Polip nasi
pembimbing :
dr. H. EDY RIYANTO B., Sp.tht
dr. Ismi cahyadi
DISUSUN OLEH :
Debby henameliza
04310019
BAGIAN ILMU KESEHATAN THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED
KABUPATEN CIREBON
2011
KATA PENGANTAR
Page 1
Penyusun
DAFTAR ISI
Page 2
STATUS PASIEN
Page 3
Identitas
Nama
: Tn.T
Usia
: 33 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jangkuang
Pendidikan
II.
: SD
Pekerjaan
Agama
: Islam
Berat Badan
: 49 Kg
Penghasilan
Tanggal pemeriksaan
: 6 Januari 2011
Anamnesis
Keluhan Utama :
Hidung tersumbat
Riwayat penyakit sekarang :
Os datang ke Rumah Sakit Waled di bagian poli THT hari senin tanggal 6 januari
2011 jam 10.00 WIB. Os mengeluh hidung tersumbat. Pasien mengeluh hidung tersumbat
bertambah parah sejak 1 minggu yang lalu. Sumbatan di hidung pasien menetap dan tidak
hilang timbul. Pasien mengeluhkan teraba ada benjolan di hidung sebelah kanan
berbentuk lonjong berwarna pucat. Selain itu Pasien sering pilek. Saat pilek sukar
membuang ingus,karena itu pasien harus menutup mulutnya untuk membuang ingus.
Ingus berwarna jernih keputihan,sedikit kental,tidak berbau busuk dan tidak berdarah.
Pasien
pernah
tertelan
lendir
dan
terasa
ada
cairan
mengalir
ke
tenggorokkan,cairan dirasa pasien berasal dari hidung. sering merasa ingin buang dahak
setiap hari lebih dari 5 kali dalam sehari. Jika menunduk wajahnya terasa sakit terutama
disekitar pipi. Penciuman pasien berkurang. Pasien merasa bindeng. Saat tidur pasien
mendengkur dan terkadang sulit tidur dan ketika bangun tidur pasien sering sakit kepala.
Semua keluhan tersebut pasien rasakan sejak 8 bulan yang lalu. Awalnya gejala yang
SMF Ilmu Penyakit THT KL Debby Henameliza 04310019
Page 4
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital: TD
: 120/80mmHg
N
: 90x/menit
: 19x/menit
: 37,5oC
STATUS GENERALIS
Kepala
: Mata : -
Leher
Mulut
Thorak
Paru
Page 5
A : BJ I, II reguler murni
Abdomen
I : datar , lembut
P : tidak ada nyeri tekan pada 4 kwadran
Hepar : tidak teraba Pembesaran
Lien
Neurologis
Page 6
Kelainan
Preaurikula
Aurikula
Retroaurikula
CAE Tes
Auris
Kongenital
Dextra
-
Sinistra
-
Trauma
Kongenital
Trauma
Edema
Hiperemis
Nyeri tekan
Sikatriks
Fistula
Fluktuasi
Kongenital
Kulit Dextra
Auris
Sinistra
Normal
Pendengaran
Normal
dapat mendengar dan penderita dapat mendengar dan
Test bisik penderita
Sekret
mengulang
Serumen suara pemeriksa mengulang suara pemeriksa dengan
+
+
dengan berbisik
berbisik
Edema
Tes Rinne
+
- +
Jaringan Tidak ada lateralisasi, kanan = kiri
Tes Weber
Tes
Sama
dengan pemeriksa
Sama dengan
pemeriksa
granulasi
Schwabach
Warna
Putih
Putih keabuan
Intak
keabuan
Intak
Intak
+
Nasal
Membran Timpani
Refleks cahaya
Pemeriksaan
Hidung
Dextra
Dbn
Sinistra
Dbn
Rhinoskopi
Mukosa
Hiperemis,edema
dbn
anterior
Sekret
+,secret mukoid
Krusta
Concha inferior
hipertropi
Eutropi
Keadaan
Luar
Septum
Page 7
Rhinoskopi
posterior
Polip/tumor
Ada,konsistensi lunak
Tidak ada
Pasase udara
Mukosa
Hiperemis,edema
Koana
terbuka
terbuka
Sekret
+ di nasofaring
+ di nasofaring
Torus tubarius
tenang
tenang
Fossa rosenmuller
tenang
tenang
Adenoid
tidak membesar
tidak membesar
Page 8
Epiglotis
Tenang,masa (-)
(laringoskopi
Cartilago
Tenang (+/+),masa(-)
indirect)
aritenoid
Tenang (+/+),masa(-)
vestibularis
Simetris
Plika vokalis
Terbuka
Fungsi gerak
Ditengah
Rima glotis
Cincin trakea
Kelainan
Mukosa mulut
Keterangan
Normal
Lidah
Palatum molle
Page 9
8 7 6 5 4 3 2 1 | 1 2 3 4 5 6 7
8 7 6
5 4 3 2 1| 1 2 3 4 5 6 78
O = karies
Uvula
Simetris
Halitosis
Mukosa
Besar
Kripta :
Detritus :
Perlengketan
(-)
Hiperemis
T1 T1
Normal
(- /- )
(-/-)
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Normal
Tidak ada
(+)
X= tanggal
Tonsil
Faring
Maksilofasial
Bentuk
: Simetris
Parese N.Kranialis
: Tidak ada
Sinus paranasal
sinus maksilaris
sinus frontal
Ka
Ka
Ki
Ki
Page 10
transluminasi
Leher
Kelenjar getah bening
JVP
: tidak meningkat
Massa
: tidak ada
IV.
Resume
Keluhan Utama :
Hidung tersumbat
Riwayat penyakit sekarang :
Os datang ke Rumah Sakit Waled di bagian poli THT hari senin tanggal 6 januari
2011 jam 10.00 WIB. Os mengeluh hidung tersumbat. Pasien mengeluh hidung tersumbat
bertambah parah sejak 1 minggu yang lalu. Sumbatan di hidung pasien menetap dan tidak
hilang timbul. Pasien mengeluhkan teraba ada benjolan di hidung sebelah kanan
Page 11
pernah
tertelan
lendir
dan
terasa
ada
cairan
mengalir
ke
tenggorokkan,cairan dirasa pasien berasal dari hidung. sering merasa ingin buang dahak
setiap hari lebih dari 5 kali dalam sehari. Jika menunduk wajahnya terasa sakit terutama
disekitar pipi. Penciuman pasien berkurang. Pasien merasa bindeng. Saat tidur pasien
mendengkur dan terkadang sulit tidur dan ketika bangun tidur pasien sering sakit kepala.
Semua keluhan tersebut pasien rasakan sejak 8 bulan yang lalu. Awalnya gejala yang
dirasakan ringan,sehingga pasien merasa cukup sehat dengan hanya beristirahat tanpa
harus berobat. Tetapi lama-kelamaan keluhan terasa memberat dan menganggu
aktivitasnya sehari-hari.
Pasien mengatakan dulu pernah mengalami kecelakaan kerja. Pasien terjatuh dari
bangunan setinggi 3 meter dan membentur hidungnya lebih kurang 14 tahun yang lalu.
Riwayat sakit gigi tidak ada,os juga tidak pernah mengeluh mimisan. Os tidak
pernah mengalami gangguan menelan. Riwayat sakit telinga disertai keluar cairan dari
telinga tidak ada dan riwayat gangguan pendengaran pasien sangkal. Riwayat alergi
seperti gatal-gatal setelah minum obat tertentu tidak ada. Riwayat menggunakan obat
aspirin disangkal.
Pasien jarang tidur di rumah,karena pasien lebih sering di proyek bangunan. Jadi
lebih sering tidur di luar dan di lantai. Pasien tidak pernah memiliki riwayat pengobatan
sebelumnya. Pasien menyangkal memiliki asma,dan keluarga pasien tidak ada yang
memiliki penyakit seperti yang di alami pasien.
Hidung
Pemeriksaan
Keadaan
Nasal
Dextra
Dbn
Sinistra
Dbn
Luar
Page 12
Hiperemis,edema
dbn
Sekret
+,secret mukoid
Krusta
Concha inferior
hipertropi
Eutropi
Septum
Rhinoskopi
anterior
Rhinoskopi
posterior
Polip/tumor
Tidak ada
Pasase udara
Mukosa
Hiperemis,edema
Koana
terbuka
terbuka
Sekret
+ di nasofaring
+ di nasofaring
Torus tubarius
tenang
tenang
Fossa rosenmuller
tenang
tenang
Adenoid
tidak membesar
tidak membesar
Page 13
Epiglotis
Tenang,masa (-)
(laringoskopi
Cartilago aritenoid
Tenang (+/+),masa(-)
indirect)
Plika ariepiglotis
Tenang (+/+),masa(-)
Plika vestibularis
Tenang (+/+),masa(-)
Plika vokalis
Fungsi gerak
Simetris
Rima glotis
Terbuka
Cincin trakea
Ditengah
Faring
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Normal
Tidak ada
(+)
Page 14
Diagnosis Kerja
VI.
Usulan pemeriksaan :
1. darah rutin
2. radiologi : foto rotgen waters
3. Pemeriksaan nasoendoskopi
VII.
Penatalaksanaan
Konsultasi
Medikamentosa
: ad bonam
Quo ad functional
: ad bonam
BAB I
PENDAHULUAN
SMF Ilmu Penyakit THT KL Debby Henameliza 04310019
Page 15
Bila anda mengalami hidung tersumbat yang menetap dan semakin lama
semakin berat ditambah dengan ingus yang selalu menetes serta gangguan fungsi
penciuman, kemungkinan besar anda menderita polip hidung. Polip hidung terjadi
karena munculnya jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau
keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang
hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.
Polip nasi merupakan salah satu penyakit yang cukup sering ditemukan di
bagian THT . Keluhan pasien yang datang dapat berupa sumbatan pada hidung yang
makin lama semakin berat. Kemudian pasien juga mengeluhkan adanya gangguan
penciuman dan sakit kepala. Untuk mengetahui massa di rongga hidung merupakan
polip atau bukan selain perlu dikuasai anatomi hidung juga perlu dikuasai cara
pemeriksaan yang dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosa lain. Di dalam
makalah ini akan dijelaskan mengenai anatomi, fisiologi hidung serta patofisiologi,
gejala klinis, pemeriksaan dan penatalaksanaan pada polip nasi.
Polip nasi sudah dikenal sejak 4000 tahun yang lalu. Polip nasi digambarkan
sebagai buah anggur yang turun melalui hidung. Istilah polip nasi berasal dari kata
Yunani poly-pous yang berarti berkaki banyak. Polip nasi adalah kelainan mukosa
hidung dan sinus paranasal terutama kompleks osteomeatal di meatus nasi medius
berupa massa lunak yang mengandung banyak cairan, bertangkai, bentuk bulat atau
lonjong, berwarna putih keabu-abuan. Permukaannya licin dan agak bening karena
banyak mengandung cairan. Sering bilateral dan multiple. Polip nasi juga merupakan
kantung dari edema mukosa dan kebanyakan berasal dari mukosa sinus ethmoid.
Page 16
Page 17
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis
pars allaris. Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan
menyempit. Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar),
antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada
bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh :
-
Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan
kartilago alaris minor
Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior
menjadi fleksibel.
Page 18
Perdarahan :
1. A. Nasalis anterior (cabang A. Etmoidalis yang merupakan cabang dari A.
Oftalmika, cabang dari a. Karotis interna).
2. A. Nasalis posterior (cabang A.Sfenopalatinum, cabang dari A. Maksilaris
interna, cabang dari A. Karotis interna)
3. A. Angularis (cabang dari A. Fasialis)
Persarafan :
1. Cabang dari N. Oftalmikus (N. Supratroklearis, N. Infratroklearis)
2. Cabang dari N. Maksilaris (ramus eksternus N. Etmoidalis anterior)
Kavum Nasi
Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua
ruangan yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior). Kavum
nasi ini berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior
dan fossa kranial media.
Batas batas kavum nasi :
Posterior
Page 19
Lantai
Medial
(dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi oleh
kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari septum yang
terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars membranosa = kolumna =
kolumela.
Lateral
Page 20
Perdarahan :
Arteri yang paling penting pada perdarahan kavum nasi adalah A.sfenopalatina
yang merupakan cabang dari A.maksilaris dan A. Etmoidale anterior yang
merupakan cabang dari A. Oftalmika. Vena tampak sebagai pleksus yang
terletak submukosa yang berjalan bersama sama arteri.
Persarafan :
1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut saraf dari N. Trigeminus yaitu N.
Etmoidalis anterior
2. Posterior
kavum
nasi
dipersarafi
oleh
serabut
saraf
dari
ganglion
Page 21
Page 22
Page 23
Page 24
BAB III
PEMBAHASAN
I.
DEFINISI
Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung yang terjadi
akibat inflamasi mukosa. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan,
mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang
sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan,
suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Bentuknya dapat bulat atau lonjong, tunggal atau
multipel, unilateral atau bilateral
Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah
belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal. Polip dapat timbul pada
penderita laki-laki maupun perempuan, dari usia anak-anak sampai usia lanjut. Bila ada
polip pada anak di bawah usia 2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan meningokel
atau meningoensefalokel.
Polip hidung adalah massa polypoidal yang timbul terutama dari selaput lendir
hidung dan sinus paranasal. Polip hidung bukan penyakit yang murni berdiri sendiri.
Pembentukannya sangat terkait erat dengan berbagai problem THT lainnya seperti
SMF Ilmu Penyakit THT KL Debby Henameliza 04310019
Page 25
Page 26
Page 27
Rinitis alergika
Asma
Sinusitis kronis
Fibrosis kistik
Page 28
IV. PATOFISIOLOGI
Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di
daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga
mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang
sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil
membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.
Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab
tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama,
vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa.
Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk
suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid.
Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi
karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang
yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi
perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim
sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip
akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.
V. GEJALA KLINIS
Gejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di
hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya.
Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila
polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis
dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.
Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi
di hidung.
SMF Ilmu Penyakit THT KL Debby Henameliza 04310019
Page 29
POLIP
KONKA POLIPOID
Bertangkai
Tidak bertangkai
Mudah digerakkan
Sukar digerakkan
Page 30
Mudah berdarah
VI. DIAGNOSA
Diagnosa polip nasi dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Keluhan utama penderita polip nasi adalah obstruksi nasi mulai dari yang ringan
sampai berat, rhinore yang jernih sampai purulen, hiposmia dan anosmia. Dapat juga
disertai bersin bersin, rasa nyeri pada hidung dan sakit kepala di daerah frontal. Bila
disertai dengan infeksi sekunder, didapatkan post nasal drips dan rhinore purulen.
Gejala lain yang dapat timbul adalah bernapas melalui mulut, rinolalia, gangguan tidur
dan penurunan kualitas hidup. Gejala pada saluran napas bawah didapati pada kurang
lebih sepertiga kasus polip, dapat berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada
penderita polip nasi dengan asma.
Selain itu harus ditanyakan riwayat rintis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan
alergi obat lainnya serta alergi makanan
Pemeriksaan Fisis
Page 31
jaringan
yang
mengalami
kerusakan,
luasnya
penyakit
dan
Page 32
Tidak bertangkai
Sukar digerakkan
Mudah berdarah
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan
konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati hati
pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa menyebabkan
vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang berbahaya pada pasien
dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya.
SMF Ilmu Penyakit THT KL Debby Henameliza 04310019
Page 33
VIII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhankeluhan yang dirasakan oleh pasien. Selain itu juga diusahakan agar frekuensi infeksi
berkurang, mengurangi/menghilangkan keluhan pernapasan pada pasien yang disertai
asma, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip.
Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi disebut juga
polipektomi medikamentosa. Untuk polip stadium 1 dan 2, sebaiknya diberikan
kortikosteroid intranasal selama 4-6 minggu. Bila reaksinya baik, pengobatan ini
diteruskan sampai polip atau gejalanya hilang. Bila reaksinya terbatas atau tidak ada
perbaikan maka diberikan juga kortikosteroid sistemik. Perlu diperhatikan bahwa
kortikosteroid intranasal mungkin harganya mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian
pasien, sehingga dalam keadaan demikian langsung diberikan kortikosteroid oral. Dosis
kortikosteroid saat ini belum ada ketentuan yang baku, pemberian masih secara empirik
misalnya diberikan Prednison 30 mg per hari selama seminggu dilanjutkan dengan 15
mg per hari selama seminggu.Menurut van Camp dan Clement dikutip dari Mygind dan,
Lidholdt untuk polip dapat diberikan prednisolon dengan dosis total 570 mg yang dibagi
dalam beberapa dosis, yaitu 60 mg/hari selama 4 hari, kemudian dilakukan tapering off
5 mg per hari. Menurut Naclerio pemberian kortikosteroid tidak boleh lebih dari 4 kali
dalam setahun. Pemberian suntikan kortikosteroid intrapolip sekarang tidak dianjurkan
lagi mengingat bahayanya dapat menyebabkan kebutaan akibat emboli. Kalau ada
tanda-tanda infeksi harus diberikan juga antibiotik. Pemberian antibiotik pada kasus
polip dengan sinusitis sekurang-kurangnya selama 10-14 hari.
Page 34
terbukti
bahwa
pemberian
kortikosteroid
intranasal
dapat
menurunkan
kekambuhan.
Pembedahan dilakukan jika:
Page 35
Page 36
Page 37
BAB IV
KESIMPULAN
1. Polip nasi merupakan salah satu penyakit THT yang memberikan keluhan
sumbatan pada hidung yang menetap dan semakin lama semakin berat
dirasakan.
2. Etiologi polip di literatur terbanyak merupakan akibat reaksi hipersensitivitas
yaitu pada proses alergi, sehingga banyak didapatkan bersamaan dengan
adanya rinitis alergi.
3. Pada anamnesis pasien, didapatkan keluhan obstruksi hidung, anosmia,
adanya riwayat rinitis alergi, keluhan sakit kepala daerah frontal atau sekitar
mata, adanya sekret hidung.
4. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior ditemukan massa yang lunak,
bertangkai, mudah digerakkan, tidak ada nteri tekan dan tidak mengecil
pada pemberian vasokonstriktor lokal.
5. Penatalaksanaan untuk polip nasi ini bisa secara konservatif maupun
operatif, yang biasanya dipilih dengan melihat ukuran polip itu sendiri dan
keluhan dari pasien sendiri.
6. Pada pasien dengan riwayat rinitis alergi, polip nasi mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk rekuren. Sehingga kemungkinan
pasien harus menjalani polipektomi beberapa kali dalam hidupnya.
Page 38
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok edisi V cetakan III. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2003
Posted by sodikin on March 30th, 2010. uni 29, 2009 Disimpan dalam Berita
Kesehatan Tagged alergi, bersin, hidung, polip, puskesmas simpang empat,
sinusitis
Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 114. Penerbit Media
Aesculapius FK-UI 2000
e-NEWSLETTER www.google.com
Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga
Hidung Tenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia 1989 www.yahoo.com
Page 39