Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Pengertian
Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau gunung.

Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka
pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai
sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang minimal 0.1 mil, dan yang
lebih pendek dari itu lebih pantas disebut underpass. Terowongan biasa digunakan untuk
lalu lintas kendaraan (umumnya mobil atau kereta api) maupun para pejalan kaki atau
pengendara sepeda. Selain itu, ada pula terowongan yang berfungsi mengalirkan air untuk
mengurangi banjir atau untuk dikonsumsi, terowongan untuk saluran
pembuangan, pembangkit listrik, dan terowongan yang menyalurkan kabel telekomunikasi.
Ada juga terowongan yang berfungsi sebagai jalan bagi hewan, umumnya hewan langka,
yang habitatnya dilintasi jalan raya. Beberapa terowongan rahasia juga telah dibuat sebagai
metode bagi jalan masuk ke atau keluar dari suatu tempat yang aman atau berbahaya
seperti terowongan di jalur Gaza, dan terowongan Cu Chi di Vietnam yang dibangun dan
dipergunakan ketika perang Vietnam.
Desain, pengembangan dan pengoperasian sistem terowongan merupakan elemen
penting dalam pertambangan, dan perlu masukan teknis khusus.Pengalaman menunjukkan
bahwa konsekuensi dari kerusakan pada sistem terowongan yang disebabkan oleh faktor
geoteknik adalah serius dan mahal.
Pengendalian kondisi tanah merupakan faktor kunci dalam desain dan kemerosotan
terowongan, karena kondisi ini sangat bervariasi di sepanjang terowongan dan memerlukan
teknologi khusus untuk memastikan keamanan dan fungsionalitas. Dekat dengan
permukaan, batuan lapuk dan tanah sisa adalah hal yang biasa; material ini umumnya
terlalu lemah untuk memikul beban pondasi tinggi yang diberikan oleh struktur hedgear
besar, wnder houses dan infrastruktur permukaan lainnya. SRK telah merancang tumpukan
beton untuk membawa beban permukaan yang diberikan oleh hedgear terowongan. Pada

pembesaran tanah, sistem tumpukan ganda inovatif telah digunakan untuk membawa
beban dan juga untuk mencegah tekanan tanah dari merusak infrastruktur.
Air tanah sering mempengaruhi daerah atas terowongan dan harus dikendalikan
oleh pengisian/sementasi (grouting) untuk mencegah air memasuki terowongan, atau
dengan sistem drainase yang dibangun ke dalam struktur lapisan.

1.2

Metode Dasar Pembuatan Terowongan Pada Batuan

Cara penggalian permukaan lubang bukaan digolongkan:


a. Cara portal
b. Cara open cut

Cara-cara tersebut dipengaruhi oleh kondisi tanah permukaan yang akan digali.
Metoda penggalian ada 5 cara, yaitu:
Full face
Cara dimana seluruh penampang terowongan digali secara bersamaan. Cara ini cocok
untuk penampang melintang kecil hingga diameter 3 m, tapi dengan gunakan Drill jumbo
menjadi dapat untuk terowongan ukuran besar.
Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah pekerjaan menjadi lebih cepat, lintasan
pembuangan hasil peledakan dapat langsung dipasang bersamaan dengan proses
penggalian berikutnya, dan proses tunneling dapat dilakukan secara kontinu. Sedangkan
kerugiannya adalah saat penggalian banyak membutuhkan alat mekanis, tidak dapat
digunakan untuk batuan yang tidak stabil, dan hanya terbatas untuk terowongan yang
lintasannya pendek.
Heading dan bench
Cara penggaliannya adalah bagian atas terowongan digali lebih dulu sampai mencapai 3
3.5 m (heading), selanjutnya penggalian bagian bawah penampang dikerjakan (bench cut)
2

sampai membentuk penampang yang diinginkan. Proses ini diulangi sampai seluruh
lintasan terowongan tercapai.

Untuk kondisi batuan yang buruk, cara penggalian dapat dimodifikasi menjadi top
heading heading diperpanjang sampai 25 m 35m atau lebih, kemudian pasangi
penyangga, baru kemudian bench cut dibuat.
Keuntungan dari menggunakan cara ini adalah memungkinkan pekerjaan pengeboran dan
pembuangan sisa peledakan dilakukan secara simultan, efektif untuk ukuran terowongan
penampang besar dan lintasan, dan dapat diterapkan untuk setiap kondisi batuan.
Sedangkan kerugian dari menggunakan cara ini adalah metoda ini membutuhkan waktu
yang lebih lama bila dibandingkan metoda full face.
Drift
Cara yang digunakan dalam metoda ini adalah dengan menggali terlebih dahulu lubang
bukaan yang berukuran kecil sepanjang lintasan terowongan, kemudian diperbesar sampai
membentuk penampang yang direncanakan. Berdasar posisi lubang terhadap sumbu
terowongan :

Center drift

Diawali dengan penggalian lubang berukuran 2.5 m x 2.5 m 3m x 3m dari portal ke


portal. Perluasan dimulai setelah penggalian center drift selesai, dengan membuat lubang
untuk bahan peledakan yang dibor melingkar pada selimut drift dari sumbu terowongan.
Keuntungan dari posisi lubang terhadap sumbu terowongan ini adalah sistem ventilasinya
baik, tidak memerlukan sistem penyangga sementara, dan mucking dapat
dikerjakan bersama dengan pekerjaan penggalian.Sedangkan kerugiannya adalah pekerjaan
perluasan harus menunggu center drift selesai secara keseluruhan, dan alat bor dipasang
dengan pola tertentu, seringkali spasi alat bor dirubah sesuai dengan kondisi batuan yang
diledakan.
Side drift

Dua drift digali sekaligus pada sisi-sisi penampang, sepanjang lintasan terowongan.
Selanjutnya penggalian bagian arch diikuti dengan pemasangan penyangga sementara.
Selesai penyangga dipasang, penggalian bagian tengah dikerjakan.
Keuntungan dari cara ini adalah proses lining dapat dikerjakan sebelum penggalian bagian
tengah dilaksanakan, metoda ini efektif untuk terowongan besar dengan kondisi batuan
yang buruk. Sedangkan kerugiannya adalah pekerjaan perluasan harus menunggu drift
selesai dikerjakan.

Top drift

Digunakan untuk penggalian endapan. Metodanya mirip dengan heading and


bench.
Bottom drift

Penggalian dimulai dengan membuka bagian bawah penampang. Pembuatan lubang


lubang bahan peledak untuk membuka bagian atas penampang dilakukan dengan membor
dari Bottom drift vertikal ke atas.

Sumuran vertikal

Awal dibuat lubang vertikal sampai pada terowongan yang akan digali. Dengan
demikian akan terbentuk tiga buah heading face.
Sumuran dapat bersifat sementara atau permanen. Sumuran sementara berfungsi saat
pelaksanaan membantu pembuangan pelaksanaan pembuangan sisa sisa peledakan
(mucking), salah satu jalur untuk mensuplai peralatan dan material, dsb. Sumuran
permanen bila masih tetap berfungsi setelah terowongan mulai digunakan untuk
keperluannya, misal sebagai sarana ventilasi.
Pilot tunnel

Pillot tunnel digali paralel pada jarak 25 meter dari sumbu terowongan yang
direncanakan dengan ukuran 2 x 2 m2 3 x 3 m2. Penggalian pada terowongan utama
sendiri dilakukan dengan metoda drift.
Pada interval tertentu dibuat cross cut memotong sumbu utama rencana. Bila cross cut
mencapai drift, proses pelebaran dimulai dari titik ini dengan dua heading face. Bila cross
6

cut mencapai titik dimana drift belum mencapai titik ini, maka drift heading dilakukan
dengan titik potongan melintang.
Keuntungannya adalah efektif untuk terowongan yang lintasannya panjang, dengan
topografi yang tidak memungkinkan untuk membuat sumuran, pilot tunnel dengan
sendirinya merupakan sistem ventilasi, mucking dapat dilakukan dengan cepat. Sedangkan
kerugiannya adalah pekerjaannya memerlukan lebih banyak waktu, biaya
dibandingkan dengan metoda penggalian lainnya.

1.3

Terowongan Pada Batuan


Geologi adalah factor terpenting dalam menentukan jenis, bentuk dan biaya

terowongan, pelaksanaan terowongan akan menemui tingkat ketidak pastian yang tinggi
jika data kondisi batuan atau tanah disekitar terowongan tidak lengkap.
Sebelum pelaksanaan terowongan, pada umumnya akan dilakukan penyelidikan
geologi teknik menggunakan metode pemboran, insitu testing, adits maupun pilot tunnel.
Adits untuk ekplorasi umumnya tidak dilakukan kecuali suatu bagian terowongan dianggap
berbahaya. Pada pemboran inti, core sampel harus selalu disimpan untuk membantu jika
ditemui masalah geoteknik saat pelaksanaan.
Pilot tunnel adalah cara terbaik untuk menyelidiki lokasi terowongan dan harus digunakan
bila terowongan berukuran besar akan dilaksanakan pada jalur yang mempunyai kondisi
geologi yang kritis. Degan membuat pilot tunnel maka berbagai masalah yang akan
ditemui pada pelaksanaan penggalian pada skala yang lebih besar dapat diantisipasi sedini
mungkin.
Syarat utama untuk konstruksi suatu terowongan adalah :
1) Dapat dilaksanakan dengan aman.
2) Pelaksanaan tidak mengakibatkan kerusakan yang tidak dikehendaki pada bangunan
penting lainnya.
3) Konstruksi terowongan harus minim pemeliharaan.
4) Dalam jangka panjang harus dapat menahan segala gaya yang bekerja , terutama
tekanan tanah dan aair tanah.

Kondisi Batuan
1) Terowongan pada Massa Batuan
Batuan kompeten adalah batuan intact yang keras sehingga tidak memerlukan supporting
namun kekerasannya harus menjadi pertimbangan dalam pelaksanaannya. Sedangkan
batuan tidak kompeten memiliki sifat diskontinu berupa adanya joint, fault, zona fracture,
sesar/ kekar, bidang foliasi, dll. Batuan ini dapat bervariasi, mulai batuan lunak hingga
keras tergantung jenis mineral dan derajat pelapukannya.
2) Klasifikasi Massa Batuan
Berbeda dengan tanah dimana sifat- sifat lapisan tanah dapat dicerminkan oleh sampel
tanah yang diuji di laboratorium. Pada batuan sifat batuan intact yang diperoleh dari
pemeriksaan laboratorium ini tidak bisa mencerminkan sifat masa batuan yang ada karena
keberadaan joint. Maka umumnya kemudian digunakan klasifikasi geomekanikatau Rock
Mass Rating yang menggunakan enam parameter yang diperoleh dari pengukuran
dilapangan dan laboratorium meliputi:
Kekuatan tekanan uniaksial dari batuan utuh (uniaxial compressive streght of intact rock
material).
Rock Quality Designation (RQD).
Jarak Diskontinuitas.
Kondisi Diskontinuitas.
Keadaan air tanah.
Arah dari Diskontinuitas.
Masalah pada Pelaksanaan Terowongan pada Batuan
Jalur Terowongan yang melewatri Zona Patahan atau sesar aktif dapat
membahayakan apabila elevasi terowongan dibawah muka air. Arah sesar terhadap sumbu
terowongan harus dipertimbangkan dengan seksama.
Untuk menentukan efek joint pada konstruksi terowongan, Bieniawski (1974)
mengelompokan massa batuan menjadi lima kelompok untuk mengetahui metode yang
cocok digunakan untuk pelaksanaan. Material batuan dengan banyak joint dapat digali
dengan menggunakan ripper.

Bidang permukaan joint yang lebar sering dijumpai dalam pelaksanaan


terowongan. Jika arahnya sejajar atau hampir sejajar dengan as terowongan maka dapat
menimbulkan masalah besar dalam pelaksanaannya.
Jangka waktu dimana masa batuan masih dalam kondisi stabil tanpa perlu sokongan
disebut dengan Stand-Up Time atau bridging capacity. Stand-up time ini tergantung dari
lebar bukaan, kekuatan batuan dan pola diskotinuitas. Bila Stand-up time rendah berarti
segera setelah dilakukan pembukaan/ penggalian harus segera dilakukan proteksi atau
supporting terhadap massa batuan yang ada.
Penciutan pada lubang terowongan yang digali dapat terjadi sebagai akibat
perubahan kondisi tegangan, munculnya tegangan geser sesar dan adanya lapisan lempung
ekspansif.
Masalah serius yang terjadi pada saat penggalian terowongan adalah adanya aliran
air yang bersifat tiba- tiba dalam jumlah besar. Kondisi air tanah adalah factor penyebab
utamanya. Untuk terowongan yang berada dibawah sungai atau laut, maka bocoran harus
sama sekali dihindarkan, karena jumlah air yang dapat memasuki lubang terowongan akan
sulit terkontrol. Pada terowongan sipil yang biasanya dangkal maka temperature tidak
terlalu berpengaruh pada pelaksanaannya namun demikian biasanya hal tersebut dapat
diantisipasi sepenuhnya dengan membuat sebuah ventilating system yang baik, hal ini juga
sangat berguna untuk mengantisipasi adanya gas- gas berbahaya yang timbul dari massa
batuan yang ada.
Getaran gempa adalah factor penting yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan lining dan supporting system. Pengaruh gempa biasanya relative lebih kecil
dibandingkan pada struktur yang terdapat diatas permukaan tanah.
1.4

Terowongan Pada Tanah Lunak


Pengertian tanah lunak adalah material yang dapat digali secara manual. Material

ini pada umumnya tidak dapat menahan berat sendiri dalam jangka waktu yang panjang.
Dalam teknologi terowongan, tanah dimasukan dalam kategori soft ground.
Tanah yang kokoh dapat memberikan kondisi yang menguntungkan karena atap
terowongan dapat dibiarkan tanpa disokong untuk beberapa waktu. Sebaliknya kondisi
tanah yang lembek tidak mengunntungkan karena mudah runtuh atau bergerak menutup
lubang galian.

Tingkat kesulitan dan biaya pelaksanaan terowongan pada tanah amat ditentukan
oleh stand-up time dan posisi muka air tanah. Di atas muka air tanah, stand-up time
ditentukan oleh kuat geser dan kuat tarik material, sedang dibawah muka air tanah, standup time ditentukan oleh nilai permeabilitasnya. Terzahi membedakan tanah dengan : Firm
Ground, Ravelling Ground, Running Ground, Flowing Ground, Squezzing Ground,
Swelling Ground.
Pada kondisi tanah yang buruk, dapat terjadi squeezing atau penciutan lubang
galian, raveling yaitu tanah atau batuan yang rontok secara bertahap, running yaitu
keruntuhan massa tanah atau batuan, dan flowing atau tanah mengalir (karena muka air
tanah tingggi dan air cenderung membawa material tanah mengalir ke lubang galian
terowongan). Secara garis besar ada dua metode yang applicable untuk tanah lunak yaitu
metode gali timbun (cut and cover) dan metode shield tunneling.
Tunnel Boring Machine (TBM)
Sebuah Tunnel Boring Machine (TBM) adalah suatu system yang tidak dapat berdiri
sendiri- sendiri. TBM yang lengkap bisa mencapai panjang 300 meter yang terdiri dari alat
pemotong, alat penggali, system kemudi, gripping, pengebor, pengontrol, dan penyokong
tanah, pemasang lining, alat pemindah material, system ventilasi serta sumber tenaga.
Sedangkan pekerjaan rel, pembangkit tenaga dan saluran ventilasi dikerjakan pada bagian
belakang TBM merupakan pekerjaan pendukung.
Konstruksi Lining
Beban yang dipikul oleh system penahan (supporting system) tergantung pada kondisi
tanah saat pemasangannya. Jika tanah telah mencapai keseimbangan, maka lining tidak
menahan beban yang berarti dan kondisi sebaliknya akan terjadi jika saat pemasangan
kondisi tanah masih belum seimbang (labil).
Lining terowongan dapat sebagai suatu system pendukung yang bersifat temporer atau
permanen. Kita dapat menentukan hal ini dengan melakukan perhitungan- perhitungan atau
evaluasi terhadap apa yang dimungkinkan bisa terjadi selama waktu pelaksanaan dan
selanjutnya melakukan penyelidikan untuk menentukan bagaimana hal tersebut bisa
terjadi.
Persyarakan pokok untuk lining yang bersifat permanen adalah kekuatan, stabilitas,
ketahanan, pengendalian rembesan dan deformasi sepanjang umur terowongan. Dua
kriteria yang menentukan keberhasilan pelaksanaan terowongan pada tanah adalah
10

kemampuan lining untuk menahan beban dan deformasi dan penurunan tanah permukaan
akibat pengggalian.
Masalah pada Pelaksanaan Terowongan pada Tanah Lunak
Penurunan tanah dipermukaan adalah akibat deformasi yang disekitar galian dan
tergantung cara pelaksanaan, kecepatan penggalian dan tegangan awal pada tanah (Peck,
1969).
Secara umum ada lima tahapan deformasi dalam penggunaan metode shield tunneling
yaitu :
1. Penurunan awal
Yaitu penurunan yang terjadi akibat penurunan muka air tanah akibat proses dewatering
selama pelaksanaan, biasa terjadi pada tanah pasir.
2. Deformasi tanah pada bagian muka galian.
Deformasi ini akan terjadi seketika karena ketidak seimbangan tegangan antara penyokong
terowongan dengan tanah atau air tanah pada bagian muka terowongan.
3. Penurunan di atas posisi shield bekerja
Penurunan terjadi jika rongga galian besar dan akibat problem control alignment shield.
4. Penurunan setelah konstruksi rongga terbentuk, yaitu karena adanya ronggga antara
dimensi galian tanah dan posisi lining (tail void).
5. Penurunan jangka panjang yang terjadi akibat peningkatan air pori sehubungan gerakan
shield mendorong tanah.
Beberapa potensi masalah pada konstruksi terowongan diantaranya:
Penurunan dipermukaan tanah akibat adanya galian terowongan.
Masalah dewatering.
Keruntuhan di muka terowongan waktu penggalian.
Pergerakan dari struktur di bawah tanah.
Bocoran pada lining.
Beberapa metode perbaikan tanah yang serig digunakan dalam pekerjaan terowongan
antara lain : pengendalian air tanah dengan dewatering, penggunaan udara bertekanan
(compressed air), dan grouting.

11

BAB II
ISI

2.1

Geoteknik
Geoteknik atau dikenal sebagai engineering geology merupakan bagian dari
rekayasa perencanaan tambang (mine plan) yang didasarkan pada pengetahuan
yang terkumpul selama sejarah penambangan. Seorang mine plan yang merancang
terowongan, jalan raya, bendungan atau yang lainnya memerlukan suatu estimasi
bagaimana tanah dan batuan akan merespon tegangan, sehingga dalam hal ini
penyelidikan geoteknik merupakan bagian dari uji lokasi dan merupakan dasar
untuk pemilihan lokasi. Bagian dari ilmu geoteknik yang berhubungan dengan
respon material alami terhadap gejala deformasi disebut dengan geomekanika.
Dalam urutan kegiatan pertambangan, eksplorasi merupakan proses evaluasi
teknis untuk mendapatkan model badan bijih. Model cadangan suatu badan bijih
yang diinterpretasikan dari hasil eksplorasi langsung maupun tak langsung,
sebelum ditentukan cara penambangannya apakah denganopen
pit atau underground mining harus dianalisis secara geoteknik. Salah satu faktor
yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah ketidakselarasan struktur geologi.
Pola-pola dari patahan, rekahan, dan bidang perlapisan mendominasi perilaku
batuan dalam tambang terbuka karena terdapat gaya penahan yang kecil untuk
mencegah terjadinya luncuran dan karena terdapat semacam gaya tekan ke atas dari
permukaan air yang terdapat dalam rekahan.
Dalam tambang bawah tanah pengaruh ketidakselarasan kurang dominan
namun tetap harus diperhatikan. Permukaan patahan pada kedalaman tertentu
merupakan tempat yang memiliki kohesi yang rendah dan berakumulasinya
tegangan. Permukaan rekahan dan belahan merupakan bidang lemah dengan
resistansi yang rendah untuk menahan tegangan, dan memiliki kecenderungan
terbuka saat terganggu oleh aktivitas peledakan (blasting).

12

Instrumentasi yang modern dalam mekanika batuan memberikan cara


pengukuran yang lebih baik terhadap pengaruh kombinasi kekuatan batuan dan
cacat struktur. Keuntungan khusus dari studi mekanika batuan modern adalah
lokasi dan material dapat diuji lebih lanjut. Daerah kerja tambang dapat dirancang
secara detail. Detail-line mapping dilakukan untuk menggambarkan proyeksi
rekahan dan kontak yang orientasinya menyebar sepanjang singkapan atau suatu
muka tambang. Gambar 8.1 adalah lembar data tipikal yang digunakan dalam
metoda ini, menunjukkan jenis informasi yang dikumpulkan. Posisi rekahan yang
dihasilkan dalam detail-line mapping diplot pada stereonet untuk dievaluasi.
Pendekatan lainnya untuk studi struktur detail dalam pertambangan adalah fractureset mapping yang dalam hal ini semua rekahan diukur dan dideskripsikan dalam
beberapa area tambang kemudian dikelompokkan berdasarkan karakteristik
tertentu. Kelompok tersebut dideskripsikan dan posisi individualnya diplot
pada Schmidt net (equal-area net).
Persentase terbesar tentang informasi struktur yang digunakan dalam
perencanaan tambang berasal dari inti bor. Spasi rekahan, posisi relatif terhadap
lubang bor, dan jenis pengisian rekahan harus dideskripsikan secermat mungkin.
Dalam pengamatan inti bor untuk informasi struktur dikenal istilah RQD (rockquality designation) yaitu persen inti bor yang diperoleh dan hanya dihitung untuk
inti bor yang memiliki panjang 10 cm atau lebih.
Tabel 1 Klasifikasi kualitas batuan berdasarkan RQD (Peters, 1978)

RQD (%)

Kualitas

0 25

Sangat buruk

25 50

Buruk

50 75

Sedang

75 90

Baik

90 100

Baik sekali

13

Sebagai contoh :
Jika total kemajuan pemboran 130 cm, total inti bor yang diperoleh 104 cm, maka
perolehan inti bor (core recovery) adalah 104/130 = 80%. Jumlah panjang inti bor
dengan panjang 10 cm atau lebih adalah 71,5 cm, sehingga besarnya RQD =
71,5/130 = 55% artinya kualitas batuan yang bersangkutan adalah sedang.
Penyelidikan dengan seismik kadang-kadang digunakan untuk pengukuran
secara tidak langsung terhadap rock soundness. Salah satu aplikasi khusus
metoda seismik adalah untuk menentukanrippability yaitu suatu ukuran dimana
batuan dan tanah dapat dipindahkan oleh bulldozer-ripper danscraper tanpa
peledakan.
Tabel 2 memberikan penjelasan lebih detail mengenai informasi geologi
yang digunakan dalam rock-slope engineering., yang menunjukkan apa saja yang
diperlukan dalam merekam cacat struktur batuan.
Tabel 2 Informasi geologi yang diperlukan untuk merekam cacat struktur
dalam batuan (Peters, 1978)

Informasi geoteknik

Peta lokasi atau rencana tambang.


Kedalaman di bawah datum referensi.
Kemiringan (dip).
Frekuensi atau spasi antar bidang ketidakselarasan yang berdekatan.
Kemenerusan atau perluasan bidang ketidakselarasan.
Lebar atau bukaan bidang ketidakselarasan.
Gouge atau pengisian antar muka bidang ketidakselarasan.

14

Kekasaran permukaan dari muka bidang ketidakselarasan.


Waviness atau lekukan permukaan bidang ketidakselarasan.
Deskripsi dan sifat-sifat batuan utuh diantara bidang ketidakselarasan.

Berikut ini merupakan beberapa istilah dan pengertiannya berkaitan dengan pengujian
geomekanika :

Tegangan (stress) adalah gaya yang bekerja tiap satuan luas permukaan. Simbolnya

adalah untuk tegangan normal dan untuk tegangan geser.


Regangan (strain) adalah respon yang diberikan oleh suatu material akibat dikenai
tegangan. Simbolnya adalah yang menunjukkan deformasi (pemendekan atau

pemanjangan) per satuan panjang mula-mula.


Kuat geser (shear strength) adalah besarnya tegangan atau beban pada saat material

hancur dalam geserannya.


Modulus Young (E) adalah ukuran kekakuan yang merupakan suatu konstanta
untuk setiap padatan yang klastik. Sering disebut modulus elastisitas yang

merupakan perbandingan antara tegangan terhadap regangan.


Rasio Poisson berkaitan dengan besarnya regangan normal transversal terhadap
regangan normal longitudinal di bawah tegangan uniaksial. Nilainya berkisar
sekitar 0,2.

Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu :


Kuat kompresif tak tertekan (uniaksial) yang diuji dengan suatu silinder atau
prisma terhadap titik pecahnya. Gambar 2 menunjukkan jenis uji dan rekahan
tipikal yang berkembang di atas bidang pecahnya.
Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilian dimana suatu piringan
ditekan sepanjang diameter atau dengan uji langsung yang meliputi tarikan
sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan.
Kuat geser (shear strength) yang diuji secara langsung dalam suatu shear box
atau diukur sebagai komponen pecahan kompresi.

15

Kuat geser kompresif triaksial yang diuji dengan penempatan dalam suatu
silinder berselubung dimana batuan ditempatkan pada tempat yang diisi fluida,
sehingga tekanan lateral maupun pembebanan aksial dapat diberikan.
Kekuatan batuan dapat diukur secara insitu (di lapangan) sebaik pengukuran di
laboratorium. Regangan (deformasi) diukur di area tambang kemudian dihubungkan
terhadap tegangan dengan berpedoman pada konstanta elastik dari laboratorium.
Tegangan sebelum penambangan merupakan kondisi tegangan asli, sulit dihitung,
tetapi merupakan parameter desain tambang yang penting. Tegangan tersebut
umumnya diperkirakan dan diberi beberapa kuantifikasi dengan memasang
sekelompok pengukur tegangan elektrik dalam rosette pada permukaan batuan,
memindahkan batuan-batuan yang berdekatan, dan mengukur respon tegangan
sebenarnya yang dilepaskan. Kondisi tegangan yang berkembang selama penambangan
merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam operasi tambang sebaik dalam
perancangan tambang. Regangan yang dihasilkan dari pola tegangan baru diukur dari
waktu ke waktu atau dimonitor secara menerus selama penambangan berlangsung.
Hubungan tegangan-regangan merupakan dasar dari semua pekerjaan mekanika
batuan. Istilah deskriptif untuk hubungan tersebut adalah brittle versus ductile dan
elastik versus plastik. Hubungan yang dihasilkan dari uji statik (fungsi waktu), dimana
F merupakan titik pecah dalam kompresi uniaksial tak tertekan.
Beberapa karakteristik kuat tekan dan kuat tarik yang telah diukur untuk
beberapa jenis batuan yang umum ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kuat tekan uniaksial dan kuat tarik dari beberapa jenis batuan (Peters, 1978)

Jenis batuan

Kuat tekan (kg/m2)

Kuat tarik (kg/m2)

Batuan intrusif

1000-2800

40-250

Granit

1800-3000

150-300

Diorit

1500-3000

50-300

16

Gabro
Dolerit

2000-3500

150-350

Riolit

800-1600

50-90

Dasit

800-1600

30-80

Andesit

400-3200

50-110

Basal

800-4200

60-300

Tufa vulkanik

50-600

5-45

Batupasir

200-1700

40-250

Batugamping

300-2500

50-250

Dolomit

800-2500

150-250

Serpih

100-1000

20-100

Batubara

50-500

20-50

Kuarsit

1500-3000

100-300

Gneis

500-2500

40-200

Marmer

1000-2500

70-200

Sabak

1000-2000

70-200

Batuan ekstrusif

Batuan sedimen

Batuan metamorfik

2.2

Penyelidikan Geoteknik Sebelum Konstruksi Terowongan


17

Penyelidikan geoteknik adalah elemen yang sangat penting dalam perencanaan dan
pelaksanaan sebuah terowongan. Dengan data geologi yang memadai dapat ditentukan
desain terowongan yang sesuai, metode pelaksanaan yang paling optimal, biaya
pelaksanaan yang paling rasional serta persiapan yang sebaik baiknya direncanakan
aspek keamanan pelaksanaan. Biaya pelaksanaan akan sangat berpotensi membengkak
karena kurang tersedianya data geologi.
Secara spesifik tujuan penyelidikan tersebut adalah untuk :
a.
b.
c.
d.

Menentukan stratifikasi tanah atau batuan pada jalur terowongan.


Menentukan sifat fisik batuan.
Menentukan parameter desain untuk batuan dan tanah.
Memberikan kepastian setinggi tingginya bagi suatu proyek dan dan memberi

wawasan kepada engineer mengenai kondisi yang mungkin terjadi saat pelaksanaan.
e. Mengurangi unsur ketidakpastian bagi kontraktor.
f. Meningkatkan keselamatan kerja.
g. Memberi pengalaman bekerja sehingga dapat memperbaiki kualitas kualitas
keputusan di lapangan.
Dalam penyelidikan lapangan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Tinjauan literatur
- Dilakukan sebelum berangkat ke lapangan
- Cari informasi yang pernah dipublikasikan mengenai geologi, tanah, air tanah, sejarah

seismik, struktur
Untuk kota, informasi daerah penimbunan lama atau alterasi pola penirisan.
Peta geologi Litbang geologi, geoteknologi LIPI
Studi foto udara (bila ada)

Untuk melihat kondisi lokasi dari jarak yang jauh dan luas.
Analisis geomorfis dan sifat-sifat batuan dari evaluasi respon batuan terhadap

lingkungan
Teknik pemotretan : vertikalitas dan kemiringan, fotografi warna,infra merah, radar.
Topografi lereng yang terdiri dari dua tipe dapat dikenali
Mudah dikenali adanya tanah longsor, patahan, struktur geologi seperti antiklinsinklin, dome.

Peninjauan geologi permukaan

18

Untuk mengetahui jenis dan penyebaran batuan dilokasi berupa ketebalan, sifat fisik

dan mekanis di lapangan.


Terdiri dari pemetaan batuan dasar dan pemetaan geologi teknik.
Peta batuan :litologi dan batas-batasnya serta struktur geologi
Peta geologi teknik : singkapan batuan dan derajat pelapukan, material bahan
bangunan
Survei geofisika

Keuntungan : tidak merusak obyek yang diselidiki, cepat dan unit costnya rendah.
Kerugiannya : ketelitian rendah
Dilakukan sebelum pemboran untuk menentukan lokasi pemboran
Teknik yang umum digunakan neutron density dan teknik gamma.
Metode yang digunakan : seismic refraction, survei resistivity.
Pemboran eksplorasi

Pemboran merupakan metoda yang paling umum untuk eksplorasi detil, seperti keterangan
yang spesifik dari batuan,variasi material dan sifat-sifat fisiknya.
Daerah yang memerlukan eksplorasi lebih detil adalah :
-

Portal
Topografi rendah di atas terowongan, yang biasanya menggambarkan struktur batuan

lemah.
Tipe batuan dengan potensial pelapukan yang dalam
Di daerah yang banyak air
Daerah geser

Sumur uji

Pengujian in-situ

Pengujian laboratorium

Pengujian model skala penuh

Tahap konstruksi

Pengamatan pasca konstruksi


Pemboran teknik untuk pengambilan sampel batuan adalah cara yang paling umum

dipakai untuk pekerjaan terowongan. Dengan pengambilan sampel (core) dapat diketahui
sifat fisik batuan, dan informasi penting lainnya. Lokasi lokasi yang memerlukan
pengeboran secara detail adalah :
19

a. Daerah portal
b. Daerah yang secara topografi dekat terowongan, karena biasanya secara struktur
lemah (overburden tipis).
c. Lokasi yang berpotensi mengalami pelapukan berat.
d. Daerah yang berpotensi air tanah tinggi dan dan adanya batuan porous.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Desain, pengembangan dan pengoperasian sistem terowongan merupakan elemen

penting dalam pertambangan, dan perlu masukan teknis khusus.Pengalaman menunjukkan


bahwa konsekuensi dari kerusakan pada sistem terowongan yang disebabkan oleh faktor
geoteknik adalah serius dan mahal.
Tujuan dari penyelidikan geoteknik adalah untuk :
a.
b.
c.
d.

Menentukan stratifikasi tanah atau batuan pada jalur terowongan.


Menentukan sifat fisik batuan.
Menentukan parameter desain untuk batuan dan tanah.
Memberikan kepastian setinggi tingginya bagi suatu proyek dan dan memberi

wawasan kepada engineer mengenai kondisi yang mungkin terjadi saat pelaksanaan.
e. Mengurangi unsur ketidakpastian bagi kontraktor.
f. Meningkatkan keselamatan kerja.
20

g. Memberi pengalaman bekerja sehingga dapat memperbaiki kualitas kualitas


keputusan di lapangan.
Adapun yang harus dilakukan dalam kegiatan penyelidikan geoteknik antara lain :

Tinjauan literatur

Studi foto udara (bila ada)

Peninjauan geologi permukaan

Survei geofisika

Pemboran eksplorasi

Sumur uji

Pengujian in-situ

Pengujian laboratorium

Pengujian model skala penuh

Tahap konstruksi

Pengamatan pasca konstruksi

21

DAFTAR PUSTAKA

http://mlopp.com/srk/blog/newsletter_html/pertimbangan-desain-geoteknikuntuk-terowongan-tambang/
http://1902miner.wordpress.com/bfiabhfcbafhueceaj/geoteknik-tambang/
http://varanusa-holyday-dit-civil.blogspot.com/2009/08/konstruksiterowongan.html

22

Anda mungkin juga menyukai