PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan dari suatu tipe perekonomian
menjadi tipe lain yang lebih maju (Hirschman,1970). Sedangkan menurut Meier dan
Baldwin(1964), pembangunan ekonomi adalah suatu proses, dengan proses dimana
pendapatan nasional riil suatu perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang
panjang. Kadang-kadang istilah pembangunan ekonomi sering disamakan dengan
modernisasi, westernisasi, serta industrialisasi (Sitohang,1970).
Faktor-faktor yang dapat menghambat pembangunan ekonomi, diantaranya adalah :
(1) pertumbuhan penduduk yang cepat,
(2) sumberdaya alam yang tidak memadai,
(3) pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien,
(4) sumberdaya manusia yang tidak memadai (Lipsey, dkk, 1990).
Konsekuensi dari adanya faktor-faktor penghambat pembangunan ekonomi menurut
Lipsey (1990) dapat menyebabkan adanya pengangguran di suatu negara. Sedangkan faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu:
(1) tanah dan kekayaan alam lainnya,
(2) jumlah dan mutu daripenduduk dan tenaga kerja,
(3) barang-barang modal dan tingkat teknologi,
(4) sistem sosialdan sikap masyarakat (Sukirno,1981).
Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan standar hidup penduduk
negarayang bersangkutan yang biasa diukur dengan pendapatan riil perkapita. Standar hidup
tidak akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat
daripadapertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output,
makadiperlukan
adanya
penambahan
investasi
yang
cukup
besar
untuk
dapat
menyerappertambahan penduduk.
Pada kesempatan kali ini, akan membahas tentang hubungan pertumbuhan penduduk
dengan perkembangan ekonomi khususnya tenaga kerja yang berpartisipasi dalam
perekonomian.Untuk mempelajari tenaga kerja dan kependudukan maka ada baiknya kita mengetahui
definisi dari masing-masing pengertian tersebut.kependudukan atau demografi merupakan
cabang ilmu yang mempelajari bagaimana dinamika kependudukan manusia. Meliputi di
dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksiyang nyata dari seorang wanita
atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi
perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi
pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup.Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan
migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingatadanya densitas (kepadatan)
dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang
untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas
politik/negara atau pun batasadministratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan
sebagai perpindahanyang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
.
Teori penduduk modern
Pandangan-pandangan tentang Teori penduduk modern, diantaranya:
Pandangan Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting
dalam kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara
dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
Pandangan Kaum Fisiokrat, kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian
dalam rangka menunjang pertambahan penduduk.
Pandangan Cantilion (Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat
menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah
penduduk akan terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat
diproduksi oleh tanah.
Pandangan Quesnay (Fisiokrat), suatu negara hendaknya mempunyai penduduk yang
cukup banyak, tetapi dengan sayarat agar mereka dapat mencapai taraf hidup yang layak.
Pertumbuhan penduduk (populatin growth) di suatu negara adalah peristiwa
berubahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh adanya pertambahan alami dengan
migrasi neto. Pertambahan alami (natural increase) adalah pertambahan penduduk yang
diperoleh dari selisih antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi neto (nett
migration) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah imigran
dan jumlah emigran.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
pengangguran yang tentunya akan mengurangi tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, di
negara berkembang dibutuhkan suntikan investasi untuk mengembangkan perekonomian.
b) Trend Fertilitas dan Mortalitas
Pada umumnya tingkat kelahiran yang tinggi dihubungkan dengan kemiskinannasional.
Namun adalah keliru bila kita menyiimpulkan bahwa berhubung angka kelahiran yang tinggi
pada umumnya terdapat di negara miskin. Sedangkan angka kelahiran rendah terdapat di
negara maju. Maka dengan meningkatkan pendapatan per kapita lalu tingkat kelahiran akan
menurun. Juga tidak ada kepastian hubungan antara laju pertumbuhanpendapatan nasional
per kapita dengan tingkat kelahiran. Namun jelas ada bukti bahwa ada hubungan positif
antara distribusi pendapatan dengan tingkat kelahiran. Akhirnya kita dapat menyimpulkan
bahwa negara-negara yang berjuang untuk mengurangi tidak meratanya penghasilan atau
dengan kata lain berusaha menyebarkan hasil (benefit) dari pembangunan ekonomi ke
sebagian besar penduduk akan mungkin sekali mampu menurunkan tingkat kelahiran
daripada negar-negara yang kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan
ekonominya.
c) Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Investasi
Untuk meningkatkan output, tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat
meningkatkan penghasilan riil per kapita. Tetapi kesulitan dalam hal ini sering dialami oleh
negara berkembang, sesuai dengan Teori Perangkap pada Keseimbangan Pendapatan yang
Rendah Malthus. Kesimpulannya untuk dapat mempertinggi penghasilan per kapitanya negara
berkembang memerlukan kebijakan dorongan yang besar. Atau perekonomian harus memenuhi apa yang
disebut usaha minimum yang sangat perlu. Pembangunan yang secara sedikit demi sedikit
pun bisa dilakukan asal dengan memilih sektor yang yang mempunyai kapasitas berkembang
yang cepat.
Struktur Umur yang Tidak Favorable
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pada umumnya pada negarayang
berkembang
memiliki
angka
ketergantungan
yang
tinggi
karena
besarnya
jumlahpenduduk usia muda. Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak
menguntungkanbagi pembangunan ekonomi, karena:
Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka penghasilan
per kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam
perekonomian tersebut. Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu
negara akan mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor-faktor produksi ke arah
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio,
bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi
ketika dimulainya periode. Yang merupakan:
pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang tinggi tidak selalu memberikan lapangan
kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dan dunia usaha. Sebagai contoh pada kurun waktu 1971-1980, pertumbuhan
ekonomi adalah 7,9 persen per tahun, namun daya serapnya angkatan kerja relatif kecil, yaitu
hanya bertambah tiga persen setahun.Payaman (1996), melakukan proyeksi mengenai
pertambahan angkatan kerja dan kesempatan kerja dalam PJP II. Proyeksi ini dilakukan
sebelum krisis ekonomi terjadi. Jika mengikuti proyeksi tersebut, maka Indonesia mengalami
masalah kesenjangan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja sampai dengan akhir
Repelita VIII. Baru setelah Repelita VIII, kesempatan kerja diperkirakan akan berada di atas
angkatan kerja
Namun sekali lagi bahwa proyeksi ini dibuat sebelum adanya krisis ekonomi. Hal lain
yang juga harus diperhatikan dalam menganalisa hubungan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja adalah bahwa jika kesempatan kerja berada di atas angkatan kerja bukan
berarti masalah ketenagakerjaan, atau lebih khususnya pengangguran, teratasi. Adanya
kesempatan kerja baru merupakan potensi dan potensi tersebut mungkin saja tidak dapat
dimanfaatkan bila angkatan kerja yang tersedia tidak memiliki kualitas yang memadai.
Solusi Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi di Negara-Negara Berkembang
Pertambahan penduduk yang pesat tidak selalu merupakan penghambat jalannya
pembangunan ekonomi, asal saja penduduk tersebut mempunyai kapasitas yang tinggi
untuk menghasilkan dan menghisap hasil produksi yang dihasilkan. Keberhasilan usaha
pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor,
salah satunya yaitu faktor tenaga kerja. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan
oleh jumlah dan mutu tenagakerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha di
lapangan pekerjaan yang tersedia. Tenaga kerja di negara-negara berkembang yang banyak
bekerja di sektor pertanian dapat disalurkan pada sektor industri yang mampu menyerap
relatif lebih banyak tenaga kerja, terutama yang bersifat padat karya. Jumlah penawaran
tenaga kerja di negara-negara berkembang yang tinggi disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk yang pesat dapat dimanfaatkan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan oleh
pemerintah. Pelatihan-pelatihan yang diberikan tersebut bertujuan untuk memberdayakan
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
tenaga kerja yang berlebih agar sumber-sumber alam yang melimpah dan belum diolah secara
maksimal menghasilkan sesuatu yang dapat menaikkan angka pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk yang banyak atau khususnya tenaga kerja yang menganggur,
tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan. Tenaga kerja yang kurang
produktif terutama yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan
lapangan kerja, yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga
penciptaan lapangan pekerjaan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan.
Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang dapat
meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap tenagatenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi pendidikan
dalam semua aspek. Hal ini dikarenakan untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia
diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang sesuai dengan
keperluan pembangunan.
Jumlah Penduduk dan Pembangunan
Salah satu tanda negara berkembang umumnya terletak pada jumlah penduduk yang
begitu banyak, sedangkan jumlah yang banyak itu sebagian besar tidak produktif, karena
kualitasnya yang sangat rendah. Banyaknya jumlah penduduk di negara-negara berkembang
disebabkan tidak seimbangnya jumlah kelahiran dan kematian. Walaupun sudah sejak lama
diadakan pengendalian melalui keluarga berencana. Masalah jumlah penduduk yang begitu
banyak baik di negara-negara yang terbelakang maupun negara-negara berkembang
sebenarnya sudah sejak lama dikhawatirkan oleh hipotesis Malthus yang mengatakan bahwa
konsumsi keseimbangan jangka panjang tidak terletak lebih tinggi dari pada tingkat
subsistence. Bahkan secara umum para mahasiswa lebih kenal dengan teori Malthus yang
menekankan bahwa jumlah produksi makanan menurut deret hitung, sedangkan jumlah
pertumbuhan penduduk menurut deret ukur. Walau teori Malthus akhirnya juga ditolak oleh
para ahli yang menyatakan bahwa
1. Teori
Malthus
tidak
memperhitungkan
peranan
serta
pengaruh
adanya
kemajuanteknologi.
2. Teori itu hanya didasarkan pada satu hipotesis, yang berkaitan dengan
hubunganmakro antara jumlah pertumbuhan penduduk dan pendapatan perkapita,
yang ternyatatidak tahan uji secara empiris.
3. Teori Malthus hanya menitik beratkan pada variabel yang ternyata dianggap
keliru,dimana pendapatan perkapita sebagai determinan utana dalam pertumbuhan
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
pertumbuhan
penduduk
pada
pendapatan
per-kapita
biasanya
10
kerja kurang dan dengan begitu meningkatkan pengangguran. Lebih dari itu , apabila tenaga
buruh dibandingkan dengan lahan meningkat, sumber modal dan sumber lainnya, faktor
komplemen tersedia per pekerja merosot dan akibatnya pengangguran dan kekurangan
pekerjaan meningkat.
Penduduk dan tenaga buruh
Tenaga buruh di dalam suatu perekonomian adalah rasio antara penduduk yang
bekerja dengan penduduk total .dengan asumsi 50 tahun sebagai harapan hidup rata-rata
dinegara ter belakang, tenaga buruh pada pokoknya adalah penduduk pada kelompok usia 1550 tahun. Selama tahap peralihan demografis tingkat kelahiran meningkat dan kematian
menurun. Akibatnya, sebagian terbesar penduduk berada pada kelompok usia rendah 25-50
tahun, dan hanya sebagian kecil yang terrmasuk pada kelompok usia tanaga buruh. Adanya
anak-anak dewasa di dalam tenaga buruh mengandung makna bahwa orang yang
berpartisipasi pada pekerjaan produktif sebenarnya sedikit. Bahkan jika angka kelahiran
mulai menurun, tenaga buruh yang tersedia bagi pekerjaan produktif pun dalam jangka
pendek akan tetap sama. Sebaliknya, jumlah anak-anak menjadi turun dan pendapatan
nasional meningkat karena jumlah konsumen menurun.
Penduduk dan pembentukan modal
Pertumbuhan penduduk memperlambat pembentukan modal. Jika penduduk
meningkat , pendapatan per kapita yang di dapat menurun. Dengan pendapatan yang sama
orang terpaksa member makan kepada anak-anak yang lebih banyak. Itu berarti bagian
terbesar pendapatan terpakai untuk pengeluaran konsumsi. Tabungan yang memang sudah rendah menjadi
semakin rendah.akibatnya, tingkat investasi juga menjadi semakin rendah.penduduk yang
meningkat secara cepat akan memperlambat seluruh usaha pembangunan dinegaara
terbelakang kecuali kalau dibarengi dengan laju pembentukan modal dan kemajuan teknologi
yang tinggi. Tetapi faktor yang menetralkan ini tidak ada dan akibatnya ledakan penduduk
mengakibatkan produktifitas pertanian merosot, pendapatan per kapita rendah ,standar
kehidupan rendah, pengangguran dan tingkat pembentukan modal rendah.
Ciri Demografis Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi
1. Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan dan wilayah
Transformasi ketenagakerjaan menurut lapangan pekerjaan erat kaitannya dengan
transformasi struktur produksi dan perbedaan pertumbuhan produktivitas per pekerja
menurut sector atau lapangan pekerjaan yang terjadi selama pertumbuhan ekonomi
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
11
12
13
Migrasi
Migrasi mempunyai peranan juga dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk.
Oleh karena itu tingkat pertumbuhan penduduk tidak dapat diperhitungkan hanya dari tingkat
kelahiran dan tingkat kematian saja. Penduduk di amerika latin dan amerika utara meningkat
karena alas an migrasi.
PEMECAHAN MASALAH KEPENDUDUKAN
Dari pembicaraan mengenai ledakan penduduk yang terjadi di Negara-negar sedang
berkembang, dapatlah kita menyimpulkan bahwa masalah penduduk merupakan masalah
yang sangat sukar untuk diatasi. Sebenarnya kita dapat menterapkan suatu kebijakan dari
sudut tingkat kematian untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu dengan
mencegah penurunan tingkat kematian: atau dengan kata lain meningkatkan adanya
kematian. Tetapi tindakan ini jelas bertentangan dengan hati nurani manusia yang pada
umumnya ingin hidup lama di dunia dan tentunya tidak dapat dilaksanakan.
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Sedangkan Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.
.
Klasifikasi Tenaga Kerja
Berdasarkan penduduknya
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan
sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja,
mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 64 tahun.
14
Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15
tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia
(lanjut usia) dan anak-anak.
Berdasarkan batas kerja
Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah
mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari
pekerjaan.
15
16
merupakan usaha mendapatkan pekerjaan yang tidak terbatas dalam jangka waktu seminggu
yang lalu saja, tetapi bisa dilakukan beberapa waktu sebelumnya asalkan masih dalam status
menunggu jawaban lamaran, dalam kurun waktu seminggu sebelum pencacahan.
Penganguran semacam ini oleh BPS dinyatakan sebagai penganggur terbuka.
Pemanfaatan Sumberdaya Manusia
Beberapa Konsep KetenagakerjaanYang dimaksud dengan human resource disini
adalah penduduk yang berupa tenagakerja (human power) yang dianggap sebagai faktor
produksi. Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun.Beberapa
konsep/definisi yang digunakan dalam ketenagakerjaan adalah sbb:
1. Penduduk Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia
selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam
bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
2. Usia kerja Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja (economically active
population) 15 tahun (meskipun dalam survei dikumpulkan informasi mulai dari
usia 10 tahun) dan tanpa batas atas usia kerja.
3. Angkatan Kerja Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang
dilakukan oleh penduduk usia kerja selama periode tertentu. Angkatan Kerja
adalah penduduk usia kerja yang bekerja, ataupunya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja, dan pengangguran.
4. Bukan angkatan kerja
Penduduk usia kerja tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang
bersekolah,mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainya.
5. Bekerja
Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau
membantu memperoleh pendapatan atau keuntingan paling sedikit 1(satu) jam
secara tidak terputus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup,
baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu
yang lalu sementara tidak bekerja, misal karena cuti, sakit dan sejenisnya. Kriteria satu
jam (the one-hour criterion) digunakan dengan pertimbangan untuk mencakup
semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara, termasuk didalamnya
adalah pekerja dengan waktu singkat (short-time work), pekerja bebas, stand-by
work dan pekerja yang tak beraturah lainnya. Kriteria satu jam juga dikaitkan
dengan definisi bekerja dan pengangguran yang digunakan, dimana pengangguran
adalah situasi dari ketiadaan pekerja secara total, sehingga jika batas minimum dari
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
17
jumlah jam kerja dinaikkan maka akan mengubah definisi pengangguran yaitu bukan lagi
ketiadaan pekerjaan secara total.
Jenis dan macam-macam Pengangguran
Pengangguran adalah keadaan dimana seorang yang termasuk dalam angakatan kerja,
ingin mencari pekerjaan namun tidak memperolehnya dikarenakan jumlah pencari kerja yang
tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang ingin menampungnya. Tenaga kerja yang
menganggur adalah mereka yang ada dalam umur angkatan kerja dan sedang mencari
pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sejak tahun 2001 definisi pengangguran
mengalami penyesuaian/perluasan menjadi sebagai berikut ; Pengangguran adalah mereka
yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan
(sebelumnya dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja), yang sudah punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan sebagai bekerja), dan pada waktu yang
bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Pengangguran dengan konsep/definisi tersebut
biasanya disebut sebagai pengangguran terbuka (open unemployment). Secara spesifik,
pengangguran terbuka dalam Sakernas, terdiri dari :
Mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan,
Mereka yang tidak bekerja dan mempersiapkan usaha,
Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan, dan
Mereka yang tidak bekerja dan tidak mencari pekerjaan karena sudah diterimabekerja,
tetapi belum mulai bekerja.Tingkat Pengangguran Terbuka dihitung sbb;
Pengangguran Friksional/Frictional Unemployment
Pengangguran
friksional
adalah
pengangguran
yang
sifatnya
sementara
yangdisebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja
dengan pembuka lamaran pekerjaan.
Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencarilapangan
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembukalapangan kerja.
Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkankebutuhan akan sumber
daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik darisebelumnya.
18
Visible Employment
Akan timbul apabila jumlah waktu kerja yang sungguh-sungguh digunakan lebih
sedikit daripada waktu kerja yang disediakan untuk bekerja.
Disguised Employment
Pengangguran ini terjadi apabila para pekerja telah menggunakan waktu
kerjanyasecara penuh dalam suatu pekerjaan dapat ditarik ke sektor-sektor atau
pekerjaan laintanpa mengurangi sektor outpout yang ditinggalkan.
Potential Under Employment
Merupakan suatu perluasan dari pengangguran tak kentara dalam artian suatu pekerja
dapat ditarik dari sektor tersebut tanpa mengurangi output, tetapi harus dibarengi
dengan perubahan-perubahan fundamental dalam metode produksi yang memerlukan
pembentukan kapital yang berarti.
Memanfaatkan Tenaga-tenaga yang menganggur.
Tenaga yang menganggur merupakan persediaan faktor produksi yang dapat
dikombinasikan dengan faktor produksi yang lain guna meningkatkan output dinegara yang
berkembang. Masalah pemanfaatan tenaga kerja yang menganggur ini baik segi penawaran
maupun segi permintaan hanya diperlukan kapital yang relatif sedikit. Keuntungan tenaga
yang menganggur tersebut misalnya saja dalam sektor pertanian yang tenaganya menganggur
saat tidak musim panen dialihkan atau dimanfaatkan ke dalam industri-industri kecil seperti
yang dinyatakan oleh Profesor Leibenstein bahwa kemampuan untuk menghasilkan lebih
banyak tergantung pada kalori yang dimiliki tenaga kerja itu, sehingga tidak mudah untuk
menarik tenagakerja dari sektor pertanian yang kemudian akan diikuti oleh penarikan bahan
makanan dari sektor pertanian pula.
19
20
terhadap kualitas dari tenaga kerja disuatu negara dan merupakan unsur yang mendasar bagi
pertumbuhan ekonomi. Modal pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian
atas investasi pendapatan. Sebagian besar tenaga kerja di negara-negara berkembang hanya
menempuh pendidikan hingga bangku Sekolah Dasar dibandingkan dengan negara maju yang
standarisasi pendidikannya lebih tinggi, yaitu tenaga kerja yang berpendidikan sarjana
Jumlah penduduk, Kesempatan Kerja dan pengangguran
Jumlah penduduk yang besar pada dasarnya merupakan potensi yang sangat berharga
ditinjau dari segi tenaga kerja, jika dapat didayagunakan dengan baik, penduduk yang
sangatbanyak dan memiliki keterampilan ini merupakan potensi yang berharga. Jumlah
penduduk yang besar dan tidak memiliki keterampilan ini adalah kerugiannya yang dapat
menyebabkanpengangguran di mana-mana. Hal yang diharapkan kesempatan seimbang
dengan angkatankerja tetapi hal ini tidak terwujud.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan ekonomi, manusia,
sosial budaya, dan politik, untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur.
Dalam melaksanakan pembangunan nasional, perluasan lapangan kerja dan peningkatan
kualitas tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku
dan tujuan pembangunan. Masalah yang banyak dihadapi oleh negara-negara berkembang
yaitu laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat sehingga menjadi masalah pokok dalam
pembangunan ekonomi. Pengaruh pertambahan penduduk ini terlihat pada pengadaan
kebutuhan-kebutuhan pokok secara total harus ditambah terutama pengadaan pangan dan
mengakibatkan naiknya angkatan kerja.
Negara-negara berkembang tidak hanya dibebani oleh tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi tetapi juga angkatan kerjanya harus menaggung beban ketergantungan yang lebih
berat. Selain itu, ledakan angkatan kerja banyak dialami oleh negara-negara berkembang
yang tidak diikuti dengan meningkatnya perluasan lapangan kerja sehingga terjadi
pengangguran baik di kota-kota maupun di desa-desa. Jumlah penawaran tenagakerja yang
tinggi di negara-negara berkembang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas tenaga
kerja. Tenaga kerja di negara-negara berkembang memiliki kualitas yang rendah bila
dibandingkan dengan negara-negara maju sehingga tidak dapat bersaing dengan tenaga kerja
di negara-negara maju. Indikator dari rendahnya kualitas tenaga kerja di negara-negara
berkembang salah satunya dipengaruhi oleh pendidikan yang rendah. Pembangunan ekonomi
harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas
tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap tenaga-tenaga kerja di negaraPIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
21
negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi pendidikan dalam semua aspek.
Keberhasilan usaha pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan
oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor tenaga kerja. Peranan tenaga kerja dalam
pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenagakerja yang tersedia sebagai pelaksana
berbagai usaha dilapangan pekerjaan.
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di negara-negara berkembang, khususnya
tenaga kerja yang menganggur tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan
ekonomi. Tenagakerja yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan
lapangan kerja, yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga
permasalahan mengenai tenaga kerja di negara-negara berkembang dapat teratasi dengan baik
dan tidak lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan
kualitas tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi
solusi dalam melaksanakan pembangunan ekonomi mengenai tenaga kerja di negara-negara
berkembang dapat teratasi dengan baik dan tidak lagi menjadi permasalahan yang
menghambat pembangunan ekonomi. Peningkatan kualitas tenaga kerja yang direalisasikan
melalui peningkatan mutu pendidikan dapat menjadi solusi dalam melaksanakan
pembangunan ekonomi mengenai tenaga kerja di negara-negara berkembang dapat teratasi
dengan baik dan tidak lagi menjadi permasalahan yang menghambat pembangunan ekonomi.
Peningkatan kualitas tenaga kerja yang direalisasikan melalui peningkatan mutu pendidikan
dapat menjadi solusi dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.
PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PEMBANGUNAN
PERMASLAHAN PENDUDUK INDONESIA
Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan
karena menjadi subjek dan objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar:
1)
2) Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
Selain
manfaat
yang
diperoleh,
ternyata
negara
Indonesia
yang
berpenduduk
besar, yaitu nomor 4 di dunia menghadapi masalah yang cukup rumit yaitu:
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
22
lahan
di
luar
Jawa
belum
dimanfaatkan
secara
optimal
karena
kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja
tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
23
masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan
melihat:
1)Angka Kematian
2)Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.
Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.
Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin
tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan yang
memenuhi standar kesehatan.
b. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM
penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang
tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang
terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur.
Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban
bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan
tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh
pemerintah membawa dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
c.
bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah
garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus
dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat
kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran
penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam.
Mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin?
DAMPAK PERMASALAHAN PENDUDUK TERHADAP PEMBANGUNAN
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
24
Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek, penduduk adalah
sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku pembangunan. Peranan
penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan pembangunan. Potensi dan
tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam
yang dimiliki oleh suatu negara. Bagaimana potensi dan tantangan pembangunan di
Indonesia? Kekayaan sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia sangat besar. Ini
merupakan
suatu
potensi.
Masalahnya
adalah
sanggupkah
penduduk
Indonesia
mengeksploitasi dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu? Fakta menunjukkan
bahwa eksploitasi sumber daya alam (penambangan) di Indonesia banyak dilakukan oleh
perusahaan asing. Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah juga sering menggunakan
bantuan (assistance) perusahaan asing.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki penduduk
Indonesia. Penguasaan teknologi dan kepemilikan modal terkait dengan kualitas sumber daya
manusia (SDM) penduduk Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk
Indonesia ditunjukkan dengan GDP perkapita yang relatif rendah. Kualitas sumber daya
manusia penduduk Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan. Secara
terperinci
1.
faktor
kependudukan
yang
menghambat
pembangunan
adalah:
dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan
kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu
kemakmuran. Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan dan
ilmu pengetahuan?
2.
25
C.
UPAYA-UPAYA
MENGATASI
PERMASALAHAN
KEPENDUDUKAN
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah:
1. Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB).
2. Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:
a.
Program Transmigrasi
KEPENDUDUKAN
DAN
DAMPAKNYA
TERHADAP
PEMBANGUNAN
Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
a. Jumlah Penduduk Besar
26
2)
Mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari bangsa lain.
kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 1971 pertumbuhan penduduk sebesar 2,1 %
pertahun, tahun 1971 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 1990 sebesar 1,98%
pertahun, dan periode 1990 2000 sebesar 1,6% pertahun. Keluarga berencana merupakan
suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam keluarga, demi kesejahteraan keluarga.
Dalam program ini setiap keluarga dianjurkan mempunyai dua atau tiga anak saja atau
merupakan keluarga kecil.Dengan terbentuknya keluarga kecil diharapkan semua kebutuhan
hidup anggota keluarga dapat terpenuhi sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dua tujuan pokok Program Keluarga Berencana yaitu:
a. Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan
peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera
c. Persebaran Penduduk Tidak Merata
Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antarpulau, provinsi,
kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa dan Madura yang luasnya
hanya 7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia, dihuni lebih kurang 60% penduduk
Indonesia Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi,
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
27
yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi, tahun 1990 menjadi 814 jiwa
dan tahun 1998 menjadi 938 jiwa per kilo meter persegi (km2).
Akibat dari tidak meratanya penduduk, yaitu luas lahan pertanian di Jawa semakin
sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri. Sebaliknya banyak
lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara optimal karena kurangnya sumber daya
manusia. Sebagian besar tanah di luar Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan
pertanian. Keadaan demikian tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan
pembangunan wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
Masalah Penduduk yang Bersifat Kualitatif
a. Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah
Meskipun telah mengalami perbaikan, tetapi kualitas kesehatan penduduk Indonesia
masih tergolong rendah. Indikator untuk melihat kualitas kesehatan penduduk adalah dengan
melihat:
1) Angka Kematian
2) Angka Harapan Hidup
Angka kematian yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang rendah.
Angka harapan hidup yang tinggi menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang baik.
Kualitas kesehatan penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendapatan penduduk. Semakin
tinggi pendapatan penduduk maka pengeluaran untuk membeli pelayanan kesehatan semakin
tinggi. Penduduk yang pendapatannya tinggi dapat menikmati kualitas makanan yang
memenuhi standar kesehatan.
b. Tingkat Pendidikan yang Rendah
Tingkat pendidikan bukanlah satu-satunya indikator untuk mengukur kualitas SDM
penduduk suatu negara. Kualitas SDM berhubungan dengan produktivitas kerja. Orang yang
tingkat pendidikannya tinggi diharapkan punya produktivitas yang tinggi. Kenyataan yang
terjadi di Indonesia adalah banyak orang berpendidikan tinggi (sarjana) tetapi menganggur.
Keadaan demikian tentu sangat memprihatinkan. Orang yang menganggur menjadi beban
bagi orang lain (keluarganya). Tingkat pendidikan diharapkan berbanding lurus dengan
tingkat kesejahteraan. Sehingga pembangunan dalam bidang pendidikan yang dilakuka oleh
pemerintah membawa dampak positif yang signifikan terhadap kesejahteraan penduduk.
c. Tingkat Kemakmuran yang Rendah
Meskipun tidak termasuk negara miskin, jumlah penduduk Indonesia yang hidup di
bawah garis kemiskinan cukup besar. Sebanyak 37,5 juta penduduk Indonesia hidup di bawah
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
28
garis kemiskinan menurut standard yang ditetapkan PBB. Kemakmuran berbanding lurus
dengan kualitas SDM. Semakin tinggi kualitas SDM penduduk, semakin tinggi pula tingkat
kemakmurannya. Banyak negara yang miskin sumber daya alam tetapi tingkat kemakmuran
penduduknya tinggi. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam.
Mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin?
DAMPAK
PERMASALAHAN
PENDUDUK
TERHADAP
PEMBANGUNAN
Penduduk adalah objek dan subyek pembangunan. Sebagai objek, penduduk adalah
sasaran pembangunan. Sebagai subyek, penduduk adalah pelaku pembangunan. Peranan
penduduk sebagai subyek menentukan arah dan keberhasilan pembangunan. Potensi dan
tantangan pembangunan ditentukan oleh keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam
yang dimiliki oleh suatu negara. Bagaimana potensi dan tantangan pembangunan di
Indonesia? Kekayaan sumber daya alam yang ada di bumi Indonesia sangat besar. Ini
merupakan
suatu
potensi.
Masalahnya
adalah
sanggupkah
penduduk
Indonesia
mengeksploitasi dan mengelola sumber daya alam yang melimpah itu? Fakta menunjukkan
bahwa eksploitasi sumber daya alam (penambangan) di Indonesia banyak dilakukan oleh
perusahaan asing. Proyek-proyek pembangunan oleh pemerintah juga sering menggunakan
bantuan (assistance) perusahaan asing.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal dan teknologi yang dimiliki penduduk
Indonesia. Penguasaan teknologi dan kepemilikan modal terkait dengan kualitas sumber daya
manusia (SDM) penduduk Indonesia. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk
Indonesia ditunjukkan dengan GDP perkapita yang relatif rendah. Kualitas sumber daya
manusia penduduk Indonesia yang rendah merupakan penghambat pembangunan. Secara
terperinci faktor kependudukan yang menghambat pembangunan adalah:
1.
dihasilkan oleh penduduknya. Untuk memproduksi barang dan jasa diperlukan penguasaan
teknologi dan ilmu pengetahuan. Penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan terkait dengan
kualitas SDM penduduk suatu negara. Jadi kualitas SDM merupakan faktor penentu
kemakmuran. Apa yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keterampilan dan
ilmu pengetahuan?
29
2.
Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung oleh sumber alam
dengan kualitas lingkungan dan manusia semakin berkembang;
2.
Sumber alam terutama udara, air dan tanah, memiliki ambang batas dimana
pemanfaatan yang berlebihan akan menyebabkan berkurangnya kuantitas dan
kualitas sumberdaya alam sehingga mengurangi kemampuannya mendukung
kehidupan umat manusia;
3.
4.
absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial,
mengenai sumberdaya alam serta kemampuan bisofer menyerap pelbagai pengaruh dari
kativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat dikelola dan ditingkatkan guna memberi
jalan bagi era baru pembangunan ekonomi.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
30
31
berencana yang dikembangkan 30 tahun yang lalu (1968), baru dapat dinikmati dalam
beberapa tahun terakhir ini. Dengan demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan
dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan menyengsarakan generasi
berikutnya.
Perhatian pemerintah terhadap kependudukan dimulai sejak pemerintah Orde Baru
memegang kendali. Konsep pembangunan manusia seutuhnya yang tidak lain adalah
konsep pembangunan kependudukan mulai diterapkan dalam perencanaan pembangunan
Indonesia yang sistematis dan terarah sejak Repelita 1 pada tahun 1986. namun sedemikian
jauh, walaupun dalam tatanan kebijaksanaan telah secara sungguh-sungguh mengembangkan
konsep pembangunan yang berwawasan kependudukan, pemerintah nampaknya belum dapat
secara optimal mengimplementasikan dan mengintegrasikan kebijaksanaan tersebut.
Pada saat Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi yang tinggi diawal dasawarsa
1990-an
tidak
sedikit
ekonom
yang
meragukan
kemampuan
Indonesia
untuk
32
pinjaman luar negeri ini menjadi semakin mendalam. Ketergantungan terhadap pinjaman luar
negeri tersebut tidak akan berkurang jika pemerintah tidak melakukan perubahan mendasar
terhadap strategi pembangunan ekonomi yang ada pada saat ini. Diperlukan suatu strategi
baru dalam pembangunan ekonomi dengan mengedepankan pembangunan ekonomi
berwawasan kependudukan sehingga dicapai pembangunan yang berkelanjutan. Demikian
pula ekonom Amerika Serikat Paul Krugman (1997) mengatakan bahwa krisis ekonomi di
Asia termasuk di Indonesia sebenarnya sudah dapat diduga sebelumnya. Krisis mata uang
yang terjadi pada pertengahan tahun 1987 hanyalah pencetus dan bukan penyebab. Penyebab
sesungguhnya adalah pada kesalahan strategi pembangunan ekonomi itu sendiri disamping
adanya masalah moral hazard.
Pengertian Pembangunan Berwawasan Kependudukan
Apa yang dimaksud dengan pembangunan berwawasan kependudukan? Secara
seerhana pembangunan berwawan kependudukan mengandung dua makna sekaligus yaitu,
pertama, pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang disesuaikan
dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dijadikan titik sentral dalam
proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subyek dan obyek dalam pembangunan.
Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk. Makna kedua dari pembangunan
berwawasan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan yang
lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dibandingkan dengan
pembangunan infastruktur semata.
Jargon pembangunan berwawasan kependudukan sudah lama didengar dalam bentuk
dan format lain, namun masih mengalami banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Sudah
lama didengung-dengunkan mengenai penduduk sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Atau jargon mngenai pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Atau pembangunan bagi
segenap rakyat. Sudah saatnya jargon tersebut diimplementasikan dengan sungguh-sungguh
jika tidak ingin mengalami krisis ekonomi yang lebih hebat lagi dimasa mendatang. Dengan
demikian, indikator keberhasilan ekonomi harus dirubah dari sekedar GNP atau GNP per
kapita menjadi aspek kesejahteraan atau memakai terminologi UNDP adalah HDI (Human
Development Index). Memang dengan mempergunakan strategi pembangunan berwawasan
kependudukan untuk suatu pembangunan ekonomi akan memperlambat tingkat pertumbuhan
ekonomi. Namun ada suatu jaminan bahwa perkembangan ekonomi yang dicapai akan
berkesinambungan (sutainable). Sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan
membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberialisasi yang
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
33
terlalu cepat memang akan meningkatkan efisiensi dan pruduktivitas namun sekaligus juga
meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur.
Mengapa
selama
ini
Indonesia
mengabaikan
pembangunan
berwawasan
kependudukan? Hal ini tidak lain karena keinginan pemerintah untuk mempertahankan laju
pertumbuhan ekonomi yang harus senantiasa tinggi. Pertumbuhan ekonomi menjadi satusatunya ukuran keberhasilan pembangunan nasional. Walaupun Indonesia memiliki wawasan
trilogi pembangunan yaitu pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas, namun pada
kenyataannya pertumbuhan senantiasa mendominasi strategi pembangunan nasional.
Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan tanpa melihat potensi
penduduk serta kondisi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada nyatanya tidaklah
berlangsung secara berkesinambungan (sustained). Jika dikaitkan dengan krisis ekonomi
dewasa ini, terjadinya krisis tersebut tidak lepas dari kebijaksanaan ekonomi yang kurang
mengindahkan dimensi kependudukan dan lingkungan hidup. Strategi ekonomi makro yang
tidak dilandasi pada situasi/kondisi ataupun potensi kependudukan yang ada menyebabkan
pembangunan ekonomi tersebut mejadi sangat rentan terhadap perubahan. Belum terjadi
strategi pembangunan yang serius berorientasi pada aspek kependudukan selama ini.
Manfaat mengintegrasikan Dimensi Kependudukan Dalam Perencanaan Pembangunan
Pembangunan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia. Berbagai
studi dan literatur memperlihatkan bahwa kualitas sumberdaya manusia memegang peranan
penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam jangka pendek
investasi dalm sumberdaya manusia memang nampak sebagai suatu upaya yang sia-sia.
Naum dalam jangka panjang investasi tersebut justru mendorong pertumbuhan ekonomi.
Johnson dan Lee (1987) melakukan analisis regresi terhadapa pertumbuhan penduduk dengan
pertumbuhan ekonomi pada 75 negara berkembang. Dua ukuran pertumbuhan ekonomi yang
dipergunakan yaitu GNP pada tahun 1987 dan GNP per capita antara tauhun 19801987.
pertumbuhan penduduk dibagi menjadi dua bagian yaitu pertumbuhan penduduk masa lalu
yaitu pertumbuhan penduduk per tahun antara 19651980 dan pertumbuhan penduduk saat
ini yaitu pertumbuhan penduduk per tahun antara tahun 19801987. pembagian ini dilakukan
karena adanya dampak jangka pendek dan jangka panjang dari pertumbuhan penduduk itu
terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi tersebut menemukan hubungan bahwa pertumbuhan
penduduk yang tinggi antara tahun 1980-1987 berhubungan dengan rendahnya GNP per
kapita pada tahun 1987 dan juga berhubungan dengan rendahnya pertumbuhan GNP antara
tahun 19801987
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
34
Demikian pula berbagai studi dan literatur memperlihatkan bahwa investasi dalam
kesehatan dan pendidikan dalam jangka panjang berdampak positif pada pertumbuhan
ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Rosenzwig (1988) misalnya menemukan hubungan
positif sebesar 0.49 antara enrollment rate sekolah dasar dari wanita usia 1014 tahun
terhadap peningkatan GNP per kapita. Demikian pula ditemukan hubungan positif sebesar
0.54 antara tingkat melek huruf dengan pertumbuhan GNP per kapita. Studi tersebut
dilakukan atas data makro dari 94 negara berkembang.
Dalm hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan
(baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah
besarnya harapan bahwa penduduk yang ada didaerah tersebut menjadi pelaku pembangunan
dan penikmat hasil pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih
berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding
dengan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth).
Dalam pembangunan berwawasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses
pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada
pembangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning), disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan
seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
Sebaliknya orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang
terlalu cepat memang akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas namun sekaligus juga
meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur. Sebagaimana yang terlihat selam ini
di Indonesia. Demikian pula dalam pertumbuhan (growth) ada yang dinamakan dengan limit
to growth. Konsep ini mengacu pada kenyataan bahwa suatu pertumbuhan ada batasnya. Jika
batas dari terlampaui maka yang kemudian terjadi adalah terjadinya pemusnahan atas hasilhasil pembangunan tersebut. Nampaknya ini yang sedang berlangsung di Indonesia dengan
terjadinya krisis ekonomi sekarang ini. Jika diingat beberapa tahun yang lalu selalu ada
peringatan bahwa perekonomian kita terlalu memanas dan lain sebagainya. Itu tidak lain
adalah kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi kita sedang memasuki apa yang disebut
dengan limit to growth. Bnahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dapat dipacu lebih
tinggi lagi dengan melihat pada kondisi fundamental yang ada.
Ada beberapa kritik lagi yang ditujukan kepada konsep pembangunan yang
berorientasi pada pertumbuhan, yaitu: (1) prakasa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk
rencana formal; (2) proses penyusunan program bersifat statis dan didominasi oleh pendapat
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
35
pakar dan teknokrat; (3) teknologi yang digunakan biasanya bersifat scientific dan
bersumber dari luar; (4) mekanisme kelembagaan bersifat top-down; (5) pertumbuhannya
cepat namun bersifat mekanistik; (6) organisatornya adalah para pakar spesialis; dan (7)
orintasinya adalah bagaimana menyelesaikan program/proyek secara cepat sehingga mampu
menghasilkan pertumbuhan. Dengan melihat pada kreteria di atas nampak bahwa peranan
penduduk lokal dalam proses pembangunan sangat sedikit.
Kritik para ahli terhadap orientasi pembangunan yang mengutamakan pada
pertumbuhan tersebut telah berlangsung pada paruh waktu pertama tahun 1980-an. Para
cendekiawan dari MIT dan Club of Rome pada kurun waktu tersebut secara gencar
mengkritik orientasi pembangunan ekonomi tersebut. Dari berbagai kajian dan diskusi
tersebut kemudian munculah perspektif
berbagai
kebijaksanaan
yang
dirumuskan
sendiri
guna
peningkatan
36
Beberapa kata kunci yang perlu diberikan penekanan pada pemabngunan daerah
adalah (1) pembangunan daerah disesuaikan dengan prioritas dan potensi masing-masing
daerah, dan (2) adanya keseimbangan pemabngunan antar daerah. Kata kunci pertama
mengandung
makna
pada
kesadaran
pemerintah
untuk
melakukan
desentralisasi
37
3. Penduduk Akan Bergeser Ke Usia Yang Lebih Tua. Pada saat ini di Indonesia telah
terjadi proses transisi umur penduduk Indonesia dari penduduk muda ke pensusuk tua
(ageing process). Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan
membawa konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi
dan kesempatan kerja. Sedang pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada
akhirnya akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan penduduk usia
lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi
pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada institusi. Apabila hal ini
terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.
4. Penduduk Yang Tinggal di Perkotaan Semakin Banyak. Seiring dengan
peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, presentase penduduk yang tinggal
diperkotaan meningkat dari tahun ke tahun. Masalah urbanisasi akan menjadi masalah
yang semakin meninjol. Penduduk perkotaan akan bertambah terus sejalan dengan
pertumbuhan penduduk. Dengan demikian, tuntutan fasilitas perkotaan akan
bertambah pula. Tambahan volume fasilitas perkotaan akan sangat berpengaruh
terhadap keadaan dan perkembangan fisik kota yang bersangkutan. Meningkatnya
sarana perhubungan dan komunikasi antar daerah, termasuk di daerah perdesaan,
menyebabkan orang dari perdesaan tidak perlu lagi melakukan migrasi dan berdiam di
daerah perkotaan. Mereka cukup menuju daerah perkotaan manakala diperlukan. Hal
ini dapat dilakukan dalam kurun waktu harian, mingguan, bahkan bulanan. Dengan
semakin berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi, pola mobilitas
penduduk seperti itu akan semakin banyak dilakukan, sementara migrasi permanen
cenderung akan makin menurun.
5. Jumlah Rumahtangga akan Meningkat namun Ukurannya Makin Kecil.
Perubahan pola kelahiran dan kematian akan berpengaruh pada struktur rumahtangga.
Dimasa depan ukuran rumahtangga akan semakin mengecil, namun jumlahnya akan
semakin banyak. Dengan makin sedikitnya jumlah anak yang dimiliki dan disertai
dengan peningkatan kesehatan penduduk, seiring tingkat pendidikan dan keterampilan
yang lebih baik, memberikan kesempatan pula bagi individu maupun keluarga untuk
melakukan mobilitas kedaerah lain. Apalagi bilamana otonomi daerah dilaksanakan
sesuai aturan dan keperluannya.
6. intensitas Mobilitas Penduduk Yang Makin Tinggi. Mobilitas penduduk yang
makin tinggi baik secara internal maupun internasional menuntut jaringan prasarana
yang makin baik dan luas. Selain itu akan membawa kepada pergeseran norma-norma
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
38
masyarakat, seperti ikatan keluarga dan kekerabatan. Kesemuanya ini dapat membawa
dampak yang berjangka panjang terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.
7. Masih Tingginya Pertumbuhan Angkatan Kerja. Sejalan dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan kerjanya pun cukup tinggi.
Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan
kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih besar. Dipihak lain
menuntut pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran
yang lebih tinggi sebagai prasyarat untuk memasuki era globalisasi dan perdagangan
bebas.
8. Terjadi Perubahan Lapangan Kerja. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan
pembangunan pada umunmnya, lapangan pekerjaan penduduk berubah dari yang
bersifat primer, seperti pertanian, pertambangan, menuju lapangan pekerjaan sekunder
atau bangunan. Lalu pada akhirnya akan menuju lapangan kerja tersier atau sektor
jasa. Berbagai ciri dan fenomena diatas sudah sepantasnya diamati secara seksama,
dalam rangka menetapkan alternatif kebijaksanaan selanjutnya.
Krisis ekonomi yang masih berlangsung dewasa ini telah berhasil memberikan
pelajaran bahwa pembangunan yang mengejar pertumbuhan dan dilakukan tanpa melihat
kondisi dan potensi penduduk serta sumberdaya alam dan lingkungan hidup, tidak akan
bersifat kberkesinambungan. Pada masa dan pasca krisis ekonomi, perhatian terhadap
masalah kependudukan dan lingkungan harus tetap dilakukan, terutama menyangkut upaya
mengembangkan pemabngunan berwawasan kependudukan (people-centered-development).
Ketidak pedulian terhadap isu pemabangunan berwawasan kependudukan akan menyebabkan
Indonesia kembali menghadapi situasi krisis yang sama pada beberapa tahun mendatang.
Justru perkembangan ini yang perlu diwaspadai, bahkan harus dihindarkan semampu
mungkin.
Dalam kondisi keuangan negara yang semakin terbatas dan dengan derasnya tuntutan
politik dalam dan luar negeri, perencanaan pembangunan yang bersifat bottom-up menjadi
sangat penting. Dalam hal inimasing-masing daerah dituntut harus dapat memanfaatkan
keuangan negara yang semakin terbatas untuk mencapai tujuan pemabngunan, yaitu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Pemabanguan yang hanya mengejar pertumbuhan terbukti tidak berlangsung secara
berkesinambungan dan tidak dinikmati oleh seluruh masyarakat, sehingga filosofi sebagai
subyek dan obyek pembangunan tidak tercapai. Pembangunan tidak dirasakan sebagai milik
rakyat, sehingga tidak mengakar. Apa yang terjadi kemudian adalah jika terjadi sedikit
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
39
gejolak (seperti apa yang sedang dialami saat ini), maka gejolak tersebut menjadi sulit untuk
diatasi, dan masyarakat menjadi kurang berpartisipasi dalam mengatasi gejolak yang ada. Hal
ini disebabkan mereka tidak pernah merasa memiliki dan merasakan hasil pemabangunan itu
sendiri.
Sebuah Keberhasilan Program KB di Indonesia?
LD-DEUI secara periodik melakukan proyeksi terhadap penduduk Indonesia serta
berbagai aspek yang terkait dengan jumlah penduduk tersebut. Proyeksi tersebut baru bisa
dilakukan jika telah diperoleh angka mengenai struktur umur dan jenis kelamin penduduk.
Dengan berdasarkan hasil lengkap survei penduduk antar sensus (SUPAS) 1995, LD-FEUI
melakukan proyek penduduk Indonesia untuk tahun 2000 dengan berbagai aspeknya.
Proyeksi penduduk, karena didasarkan atas berbagai asumsi, biasanya dilakukan
dengan melihat berbagai kecenderungan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Karena
itu biasanya dalam melakukan proyeksi dilakukan tiga macam skenario, yaitu: skenario
optimistis, moderat, dan pesimis. Khusus dalam proyek penduduk maka skenario optimis
dipakai untuk menggambarkan keyakinan kita yang sangat tinggi pada keberhasilan program
penurunan jumlah penduduk (baca: keluarga berencana).
Skenario pesimis dipakai jika kita melihat bahwa program penurunan jumlah
penduduk (baca: keluarga berencana). Skenario pesimis dipakai jika kita melihat bahwa
program penurunan jumlah penduduk (baca: keluarga berencana) akan mengalami banyak
permasalahan (kegagalan). Sedangkan skenario moderat adalah asumsi yang berada di antara
kedua ekstrim di atas. Berdasarkan atas 3 skenario tersebut LD-FEUI mendapatkan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2000 sekitar 213, 211, dan 209 juta jiwa.
Angka sementara SP-2000 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun
2000 jauh berada di bawah perkiraan optimis LD-FEUI. Ini tentu saja membanggakan
sekaligus menimbulkan keingintahuan di kalangan para ahli apakah kondisinya memang
demikian.
Baru-baru ini dilakukan diskusi ilmiah di LD-FEUI dengan pembicara Prof. Terence
Terry Hull seorang pakar kependudukan dari the Australian National University untuk
membahasa permasalahan di atas. Banyak pakar kependudukan yang hadir dalam diskusi
tersebut, termasuk juga para pakar kependudukan dari BPS yang terlibat langsung dalam
kegiatan SP-2000.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
40
Diskusi diarahkan pada dua tataran permasalahan, yaitu pertama, tataran konsep
penduduk dalam sensus itu sendiri, dan kedua, tataran operasional di lapangan. Kedua
permasalahan tersebut nantinya akan sangat menentukan seberapa banyak orang yang
terjaring dalam pendataan. Dari diskusi terlihat bahwa pada tataran operasional, begitu
banyak kendala yang dihadapi oleh BPS dalam SP-2000 antara lain dana yang sangat
terbatas, penyaluran dana yang tidak tertata dengan baik yang mengakibatkan kesulitan dalam
tahap persiapan pelaksanaan SP itu sendiri, situasi dalam masyarakat, misalnya masyarakat
dapat saja menolak berpartisipasi menjawab pertanyaan, atau responden takut menerima
petugas berkaitan dengan faktor keamanan di beberapa daerah. Pada tataran konsep terlihat
adanya konsep yang masih dipakai oleh BPS untuk menjaring penduduk yang sebenarnya
tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat ini.
Konsep bahwa Indonesia merupakan closed population masih dianut padahal
penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri sudah begitu banyak. Dengan konsep close
population maka penduduk Indonesia yang berada di luar negeri tidak terjaring. Demikian
pula penggunaan kombinasi antara de-facto dan de-jure fasilitas umum (jalan, telepon)
sehingga dapat mendorong kegiatan ekonomi.
membingungkan, khususnya dimana saat ini mobilitas penduduk di beberapa daerah sudah
sangat tinggi.
Prof. Hull menyimpulkan bahwa hasil sementara SP-2000 menunjukkan adanya
indikasi under-counted. Indikasi ini didasarkan pada permasalahan yang ada di atas. Prof.
Terry Hull memperkirakan under-counted yang berasal dari masalah operasional dan
kebingungan petugas karena konsep de-facto dan de-jure tersebut sekitar 2 sampai 2,5
juta jiwa dan jumlah penduduk Indonesia yang berada di luar negeri yang tidak tercatat
sebesar 1 sampai 1,5 juta jiwa. Sehingga secara total ada sekitar juta jiwa yang masih perlu
diperhitungkan lagi ke dalam hasil SP-2000. Prof. Terry Hull memperkirakan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2000 sekitar 207 208 juta jiwa.
Diskusi di atas belumlah diskusi final. Tentunya masih akan ada diskusi lanjutan lagi
untuk membahas hal tersebut. Kelemahan diskusi yang berlangsung di LD-FEUI tersebut
adalah karena masih sangat terbatasnya informasi dari SP-2000 itu sendiri yang dikeluarkan
oleh BPS. Pada saat ini hanya angka sementara jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk
yang dikeluarkan BPS. Padahal untuk melihat seberapa jauh akurasi perhitungan atau
memperkirakan cakupan pencacahan, diperlukan struktur umur dan jenis kelamin. Karena itu,
jika perhitungan struktur umur dan jenis kelamin selesai dan dipublikasi oleh BPS, baru dapat
dilakukan penilaian-penilaian yang lebih mendalam dan akuratJika memang penduduk
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
41
Indonesia tahun 2000 adalah sekitar 207 208 juta jiwa, maka ini merupakan
keberhasilan program KB. Karena menurut skenario proyeksi yang dibuat oleh LD-FEUI
berdasarkan data SUPAS-95, ini merupakan skenario yang optimis. Apalagi jika angkanya
adalah 203 juta jiwa. Namun di samping keberhasilan program KB, berbagai persoalan
kemasyarakatan juga turut mempengaruhi jumlah penduduk. Lepasnya Timor Timur,
persoalan pertikaian antarkelompok di beberapa daerah, kasus kerusuhan yang diperkirakan
meningkatkan jumlah orang yang pergi ke luar negeri, dan sebagainya juga turut berperan
dalam perubahan jumlah penduduk Indonesia. Ketersediaan data struktur umur dan jenis
kelamin, yang menurut BPS akan ada pada sekitar pertengahan tahun 2001 ini, akan
membantu para ahli untuk menganalisa berbagai hal di atas.
Pada saat ini belum banyak yang bisa dilakukan dengan data SP-2000. Masih
diperlukan waktu beberapa bulan lagi sebelum berbagai analisa, termasuk analisa angkatan
kerja dan tenaga kerja, dapat dilakukan dengan data SP-2000 tersebut.
Implikasi Dinamika Kependudukan pada Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja
Uraian berikut ini didasarkan pada proyeksi penduduk yang dilakukan oleh LD-FEUI
sebelum SP-2000. Transisi fertilitas dan mortalitas telah berpengaruh pada jumlah dan
struktur umur penduduk Indonesia, terutama jumlah dan persentase penduduk usia dibawah
15 tahun (0 14). Antara tahun 1990 95, penduduk Indonesia tumbuh sebesarrata-rata 1,66
persen per tahun dan diharapkan turun menjadi 1,23 persen antara tahun 2000 2005 dan
kembali turun menjadi 0,68 persen antara tahun 2015 2020. Dengan laju pertumbuhan
tersebut penduduk Indonesia akan bertambah dari 183,5 juta pada tahun 1990 menjadi 210,9
juta pada tahun 2000.
Dinamika Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Tabel 1 menggambarkan perkiraan jumlah penduduk Indonesia antara tahun 1971
2025. Walaupun pertumbuhan penduduk diperkirakan akan terus menurun dari tahun ke
tahun. Namun jumlah penduduk akan senantiasa meningkat. Jumlah penduduk diperkirakan
akan menjadi tetap (dalam arti jumlah kelahiran dan kematian seimbang) pada tahun 2036.
42
43
44
Lapangan kerja datang dari adanya pertumbuhan ekonomi. Namun pertumbuhan yang
tinggi tidak selalu memberikan lapangan kerja yang besar. Ini berkaitan dengan strategi
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dan dunia usaha. Sebagai contoh
pada kurun waktu 1971 1980, pertumbuhan ekonomi adalah 7,9 persen per tahun, namun
daya serapnya angkatan kerja relatif kecil, yaitu hanya bertambah tiga persen setahun.
Payaman (1996), melakukan proyeksi mengenai pertambahan angkatan kerja dan kesempatan
kerja dalam PJP II. Proyeksi ini dilakukan sebelum krisis ekonomi terjadi. Jika mengikuti
proyeksi tersebut, maka Indonesia mengalami masalah kesenjangan antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja sampai dengan akhir Repelita VIII. Baru setelah Repelita VIII, kesempatan
kerja diperkirakan akan berada di atas angkatan kerja (Tabel 3). Namun sekali lagi bahwa
proyeksi ini dibuat sebelum adanya krisis ekonomi. Hal lain yang juga harus diperhatikan
dalam menganalisa hubungan antara angkatan kerja dan kesempatan kerja adalah bahwa jika
kesempatan kerja berada di atas angkatan kerja bukan berarti masalah ketenagakerjaan, atau
lebih khususnya pengangguran, teratasi. Adanya kesempatan kerja baru merupakan potensi
dan potensi tersebut mungkin saja tidak dapat dimanfaatkan bila angkatan kerja yang
tersedia tidak memiliki kualitas yang memadai.
Tabel 3. Perkiraan Pertumbuhan Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja Dalam
PJP II (X 1000)
Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar akan mampu menjadi potensi
pembangunan apabila dibina dengan baik. Pembinaan yang baik akan menghasilkan mutu
angkatan kerja yang baik. Mutu angkatan kerja antara lain tercermin dalam tingkat
pendidikan dan latihan. Data memperlihatkan bahwa pada tahun 1997 yang lalu 63 persen
dari angkatan kerja yang ada pada saat itu, berpendidikan SD ke bawah. Sedangkan mereka
yang berpendidikan di atas SLTA (Diploma/Akademi dan Universitas) hanya sebesar 3,7%
saja.
45
Peran
Serikat
Pekerja
dalam
Menyikapi
Data-data
Kependudukan
dan
46
persoalan
gaji,
produktivitas,
kondisi
perusahaan,
gambaran
makro
ketenagakerjaan dan perekonomian negara, dan sebagainya. Serikat pekerja juga harus
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
47
48
membutuhkan berbagai prasyarat yang tidak mudah, namun ini harus disadari oleh semua
pihak, pekerja, pengusaha, maupun pemerintah. Tanpa keinginan untuk mengembangkan
pendekatan yang win-win solution maka pemecahan masalah ketenagakerjaan yang bersifat
komprehensif (bukan hit and run) tidak akan pernah tercapai.
Kebijakan dan Strategi
Dalam rangka terwujudnya pelayanan ketenagakerjaan guna meningkatkan kualitas
dan daya saing tenaga kerja dalam agenda penanggulangan pengangguran dan perbaikan
iklim ketenagakerjaan harus dilakukan secara holistic dan terpadu, maka upayanya dimulai
dari tahap sebelum bekerja, pada saat bekerja dan setelah bekerja (pre-during-post
employment), hal tersebut dilakukan dalam kerangka menjamin kesempatan kerja yang sama
(equal opportunities) sebagaimana amanat UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
UU 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah serta keputusan menteri tenagakerja dan
transmigrasi tentang standart pelayanan minimal (SPM) yang wajib diberikan pemerintah
kepada masyarakat di bidang ketenagakerjaan.
Di bidang ketransmigrasian dan kependudukan sebagaimana amanat UU No. 15
Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dan UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan, bahwa kebijakan umum yang ditempuh adalah : Meningkatkan kesejahteraan
penduduk melalui perlindungan, penataan dan persebaran penduduk sesuai dengan daya
dukung alam dan daya tampung lingkungan untuk mendorong percepatan pembangunan dan
pertumbuhan wilayah strategis, cepat tumbuh dan berkembang dalam penciptaan peluang
usaha.
a Arah Kebijakan.
) Untuk mewujudkan visi dan misi Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan
maka ditetapkan arah kebijakan yang telah disesuaikan dengan agenda pembangunan dan
prioritas pembangunan Jawa Timur antara lain meliputi :
1).Arah kebijakan dibidang perluasan lapangan kerja.
Sasaran perluasan lapangan kerja adalah meningkatnya jumlah lapangan kerja, baik
fomal maupun informal, dipedesaan dan perkotaan terutama angkatan kerja bagi
penduduk miskin korban PHK, baik lakilaki maupun perempuan yang terukur dalam :
(a) menurunnya tingkat pengangguran terbuka, (b) menurunnya angka setengah
penganggur, (c) meningkatnya kualitas dan produktivitas tenagakerja, (d). meningkatnya
pengawasan dan perlindungan bagi tenaga kerja, serta keharmonisan dalam hubungan
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
49
industrial.
2).Arah kebijakan dibidang penanggulangan kemiskinan.
Sasaran penanggulangan kemiskinan adalah memberikan aset tempat tinggal dan lahan
usaha melalui program transmigrasi sekaligus memberikan peluang kesempatan kerja
bagi penduduk miskin, yang terukur dalam : (a) menurunnya secara nyata jumlah
penduduk miskin Jawa Timur (b) terpenuhinya hak-hak dasar penduduk utamanya
kebutuhan papan dan lahan usaha (c) terbukanya kesempatan kerja dan usaha mandiri.
3).Arah kebijakan terkait pelayanan prima.
Menyangkut layanan dasar di bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan
kependudukan, telah ditetapkan Standar Pelayanan Publik (SPP) melalui Keputusan
Kepala Dinas Nomor 144A Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Publik Bidang
Ketenagakerjaan. Pelayanan dasar di bidang ketenagakerjaan ini harus disesuaikan
dengan kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan nasional dan daerah. Di samping
itu, terkait pelayanan dasar khususnya di bidang ketenagakerjaan, Menteri Tenaga Kerja
dan Transimigrasi RI telah mengeluarkan 4 (empat) bidang dan 9 (sembilan) indikator
untuk pelayanan dasar ketenagakerjaan, yang meliputi :
(a).Bidang Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, lingkup indikator
layanan minimalnya adalah : Pelaksanaan pelatihan kerja.
(b) Bidang Pembinaan dan Penenpatan Tenaga Kerja, lingkup indikator layanan
.
minimalnya adalah
(1). Pelayanan Informasi Pasar Kerja,
(2). Penempatan Tenaga Kerja dalam Negeri dan
(c).
minimalnya adalah :
(1). Pengawasan norma ketenagakerjaan,
(2). Pengawasan norma kerja perempuan dan anak dan
50
(1). Layanan informasi peluang berusaha di kawasan LPT dan WPT serta pada
wilayah PWSCT termasuk di kawasan Kota Terpadu Mandiri,
(2). Pemberian Fasilitasi Perpindahan serta Penempatan Transmigran,
(3). Pembinaan / Pelatihan calon transmigran sesuai dengan tingkat kopetensi yang
dibutuhkan / dikembangkan.
Arah kebijakan pembangunan ketenagakerjaan, ketransmigrasian & kependudukan lebih
lanjut diwujudkan dalam :
1. Terwujudnya penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri ;
2. Terwujudnya perluasan jejaring informasi pasar kerja di berbagai media ;
Terwujudnya pengembangan kesempatan kerja usaha mandiri dan padat karya
3.
produktif ;
Terwujudnya tenaga kerja yang memiliki kompetensi untuk mengisi kesempatan kerja
4.
dalam dan luar negeri ;
5. Terwujudnya hubungan industrial yang harmonis dan perbaikan syarat kerja ;
Terwujudnya peningkatan perlindungan hak-hak dasar pekerja/buruh dan khususnya
6.
bagi pekerja perempuan dan anak ;
Terwujudnya peningkatan kerjasama fungsional dalam penyediaan informasi dan
7.
perencanaan tenaga kerja di daerah ;
8. Terwujudnya pengembangan kemampuan SDM aparatur dan Tenaga Fungsional
9.
10.
12.
13.
Kabupaten/Kota.
b).Strategi Organisasi.
Arah Pembangunan di bidang ketenagakerjaan, ketransmigrasian dan kependudukan dalam
rencana strategi (Renstra) tahun 2009-2014, didukung oleh strategi pelaksanaan, yang
meliputi upaya :
1.Penciptaan lapangan kerja di dalam dan di luar negeri melalui pengembangan informasi
pasar kerja, penyuluhan bimbingan jabatan, pengembangan wirausaha mandiri bagi
angkatan kerja muda dan pengembangan padat karya produktif ;
2.Revitalisasi dan renovasi sarana prasarana dan peningkatan kualitas SDM dan kuantitas
instruktur UPT. Pelatihan Kerja serta pendayagunaan Lembaga Pelatihan Swasta untuk
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
51
3.
4.
52
Ananta, Aris, Ismail Budhiarso dan Turro S. Wongkaren. 1995, Revolusi Demografi dan
Peningkatan Sumber Daya Manusia dalam buku: Prospek Ekonomi Indonesia
Jangka Pendek: Sumber Daya, Teknologi dan Pembangunan, editor Mohamad
Arsyad Anwar, Faisal H. Basri, Mohamad Ikhsan. Jakarta: Kerjasama Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia dengan Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Ananta, Aris & Anwar Evi, 1994, Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja di Indonesia 1995
2025. Jakarta: Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Hal Hill, 1996, Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1996: Sebuah Studi Kritis dan
Komprehensif, PAU (Studi Ekonomi) UGM & PT. Tiara Wacana, Yogyakarta.
Hull, Terry, 2001, Preliminary Calculation of Exponential Rate for Population Enumerations
of Indonesia, 1980 2000, perhitungan disajikan dalam diskusi ilmiah yang
diselenggarakan oleh LD-FEUI di Kampus UI Depok, tanggal 19 Januari 2001
Iskandar,N: 1974, Beberapa Aspek Permasalahan Kependudukan di Indonesia, special
Reprint series No.4, demographic Institute FEUI Jakarta, January 1974,p.19.
Johnson,D.G. and Lee, Ronald. 1987. Population Growth and Economic Development Issues
and Evidences. Madison, WI: University of Winsconsin Press, USA
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1994, Indonesia Country Report Population
and Development, Jakarta, Indonesia.
Kantor Menteri Negara kependudukan/BKKBN, 1997, Draft Repelita VII Bidang
Kependudukan, Jakarta, 1997
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1994, Angkatan Kerja di Indonesia dalam
Repelita VI. Jakarta.
Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1995, Transisi Demografi, Transisi
Pendidikan, dan Transisi Kesehatan di Indonesia. Jakarta.
PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR
53
Negara
Kependudukan/Kepala
BKKBN,
1997,
Strategi
Kebijaksanaan
Prijono,
1995,
Arah
Kebijaksanaan
Makro
Pemerintah
dalam
54