BABI
PENDAHULUAN
melakukan RJP.2'3
Menurut statistik, tindakan RJP dilakukan sebanyak 1/3 dari 2 miliar
kematian pasien yang terjadi di rumah sakit Amerika Serikat setiap
tahunnya. Proporsi dari tindakan RJP ini dianggap berhasil dalam
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Latar Belakang
1. kelangsungan hidup pasien dewasa {survival rates) yang dilakukan RJP dan
pulang dari rumah sakit sekitar 5-20 %, dan telah terbukti bahwa usaha RJP
akan lebih baik jika :
henti napas atau henti jantung. RJP diindikasikan untuk: pasien yang tidak
sadar, tidak bernapas, dan yang tidak menunjukkan adanya tanda-tanda
sirkulasi; dan tidak tertulis instruksi DNR di rekam medisnya.
3. Tindakan Do Not Reswcitate (DNR) : adalah suatu tindakan di mana jika
pasien mengalami henti jantung dan atau napas, paramedis tidak akan
dipanggil dan tidak akan dilakukan usaha resusitasi jantung-paru dasar
maupun lanjut.
a. Jika pasien mengalami henti jantung dan atau napas, lakukan asesmen
segera untuk mengidentifikasi penyebab dan memeriksa posisi pasien,
patensi jalan napas, dan sebagainya. Tidak perlu melakukan usaha
bantuan hidup dasar maupun lanjut.
b. DNR tidak berarti semuatatalaksana / penanganan aktif terhadap
kondisi pasien diberhentikan. Pemeriksaan dan penanganan pasien
(misalnya terapi intravena, pemberian obat-obatan) tetap dilakukan
pada pasien DNR.
c. Semua perawatan mendasar harus terus dilakukan, tanpa kecuali.
4. Fase / kondisi terminal penyakit : adalah suatu kondisi yang disebabkan
oleh cedera atau penyakit, yang menurut perkiraan dokter atau tenaga medis
lainnya tidak dapat disembuhkan dan bersifat ireversibel, dan pada akhirnya
akan menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang singkat, dan di
mana pengaplikasian terapi untuk memperpanjang / mempertahankan hidup
hanya akan berefek dalam memperlama proses penderitaan / sekarat pasien.
5. Pelayanan paliatif: adalah pemberian dukungan emosional dan fisik untuk
mengurangi nyeri / penderitaan pasien. Hal ini termasuk : pemberian nutrisi,
hidrasi, dan kenyamanan, kecuali terdapat^ptru^si spesifik untuk menunda
pemberian nutrisi / hidrasi.
Tanggung Jawab
1. Chief Executive Offlcerdan Dewan Direksi: bertanggungjawab untuk
memastikan lentasi Kebijakan Do Not Reswcitate (DNR). Fungsi ini
didelegasikan kepada Manajer layanan Medis.
Contoh :
14. Pada beberapa kasus, tidak terdapat batasan waktu pemberlakuan instruksi
DNR, misalnya: keganasan fase terminal.
15. Pada pasien asing (luar negeri) dan populasi etnis minoritas di mana
terdapat kesulitan pemahaman bahasa, harus terdapat layanan penerjemah
yang kompeten.
16. DNR hanya berarti tidak dilakukan tindakan RJP. Penanganan dan tata
laksana pasien lainnya tetap dilakukan dengan optimal.
17. Tindakan DNR dapat dipertimbangkan dalam kondisi-kondisi sebagai
berikut :
a. Pasien berada dalam fase terminal penyakitnya atau kerugian /
penderitaan yang dirasakan pasien saat menjalani terapi melebihi
keujffungan dilakukannya terapi.
b. Pasien, yang kompeten secara mental dan^m^toki kapasitas untuk
mengambil keputusan, menolak untuk dilakukan usaha RJP.
c. RJP bertentangan dengan keputusan dini /awal yang dibuat oleh pasien,
yang bersifat valid dan matang, mengenai penolakan semua tindakan
untuk mempertahankan hidup pasien.
Keputusan Dini / Awal (Dahulu Dikenal Dengan Istilah Surat Wasiat)
1. Terdapat kebijakan dari pihak rumah sakit mengenai keputusan dini akan
penolakan tindakan penyelamatan hidup / nvawa oleh pasien.
2. Dokter sebaiknya menghargai keputusan yang diambil oleh pasien
(autonomi).
3. Pasien dengan keputusan dini ini tetap diberikan terapi / penanganan
lainnya, seperti pemberian obat-obatan, cairan infus, dan lain-lain.
4. Putuskanlah apakah diskusi mengenai keputusan DNR ini perlu dilakukan.
5. Berikut adalah beberapa kondisi di mana perlu dilakukan diskusi dengan
pasien :
a. Pasien yang kompeten secara mental menyatakan bahwa mereka ingin
mendiskusikan tindakan DNR dengan dokternya.
yang
memicu
stress
fisik
(seperti
sesak
napas,
muntah,
17. Rumah sakit sebaiknya membuat kerangka konsep dalam hal mengambil
keputusan DNR (lihat lampiran 2).
BAB II
PANDUAN DALAM MENDISKUSIKAN KEPUTUSAN DNR DENGAN
PASIEN
1. Pastikan tercipta suasana yang kondusif, tenang, privasi pasien terjaga.
2. Kehadiran yang lengkap dari orang-orang yang ingin dilibatkan oleh pasien
dalam mendiskusikan hal ini.
3. Komunikasi dan tatap mata sebaiknya sejajar dengan tinggi / posisi pasien.
4. Jika pasien tidak keberatan, ajaklah satu orang perawat untuk mendampingi
diskusi.
5. Perawat dapat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien,
memberi dukungan dan penguatan kepada pasien setelah dokter
meninggalkan ruangan.
6. Mulailah dengan memberikan pertanyaan - pertanyaan umum seperti
bagaimanakah pandangan pasien terhadap penyakit dan tatalaksana yang
dijalaninya.
7. Mengangkat topik utama:
a. Mulai dengan menyatakan: "Saya ingin berdiskusi dengan Anda."
b. "Apa yang Anda ingin kami (paramedis)'lakukan jika suatu waktu Anda
menjadi terlalu sakit untuk dapat berbicara dengan kami?"
c. Salah satu hal penting adalah mengenai pertanyaan tindakan resusitasi.
d. "Meskipun hal ini jarang terjadi, saya perlu untuk mempertimbangkan
mengenai tindakan apa yangfharus kami lakukan jika jantung Anda
berhenti."
e. "Beberfjpa orang memiliki pandangan yang kuat terhadap seberapa
banyak penanganan vang ingin mereka terima jika mereka menjadi
sangat sakit. Saya ingin tahuai 3 ' A.nda pernah memikirkan hal ini."
8. milihan waktu untuk berdiskusi:
a. Bukan waktu yang bagus untuk melakukan diskusi segera setelah
diagnosis ditegakkan.
b. Waktu diskusi yang terbaik adalah saat diagnosis dan prognosis sudah
jelas dan saat pasien telah mengetahui dan menerima penyakitnya.
9. Berusahalah untuk membangun pemahaman pasien mengenai situasinya
saat ini, sifat dasar resusitasi, kemungkinan tingkat keberhasilan resusitasi
jika dilakukan, serta harapan dan keinginan pasien. Pasien dan keluarganya
sering memiliki harapan / ekspektasi yang tidak realistis dari nilai resusitasi.
kardiopulmoner
yang
akan
membutuhkan
dukungan
penanganan medis.
3. Angka keberhasilan RJP di kamar operasi lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan di ruang rawat inap (di mana keputusan DNR ini ditetapkan).
Angka keberhasilan RJP di kamar operasi ini dapat mencapai 92%.
harus
dikonsultasikan
kepada
tim
bedah
dan
anestesiologis.
b. Lakukan peninjauan ulang keputusan DNR oleh anestesiologis dan
dokter
bedah
dengan
pasien,
wali,
keluarga,
atau
dokter
intraoperatif lainnya.
Manipulasi sementara dalam menjaga jalan napas dan
pernapasan dengan intubasi dan ventilasi, jika diperlukan; dan
dengan pemahaman bahwa pasien akan bernapas secara
atau
obat
anti-aritmia
untuk
b.
adanya keputusan DNR dini / awal yang telah dibuat sebelumnya (jika
memungkinkan).
8. Fase pre-operatif:
a.Lakukan diskusi antara pasien / wali sah, keluarga, anestesiologis,
dokter bedah, dokter penanggungjawab pasien, dan perawat.
b.
Lakukan asesmen mengenai:
i. Kondisi medis pasien, termasuk status mental dan kompetensi
pasien
ii. Intervensi pembedahan yang diperlukan
iii. Riwayat keputusan DNR sebelumnya, termasuk:
Durasi / batas waktu berlakunya keputusan tersebut
Siapa yang bertanggungjawab menetapkan keputusan tersebu
Alasan keputusan tersebut dibuat
iv. Keputusan pertama yang dibuat adalah mengenai apakah pasien ini
perlu menjalani anestesi dan pembedahan (pertimbangkan dari
sudut pandang pasien, keluarga, dokter bedah, dan anestesiologis).
v. Jika pembedahan dianggap perlu, tentukan batasan-batasan
tindakan resusitasi apa saja yang dapat dilakukan di fase peri-
tim
medis
harus
menghubungi
Komisi
Etik
untuk
f. Jika orang tua masih tidak setuju dengan keputusan DNl^Ljni, TJrang
tua sebaiknya diberikan kesempatan dan bantuan untuk meglgariSfer
plfsilh Ice fasilitas lainnya yang bersedia untuk menerima pasien.
g. Jika tidak memungkinkan untuk mentransfer pasien instruksi DNR akan
dituliskan di rekam medis pasien.
8. Re-asesmen wajib terhadap keputusan DNR sebelum menjalani
prosedur anestesi dan pembedahan
a. Pasien dengan instruksi DNR biasanya sering menjalani prosedur
anestesi dan pembedahan, terutama prosedur dengan tujuan
memfasilitasi perawatan atau mengurangi nyeri.
b. Etiologi dan kejadian henti jantung selama anestesi berbeda secara
signifikan dengan situasi di luar ruang operasi sehingga perlu dilakukan
re-evaluasi mengenai instruksi DNR.
c. Faktanya, angka keberhasilan resusitasi lebih tinggi di dalam kamar
operasi / selama anestesi berlangsung.
d. Pada beberapa kasus, pasien atau orang tua menginginkan adanya
pembatasan usaha resusitasi yang digunakan sepanjang periode perioperatif.
e. Pemberian anestesi sendiri melibatkan beberapa prosedur yang dapat
dianggap sebagai salah satu bagian dari usaha resusitasi, misalnya
pemasangan kateter intravena, pemberian cairan dan obat-obatan
intravena, dan manajemen jalan napas dan ventilasi pasien.
f. Anestesiologis harus berdiskusi dengan pasien dan atau orang tua,
menilai ulang status DNR sebelum dilakukan prosedur pembedahan,
dan mengkomunikasikan hasil diskusi ini kepada seluruh petugas
rumah sakit yang terlibat dengan perawatan pasien selama periode
intra-operatif dan pasca-operatif.
g. Terdapat 3 pilihan instruksi DNR sebelum prosedur anestesi /
pembedahan:
i. Pilihan pertama: instruksi DNR dibatalkan untuk sementara (jika
terjadi henti napas / jantung, dilakukan usaha resusitasi
sepenuhnya)
ii. Pilihan kedua: resusitasi terbatas (spesifik terhadap prosedur).
Pasien dilakukan usaha resusitasi sepenuhnya kecuali prosedur
spesifik, yaitu: kompresi dada, kardioversi.
bersifat
sementara
dan
reversible,
berdasarkan
BAB III
PENINJAUAN ULANG MENGENAI KEPUTUSAN DNR
1. Keputusan mengenai DNR ini harus ditinjau ulang secara teratur dan rutin,
terutama jika terjadi perubahan apapun terhadap kondisi dan keinginan
pasien.
2. Frekuensi peninjauan ulang ini harus ditentukan oleh dokter senior yang
saat itu sedang bertugas atau oleh konsultan penanggung]awab pasien.
3. Biasanya peninjauan ulang ini dilakukan setiap 7 hari sekali, tetapi dapat
juga dilakukan setiap hari pada kasus-kasus tertentu.
4. Peninjauan ulang ini dipengaruhi oleh diagnosis pasien, potensi perbaikan
kondisi, dan respons pasien terhadap terapi / pengobatan.
Pembatalan Keputusan Dnr
1. Jika instruksi DNR tidak lagi berlaku, bagian pembatalandi formulir DNR
harus dilengkapi / diisi (lihat Lampiran 2). Dituliskan tanggal dan
ditandatangani oleh dokter senior yang saat itu sedang bertugas atau oleh
konsultan.
2. Pembatalan ini harus dengan jelasdicatat di dalam rekam medis pasien.
Keputusan Dnr Dan Transfer Pasien
1. Jika pasien ditransfer ke rumah sakit lain dengan instruksi DNR, dokter
senior yang saat itu sedang bertugas atau konsultan harus bertanggungjawab
untuk melakukan asesmen ulang dan mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang didapat saat itu mengenai: Apakah instruksi DNR masih
berlaku atau tidak? Sebelum asesmen ulang tersebut dilakukan, pasien
masih dianggap sebagai DNR.
2. Jika pasien ditransfer ke pelayanan primer lain dengan instruksi DNR,
dokter umum di layanan primer tersebut bertanggungjawab melakukan
asesmen ulang dan pengambilan keputusan harus dikomunikasikan dengan
semua petugas yang terlibat dalam perawatan pasien. Sebelum asesmen
ulang tersebut dilakukan, pasien masih dianggap sebagai DNR.
3. Saat melakukan transfer pasien, formulir DNR harus tetap disertakan dalam
rekam medis pasien. Formulir DNR ini tidak boleh difotokopi.
Instruksi Dnr Pada Pasien Di Luar Rumah Sakit
1. Pada situasi kasus emergensi yang terjadi di luar rumah sakit, usaha RJP
memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah pada pasien dengan usia
sangat lanjut atau memiliki penyakit berat / terminal.
2. Saat ini, banyak pasien-pasien dengan kondisi tersebut memilih untuk
meninggal dengan tenang dan tidak ingin menjalani intervensi yang agresif,
seperti RJP. Banyak pasien yang memilih dirawat di rumah sampai akhir
usianya tiba.
3. Protokol Pelayanan Kegawatdaruratan Medis menyatakan bahwa inisiasi
RJP ditujukan kepada semua pasien yang mengalami henti jantung / napas,
kecuali pasien telah ditemukan meninggal sebelumnya dengan tanda-tanda
kematian yang jelas atau pasien memiliki instruksi tertulis DNR yang valid
dan ditandatangani oleh dokter.
4. Tujuan :
a. Memfasilitasi pasien untuk memilih penanganan medis apa yang
mereka
inginkan
dari
Tim
Kegawatdaruratan
Medis
jika
6. Tata laksana:
ii
denyut jantung.
Jika petugas tiba di tempat kejadian tanpa mobil rawat intensif
iii
pasien.
c. Jika pasien dengan instruksi DNR yang valid tidak berada dalam
kondisi henti jantung / napas, tim kegawatdarurejan medis harus:
i. Melakukan asesmen pasien.
ii.Menyediakan semua tatalaksana yang sesuai.
iii.
Menyediakan transportasi ke rumah sakit, jika diperlukan.
iv.
Menghargai dan mematuhi instruksi DNR jika terjadi henti
napas / jantung pada pasien selama transfer.
v.Memberikan salinan instruksi DNR ke rumah sakit penerima, jika
tersedia.
d. Saat memutuskan untuk membuat instruksi DNR, dokter tidak boleh
mempengaruhi keinginan pasien / wali sahnya.
e. Instruksi DNR dapat dibatalkan kapanpun oleh pasien dengan merusak /
menyobek formulir dan gelang DNR, atau dengan menyatakan secara
lisan.
f. Validitas instruksi DNR:
i.
ii.
iii.
telepon,
pembuatannya.
dan
tanda
tangan
dokter;
dan
tanggal
iv.
Gelang DNR dapat diperoleh dari dokter atau rumah sakit tempat
pasien berobat, (lihat lampiran 5mengenai panduan gelang DNR)
v.
vi.
Diagnosis
Alasan dibuat instruksi DNR
Kapasitas pasien dalam membuat keputljsan Dokumentasi
bahwa diskusi menfenai staTus DNR telah dilakukan, tulis
Ya
tidak
tidak
Ya
LAMPIRAN
2
KERANGKA
KONSEP
RESUSCITATE (DNR)
tidak
Ya
tidak
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
DO
NOT
LAMPIRAN 3
FORMULIR TINDAKAN DO NOT RESUSCITATE (DNR)
FORMULIR TINDAKAN DO NOTRESUSCITATE (DNR)
Ya
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat Lengkap
DIAGNOSIS
ecil akan tingkat keberhasilan RJP, dan terdapat pertanyaan apakah risikonya lebih besar daripada keuntungan dilakukan RJP; keterli
Jika pasien telah membuat keputusan DNR dan kriteria validitas telah terpenuhi, harus
Keputusan ini harus diberitahukan juga dengan pengacara / wali yang telah ditunjuk pa
RJP ini adalah hal yang sensitif dan kompleks, sehingga harus dilakukan oleh personel medis yang kompeten dan berpengalaman, d
njau ulang secara teratur dan rutin, minimal setiap 7 hari sekali dan tiap kali terdapat perubahan kondisi.
Nama Dokter
..
..
Jika telah diputuskan tindakan DNR secara medis, informasikanlah kepada pasien (jika memungkinkan).
Pada pasien yang tidak kompeten secara mental; beritahukanlah mengenai keputusan DNR ini berikut alasannya kep
Dapat meminta pendapat dokter lain (second opinion), jika diperlukan.
..
Tidak perlu
menginisiasi diskusi tentang RJP dengan pasien atau kelua
Diskusi dilakukan jika pasien meminta / menginginkannya.
/ DNR
/ DNR
/ DNR
Tanda Tangan
Tanda Tangan
Dokter
Pasien
berlaku
DNR dibatalkan
Jika tidak,
berikan alasan:
Keterangan :
1. Formulir ini harus diisi dengan lengkap. Jika tidak lengkap, dianggap tidak
sah.
2. Harus ditandatangani oleh dokter dan pasien / wali yang telah ditunjuk oleh
pasien (jika pasientidak kompeten secara mental).
3. Jika formulir ini ditandatangani bukan oleh pasien, tuliskan nama wali yang
ditunjuk oleh pasien untuk mewakilinya atau nama keluarga pasien yang
menandatangani formulir ini, usia, jenis kelamin, alamat lengkap, serta nomor
telepon yang dapat dihubungi.
Apakah pasien kemungkinan akan mengalami henti jantung / napas?
Apakah
pasien
membuat
keputusan
/ awalbahwa
mengenai
DNR?berhasil?
Apakah potensi risiko
dan beban
RJPtelah
dianggap
lebih besar
daripada
keuntungan
yangRJP
didapat?
adasecara
kemungkinan
secaradini
realistis
dapat
RJP harus dilakukan kecuali pasienApakah
(kompeten
mental) menolak
tindakan
RJP
LAMPIRAN 4
: ______________________________________________
Alamat pasien
: ______________________________________________
: ________________________________________________
Alamat dokter
: ________________________________________________
Nomor telepon
: ________________________________________________
: ________________________________________________
: ________________________________________________
Tanggal
: ________________________________________________
LAMPIRAN 5
PANDUAN GELANG DNR
1. Gelang DNR merupakan salah satu metode untuk mengidentifikasi pasien
yang memiliki instruksi DNR yang valid dan berada di luar rumah sakit.
2. gelang ini harus dihargai dan ditaati oleh tim kegawatdaruratan medis
dengan atau tanpa adanya formulir instruksi DNR tertulis.
3. Gelang ini harus:
a. dipakai di pergelangan tangan / kaki pasien
b. Bertuliskan:
i. nama pasin
ii.
nama dan nomor telepon dokter
iii.
tanggal pembuatan instruksi DNR dan masa Berlakunya
(jika ada)
c. Tidak rusak/sobek
4. Pasien / wali sahnya dapat meminta gelang DNR ini dari rumah sakit tempat
pasien berobat dengan membawa formulir DNR tertulis yang didapat dari
dokter.
5. Rumah sakit akan menyimpan salinan formulir instruksi DNR.
6. Rumah sakit akan bertanggung jawab dalam:
a. Memberikan gelang DNR' kepada pasien, berdasarkan formulir tertulis
DNR yang ada
b. Melengkapi tulisan di gelang DNR, meliputi: nama pasien, nama
dokter, dan tanggal pembuatan instruksi DNR
c. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai tujuan
dan maksud dari instruksi DNR ini. menekankan bahwa instruksi DNR
ini hanya berlaku untuk usaha P, penanganan lainnya tetap dilakukan
7. Instruksi DNR dapat dibatalkan dengan cara:
a. Melepas gelang DNR
b. Menyatakan secara lisan mengenai pembatalan instruksi DNR
c. Menghancurkan / menyobek instruksi tertulis DNR
8. Pembatalan DNR ini harus dilaporkan kepada dokter pembuat formulir dan
rumah sakit tempat pasien berobat sehingga dapat dicatat ke rekam medis
pasien.
REFERENSI
1. Roberts S. Do not attempt resuscitation policy. NHS Northamptonshire;
2009.
2. Resuscitation Group. Do not resuscitate policy (DNR) (for adults only).
NHS Wirral; 2010.
3. Mental Capacity Act 2005. UK: The Stationery Office Limited; 2005.
4. American Medical Association. Guidelines for the appropriate use of DoNot-Resuscitate orders. JAMA. 1991:265:1868-71. ; \
5. Ethics Department. Decisions about cardiopulmonary resuscitation: model
patient information leaflet. BMA; 2008.
6. Cabinet for Health and Family Services, Department for Community Based
Services, Division of Protection and Permanency. DNR request form
guidelines')
7. Children's Hospital, Ethics Advisory Committee. Guidelines for Do-NotResuscitate orders; 2009.
8. The Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland. Do not
attempt resuscitation (DNAR) decisions in the perioperative period.
AAGBI; 2009.
9. Medical Society of New Jersey. New Jersey do not resuscitate (DNR) orders
outside the hospital: guidelines for healthcalkprofessionals, patients, and
their families. MSNJ; 2003.
10. Atlantic Health System Overlook Hospital. Do not resuscitate (DNR)
orders: guidelines for patients, families, and caregivers. AHS Bioethics
Committee.
11. National Association
of
Emergency
Medical
Services
Directors