kurikulum
tingkat

satuan

pendidikan

pengembangannya

harus

(KTSP),

yang

dilakukan

secara

profesional.
Penyusunan

program

pembelajaran

akan

bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran


sebagai produk program kegiatan pembelajaran
jangka pendek yang mencakup komponen program
kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.
Komponen program mencakup kompetensi dasar,
materi standar, metode dan teknik, media dan
sumber, belajar, waktu belajar dan daya dukung
lainnya.
Dari
disumpulkan

berbagai
oleh

pendapat
peneliti

tersebut
bahwa

dapat
rencana

pelaksanaan pembelajaran adalah persiapan tertulis


yang dibuat oleh guru untuk satu atau beberapa kali
pertemuan dalam satu KD sebelum melaksanakan
proses pembelajaran sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran dalam rangka membentuk kompetensi
peserta didik.
Fungsi dan Prinsip Penyusunan RPP

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

55

RPP merupakan perkiraan atau proyeksi guru

lain di luar mata pelajaran sejauh masih menjadi

mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik

tanggung jawab untuk diberikan kepada peserta

oleh guru maupun peserta didik, apa yang harus

didik, seperti kerja keras, disiplin, kebiasaan belajar

dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimanna

yang baik dan jujur dalam belajar.

mempelajarinya,serta bagaimana guru mengetahui

Langkah pertama. yang ditempuh guru dalam

bahwa peserta didik telah menguasai atau telah

mengembangkan RPP adalah mengidentifikasi dan

memiliki kompetensi tertentu. Sedikitnya ada dua

mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai

fungsi RPP, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi

setelah proses pembelajaran. Kompetensi yang

pelaksanaan.

dikembangkan harus mengandung muatan yang

Fungsi perencanaan adalah RPP hendaknya

menjadi materi dasar berdasarkan kebutuhan siswa,

dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan

kebutuhan

pembelajaran dengan perencanaan yang matang,

filsafat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

sebelum melaksanakan pembelajaran guru wajib

mengidentifikasi kompetensi, yaitu:

memiliki persiapan baik persiapan tertulis maupun

mengandung unsur proses dan produk, bersifat

tidak tertulis. Dosa hukumnya bagi guru yang

spesifik,

mengajar tanpa persiapan hal tersebut hanya akan

pembentukan kompetensi seringkali membutuhkan

merusak mental peserta didik serta akan menurunkan

waktu yang lama, harus realistis, dapat dimaknai

wibawa guru secara keseluruhan

sebagai pengalaman belajar, komprehensif berkaitan

Sedangkan fungsi pelaksanaan, RPP harus


disusun secara sistemik dan sistematis, utuh dan
menyeluruh

dengan

beberapa

kemungkinan

masyarakat,

ilmu

mengandung

pengetahuan

dan

hendaknya

pengalaman

belajar,

dengan visi dan misi sekolah.


Langkah
standar.

Materi

kedua,

mengembangkan

standar

merupakan

materi
bahan

penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual.

pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik

Dengan

untuk

untuk membentuk kompetensi. Secara umum materi

merefleksikan proeses pembelajaran sesuai dengan

standar mencakup tiga hal yaitu: ilmu pengetahuan,

apa yang telah direncanakan. Pembelajaran harus

proses dan nila-nilai yang dapat dirinci sesuai

terorganisasi melalui serangkaian kegiatan tertentu

kompetensi dasar, visi dan misi sekolah. Sehubungan

dengan strategi yang tepat dan mumpuni.

dengan itu guru sebagai manager kurikulum di

demikian

RPP

berfungsi

Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007


prinsip-prinsip

penyusunan

RPP

adalah

sekolah

diharapkan

dapat

memilih

dan

1)

mengembangkan materi standar sesuai dengan

Memperhatikan perbedaan individu peserta didik;

kebutuhan dan perkembangan jaman, serta minat dan

2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik; 3)

kemampuan dan perkembangan peserta didik.

Mengembangkan budaya membaca dan menulis; 4)

Langkah ketiga, adalah menentukan metode.

Memberikan umpan balik dan tindak lanjut 5)

Penentuan metode erat kaitannya dengan pemilihan

Keterkaitan dan keterpaduan; dan 6) Penerapkan

strategi pembelajaran yang paling efekktif dan

teknologi informasi dan komunikasi.

efisien. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan


guru dalam melakukan proses pembelajaran dan

Kinerja Guru Dalam Pengembangan RPP


Guru merupakan pengembang kurikulum bagi
kelasnya yang akan menterjemahkan, menjabarkan
dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat
dalam kurikulum kepada peserta didik. Isi kurikulum
bukan hanya mata pelajaran saja tetapi mencakup hal

pembentukan kompetensi yang dapat memberikan


kemudahan peserta didik untuk mencapai tujuan.
Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih metode
dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan
aktivitas dan kreativitas.
Langkah terakhir, dalam mengembangkan
RPP adalah merencanakan penilaian. Penilaian

56

Sudjarwo

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

hendaknya dilakukan berbasis kelas (PBK) dan ujian

ukuran penatarnya maka efektifitas pelatihan sudah

berbasis sekolah. Tyler (dalam Mulyasa, 2006:226)

dianggap

mengatakan

langsung, karena jika si penatar selalu menjawab

bahwa

penilaian

pembelajaran

dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya


pembelajaran

yang

telah

dilaksanakan,

valid.

Penilaiannya

juga

dilakukan

enam untuk soal tiga kali dua maka ia selalu benar.

yang

Pelatihan

merupakan

proses

perbantuan

mencakup semua komponen pembalajaran baik

(facilitating) guru untuk mendapatkan keefektifan

proses maupun hasilnya. Penilaian dapat dilakukan

dalam tugas-tugas mereka sekarang dan masa yang

selama

akan

proses

implementasi

RPP

masupun

datang

melalui pengembangan

kebiasaan

sesudahnya, sehingga kegiatan yang terbaik bagi

berpikir, bertindak, keterampilan, pengetahuan dan

guru sebagai pengambang kurikulum di sekolah

sikap

adalah melakukan evaluasi kurikulum secara terus

1980:672). Pelatihan pada dasarnya berkenaan

menerus, utuh dan menyeluruh.

dengan persiapan pesertanya menuju arah tindakan

yang

tertentu
organisasi

Tinjauan Workshop
Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan
manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara
yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga
aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, luar
sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui
pengalaman, dan melalui workshop. Menurut Badudu

sesuai

yang

dilukiskan

tempat

memperbaiki

(Dahana

unjuk

ia

oleh

bekerja
kerja,

and

Bhatnagar,

teknologi
serta

sedang

dan

sekaligus
pendidikan

berkenaan dengan membukakan dunia bagi peserta


didik untuk memilih minat, gaya hidup dan
kariernya.
Metode Penelitian

(1988:403) menyatakan bahwa workshop adalah

Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah

suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis

penelitian tindakan sekolah yang dirancang sebanyak

(pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata. Lebih

dua siklus. Siklus I rencananya dilaksanakan Minggu

lanjut, Harbinson (1973: 52) mengemukakan bahwa

II III Maret 2011 (tanggal 15 s.d 28 Maret 2011),

pendidikan dan pelatihan (workshop) secara umum

dan siklus II dilaksanakan pada minggu IV Maret s.d

diartikan sebagai proses pemerolehan keterampilan

minggu II April 2011 (tanggal 29 Maret s.d 11 April

dan pengetahuan yang terjadi di luar sistem

2011), masing-masing siklus ada empat tahapan

persekolahan, yang sifatnya lebih heterogen dan

sesuai dengan desain gambar berikut ini.

kurang terbakukan dan tidak berkaitan satu dengan


lainnya, karena memiliki tujuan yang berbeda.
Dalam banyak bidang pelatihan (workshop),
hal tersebut memang sangat sulit untuk tidak
mengatakannya mustahil (dilakukan validasi dan
evaluasi).

Bidang

yang

dimaksud

misalnya

manajemen atau pelatihan hubungan manusia umum


sifatnya. Dalam hal ini, semua bentuk pelatihan
(workshop) tidak dapat memperlihatkan hasil yang
objektif. Pelatihan umumnya mempunyai masalah

Gambar 1. Siklus penelitian

mengenai prestasi penatar dalam mengajar, yaitu


masalah evaluasi dan validasi kelangsusungannya.

Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 2

Jika pelajaran telah diajarkan dengan baik dan

Kota Blitar dengan alamat Jl. Melati 112 Kota Blitar.

penatar telah belajar pelajaran tersebut sesuai dengan

Dengan subyek penelitian adalah guru Bahasa

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

57

Indonesia kelas 7, 8, dan 9. Instrumen yang

pelaksanaan pembelajaran (RPP) diperoleh rata-rata

digunakan

lembar

nilai secara klasikal sebesar 82.79. Nilai tersebut

observasi praktik menyusun RPP, lembar penilaian

berada dalam interval kriteria penilaian B (Baik).

RPP, dan lembar respon guru mengikuti bimbingan.

Sedangkan berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui

dalam

kegiatan

ini

adalah

Data yang diperoleh dari responden adalah

bahwa setelah pelaksanaan workshop kedua, nilai

berupa skor yang masih harus dikonversi sesuai

rata-rata rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dengan kriteria atau kualifikasi sebagai berikut.

yang telah dibuat guru secara klasikal adalah 85.84.


Nilai tersebut berada dalam interval kriteria penilaian
B (Baik).

Tabel 1. Data Konversi Nilai


No.
1
2
3
4

Interval Nilai
86.00 100.0
71.00 85.99
55.00 70.99
54.99

Kualifikasi
A
B
C
D

Kriteria
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

Pembahasan
1.

Siklus 1
Pada siklus pertama dilaksanakan tindakan

Analisa data yang digunakan dalam penelitian


yaitu

berupa workshop penyusunan rencana pelaksanaan

sampel

pembelajaran (RPP) kepada 10 (sepuluh) orang guru

sebagaimana adanya dalam bentuk tabel, grafik, dan

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari workshop

diagram penjelasan.

yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa secara

adalah

analisis

menggambarkan

statistik
kondisi

deskriptif

populasi

dan

klasikal nilai rata-rata kinerja guru dalam menyusun


rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah

Hasil Penelitian
1.

76.91. Nilai ini berada pada interval nilai dengan

Siklus 1
Dari hasil pelatihan atau workshop pertama

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang


diikuti oleh 10 (sepuluh) orang peserta dapat
diketahui bahwa setelah pelaksanaan workshop
pertama, nilai kinerja guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) diperoleh rata-rata
nilai secara klasikal sebesar 76.91. Nilai tersebut
berada dalam interval kriteria penilaian B (Baik).
Sedangkan berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa setelah pelaksanaan workshop pertama, nilai
rata-rata rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang telah dibuat guru secara klasikal adalah 74.5.
Nilai tersebut berada dalam interval kriteria penilaian
B (Baik).
2.

Sedangkan produk yang dihasikan guru


setelah mengikuti workshop dapat dikatakan baik.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
guru setelah pelaksanaan workshop pertama secara
klasikal adalah 74.5. Nilai tersebut berada dalam
interval kriteria penilaian B (Baik).
Hal ini terjadi karena materi yang diberikan
melalui workshop dapat memudahkan guru peserta
dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Materi yang diberikan dengan penyampaian
yang

mudah

sangat

membantu

guru

dalam

menambah pengetahuan dan keterampilan dalam


menyusun perangkat pembelajaran. Kualifikasi ratarata B (Baik) diduga sebagai efek positif dari

Siklus 2
Setelah

kriteria B (Baik).

mengikuti

workshop

kedua

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang


diikuti oleh 10 (sepuluh) orang peserta dapat
diketahui bahwa setelah pelaksanaan workshop
kedua, nilai kinerja guru dalam menyusun rencana

pelaksanaan workshop ini.


Pada pelaksanaan workshop pertama, masih
terdapat guru peserta yang memiliki kriteria C
(cukup). Menurut respon guru, hal ini disebabkan
karena kebiasaan lama guru yang hanya copy paste
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tahun-

58

Sudjarwo

tahun

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

sebelumnya,

atau

rencana

pelaksanaan

pembelajaran (RPP) milik teman sejawat, tanpa ada


perubahan-perubahan

yang

disesuaikan

yang memiliki kriteria C (cukup). Nilai minimal yang


dimiliki guru peserta adalah B (Baik).

dengan

Menurut respon guru, hal ini disebabkan

kondisi nyata yang terjadi saat ini. Berdsarkan

karena pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

penilaian pada instrumen, para serta workshop masih

guru

mengalami

kesulitan

pembelajaran

memberikan

kesempatan

pada

butir

peserta

penilaian

didik

untuk

mengeksplorasi informasi.

dalam

menyusun
(RPP)

rencana

telah

pelaksanaan

bertambah

dan

berkembang, sehingga tidak ada kesulitan bagi guru


dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Beberapa peserta menyatakan sangat senang

2.

Siklus 2

dengan

adanya

workshop

ini.

Selain

karena

Pada siklus kedua dilaksanakan tindakan

pengetahuan dan keterampilan, hal ini diduga karena

berupa workshop penyusunan rencana pelaksanaan

penyampaian materi workshop sangat mudah dan

pembelajaran (RPP) tahap kedua kepada 10 (sepuluh)

menarik.

orang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang


dengan workshop sebelumnya. Dari workshop yang

Kesimpulan

telah dilakukan diperoleh hasil bahwa secara klasikal


nilai rata-rata kinerja guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah 82.79. Nilai
ini berada pada interval nilai dengan kriteria B

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat


ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1.

dalam

dikatakan baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-

memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang


cukup dari workshop pertama. Sehingga ditambah
pengetahuan dan keterampilan setelah mengikuti
workshop yang kedua, semakin memudahkan guru
peserta

dalam

menyusun

pembelajaran

(RPP).

Di

mendapatkan

bimbingan

rencana
sini
yang

pelaksanaan
para

lebih

peserta
intensif.

Kualifikasi rata-rata B (Baik) sangat jelas sebagai


efek positif dari pelaksanaan workshop ini, seiring
meningkatnya nilai rata-rata dari siklus I dan siklus

menyusun

rencana

pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dengan kriteria nilai B

rata rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

Hal ini terjadi karena guru peserta telah

dapat

diketahui dari perkembangan kemampuan guru

setelah mengikuti workshop yang kedua dapat

berada dalam interval kriteria penilaian B (Baik).

workshop

kota Blitar dalam menyusun RPP. Hal ini dapat

Sedangkan produk yang dihasikan guru

kedua secara klasikal adalah 85.84. Nilai tersebut

pelaksanaan

meningkatkan kinerja guru Bahasa Indonesia

(Baik).

telah dibuat guru setelah pelaksanaan workshop

Proses

(Baik).
2.

Kegiatan workshop dapat meningkatkan kinerja


guru Bahasa Indonesia dalam menyusun RPP .
Hal ini ditunjukkan dengan kriteria nilai B
(Baik) terhadap produk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dihasilkan
setelah mengikuti workshop

Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :
Gramedia.
Majid, Abdul. 2010. Perencanaan pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Diknas. 2010. Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2007 Tentang
Guru
Diknas. 2007. Permendiknas No 41 tahun 2007 tentang Standar

II.
Setelah pelaksanaan workshop kedua, terjadi
peningkatan nilai kinerja dan produk perangkat
pembelajaran

yang

dihasilkan.

Hal

ini

dapat

ditunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi guru peserta

Proses
Diknas. 2007. Permendiknas No 12 tahun 2007 Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah
Kenneth D. Mooer. 2001. Classroom Teaching Skill, New York:
McGraw Hill.

Volume 1, 2013
Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja
Rodakarya
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Suatu
Panduan Praktis. Bandung: Remaja Rodakarya.

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

59

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sumantri, Mulyani. 1988. Kur ikulum dan Pengajaran. Jakarta:
Proyek LPTK.

60

Sudjarwo

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

61

ISSN : 2337-4705

Peningkatan Hasil Belajar dengan Menggunakan Metode


Pembelajaran SQ4R Melalui Pendekatan Talking Stick
DJUWENI
The English learning process is the all process and connect each other between English items with another. The
beginning concept were take students become require to next concept items. With modivicate of active reading metod and
the stick as evaluation aim, so in this research will aplication a lessong of SQ4R metod with talking stick on English lesson.
The student hopes have more active and direct study in having learning.

Keywods: result learn, sq4r metod, talking stick

Cara yang dapat dilakukan guru untuk

Pendahuluan
Proses pembelajaran Bahasa Inggris adalah
proses yang menyeluruh dan saling berhubungan
antara materi Bahasa Inggris yang satu dengan
lainnya. Konsep awal yang diterima siswa menjadi
syarat

untuk

penguasaan

konsep

berikutnya.

Pengetahuan awal siswa pada setiap pengalaman


belajarnya akan berpengaruh terhadap bagaimana
mereka belajar dan apa yang dipelajari selanjutnya
(Triyanto 2007:21), dengan demikian diperlukan
metode penyampaian materi yang tepat, yang dapat
memberdayakan siswa baik dari segi akademik
maupun

kecakapan

sosial,

dapat

memecahkan

masalah dengan sifat terbuka dan suatu pembelajaran


yang lebih tepat dan menarik, sehingga tujuan
pendidikan

dengan

kurikulum

tingkat

satuan

pendidikan dapat tercapai.


Salah satu alternatif yang dapat digunakan
adalah metode pembelajaran SQ4R. Metode ini
digunakan untuk membantu siswa mengingat apa
yang mereka baca, dan dapat membantu proses
belajar mengajar di kelas yang dilaksanakan dengan
kegiatan membaca buku. Membaca membuat kita
dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui
tulisan. Membaca dapat dipandang sebagai sebuah
proses interaksi antara bahasa dan pikiran. Sebagai

mengatasi masalah di atas yaitu dengan memberikan


pendekatan Talking Stick. Pendekatan Talking Stick
ini berupa pemberian pertanyaan kepada siswa.
Talking Stick merupakan metode pembelajaran
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang
tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
siswa mempelajari materi pokoknya. Metode ini
diharapkan siswa akan lebih termotivasi dalam
melakukan kegiatan belajar (Gunawan, 2003:195).
Melalui modifikasi metode membaca aktif
SQ4R dan Talking Stick sebagai alat evaluasi, maka
pada penelitian ini akan diterapkan suatu metode
pembelajaran SQ4R melalui pendekatan Talking Stick
pada

oleh

melatarbelakangi
2007:147).

faktor
metode

pengetahuan
membaca

pelajaran

Bahasa

Inggris.

Siswa

diharapkan lebih aktif dan terlibat langsung dalam


pembelajaran yang menyenangkan.
Metode belajar SQ4R dengan pendekatan
Talking Stick diharapkan akan menarik perhatian
siswa,

sehingga

siswa

mudah

menerima

dan

mengingat materi pelajaran yang disampaikan oleh


guru, sehingga siswa dapat meningkatkan hasil
belajarnya sesuai dengan nilai kriteria ketuntasan
minimal.
Metode Pembelajaran SQ4R
Metode pembelajaran SQ4R yang dicetuskan

proses interaksi, maka keberhasilan membaca akan


dipengaruhi

mata

yang

oleh Francis Robinson tahun 1941, membuat

(Trianto,

perubahan besar dalam perkembangan metode belajar


(Nur,

2000:25).

Langkah-langkah

yang

harus

62

Djuweni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

dilakukan dalam strategi membaca SQ4R adalah

dirumuskan pada langkah Question. Bagian ini bisa

sebagai berikut:

dijalankan dengan efisien dan efektif apabila

1.

pembaca

Survey
Dalam tahap ini, pembaca mulai meneliti,

meninjau, menjajaki dengan sepintas kilas untuk

benar-benar

memanfaatkan

daftar

pertanyaan tersebut yakni membaca dengan maksud


mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

menemukan judul bab, subbab, dan keterangan


gambar agar pembaca mengenal atau familiar

4.

Recite

terhadap materi bacaan yang akan dibaca secara


detail

dan

sesuai

dulu

dan

renungkan

kembali apa yang telah ditelaah tadi. Lihat kembali

melakukan peninjauan dapat dikumpulkan informasi

catatan yang telah anda buat dan ingat-ingat kembali

yang diperlukan untuk memfokuskan perhatian saat

ide-ide utama yang telah dicatat. Cara lain untuk

membaca. Peninjauan untuk satu bab memerlukan

melakukan Recite adalah dengan melihat pertanyaan-

waktu 5-10 menit. Apa yang ditinjau?

pertanyaan yang telah kita buat sebelum mebaca


dianjurkan

subbab tersebut dan cobalah jawab pada selembar

menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri

kertas tanpa melihat buku atau wacana kembali. Pada

seperti

dan

dasarnya Recite bertujuan untuk mengutarakan

sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu.

kembali berbagai informasi baik yang berupa

Bagian-bagian penting akan dijadikan sebagai bahan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita maupun

pertanyaan yang perlu ditandai untuk memudahkan

informasi

proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan

merangkumnya, dan menyimpulkan atas apa yang

dilakukan pada langkah kedua.

sudah dibaca sesuai dengan versi pembaca.

2.

5.

stabilo

melakukan

kebutuhan.

berhenti

Dengan

Dalam

dengan

Sekarang

(berwarna

survey,
kuning,

hijau

Question
Dalam

kita

anggap

penting,

Reflect
Tahap record ini kita menandai hal-hal yang

menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri

dipahami dari sebuah wacana untuk referensi

seperti

dan

dikemudian hari. Proses memilih dan menandai akan

sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu.

menuntun kita menemukan ide utama wacana

Bagian-bagian penting akan dijadikan sebagai bahan

tersebut. Suatu saat, ketika kita meninjau kembali

pertanyaan yang perlu ditandai untuk memudahkan

wacananya, kita akan menemukan hal-hal yang

proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan

penting dalam sebuah wacana tanpa harus membaca

dilakukan pada langkah kedua.

wacana secara keseluruhan.

(berwarna

survey,

yang

dianjurkan

stabilo

melakukan

lainnya

kuning,

hijau

Dalam tahap ini ada dua hal penting yang


3.

Read

harus

Sekarang mulailah membaca dengan teliti dan

dilakukan,

menggarisbawahi

dan

yaitu

menandai

membuat

catatan

atau
kecil.

seksama, paragraf demi paragraf. Sebagaimana kita

Menggarisbawahi kata kunci biasanya akan membuat

ketahui, setiap paragraf mengembangkan satu pikiran

kita mengingat hal-hal penting dalam pikiran,

pokok. Jika kita menggabungkan keseluruhan pikiran

sedangkan membuat catatan kecil akan memberikan

pokok menjadi satu kesatuan, maka terceminlah ide-

gambaran mengenai wacana yang dibaca. Sebelum

ide utama dari serangkaian paragraf-paragraf dalam

menandai atau menggarisbawahi sebaiknya wacana

satu wacana.

dibaca secara keseluruhan terlebih dahulu, setelah itu

Jika membaca dengan teliti dan seksama

ulangi membaca untuk menandai topik atau kata-kata

dirasa sulit, maka langkah membaca ini minimal

yang dirasa penting. Selain itu, kita harus selektif

untuk

menjawab

pertanyaan-pertanyaan

yang

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

memilih poin-poin mana yang memang benar-benar

Pendekatan Talking Stick

penting dan mencerminkan wacana yang kita baca.


6.

Periksalah

kembali

keseluruhan

bagian.

Jangan diulang baca, hanya lihatlah pada judul-judul,


gambar-gambar, diagram-diagram, tinjauan kembali
pertanyaan-pertanyaan,
untuk

dan

sarana-sarana

meyakinkan

bahwa

studi

kita

telah

mempunyai suatu gambaran yang lengkap mengenai


wacana tersebut. Langkah atau tahap ini akan banyak
menolong kita dalam mengingat bahan tersebut
sehingga

kita

akan

dapat

dengan

mudah

mengingatnya di dalam kelas serta mengeluarkannya


pada ujian akhir.
Secara singkat dalam tahap review dilakukan
pengujian atau peninjauan terhadap kelengkapan
pengutaraan kembali yang telah kita lakukan pada
langkah Recite. Maka, jika ada kekurangan kita
lengkapi, jika ada kekeliruan kita perbaiki. Akhirnya
tersusunlah

Talking

Stick

merupakan

pendekatan

pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang

Review

lainnya

63

struktur

informasi

yang

jika

kita

kembangkan maka terciptalah wujud pengutaraan


kembali yang relatif lengkap dan bagus.
Metode ini merupakan sebuah sistem yang
diterapkan dalam melakukan aktivitas membaca dan/
atau belajar karena metode ini merupakan sebuah
mata rantai yang setiap bagiannya saling berkaitan
satu dengan lainnya sehingga harus dilalui oleh
pembaca apabila hendak memperoleh pemahaman
yang maksimal. Meski terkesan sangat mekanistik,
tetapi membaca dengan menggunakan SQ4R ini
dianggap lebih memuaskan, karena dengan teknik ini
dapat mendorong seseorang untuk lebih memahami
apa yang dibacanya, terarah pada intisari atau
kandungan-kandungan pokok yang tersirat dan
tersurat dalam suatu buku atau teks Selain itu,
langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik ini
tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah,
sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari
dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori
jangka panjang seseorang.

memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari


guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Pendekatan ini diharapkan dapat membuat siswa
lebih termotivasi dalam melakukan kegiatan belajar.
Pendekatan Talking Stick ini secara umum
bertujuan agar siswa mengetahui letak kesalahannya
sehingga

pada

akhirnya

siswa

akan

dapat

mengerjakan soal-soal semacam itu sesuai dengan


petunjuk yang diberikan oleh guru. Dengan demikian
diharapkan siswa tidak mengulangi kesalahan yang
sama saat mengerjakan soal yang serupa. Guru
sebaiknya segera mengoreksi dan memberikan
evaluasi pada pekerjaan siswa. Selanjutnya segera
mengembalikannya kepada siswa. Cara ini akan lebih
efektif karena siswa dapat segera memperbaiki
kesalahan dalam mengerjakan soal.
Talking

Stick

merupakan

pendekatan

pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang


memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Langkah-langkah:

1)

Guru

menyiapkan

sebuah tongkat, 2) Guru menyampaikan materi


pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi tersebut di buku, 3) Setelah
selesai membaca buku dan mempelajarinya guru
mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya, 4)
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada
siswa, setelah itu guru memberi pertanyaan dan siswa
yang

memegang

tongkat

tersebut

harus

menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian


besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru, dan 5) Guru memberikan
kesimpulan.
Hasil Belajar
Hasil

belajar

merupakan

perilaku

yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

64

Djuweni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku

diharapkan siswa akan lebih meningkat aktivitasnya

tersebut tergantung pada yang dipelajari oleh

dalam melakukan kegiatan belajar.

pembelajar.

Jika

pembelajar

pengetahuan

tentang

konsep,

mempelajari

maka

perubahan

Metode Penelitian

perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan


konsep (Anni, 2004:4).
Benyamin

Bloom

dalam

Nana

Sudjana

(2000:22) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah


yaitu ranah kognitif, ranah afektof, dan psikomotor.
Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian
hasil belajar siswa adalah dengan melakukan tes
prestasi

belajar.

Tes

prestasi

belajar

yang

dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting,


baik

bagi

guru

ataupun

bagi

siswa

yang

bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat


mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam

Jenis rancangan penelitian yang dilaksanakan


adalah

Penelitian

Tindakan

Kelas

(PTK).

Keberhasilan pemberian tindakan dapat dilihat dari


peningkatan aktivitas dan hasil belajar tiap siklus.
Penelitian terdiri atas lebih dari satu siklus,
tergantung

permasalahan

atau

hambatan

yang

siklus

melalui

tahap

ditemukan selama penelitian.


Masing

masing

perencanaan

tindakan,

pelaksanaan

tindakan,

observasi dan refleksi sebagaimana tergambar pada


gambar berikut.

proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh siswa


sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi
belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagai mana
kelemahan-kelemahannya

dalam

mengikuti

pelajaran.
Pembelajaran SQ4R adalah cara membaca
yang dapat mengembangkan metakognitif siswa,
yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca
bahan belajar secara seksama, cermat, melalui;
survey dengan mencermati teks bacaan, melihat

Gambar 1. Siklus Penelitian

pertanyaan di ujung bab, baca ringkasan bila ada dan


cermati gambar-gambar, grafik, dan peta. Question
dengan membuat pertanyaan (mengapa, bagaimana
dan darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan
ajar), Read dengan membaca teks dan mencari
jawabannya. Reflect yaitu aktivitas memberikan
contoh dari bahan bacaan dan membayangkan
konteks aktual yang relevan, Recite merupakan
mempertimbangkan jawaban yang diberikan (catatbahas bersama) dan Review yaitu cara meninjau
ulang menyeluruh.Sedangkan pendekatan Talking
Stick ini berupa pemberian pertanyaan kepada siswa.
Talking Stick merupakan pendekatan pembelajaran
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang
tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
siswa mempelajari materi pokoknya. Metode ini

Dari gambar dapat dijelaskan masing-masing


tahap, yaitu:
1.

Plan (perencanaan)
Kegiatan yang akan dilakukan ialah meliputi

apa penyebabnya masalah yang ada pada siswa kelas


VII kemudian menganalisis penyebab munculnya
masalah dan menetapkan pengembangan tindakan
(intervensi) yang akan dilakukan terhadap subyek.
Beberapa hal tersebut digunakan untuk kepentingan
studi awal yang diperoleh dari observasi dan
wawancara terhadap responden (guru dan siswa).
Apabila pada siklus I belum terjadi perubahan yang
diharapkan, maka pada siklus selanjutnya dicari
kembali permasalahan yang ada pada siklus I.
Kemudian pada siklus selanjutnya dikembangkan

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

65

intervensi yang berbeda untuk menyempurnakan

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6

intervensi yang telah dilakukan pada siklus I,

Blitar, dengan alamat Jl. Sudanco Supriyadi Blitar.

sehingga perubahan yang diinginkan dapat tercapai

Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan mulai bulan

sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah

Maret 2008 sampai dengan bulan April 2008.

ditetapkan.

Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada


tanggal 17 Maret 2008 dan siklus II pada tanggal 31

2.

Action (pelaksanaan tindakan)

Maret 2008.

Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan untuk

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIB

memperbaiki permasalahan yang ada pada subjek

SMP Negeri 6 Blitar tahun pelajaran 2008/2009.

penelitian.

Jumlah siswa 38 yang terdiri atas 21 siswa laki-laki

Dalam

pelaksanaan

tindakan

pada

penelitian ini diterapkan dalam beberapa langkah

dan 17 siswa perempuan.

yang meliputi tiga siklus. Langkah-langkah yang ada

Instrumen penelitian yang digunakan untuk

pada setiap siklus telah dijabarkan dalam Program

menjaring data dalam penelitian ini terdiri dari alat

Satuan Pelajaran dan Rencana Pembelajaran yang

evaluasi yaitu tes tertulis, dokumentasi dan lembar

telah direncanakan sebelumnya.

observasi. Validitas instrumen melalui beberapa


pengujian

3.

Observing (pengamatan)

yaitu

uji

validitas,

reabilitas,

daya

pembeda, tingkat kesukaran soal.

Observing adalah kegiatan pengamatan dan

Teknik analisis data dalam penelitian ini

pengambilan data untuk memantau sejauh mana efek

adalah deskriptif persentase. Data yang dianalisis

tindakan yang dilakukan terhadap siswa dapat

meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu,

berjalan secara efektif dan mencapai tujuan yang

dan ketuntasan belajar klasikal. Analisis ini bertujuan

dikehendaki serta menunjang pembelajaran yang

untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa yang

berlangsung kondusif. Data-data yang dikumpulkan

diperoleh dari setiap siklus.

adalah berupa data primer maupun data skunder.

Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan

Instrumen serta data yang dikumpulkan diharapkan

berhasil apabila terjadi ketuntasan hasil belajar siswa

dapat meningkatkan validitas dan reliabilitas data.

yaitu sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa


yang ada di kelas tuntas belajar yaitu memperoleh

4.

nilai 70. Adapun alat ukurnya adalah dengan

Reflective (refleksi)
Refleksi adalah suatu kegiatan yang mengulas

secara kritis terhadap perubahan yang terjadi pada

menganalisis persentase ketuntasan belajar siswa dari


tes siklus yang telah mereka kerjakan.

siswa, suasana pembelajaran yang berlangsung di


kelas, dan guru. Dalam kegiatan ini perlu adanya
analisis dan refleksi terhadap data-data yang telah
dikumpulkan untuk didiskusikan bersama dengan
kolaborator untuk mengetahui sejauh mana action
(intervensi) yang dilakukan telah menghasilkan suatu
yang berarti dengan adanya pemanfaatan metode
SQ4R melalui pendekatan Talking stick pada mata
pelajaran

Bahasa

Inggris.

Kelebihan

maupun

kekurangan yang ada dalam pembelajaran segera


dicari

solusinya

dan

langkah-langkah

perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.

untuk

Hasil Penelitian
1.

Kondisi Awal Penelitian


Sebelum dilaksanakannya tindakan penelitian,

gambaran hasil yang didapat berdasarkan rekaman


fakta/observasi di lapangan, motivasi dan minat
belajar siswa masih sangat kurang, hal ini disebabkan
karena metode pembelajaran yang digunakan oleh
guru bersifat konoton sehingga para siswa cepat
merasa bosan atau jenuh saat menerima materi yang
diberikan oleh guru.

66

Djuweni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Dengan metode pembelajaran yang seperti itu


dapat menyebabkan hasil belajar siswa masih kurang

untuk dikerjakan/dipecahkan pada kelompoknya


masingmasing.

memuaskan atau banyak yang di bawah standar


ketuntasan minimal.

Selanjutnya guru memberikan kesempatan


siswa untuk menyimpulkan hasil pekerjaannya.

Hasil belajar siswa pada kondisi awal masih

Kemudian

dilakukan

pembahasan

hasilhasil

jauh dari standar yang di harapkan. Sehingga ini

kerja mereka

secara

perlu adanya tindakan nyata yang diharapkan mampu

permasalahan

diutarakan

meningkatkan hasil

kesimpulan yang diperoleh belum tepat maka

belajar Bahasa Inggris siswa,

klasikal

satu

oleh

persatu

siswa.

Jika

yakni berupa pembelajaran dengan menggunakan

menunjuk

metode SQ4R dengan teknik Talking Stick.

yang lain untuk memberikan jawaban yang tepat.

siswa/

kelompok

Selanjutnya guru mengulas kembali materi


2.

Deskripsi Siklus 1

yang

a)

Perencanaan

menyimpulkan jawaban yang tepat

Perencanaan tindakan peningkatan aktivitas


dalam

kegiatan pembelajaran,

pengajuan

dan

menanggapi

serta

hasil

dipelajari

secara

singkat

dan

dari hasil

pekerjaan siswa.

aktivitas dalam
ide

telah

Tiga puluh menit sebelum pertemuan berakhir


guru mengadakan test

tertulis guna

mengukur

belajar melalui metode pembelajaran SQ4R yang

prestasi yang dihasilkan dari proses pembelajaran

dirancang oleh peneliti. Perencanaan pembelajaran

yang telah dilaksanakan.

ini disusun berdasarkan permasalahan yang peneliti


tetapkan. Pemilihan materi itu disesuaikan dengan

c)

Observasi

program tahunan dan program semester.

Dari hasil observasi terhadap aspek aktivitas


siswa selama proses belajar mengajar dengan

b)

Pelaksanaan tindakan

menggunakan metode pembelajaran SQ4R pada

Pelaksanaaan siklus tindakan 1 dilaksanakan


untuk pertemuan pertama tatap muka. Pada waktu

siklus tindakan 1 dapat dijelaskan seperti tabel di


bawah ini.

proses pembelajaran dihadiri oleh ke 38 siswa.


Kegiatan ini didahului dengan menggali

Tabel 1. Hasil observasi terhadap aspek aktivitas siswa

pengetahuan awal siswa yang disertai pertanyaan

Taraf
Keberhasilan
Aspek
Penilaian

Skor
total

Skor
maks

Kriteria

No.

Nilai Huruf

pembelajaran dan arahan kegiatan serta hasil yang

Tercapai%

oleh guru. Guru memberikan gambaran prosedur

Bertanya/
menjawab
Mengemukakan
pendapat
Memberikan
komentar
Menarik
kesimpulan
Rata-rata

103

152

67.76

Cukup

103

152

67.76

Cukup

109

152

71.71

Baik

117

152

76.97

Baik

108

152

71.05

Baik

diharapkan dari kegiatan yang dilakukan. Siswa


menyimak tentang hal tersebut secara seksama.
Selanjutnya guru membentuk kelompok siswa secara
heterogen

berdasarkan

tingkat

kepandaiannya.

Tujuannya agar proses pembelajaran dapat berjalan

1
2
3

dengan lancar. Proses ini berlangsung 25 menit.


4

Proses ini melebihi waktu yang direncanakan.


Mengingat dalam penelitian ini meningkatkan
aktivitas

siswa

dalam

pembelajaran

dan

mengungkapkan atau menanggapi ide maka langkah


selanjutnya guru memberikan draf ringkasan materi
untuk

dipelajari

terlebih

dahulu.

Setelah

itu

diberikan tugas yang telah disiapkan kepada siswa

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ratarata aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan metode SQ4R pada tindakan tahap 1, rata-rata
siswa termasuk kategori B (Baik). Untuk setiap aspek

Volume 1, 2013

nampak

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

untuk:

bertanya/

mengemukakan

menjawab

pendapat

tergolong

dan
cukup,

guru memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan


seefektif dan seefisien mungkin.

memberikan komentar dan menarik kesimpulan

3.

Deskripsi Siklus 2

tergolong baik.

a)

Perencanaan
Perencanaan

d)

tindakan melalui

model

pembelajaran dengan metode SQ4R dirancang oleh

Refleksi

pada

67

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan

peneliti. Perencanaan pembelajaran ini disusun

aspek

berdasarkan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang

aktivitas

siswa

dalam

kegiatan

pembelajaran yang diamati termasuk baik akan tetapi

telah

terdapat

pembahasan itu disesuaikan dengan program tahunan

aspek

mengemukakan

bertanya/
pendapat

menjawab

yang

masih

dan
belum

dilaksanakan

pada

siklus

1.

Pemilihan

dan program semester.

tergolong baik, berarti masih terdapat kekurangan


yang harus diperbaiki dalam pembelajaran.

b)

Pelaksanaan tindakan

Dengan melihat kondisi seperti ini nampak

Pelaksanaaan siklus tindakan 2, pelaksanaan

beberapa kekurangan dari aspek aktivitas siswa yaitu:

tindakan dalam tiga tahap, yaitu tahap membuka

(1) Hanya beberapa siswa saja yang aktif mengikuti

pelajaran,

kegiatan pembelajaran, (2) Siswa masih kurang

pembelajaran.

dalam mengemukakan pendapatnya, (3) Masih ada


beberapa

siswa

masih

belum

selesai

dalam

inti

pembelajaran

dan

menutup

Kegiatan membuka pelajaran, setelah guru


memasuki ruangan bersamaan kolaborator yang

mempelajari draf ringkasan sehingga permasalahan

berperan

dalam

pengambilan

data,

guru

yang diajukan tidak selesai, dan (4) Guru kurang

mengucapkan salam, mengabsen dan menulis jurnal.

displin, sehingga ada waktu yang tidak sesuai dengan

Selanjutnya guru penyampaian tujuan pembelajaran

rencana, di samping itu secara psikologis dari peneliti

lebih jelas dengan ditampilkan di papan tulis, dan

(guru), guru kurang sepenuhnya membiarkan siswa

kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran

melakukan proses belajar-mengajar sesuai prosesdur

berlangsung. Guru mengkoreksi beberapa kelemahan

model yang diteliti.

proses pembelajaran pada masa lalu diharapkan

Ditinjau dari hasil belajar siswa masih belum

pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan

memuaskan karena masih terdapat siswa secara

rencana, seperti guru menekankan ada pembagian

individu yang belum tuntas (<70.00) sehingga siswa

peran dalam mempelajari materi sehingga waktu

belum dapat dikategorikan tuntas belajar secara

mengerjakan tugas cepat selesai sesuai dengan waktu

klasikal.

yang telah ditentukan. Siswa menyimak tentang hal

Bertolak dari penjelasan tersebut maka tujuan

tersebut

secara

seksama.

memberikan

dilanjutkan pada siklus tindakan berikutnya. Pada

memberi tugas yang telah disiapkan kepada siswa

siklus

perbaikan.

untuk dikerjakan, kegiatan ini pada siklus 1

Perbaikan pada siklus tindakan 2 adalah guru

dilakukan dengan urutan pemberian draf dahulu baru

diusahakan

dengan

tugas dengan waktu yang sama. Perubahan ini

metode SQ4R dengan sepenuh hati, artinya guru

dimaksudkan untuk merangsang siswa mempelajari

setelah

materi

harus

menerapkan

memberikan

diadakan
pembelajaran

penjelasan

tentang

proses

pembelajaran (dalam bentuk langkah-langkah) maka

dan

ringkasan

mengurangi

materi

guru

pembelajaran belum tercapai. Oleh karena itu perlu


tindakan

draf

Selanjutnya

tidak

serta

terselesaikannya

permasalahan yang telah disodorkan.

guru sebaik mungkin berperan sebagai fasilitator dan

Selanjutnya guru memberikan kesempatan

diupayakan dalam pembagian waktu yang jelas

pada

siswa

untuk

membuat

kesimpulan

terhadap kegiatan siswa dan ditepati, di samping itu

mengumpulkan tugasnya. Selanjutnya

dan

membahas

68

Djuweni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

hasilhasil kerja mereka. Dengan tanpa ditunjuk

karena secara individual siswa memperoleh nilai

siswa menjelaskan permasalahan satu demi satu.

<70.00.

Jika kesimpulan yang diperoleh sudah tepat maka

Apabila dilihat dari tanggapan siswa terhadap

tanpa menunjuk siswa yang lain, sebaliknya jika

proses pembelajaran dengan metode SQ4R dari siswa

seluruh siswa belum benar konsepnya maka guru

kelas VIIB SMPN 6 Kota Blitar sangat baik. Sedang

yang menjelaskannya.

bila

ditinjau

dari

ketercapaian

guru

dalam

melaksanakan proses pembelajaran dengan metode


c)

drill dinyatakan sangat baik.

Observasi dan hasil belajar


Hasil pada siklus 2 aktivitas siswa dalam

kegiatan pembelajaran dan menyampaikan ide-

d)

Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus tindakan

idenya serta hasil belajar yang ditunjukkan dalam


bentuk

prestasi

belajar

kognitif

mengalami

2, ditinjau dari aspek hasil belajar siswa maupun


aktivitas siswa telah terdapat peningkatan. Hal ini

peningkatan.
Hasil pengamatan terhadap aspek aktivitas

ditunjukkan dengan: (1) Aktivitas siswa kelas VIIB

siswa selama proses belajar mengajar pada siklus

SMPN 6 Kota Blitar dalam kegiatan pembelajaran

tindakan 2 dapat dijelaskan sebagai berikut

memberikan hasil yang memuaskan karena jumlah

Tabel 2. Hasil pengamatan terhadap aspek aktivitas siswa


pada siklus 2
Taraf
Keberhasilan

2
3
4

Bertanya/
menjawab
Mengemuk
akan
pendapat
Memberika
n komentar
Menarik
kesimpulan
Rata-rata

122

152

80.26

123

152

80.92

122

152

80.26

126

152

82.89

123.
5

152

81.09

Kriteria

Skor
maks

Nilai Huruf

No.

Skor
total

Tercapai%

Aspek
Penilaian

Hasil tes formatif yang dilakukan secara


dinyatakan

tuntas

belajarnya dengan KKM 70.00 sebanyak 38 (100%)


dapat

belajar

juga

mengalami

terhadap proses pembelajaran dengan metode SQ4R

dan menarik kesimpulan terlolong sangat baik.

telah

tuntas

mengemukakan pendapat, memberikan komentar,

siswa

dikategorikan

Tanggapan siswa kelas VIIB SMPN 6 Kota Blitar

semua aspek penilaian yaitu bertanya/ menjawab,

artinya

siswa kelas VIIB SMPN 6 Kota Blitar yang

siswa termasuk kategori A (Sangat Baik). Untuk

siswa,

rata 81.09% kategori sangat baik, (2) Hasil belajar

Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik

dengan metode SQ4R pada tindakan tahap 2, rata-rata

individual

baik meningkat pada siklus tindakan 2 menjadi rata-

rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

secara

tindakan 1 rata-rata sebesar 71.05% dengan kategori

Sangat
Baik
Sangat
Baik

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-

tertulis,

siswa di kelas sebagian besar aktif. Pada siklus

dinyatakan

peningkatan. Hal ini menunjukkan

telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, (3)

sangat baik, dan (4) Keberhasilan guru (peneliti)


dalam menjalankan rencana pembelajaran mengalami
peningkatan dari baik pada siklus 1 menjadi sangat
baik pada siklus 2.
Dengan merujuk pada hasil tindakan siklus 2
seperti

yang

telah

dijelaskan,

maka

dapat

disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan


metode SQ4R dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam kegiatan pembelajaran, dalam menyampaikan
ideidenya dan hasil belajar Bahasa Inggris pada
siswa kelas VIIB SMPN 6 Kota Blitar.
Pembahasan

memahami materi yang telah dipelajari. Dengan


demikian secara klasikal dapat dikatakan tuntas,

bahwa siswa

Peran

guru

dalam

kegiatan

belajar

mengajar adalah sebagai fasilitator dan motivator


untuk

mengoptimalkan

belajar

siswa.

Guru

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

69

seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan

pendekatan pembelajaran dengan bantuan tongkat,

jadi,

siapa yang memegang tongkat wajib menjawab

tetapi

siswa

secara

pengetahuan

dalam

pikiran

sehingga

pengajaran

aktif

membangun

mereka

sendiri,

pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari

usaha

materi pokoknya. Metode ini diharapkan siswa akan

mengkonstruksi

lebih meningkat aktivitasnya dalam melakukan

merupakan

suatu

membantu

siswa

untuk

pengetahuan

dengan

kemampuannya

sendiri

kegiatan belajar.

melalui proses internalisasi sehingga pengetahuan


tersebut terkonstruksi kembali.
transfer

menekankan

pengetahuan,

bagaimana

pemahamannya

dengan

berarti

faktor

penggunaan

pembelajaran mempunyai

Dengan demikian pembelajaran bukanlah


suatu

Ini

tetapi

lebih

siswa

membangun

bantuan

guru. Model

metode

pengaruh pada hasil

belajar siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa


pembelajaran

dengan

menggunakan

metode

pembelajaran SQ4R dapat meningkatkan hasil belajar


dan dapat menguatkan memori siswa.

pembelajaran kooperatif adalah salah satu model


pembelajaran

yang

mengkustruksi

mengarahkan

semua

siswa

pengetahuan

untuk

yang

telah

diperolehnya.
Ada
kelompok

persyaratan
dapat

mengkonstruksi

tertentu

membantu

pengetahuannya.

Kesimpulan

bahwa

belajar

siswa

dalam

Pada

model

Dari hasil analisis dan uraian pembahasan


dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.

(melalui

dasar

lain.
SQ4R

Pembelajaran

merupakan

cara

membaca yang dapat mengembangkan metakognitif


siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk
membaca bahan belajar secara seksama, cermat,
melalui; survey dengan mencermati teks bacaan,
melihat pertanyaan di ujung bab, baca ringkasan bila
ada dan cermati gambar-gambar, grafik, dan peta.
Question dengan membuat pertanyaan (mengapa,
bagaimana dan darimana) tentang bahan bacaan
(materi bahan ajar), Read dengan membaca teks dan
mencari

Reflect

jawabannya.

memberikan

contoh

dari

yaitu

bahan

aktivitas

bacaan

dan

membayangkan konteks aktual yang relevan, Recite


merupakan

mempertimbangkan

jawaban

yang

diberikan (catat-bahas bersama) dan Review yaitu

SQ4R

Talking

dapat

stick

SMP Negeri 6 Kota Blitar tahun pelajaran

pembelajaran yang

membedakanya dengan metode pembelajaran yang

pendekatan

pembelajaran

proses pembelajaran Bahasa Inggris kelas VIIB

dengan sekedar belajar dalam sebuah setting belajar,


unsurunsur

metode

meningkatkan siswa dalam bertanya pada saat

pembelajaran dengan metode SQ4R tidak sama


terdapat

Penggunaan

2008/2009.
2.

Pembelajaran dengan menggunakan metode


pembelajaran SQ4R melalui pendekatan Talking
Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada kelas
VIIB SMP Negeri 6 Kota BLitar tahun
pelajaran 2008/2009.

Daftar Pustaka
Anni, Catharina Tri. 2004. Psilologi belajar. Semarang: UPT MKK
UNNES.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

menyeluruh.Sedangkan

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP

pendekatan Talking Stick ini berupa pemberian

Semarang. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan

cara

meninjau

ulang

pertanyaan kepada siswa. Talking Stick merupakan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

70

Djuweni

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Joni, Raka. 1992. Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan


Menengah

MelaluiStrategi

Pembelajaran

Aktif

(Cara

Belajar Siswa Aktif) dan Pembinaan Profesional Guru,


Kepala Sekolah serta Pembina Lainnya. Jakarta:Rinehart
and Wiston

Sudjana, N. 2000. Dasar dasar Proses Belajar Mengajar.


Bandung : Sinar baru Algesindo.
Soedjana, Nana. 1987. CBSA dalam proses belajar mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudrajat,

A.

2008.

Pengertian

Pendekatan,

Strategi,

Kartika, D. 2005. Keefektifan Metode PQRST dalam Membaca

Metode,Teknik,Taktik, dan Model pembelajaran. Bandung.

Pemahaman Teks Bacaan pada Mata Pelajaran Bahasa

Tersedia di http // akhmadSudrajat.wordpress.com /2008/09/

Indonesia Kelas VII Semester I SMP Negeri 1 Brangsong

12/pengertian-pendekatan-strategimetode-

Kendal Tahun Ajaran 2004-2005. Skripsi. Semarang:


FMIPA Unnes.
Siswa dan Pendekatan Kontruktivis dalam Pengajaran.
Surabaya: PSMS program pascasarjana Unesa.
Jakarta: Grafindo Persada.
Belajar

Winkel, B. 1994. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.


Jakarta : Gramedia.

dan

Faktor-Faktor

Yang

Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


Sudjana, Nana.2002. Media Pengajaran. Bandung :Sinar Baru
Aglesindo.

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.


Usman, User. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

Sardiman, AM. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.


2003.

dan-model-pembelajaran/. (12 September 2008).


Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Nur, M dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada

Slameto.

teknik-taktik-

Yamin, Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta:


Gaung Persada Press Jakarta.

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

71

ISSN : 2337-4705

Efektivitas Penggunan Metode Pembelajaran Taktis dan Drill


untuk Meningkatkan Keterampilan Passing Atas dan Passing
Bawah Permainan Bola Voli Siswa Kelas XI SMK
KARNO
To choose of right lesson metod is very influence with learning situation. Ussage of lesson metod must be
attention on how condition and where that the process of learning done. The study condition have contact with the lesson
items too. Than, the lesson itmes carracteristic must think again in choose the right lesson metod. Becouse choosing and
metod aplication on learning of uper pass and lower pass volly ball for students, for the metod that use can be increase
student learning result in uper pass and lower pass abilities, so in this research will be try two kind of metod that aplicated
on the process study of uper pass and lower pass volly ball game, are tactic and drill.

Keywods: tactic, drill, upper pass and lower pass ability

para siswa untuk menguasai tingkat keterampilan

Pendahuluan
Proses belajar mengajar pada permainan bola
voli dalam Pendidikan Jasmani, guru olahraga perlu
berpikir ulang tentang arah yang harus guru tetapkan
pada siswa. Mengingat bahwa sasaran pada sekolah
tingkat menengah mengarah ke pengoptimalan gerak
dasar dan kebugaran, maka penataan proses belajar
mengajarnya sangat diperlukan kecermatan dan
spesifikasi materi yang selalu konsisten pada koridor
Pendidikan Jasmani

yang

mengarah

ke

DAP

(Development Appropriate Practise) serta tuntutan


guru dengan penuh improvisasi yang tinggi dalam
kontekstual pendekatan taktis dan drill dimana
kearah kecabangan yang tidak secara totalitas ini,
dengan disertai enjoyment of sport saat pelaksanaan
proses belajar mengajar berlangsung.
Mengingat hal tersebut di atas, inovasi dan
kreasi

dari

guru

Pendidikan

Jasmani

sangat

diperlukan terutama di dalam menentukan dan


memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai
dengan karakteristik dan esensi dari materi yang kan
diajarkan.

Pemilihan

metode

juga

harus

mempertimbangkan waktu dan ketersediaan fasilitas


dan alat yang dibutuhkan. Kebutuhan akan metode
yang efisien dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani
pada umumnya dan dalam permainan bola voli
khususnya, dilandasi oleh beberapa alasan, yaitu
efisien akan menghemat waktu, energi atau biaya.
Selain itu metode yang efisien akan memungkinkan

yang lebih tinggi (Lutan, 1988:26).


Penerapan metode pembelajaran yang tepat
dalam proses pembelajaran passing atas dan bawah
permainan bola voli juga akan memberikan peluang
bagi guru dalam memanfaatkan fasilitas yang
tersedia secara maksimal sehingga tidak ada alasan
bagi guru Pendidikan Jasmani terhambatnya proses
pembelajaran permainan bola voli umumnya, dan
teknik passing atas dan bawah khususnya, karena
faktor kurang memadahinya fasilitas dan alat olah
raga yang tersedia dalam suatu sekolah.
Penentuan metode pembelajaran yang tepat
sangat

berhubungan

dengan

situasi

belajar.

Pertimbangan penggunaan metode pembelajaran


tertentu

harus

memperhatikan

dalam

kondisi

bagaimana dan dimana proses pembelajaran tersebut


dilaksanakan. Kondisi belajar juga berhubungan
dengan karakteristik dari materi pelajaran. Dengan
demikian karakteristik dari materi pelajaran juga
harus dipertimbangkan dalam memilih metode
pembelajaran.
Berbagai

upaya

telah

dilakukan

untuk

meningkatkan keterampilan pasing atas dan pasing


bawah permainan bola voli siswa, antara lain dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran, media
atau alat bantu, bahan pustaka dan lain sebagainya.
Yang

dilakukan

dalam

penelitian

ini

adalah

meningkatkan keterampilan pasing atas dan pasing


bawah permainan bola voli.

72

Karno

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Sehubungan dengan pemilihan dan penerapan


metode dalam pembelajaran passing atas dan bawah
bola voli untuk siswa sekolah kejuruan, agar metode

bermain adalah merupakan kebutuhan yang hakiki


bagi manusia (Lutan, 1992:2).
Permainan

merupakan

sarana

yang

yang diterapkan mampu meningkatkan hasil belajar

menggiring pesertanya untuk berkompetisi, misalnya

siswa dalam penguasaan keterampilan passing atas

untuk mencapai kemenangan, yang mana peraturanya

dan bawah, maka pada penelitian ini akan dicobakan

telah disepakati terlebih dahulu. Dengan demikian,

dua macam metode yang diterapkan dalam proses

ada dua unsur yang terkandung dalam permainan

pembelajaran keterampilan passing atas dan bawah

yaitu sifat kompetitif dan seperangkat peraturan.

yakni metode taktis dan drill.

Adanya sifat kompetitif ini membuat anak merasa


mendapat tantangan untuk memperoleh kemajuan
dan berusaha untuk mengatasi setiap masalah yang

Metode Taktis
Metode taktis adalah suatu metode yang
dipergunakan
Jasmani

dalam

yang

pembelajaran

pembelajaran

Pendidikan

mengkombinasikan
keterampilan

proses

teknik

dengan

keterampilan bermain (Griffin, 1997:8). Tujuan


mengajar dengan pendekatan taktis bagi siswa
adalah:
1.

Penguasaan

kemampuan

bermain

melalui

keterkaitan antara taktik dengan perkembangan


permainan.
2.

Memberikan kesenangan melalui aneka ragam


aktifitas

3.

Memecahkan masalah dan membuat keputusan


cepat dan tepat dalam bermain
Dari hal tersebut, maka model pembelajaran

taktis

memungkinkan

siswa

untuk

menyadari

keterkaitan antara elemen teknik dan peningkatan


performa

bermain

mereka.

Di

samping

itu

pendekatan ini juga menekankan pada penempatan


belajar keterampilan teknik dalam kontek bermain
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melihat relevansi keterampilan teknik pada situasi
bermain yang sebenarnya. Bermain merupakan suatu

ditemui dan dihadapinya dalam permainan. Peraturan


yang terdapat di dalamnya akan dapat menumbuhkan
sikap tanggung jawab dan disiplin diri yang tinggi
untuk mentaati peraturan yang berlaku. Dengan
metode taktis banyak hal yang diperoleh anak, baik
dari segi kesehatan, pengembangan kepribadian,
perkembangan kognitif, perkembangan gerak dan
keterampilan, maupun sikap sosialnya.
Dari penjelasan di atas yang dimaksud metode
taktis adalah suatu metode pembelajaran yang di
berikan atau dikemas dalam bentuk atau situasi
bermain yang sebenarnya dalam hal ini anak yang
melakukan kegiatan belajar keterampilan passing
permainan bola voli selalu bermain pada lapangan
permainan bola voli dan tidak ada yang tidak aktif
(semua

bergerak).

Dalam

kaitanya

dengan

pembelajaran Pendidikan Jasmani, metode taktis


merupakan salah satu cara pembelajaran yang
memberikan situasi dan kondisi yang kondusif bagi
pertumbuhan

dan

perkembangan

gerak,

serta

keterampilan siswa secara menyeluruh.


Metode Drill

gejala yang berkembang di masyarakat, baik anak-

Metode drill merupakan salah satu bentuk

anak, remaja, dewasa, maupun manula, tanpa

metode pembelajaran dari sekian banyak bentuk

membedakan strata sosial maupun jenis kelamin. Ini

metode pembelajaran yang ada, yang akan membantu

semua disebabkan oleh karena masyarakat mulai

seorang guru untuk menjalankan proses pembelajaran

memahami bahwa bermain merupakan aktifitas yang

permainan

disenangi

terhadap

pembelajaran passing atas dan bawah khususnya.

kehidupanya, dan mereka juga memahami bahwa

Metode ini banyak dan sering dipergunakan oleh

dan

memiliki

pengaruh

bola

voli

umumnya

dan

proses

guru-guru Pendidikan Jasmani karena disamping

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

73

relatif mudah dalam pelaksanaanya juga memberi

bola voli pantai yang masing-masing grup hanya

manfaat yang sangat besar bagi siswa dalam proses

memiliki dua orang pemain.

pelaksanaan pembelajaran keterampilan gerak dari


cabang olah raga.

Seiring dengan perkembangan global dewasa


ini, munculnya beberapa jenis permainan bola voli

Menurut Sagala (2003:217) mengemukakan

yang meliputi: 1) voli gedung (Indoor), 2) voli sistem

bahwa metode drill merupakan suatu cara mengajar

9 orang (sistem Timur Jauh), 3) voli pantai (Beach

yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu,

Volley), 4) voli mini, dan 5) voli lunak (Soft Volley)

sarana

ketangkasan,

(PBVSI, 1995:39). Di antara kelima jenis bola voli di

ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Metode

atas, bola voli indoor merupakan jenis bola voli yang

drill adalah suatu metode mengajar, dimana siswa

paling tua keberadaannya dan paling memasyarakat

diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat

sampai saat ini. Dilihat dari penggunanya di

bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara

Indonesia, bola voli jenis ini sangat popular dan

menggunakanya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya

memasyarakat seperti halnya sepakbola.

untuk

memperoleh

suatu

dan lain sebagainya. Metode drill pada dasarnya

Permainan bola voli bisa dilakukan oleh

merupakan metode pembelajaran yang berorientasi

semua lapisan masyarakat, baik oleh karyawan,

pada guru dan sangat sesuai untuk digunakan apabila

mahasiswa, pelajar, masyarakat umum, ibu-ibu

tujuan belajarnya agar siswa menguasai keterampilan

dharma wanita, dan masih banyak lagi kelompok

gerak tertentu yang sudah pasti atau yang sudah baku

masyarakat yang lainnya. Permainan bola voli yang

(Sugiyanto, 1998:431).

dilakukan oleh berbagai kelompok di atas tentunya

Dari uraian tersebut maka apabila seorang

memiliki tujuan yang berbeda-beda, yakni ada

guru Pendidikan Jasmani menggunakan metode drill

bersifat

rekreatif

dalam

arti

untuk

mencari

pada proses pembelajaran keterampilan passing atas

kesenangan dan kebugaran jasmani semata, namun

dan bawah bola voli, maka guru harus menciptakan

ada juga yang bertujuan untuk mencapai prestasi

situasi tertentu untuk memacu siswa berfikir dan

yang optimal.

berbuat sesuai dengan yang diintruksikan oleh guru,

Faktor teknik dalam keterampilan bola voli

karena dalam pelaksanaan metode drill guru yang

merupakan faktor penting yang harus diperhatikan,

menetapkan tujuan pembelajaran dan apa yang harus

karena dengan memiliki teknik yang baik dan benar

dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan tersebut.

akan berdampak pada produktivitas dan efektifitas

Siswa melakukan gerakan sesuai dengan apa yang di

baik

intruksikan oleh guru, dan melakukan secara

bermain.

berulang-ulang.

permainan bola voli, adalah: 1) service, 2) pass

penyerangan
Adapun

maupun

pertahanan

teknik-teknik

dasar

dalam
dalam

bawah, 3) pass atas, 4) smash, 5) bendungan, 6)


Permainan Bola Voli
Bola voli adalah olahraga beregu yang
dimainkan oleh 2 (dua) regu yang dipisahkan oleh
net dengan ketinggian 2,43 m untuk putera dan 2,24
m untuk puteri, yang masingmasing regu terdiri dari
6 (enam) orang pemain di lapangan permainan yang
berukuran 18 m 9 m (Suharno, 1985:1). Permainan
bola voli adalah permainan yang dimainkan oleh dua
grup berlawanan. Masing-masing grup memiliki
enam orang pemain. Terdapat pula variasi permainan

pertahanan (Beutelstah, 1986:9). Masing-masing


teknik

tersebut

memiliki

kekhususan

dan

kegunaannya tersendiri sesuai dengan keperluan


untuk mencapai hasil optimal.
Passing merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam bola voli (PBVSI, 1995:67). Dengan
menguasai passing berarti permainan bisa dikatakan
berjalan, sebab passing merupakan salah satu teknik
untuk menerima bola yang dilontarkan oleh pemain
lawan. Dalam menerima bola, sebagai penerima
harus mengambil sudut yang tepat, memutuskan

74

Karno

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

kemana harus mengumpankan bola dan selanjutnya

meningkatkan hasil belajar siswa. Dasar utama

mengontrol umpan

yang

dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk

diperlihatkan oleh pemain penyerang, Oleh sebab itu

melakukan perbaikan pembelajaran di kelas. Dengan

dalam belajar keterampilan bola voli, yang pertama

kata lain, penelitian ini untuk memecahkan persoalan

kali harus dikuasai oleh pemula adalah teknik

pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru.

passing. Passing bola voli ada dua macam, yaitu

Penelitian merupakan suatu bentuk kajian yang

passing bawah dan passing atas.

bersifat reflektif

sesuai

dengan

kode

oleh tindakan guru dalam

melakukan penelitian.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang ada hubungannya dengan
penelitian adalah : hasil penelitian Mc Cloy (1934),
Mc

Cloy

dan

Young

(1954)

telah

mampu

mengembangkan tes kemampuan gerak umum. Dari


tes yang mereka kembangkan tersebut mampu untuk
meramalkan keberhasilan individu dalam usahausaha

mempelajari

gerak

keterampilan

dalam
Gambar 1. Skema Penelitian

olahraga.
Suharta (1997) meneliti tentang pengaruh
pendekatan mengajar dan kemampuan awal terhadap

Dari gambar skematis di atas secara rinci

hasil belajar passing bola voli. Dari penelitian

prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus 1 dan

tersebut diperoleh siswa yang memiliki kemampuan

2 diuraikan sebagai berikut:

awal tinggi dalam mengajar passing bola voli lebih

1.

Siklus 1

tepat

a)

Rencana tindakan

dipakai

pendekatan

mengajar

langsung.

Sedangkan bagi siswa yang memilki kemampuan

Merancang rencana pembelajaran, membuat

awal rendah lebih tepat dipergunakan pendekatan

ringkasan materi, pembuatan soal (permasalahan)

mengajar tidak langsung dalam belajar passing bola

yang akan dipecahkan, membuat soal akhir siklus,

voli.

dan membuat lembar pengamatan.


Murifiah (2002), meneliti tentang pengaruh

gaya mengajar dan motor educability terhadap hasil

b)

Tindakan pembelajaran
Tahap

belajar servis tangan atas permainan bola voli. Dari

tindakan

merupakan

penerapan

hasil penelitian tersebut diperoleh siswa yang

kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam

memiliki motor educability tinggi dalam belajar

perencanaan,

servis tangan atas permainan bola voli lebih cocok

menggunakan metode taktis dan drill. Pembelajaran

bila diajarkan dengan gaya mengajar latihan,

ini

sedangkan siswa yang memiliki motor educability

pertemuan 2 jam tatap muka. Adapun urutan kegiatan

rendah lebih tepat bila diajarkan dengan gaya

secara garis besar adalah membuka pelajaran, inti

mengajar komando.

kegiatan pembelajaran, dan kegiatan penutup.

Metode Penelitian

c)

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan


Kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan

yaitu

direncanakan

dua

dengan
kali

pembelajaran

pertemuan.

Setiap

Observasi
Pada

terhadap

tahap

ini

pelaksanaan

dilaksanakan
pembelajaran

observasi
dengan

menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat,

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

kegiatan yang diamati antara lain (1) Observasi

b)

75

Tindakan pembelajaran

terhadap aktifitas siswa dalam mengemukakan ide,

Tahap

tindakan

merupakan

penerapan

yaitu dalam hal keberanian bertanya, keberanian

kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam

menanggapi, isi tanggapan dan menarik kesimpulan,

perencanaan,

(2) Observasi terhadap aktifitas kegiatan kelompok,

pembelajaran dengan metode taktis dan drill.

yaitu proses pembelajaran dengan metode taktis dan

Pembelajaran ini direncanakan dua kali pertemuan.

drill, dalam aspek partisipasi dalam kelompok, beban

Setiap pertemuan 2 jam tatap muka.

yaitu

dengan

menggunakan

tanggung jawab, kualitas interaksi dan peran dalam


kelompok, dan (3) Observasi terhadap aktivitas guru

c)

Observasi

dalam proses pembelajaran, yang meliputi membuka,


inti dan menutup pelajaran.

Pada
terhadap

tahap

ini

pelaksanaan

dilaksanakan
pembelajaran

observasi
dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat,


d)

Refleksi

kegiatan yang diamati antara lain: (1) Observasi

Pada tahap ini data yang didapatkan dalam

terhadap minat siswa terhadap pelajaran, yaitu dalam

tahap observasi dikumpulkan serta di analisis yang

hal Kesiapan siswa, keberanian untuk mencoba,

meliputi kegiatan seperti (1) Data hasil observasi

kedisiplinan dan keaktifan dalam pembelajaran, (2)

yang berupa aktivitas siswa dan guru dalam proses

Observasi terhadap aktifitas belajar, yaitu proses

pembelajaran dengan metode taktis dan drill, (2)

pembelajaran dengan metode taktis dan drill, dalam

Data hasil hasil belajar kognitif siswa setelah proses

aspek kerjasama, beban tanggung jawab, kualitas

pembelajaran dengan metode taktis dan drill, (3)

interaksi dan peran serta, dan (3) Observasi terhadap

Melakukan analisis terhadap temuan-temuan yang

aktivitas guru dalam proses pembelajaran, yang

berkaitan dengan hambatan, kekurangan, kelebihan

meliputi membuka, inti dan menutup pelajaran.

selama pembelajaran berlangsung berkaitan dengan


situasi dan respon siswa, dan (4) Melakukan refleksi

d)

Refleksi

dari hasil analisis terhadap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini data yang didapatkan dalam

pada siklus 1. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus

tahap observasi serta dianalisis, yang meliputi

1,

kegiatan sebagai berikut: (1) Data hasil observasi

maka

dilanjutkan

rencana

tindakan

untuk

perbaikan pada siklus 2.

yang berupa aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan


yang meliputi fase dalam siklus pembelajaran, (2)

2.

Siklus 2

Data hasil observasi yang berupa hasil belajar siswa

a)

Rencana tindakan

dalam proses pembelajaran. Triangulasi dilakukan

Pada siklus 2 ini kegiatan yang dilakukan

seperti siklus 1, dan (3) Melakukan analisis terhadap

adalah pembelajaran dengan metode taktis dan drill,

temuan-temuan yang berkaitan dengan hambatan,

melalui kegiatan (1) Membuat rencana pelaksanaan

kekurangan dan kelebihan selama pembelajaran

pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran ini

berlangsung berkaitan dengan situasi dan respons

hasil refleksi siklus tindakan 1, (2) Menyiapkan

siswa.

ringkasan

materi

yang

akan

diajarkan,

(3)

Menyiapkan tes kemampuan pada akhir pelajaran,

Lokasi penelitian ini adalah di SMKN 1 Kota

dan (4) Menyiapkan lembar observasi (format

Blitar dengan alamat Jl. Kenari No. 30 Kota Blitar.

pengamatan) proses pembelajaran

Dengan subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI

taktis dan drill.

dengan metode

TGB-1 tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 34


siswa.

76

Karno

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Instrumen yang digunakan dalam kegiatan ini

Data tentang hasil belajar dianalisis untuk

adalah tes, lembar pengamatan atau observasi,

mengetahui

lembar catatan lapangan, dan angket. Tes dilakukan

dengan

untuk mengetahui ranah kognitif siswa sesudah

menggunakan kriteria ketuntasan belajar. Tujuannya

pembelajaran dilakukan. Tes dibuat berdasarkan

untuk mengetahui daya serap siswa disebut tuntas

materi pada saat pembelajaran. Bentuk tes adalah

belajar bila telah mencapai Kriteria Ketuntasan

keterampilan

bawah.

Mininal (KKM) sebesar 74.00 dan daya serap

Sedangkan waktu test adalah 90 menit. Lembar

klasikal yaitu apabila minimal 85% siswa di kelas

pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran

tersebut telah mencapai daya serap minimal 70%.

dengan metode taktis dan drill mencakup (1)

Sedangkan untuk mengetahui peningkatan hasil

Pengamatan aktifitas siswa dalam belajar, aspek yang

belajar siswa dilakukan dengan membandingkan

diamati adalah kerjasama, tanggung jawab, interaksi

hasil belajar siklus 1 dengan siklus 2.

pasing

atas

dan

pasing

ketuntasan

menganalisis

belajar
data

siswa.

hasil

tes

Caranya
formatif

dan peran serta, (2) Pengamatan aktifitas minat


belajar

siswa,

keberanian

aspek

untuk

yang

mencoba,

diamati

kesiapan,

kedisiplinan,

dan

keaktifan. Lembar catatan lapangan digunakan untuk


mencatat hal-hal atau kejadian-kejadian di luar
lembar pengamatan. Sedangkan angket yang dibuat
berupa pertanyaan atau pernyataan. Tujuannya untuk
mendapatkan tanggapan siswa terhadap pembelajaran
dengan metode taktis dan drill. Angket ini diberikan
setelah tujuan penelitian berhasil atau setelah siklus
2.
Aktivitas belajar siswa kelas XII TGB-1
SMKN 1 Kota Blitar yang dapat dijadikan sebagai
penentu tingkat keberhasilan penelitian tindakan
ditinjau dari aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan metode taktis dan drill serta
penyampaian ide dengan hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.

Pr osentaseKeberhasilan

Skor yang tercapai

Hasil Penelitian
1.

Kondisi Awal Penelitian


Merupakan kondisi dimana siswa belum

dilakukan tindakan pembelajaran. Pada tahap ini


hasil refleksi guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sering diterapkan metode pembelajaran
yang konvensional. Akibatnya siswa menjadi pasif
dan mudah merasa bosan dalam kegiatan belajar.
Jika kurang memahami konsep yang diajarkan
atau belum bisa memecahkan masalah yang telah
diajukan oleh guru siswa kurang ada kemauan untuk
bertanya

atau

mengeluarkan

ide,

bila

telah

menyelesaikan masalah ditanya oleh guru siswa


hanya berdiam diri atau kurang dapat berargumen.
Diamnya siswa tersebut karena mereka merasa malu,
sulit untuk mengungkapkan kalimat karena takut
salah, tidak memiliki keberanian untuk mencoba.
Selain itu jika mereka ada masalah atau kurang

Skor maksimal yang harus dicapai

100%

memahami konsep yang telah diajarkan mereka


enggan untuk bertanya pada guru ataupun kepada

Taraf

keberhasilan

tindakan

ditentukan

dengan berpedoman pada persentase keberhasilan

temannya yang telah bisa atau memahami konsep


yang diajarkan.

tindakan yang telah dihitung.


Tabel 1. Pedoman penentuan taraf keberhasilan tindakan
No.
Interval Nilai
Kualifikasi
Kriteria
1
80.00 100.0
A
Sangat Baik
2
70.00 80.00
B
Baik
3
60.00 70.00
C
Cukup
4
< 60.00
D
Kurang

2.

Hasil Tindakan pada Siklus 1

a)

Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan peningkatan aktivitas

dalam

kegiatan

pembelajaran,

minat

belajar

siswa serta hasil belajar dengan metode taktis dan


drill

dirancang

oleh

peneliti.

Perencanaan

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

77

pembelajaran ini disusun berdasarkan permasalahan

siklus tindakan tahap 1, rata-rata siswa termasuk

yang

kategori C (cukup). Untuk setiap aspek nampak

peneliti

tetapkan.

Pemilihan

materi

itu

disesuaikan dengan program tahunan dan program

untuk:

kerjasama

dan beban tanggung jawab

semester.

tergolong cukup, kualitas interaksi dan peran serta


keberhasilan tindakan tergolong baik.

b)

Pelaksanaan tindakan

Sedangkan hasil observasi tentang minat

Pelaksanaaan siklus tindakan 1 dilaksanakan

belajar siswa secara ringkas seperti tabel berikut.

untuk pertemuan pertama tatap muka. Pada waktu

Tabel 3. Hasil observasi tentang minat belajar siswa


Taraf
keberhasil
an

proses pembelajaran dihadiri oleh ke 34 siswa.


Aspek

1
2

Kesiapan
Keberanian
untuk
mencoba
Kedisiplinan
Keaktifan
siswa
Rata-rata

Skor
total

Skor
maks

Kriteria

No.

Nilai Huruf

pengetahuan awal siswa yang disertai pertanyaan

Tercapai
%

Kegiatan ini didahului dengan menggali

97
105

136
136

71.32
77.21

71.32
77.21

B
B

103
110

136
136

75.74
80.88

75.74
80.88

B
A

103.75

136

76.29

76.29

oleh guru. Guru memberikan gambaran prosedur


pembelajaran dan arahan kegiatan serta hasil yang
diharapkan dari kegiatan yang dilakukan. Siswa
menyimak tentang hal tersebut secara seksama.
Mengingat dalam penelitian ini meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dan minat belajar

3
4

siswa, maka langkah selanjutnya guru memberikan


ringkasan materi untuk dipelajari terlebih dahulu.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-

Pertemuan kedua dilakukan proses pembelajaran

rata minat belajar siswa pada siklus tindakan tahap 1

dengan metode taktis dan drill seperti pertemuan

termasuk kategori baik.

sebelumnya. Tujuannya agar minat belajar siswa


lebih baik dari sebelumnya.

d)

Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

c)

Observasi

pada aspek aktivitas siswa dalam belajar yang

Dari hasil observasi terhadap aspek aktivitas

diamati termasuk cukup dan minat belajar siswa

siswa selama proses belajar mengajar dengan

sudah

menggunakan metode taktis dan drill pada siklus

kekurangan

tindakan 1 dapat dijelaskan seperti tabel di bawah ini.

pembelajaran. Dengan melihat kondisi seperti ini

Tabel 2. Hasil observasi terhadap aspek aktivitas siswa

nampak beberapa kekurangan dari aspek aktifitas

Taraf
Keberhasilan

Skor
maks

Kriteria

Kerjasama
Beban
tanggung
jawab
Kualitas
interaksi
Peran serta
Rata-rata

Skor
total

Nilai Huruf

1
2

Aspek

Tercapai%

No.

89
93

136
136

65.44
68.38

65.44
68.38

C
C

98

136

72.06

72.06

100
95

136
136

73.53
69.85

73.53
69.85

B
C

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ratarata

aktivitas

siswa

dalam

pelaksanaan

pembelajaran dengan metode taktis dan drill pada

termasuk

baik

yang

berarti

harus

masih

diperbaiki

terdapat
dalam

siswa antara lain: (1) Hanya beberapa siswa yang


mau aktif dalam kegiatan belajar, (2) Siswa masih
kurang dapat bekerjasama dalam kelompoknya, dan
(3) Guru kurang displin, sehingga ada waktu yang
tidak sesuai dengan rencana, disamping itu secara
psikologis

dari

peneliti

(guru),

guru

kurang

sepenuhnya membiarkan siswa melakukan proses


belajar-mengajar sesuai prosedur model yang diteliti.
Ditinjau dari hasil belajar siswa masih belum
memuaskan karena masih terdapat siswa secara
individu yang belum tuntas (<70.00) sehingga siswa

78

Karno

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

belum dapat dikategorikan tuntas belajar secara


klasikal.

No.

Aspek

1
2

Kerjasama
Beban
tanggung
jawab
Kualitas
interaksi
Peran serta
Rata-rata

Skor
total

Skor
maks

Kriteria

pembelajaran belum tercapai. Oleh karena itu perlu

Nilai Huruf

Bertolak dari penjelasan tersebut tujuan

Tercapai%

Tabel 4. Hasil pengamatan terhadap aspek aktivitas siswa


pada siklus 2
Taraf
Keberhasila
n

100
102

136
136

73.53
75

73.53
75

B
B

103

136

75.74

75.74

114
104.75

136
136

83.82
77.02

83.82
77.02

A
B

dilanjutkan pada siklus tindakan berikutnya. Pada


siklus

tindakan

harus

diadakan

perbaikan.

Perbaikan pada siklus tindakan 2 adalah guru


diusahakan

menerapkan

pembelajaran

dengan

metode taktis dan drill dengan sepenuh hati, artinya

guru setelah memberikan penjelasan tentang proses

pembelajaran (dalam bentuk langkah-langkah) maka


guru sebaik mungkin berperan sebagai fasilitator dan
diupayakan dalam pembagian waktu yang jelas
terhadap kegiatan siswa dan ditepati, di samping itu
guru memotivasi siswa untuk melakukan kegiatan
seefektif dan seefisien mungkin.
3.

Hasil Tindakan pada Siklus 2

a)

Perencanaan tindakan
Perencanaan

rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran


dengan metode taktis dan drill pada siklus tindakan
tahap 2, rata-rata siswa termasuk kategori baik.
Untuk setiap aspek nampak untuk: kerjasama, beban
tanggung

jawab

dan

kualitas

tindakan melalui

model

dengan

metode

taktis

drill dirancang

oleh

peneliti.

Perencanaan

dan

pembelajaran ini disusun berdasarkan perbaikanperbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan


pada siklus 1. Pemilihan pembahasan itu disesuaikan
dengan program tahunan dan program semester.

serta tergolong sangat baik.


Sedangkan hasil pengamatan tentang minat
belajar siswa dalam pembelajaran secara ringkas
seperti tabel berikut.
Tabel 5. Hasil pengamatan tentang minat belajar siswa pada
siklus 2
Taraf
keberhasilan

1
2

Kesiapan
Keberanian
untuk
mencoba
Kedisiplinan
Keaktifan
siswa
Rata-rata

Skor
total

Skor
maks

Kriteria

Aspek

Nilai Huruf

No.

Tercapai
%

Pelaksanaan tindakan

104
107

136
136

76.47
78.68

76.47
78.68

B
B

108
119

136
136

79.41
87.5

79.41
87.5

B
A

109.5

136

80.51

80.51

Pelaksanaaan siklus tindakan 2, pelaksanaan


tindakan dalam tiga tahap, yaitu tahap membuka
pelajaran,

inti

pembelajaran

dan

menutup

pembelajaran, sama dengan pelaksanan pada siklus 1.


c)

interaksi

keberhasilannya tergolong baik, sedangkan peran

pembelajaran

b)

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-

Hasil observasi dan hasil belajar


Hasil pada siklus 2 aktivitas siswa dalam

belajarf dan minat belajar siswa serta hasil belajar


yang ditunjukkan dalam bentuk prestasi belajar
kognitif mengalami peningkatan.
Hasil pengamatan terhadap aspek aktivitas
siswa selama proses belajar mengajar pada siklus
tindakan 2 dapat dijelaskan sebagai berikut.

3
4

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ratarata minat belajar siswa pada siklus tindakan tahap 2
termasuk kategori sangat baik.
Sedangkan hasil tes yang dilakukan di
lapangan. Nilai rata-rata siswa adalah 77.2, artinya
siswa telah dapat dinyatakan memahami materi yang
telah dipelajari. Dengan demikian secara klasikal
dapat dikatakan tuntas, karena secara individual

Volume 1, 2013

siswa

memperoleh

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

nilai

kurang

dari

krteria

ketuntasan minimal (<74.00).


Apabila dilihat dari tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran dengan metode taktis dan drill
dari siswa kelas XII TGB-1 SMKN 1 Kota Blitar
sangat baik.
Sedang bila ditinjau dari ketercapaian guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan
metode taktis dan drill dinyatakan sangat baik.
d)

Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus tindakan

2, ditinjau dari aspek hasil belajar siswa maupun


aktivitas siswa telah terdapat peningkatan. Hal ini
ditunjukkan dengan: (1) Aktivitas siswa kelas XII
TGB-1 SMKN 1 Kota Blitar dalam pembelajaran
memberikan hasil yang memuaskan karena jumlah
siswa di kelas sebagian besar aktif. Pada siklus
tindakan 1 rata-rata sebesar 69.85% dengan kategori
cukup meningkat pada siklus tindakan 2 menjadi
rata-rata 77.02% kategori kategori cukup, (2) Minat
belajar siswa kelas XII TGB-1 SMKN 1 Kota Blitar
dalam pembelajaran hasil yang memuaskan karena
jumlah siswa di kelas sebagian besar aktif. Pada
siklus tindakan 1 rata-rata sebesar 76.29% dengan
kategori baik meningkat menjadi rata-rata 80.51%
dengan kategori sangat baik pada siklus tindakan 2,
(3) Hasil belajar siswa kelas XII TGB-1 SMKN 1
Kota Blitar yang dikategorikan tuntas belajar juga
mengalami

peningkatan.

Hal

ini

menunjukkan

bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar


secara klasikal, (4) Tanggapan siswa kelas XII TGB1 SMKN 1 Kota Blitar terhadap proses pembelajaran
dengan metode taktis dan drill sangat baik, dan (5)
Keberhasilan guru (peneliti) dalam menjalankan
rencana pembelajaran mengalami peningkatan dari
baik pada siklus 1 menjadi sangat baik pada siklus 2.
Dengan merujuk pada hasil tindakan siklus 2 seperti
yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa proses pembelajaran dengan metode taktis dan
drill dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
belajar, minat belajar dan hasil belajar siswa.

79

Pembahasan
Penggunaan metode pembelajaran taktis dan
drill dengan situasi psikologis siswa dalam proses
pembelajaran yang ditunjang dengan pengelolaan
forum yang tepat akan memberikan dampak positif
dalam situasi psikologis

siswa

dalam

sebuah

pembelajaran sehingga keterlibatan secara langsung


akan emosi, pikiran, dan perasaan siswa untuk
memecahkan

persoalan

yang

muncul

atau

dimunculkan dalam pembelajaran tersebut akan


menimbulkan kesan tersendiri dalam benak siswa
sehingga

hal

tersebut

menjadi

sebuah

input

pengetahuan yang sangat berkesan dalam ingatan


mereka.
Metode pembelajaran taktis dan drill dapat
memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan
antara elemen teknik dan peningkatan performa
bermain

mereka.

pembelajaran

Di

taktis

samping
juga

itu

metode

menekankan

pada

penempatan belajar keterampilan teknik dalam


konteks

bermain dan

memberikan

kesempatan

kepada siswa untuk melihat relevansi keterampilan


teknik pada situasi bermain yang sebenarnya.
Metode

pembelajaran

taktis

dan

drill

merupakan alternatif baru suatu jalan keluar yang


memungkinkan siswa dapat belajar dalam situasi
bermain. Pengalaman menunjukan bahwa melalui
metode pembelajaran taktis dan drill baik guru
maupun

siswa

bersemangat

terlibat

dan

dalam

termotivasi

suasana
untuk

yang
belajar

keterampilan bermain lebih baik. Kelebihan lainya


dari pendekatan taktis dan drill adalah urutan
penyajian tugas-tugas ajar tersebut taat asas, yakni
pembelajaran

disesuaikan

dengan

tahap-tahap

perkembangan siswa.
Hasil yang dapat dipetik dari penggunaan
metode

pembelajaran

taktis

dan

drill

adalah

memupuk kemampuan berfikir siswa. Keputusan


yang tepat seperti apa yang harus dilakukan dalam
situasi bermain sangat penting guna meningkatkan
dan merangsang kemampuan berfikir para siswa, hal
ini di sebabkan karena siswa dihadapkan dengan

80

Karno

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

situasi yang lebih nyata dan menuntut kemampuan


memecahkan

masalah.

Proses

2.

Minat belajar siswa kelas XI TGB-1 SMKN 1

pembelajaran

Kota Blitar dalam pembelajaran menggunakan

melibatkan pemahaman dan penghayatan yang

metode taktis dan drill hasil yang memuaskan

mendalam terhadap situasi permainan.

karena jumlah siswa di kelas sebagian besar

Dengan menggunakan metode pembelajaran

aktif. Pada siklus tindakan 1 rata-rata sebesar

taktis dan drill siswa dapat membina kemampuan,

76.29%

mengidentifikasi,

menjadi rata-rata 80.51% dengan kategori

mengurutkan, dan menghayati

masalah taktik pada permainan yang disesuaikan


dengan tingkat perkembangan siswa. Hal ini bisa
dilakukan

dengan

menyusun

kerangka

kerja,

dengan kategori baik meningkat

sangat baik pada siklus tindakan 2.


3.

Hasil belajar siswa kelas XI TGB-1 SMKN 1


Kota Blitar yang dikategorikan tuntas belajar

membatasi lingkup taktik, dan mengidentifikasi

juga

mengalami

peningkatan.

Hal

ini

tahap-tahap kompleksitas taktik pada setiap bentuk

menunjukkan bahwa siswa telah mencapai

permainan.

ketuntasan belajar secara klasikal.

Pembelajaran dengan menggunakan metode


taktis dan drill memiliki tantangan, sehingga mampu
memotivasi siswa yang melakukannya. Karena
tantangan tersebut, maka variasi latihannya harus
dirancang sebaik dan sevariatif mungkin agar

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 2003. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

menantang bagi yang melakukannya. Pembelajaran


keterampilan passing bola voli dengan metode taktis
drill, dirancang khusus dengan ciri-ciri kegiatannya
bersifat bebas namun terarah dan tidak banyak
menggunakan aturan, tidak dirasakan sebagai tugas
yang terlalu membebani, dan

merupakan suatu

permainan yang berisi unsur-unsur gerak seperti


jalan, lari, dan lompat. Ciri-ciri tersebut disusun
dalam

beberapa

permainan

dan

macam
dapat

bentuk
juga

atau

disusun

variasi
dengan

memodifikasi bentuk-bentuk permainan yang telah


dikenal oleh siswa.

Chaplin. 1972. Dictionary of Psychology. Sanfransisco: Joessey


Bass.
Dahar,

Ratna

Willis,

1988.

Teori-teori

Belajar.

Jakarta:

Depdikbud.
Degeng, I Nyoman Sudana.1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi
Variabel. Jakarta:Depdikbud Ditjen Dikti.
Degeng, I Nyoman Sudana.2000. Teori Pembelajaran I:
Taksonomi Pembelajaran. Malang: UM Malang.
Dimyati, dan Mujiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1982. Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta
:Gramedia.
Keys, G. Et al. 1994. Teaching Strategies A Guide To Better
Instruction. Boston New York: Houghton Mifflin
Company.

Kesimpulan
Dari hasil analisis dan uraian pembahasan
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.

Aktivitas belajar siswa kelas XI TGB-1 SMKN


1 Kota Blitar dengan metode taktis dan drill
memberikan hasil yang memuaskan karena
jumlah siswa di kelas sebagian besar aktif. Pada
siklus tindakan 1 rata-rata sebesar 69.85%
dengan kategori cukup meningkat pada siklus
tindakan 2 menjadi rata-rata 77.02% kategori
kategori baik.

Lynne & Leslie. 1998. Concept Mapping for Science. Journal of


Research in science Teaching 7 (2) 7-18.
Keefe, JW. 1987. Learning Style Theory and Prakctice. National
Association of Secondary School Principals 1904
Association Drive, Reston, Virginia 22091.
Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta:PPLPTK
Depdikbud.
Mahasin, A. 2004. Quantum Teaching dan Quantum Lerning.
Jakarta Gramedia.
Messich, S,et al. 1978. Individuality in Lerrning. San Fransisco:
Joessey Bass.
Nawawi, H. Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta:UGM.
Reigeluth, Charles M, 1983. Instructional Design: What Is It and
Why Is It? Instructional Design and Model: AN Overview

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

Of Their Status. Hillsdale, New Jersey: Lawrence

First Year College Students. Research in Higher

Syah, Muhibbin, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
Syah, Muhibbin, 2004. Psikologi Pendidikan untuk Pembelajaran.

Education.
Slavin, Robert E. 2000. Educational Psychology:Theory And
Sixth

Edition.

Boston:

Johns

Hopkins

University.
Suharto,

Syah, Muhibbin, 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan


Baru. Bandung: Rosdakarya.

Erlbaums Ass Pub.


Silberman, M. 2001. The Effects of Learning Style or Grades of

Practice.

81

Grogorius.

Bandung: Rosdakarya.
Witkin, H.A. 1977. Cognitive Style and Learning. San Fransisco:
Jossey Bass.

1986.Metodologi

Penelitian

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Gramedia.

dalam

Zaini, Hisyam, dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan


Tinggi. Yogyakarta :CTSD.

Volume 1, Nomor 1, Januari 2013

82

ISSN : 2337-4705

Author Index
Volume 1

Abdul Majid ................................................................................... 59


Anni......................................................................... 68, 74
Anonim.................................................................... 16, 48
Arikunto ........................................................................35
Benyamin Bloom........................................................... 68
Bordieu ..........................................................................45
Garmesi..........................................................................27
Glickman ........................................................... 43, 45, 48
Griffin............................................................................76
Haditono ........................................................................34
Hamalik .........................................................................10
Hawadi ............................................................................3
Hermawanti ............................................................. 45, 48
Kimble ...........................................................................27
Manulang................................................................. 16, 23
Mc Cloy.........................................................................78
Mouly.............................................................................26
Mulyasa .........................................................................61
Murifiah.........................................................................78
Nana Sudjana.................................................................68
Nasution ............................................................ 33, 41, 57
Nuhadi............................................................................25

Prayitno ....................................................... 10, 12, 13, 14


Rinandari................................................................. 45, 48
Rusman ................................................................... 17, 23
Sadiman................................................................... 34, 41
Sagala ...................................................................... 50, 77
Soetjipto .................................................................. 17, 23
Sugiyanto ................................................................ 51, 77
Sugiyo ..................................................................... 12, 14
Suharta .......................................................................... 78
Sumartono................................................................ 26, 31
Surya ....................................................................... 10, 14
Suryabrata ....................................................................... 2
Syah................................................................... 34, 51, 85
Terry.............................................................................. 59
Tim................................................................ 9, 10, 12, 14
Tyler .............................................................................. 61
Wibowo................................................................... 10, 14
William ......................................................................... 59
Winskel ........................................................................... 2
Young............................................................................ 78

Volume 1, 2013

Jurnal Ilmiah ADI CHANDRA

83

Subject Index
Volume 1

Bimbingan Konseling, 1, 9, 10, 11, 12, 14


Classroom Action Research, 26, 76
Dukungan sistem, 13
Focus on Learners, 23
kepala sekolah, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 55
Klasikal, 4, 26
Kriteria Ketuntasan Mininal, 78
Media Pembelajaran, 2
Metode drill, 74, 75
Metode Pemberian Pekerjaan Rumah, 32
Metode taktis, 74
metode taktis dan drill, 82
model Kemmis dan Taggart, 17, 34
Motiovasi belajar, 32
Motivasi Belajar, 2, 14, 30, 32, 72

motor educability, 76
on the job training, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22
Penelitian Tindakan Kelas, 3, 7, 8, 22, 23, 26, 29, 39, 48, 66, 67,
71, 76
pengawas, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 55
prestasi belajar, 1, 2, 3, 10, 25, 37, 48, 51, 53, 66, 70, 80
Problem Based Learning, 1, 23, 24, 25, 26, 28, 29
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 17, 18, 19, 20, 21, 22,
35, 59, 60
Role play, 47
SQ4R, 1, 63, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71
supervisi, 9, 16, 17, 42, 44, 45
Talking Stick, 1, 63, 65, 66, 68, 71
wirausahawan, 44

Anda mungkin juga menyukai