Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dalam melakukan kegiatan dibantu dengan berbagai organ yang
berkumpul menjadi suatu sistem organ yang bertugas menopang fungsi aktivitas manusia
seperti, sistem pernafasan manusia untuk proses bernafas, sistem kardiovaskuler untuk
membantu proses pemomompaan darah dan proses aliran darah dari jantung ke seluruh
tubuh dan sebaliknya maupun dari jantung ke paru-paru dan sebaliknya dan masih
banyak sistem organ lain yang membantu aktivitas tubuh manusia.
Salah satunya adalah sistem pengindraan yang sangat penting fungsinya sebagai
penerima rangsangan tertentu, di sini akan kami akan membahas tentang masalah sistem
penginderaan mulai dari anatomi maupun fisiologi serta kelainan-kelainan yang terjadi
pada organ-organ dalam sistem indera yang dapat mempengaruhi fungsinya bagi tubuh
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah sistem pengidraan itu?
2. Sebutkan macam-macam indra yang dimiliki manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang apa itu sistem pengindraan
2. Untuk mengetahui macam-macam sistem indra yang dimiliki oleh manusia
3. Untuk mengetahui secara anatomis dan fisioligis tentang indra
1.4 Manfaat Penulisan
Agar dapat mengetahui tentang sistem pengindraan beserta fungsinya, sehingga
bisa mengerti tentang proses yang terjadi di dalam fungsi pengindraan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Pengindraan
Sistem pengindraan adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang
membawa kesan rasa (sensory infersion) dari organ indra menuju ke otak dimana
perasaan ini di tafsirkan.
Serabut saraf dilengapai dengan ujung akhir yang khusus mengumpulkan
rangsangan yang khas dimana setiap orang berhubungan. Sistem indra memerlukan
bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan indra dengan sistem saraf pusat. Organ
indra merupakan sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun
dari dalam badan sendiri, untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke
pusat susunan saraf.
Setiap organ indra menerima stimulus tertentu hanya kesan yang sesuai dengan
organ indra yang mampu menerima stimulus, menghasilkan, dan mengirim impuls saraf.
Interprestasi dari semua organ indra dapat diklasifikasikan menjadi organ indra umum
seperti reseptor peraba yang tersebar diseluruh tubuh dan organ indra khusus seperti
putting pengecap yang terbatas pada lidah.
Reseptor sensorik merupakan bagian dari neuron atau sel yang membentuk
potensial aksi dalam neuron. Reseptor ini sering disertai dengan sel bukan saraf yang
mengelilinginya dan membentuk organ indra. Bentuk tenaga diubah oleh reseptor
mencakup tenaga mekanik (raba atau tekan), suhu (derajat kehangatan), elektromagnetik
(cahaya), dan kimiawi (bau dan pengecapan).
Reseptor dalam tiap organ indra beradaptasi untuk berespon terhadap suatu
bentuk khusus, tenaga pada ambang jauh lebih rendah dibandingkan reseptor lain yang
berespon terhadap bentuk tenaga lain.

2.2 Macam-Macam Indra yang Dimiliki Manusia


2.2.1 Indra Pengelihatan (Mata)
Mata merupakan organ indra yang rumit, mata di susun dari bercak sensitifcahaya
primitif. Dalam selubung perlindungannya mata mempunyai lapisan reseptor, dan
merupakan suatu sistem saraf. Secara struktural bola mata seperti sebuah kamera, tetapi
mekanisme persarafan yang ada tidak dapat di bandingkan dengan apapun. Susunan saraf
pusat di hubungkan melalui suatu berkas serat saraf yang disebut saraf optik.
A. Struktur Anatomi
Palfebra (kelopak mata) lipatan tipis yang dapat bergerak dan melindungi orbita.
Fisura palfebra merupakan lubang berbentuk elips diantara palfebra superior dan
palfebra inferior, tempat masuk ke dalam sakus konjungtiva. Glandula sebasea bermuara
langsung ke dalam folikel bulu mata.
Aparatus lakrimalis terdiri dari pars orbitalis yang besar dan pars palbeplaris yang
kecil. Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral aponerosis.
Orbita adalah rongga berbentuk piramid dengan basis di depan dan apeks di
belakang. Atap orbita di bentuk oleh pars orbitalis ossis frontalis yang memisahkan
orbita dengan fossa kranii anterior. Dinding lateral terdiri dari os. Zigomatikun dan os.
Sfenioidalis.

Bola mata terbenam dalam korpus adiposum orbita namun terpisah dari selubung
fasia bola mata. Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu :
a. Tunika Fibrosa
Merupakan jaringan ikat fibrosa yang nampak putih, bagian posterior di
tembus oleh N. Optikus dan menyatu dengan selubung saraf durameter. Lamina

kribrosa adalah daerah sklera yang di tembus oleh serabut saraf N. Optikus. Kornea
tersusun dari empat lapisan yaitu :
1) Epitel kornea yang bersambungdengan epitel konjungtiva
2) Subtansia propia terdiri dari jaringan ikat transparan
3) Lamia limitan posterior
4) Endotel (epitelium posterius) yang berhubungan denga aqous humor
b. Lamina Faskulosa
1) Khoroidea
Merupakan lapisan luar berpigmen,khoroidea mengandung pleksus vena
yang luasyang mengempis setalah kematian. Lapisan koroid terdiri dari :
a) Epikoroid, lapisan sebelah luar yang terdiri dari serabut kolagen dan
serabut elastis yang tersusun longgar.
b) Lapisan pembuluh kapiler, tempat berakhirnya arteri koroid dan vena
dalam jaringan ikat longgar.
c) Koroid kapiler, lapisan kapiler tempat berakhirnya arteri koroid yang
memiliki jaringan elastin halus dan jaringan kolagen
d) Lapisan elastika, terdapat saraf silia yang berakhir pada otot otot,
pembuluh darah dan berhubungan dengan pleksus pleksus saraf.
2) Korpus siliare
Kebelakang bersambung dengan koroidea ke depan terletan di belakang
tepi perifen iris, terdiri dari korona siliaris, prosesus siliaris dan M. Siliaris.
Persarafan siliaris nervus okulomotorius berjalan ke depan bolamata sebagai N.
Siliare breves
3) Iris
Diafragma berpigmen yang tipis terdapat di dalam aquoes humor diantara
kornea dan lensa. Tepi iris melekat pada permukaan anterior korpus siliare,
membagi ruang antara lensa dan korna menjadi kamera anterior dan posterior.
c. Tunika Sensoria
Retina terdiri dari pars pigmentosa, sebelah luar melekad pada khoroidea dan
pars nervosa, sebelah dalam berhubungan dengan korpus vitreum. Retina optikal
melapisi koroid mulai dari papila saraf di bagian posterior hingga oraserata di bagian
anterior. Di sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang kenal sebagai bintik kuning
(makula lutea), daerah ini di sebut bintik buta.
Epitel berpigmen adalah suatu lapisan poligonal berbentuk teratur ke arah
oraserata dan selnya menjadi lebih gepeng. Epitel berpigmen menyerap cahayadan
mencegah terjadinya pemantulan dan berada di dalam nutrisi foto reseptor.

Foto reseptor, baik batang maupun kerucut merupakan

modifikasi

neuron.

Cahaya harus melewati semua ketebalan retina untuk mencapai foto reseptor. Batang
merupakan sel khusus yang mengandung foto pigmen. Kerucut, serat kerucut lebih tebal
juka di bandingkan dengan batang, kerucut mempunyai penonjolan kecil yang
berhubungan dengan sel bipolar.
B. Isi Bola Mata
Isi bola mata adalah media refraksi yang terdiri dari akuos humor, korpus
vitreus, dan lensa.
1. Akuos humor
Merupakan cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera
posterior bulbi, merupakan

sekret dari prosesus siliaris. Dari sini cairan

mengalir dari kamera posterior, kemudia ke kamera anterior melalui pupila


dan diangkut melalui celah celah irido kornealis kedalam kanalis schlem.
2. Korpus vitreus
Mengisi bola mata di belakang lensa merupakan gelombang transparan
yang bungkus oleh membran vitreus. Pada daerah perbatasan dengan lensa
membran vitreus menebal terdiri dari lapisan posterior menutup korpus
vitreus.
3. Lensa
Badan bikonveks yang transparan yang terletrak di belakang iris, di dekat
korpus vitreum, dan di kelilingi oleh prosesus siliaris, terdiri dari :
a) Kapsul elastis
Merupakan pembungkus struktur lensa, beradadalam ketegangan
yang menyebabkan lensa tetap berbentuk bulat.
b) Epitel kuboid
Terbatas pada permukaan anterior lensa.
c) Serat serat lensa
Dibentuk dari epitel kuboid equator lensa, tarikan serat serat
ligamentum suspensorium cenderung menggepengkan lensa yang
elastis sehingga mata dapat di fokuskan melihat objek objek yang
jauh.
C. Fisiologi Penglihatan
Mata adalah organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk
melihat dan saraf untuk transduksi (mengubah bentuk energi ke bentuk lain)
bentuk sinar. Aparatus optik mata membentuk dan mempertahankan ketajaman
fokus objek dalam retrina. Fotoreseptor dalam retina mengubah rangsangan sinar

kedalam bentuk sinyal saraf kemudian mentransmisikan ke pusat visual di otak


melalui elemen saraf integratif.
D. Respon Bola Mata pada Benda
Relaksasi otot siliaris membuat otot legamentum tegang, lensa tertarik
sehingga bentuknya lebih pipih, keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus.
Bila benda dekat dengan mata maka ototberkontraksi agar lengkung lensa
menigkat. Jika benda jauh dari mata maka otot siliaris berkontraksi agar bola
mata lebih pipih supaya bayangan benda pada retina menjadi tajam.
Tabel : fungsi utama komponen mata
STRUKTUR
Akuos Humor

LETAK
Rongga

anterior

kornea

dan

FUNGSI
antara Cairan encer jernih yang terus
lensa menerus di bentuk

mengandung zat gizi untuk


Korpus siliaris

kornea dan lensa


Turunan khusus

lapisan Membentuk akuos humor dan

koroid

anterior mengandung otot sliliaris

disebelah

membentuk
Bintik buta

suatu

cincin

mengelilingi tepi luar lensa


Titik yang sedikit di luar Rute untuk berjalannya saraf
pusat di retina dan tidak optikus dan pembuluh darah
mengandung foto reseptor
atau di kenal sebagai diskus

Fovea

optikus
Tepat di bagian tengah retina

Iris

paling tinggi
Cincin otot yang berpigmen Mengubah
ukuran

Daerah

dengan

ketajaman
pupil

dan tampak di dalam akuos dengan berkontraksi


Kornea

humor
Lapisan

Koroid

jernih di anterior
Lapisan tengah mata

luar

mata

yang Menentukan warna mata


Berperan

sangat

penting

dalam kemampuan refraktif


Lensa

mata
Antara akuos humor dan Berpigmen untuk mencegah
vitreous humor melekat ke berhamburannya

berkas

otot otot siliaris

melalui cahaya di mata, mengandung

ligamentum suspensorium

pembuluh
makan

darah,

retrina

memberi
di

bagian

anterior, membentuk badan


Ligamentum suspensorium

iris dan siliaris.


Tergantung di antara otot Menghasilkan
siliaris dan lensa

Makula lutea
Neuron bipolar

refrektif

yang

bervariasi

selama akomodasi
Daerah tepat di sekitar fovea Penting dalam akomodasi
Lapisan tengah di selsel saraf Memiliki ketajaman yang
di retina

Otot siliaris

kemampuan

tinggi

karena

banyak

mengandung sel kerucut


Komponen otot sirkuler dari Penting dalam pengolahan
badan siliaris, melekat ke rangsangan cahaya
lensa melalui ligamentum

Pupil

suspensoium
Lubang anterior di bagian Penting untuk akomodasi

Retina

tengah iris
Lapisan mata yang paling Memungkinkan
dalam

Saraf optikus

cahaya yang masuk ke mata

bervariasi
Keluar dari setiap mata di Mengandung
diskus optikus (bintik buta)

Foto

reseptor

di

foto

pertama

pengelihatan ke otak
lapisan Bertanggung jawab

paling luar retrina

reseptor

(sel batang dan sel kerucut)


bagian

Sel batang

jumlah

pengelihatan

jalur
untuk
dengan

sensitivitas tinggi hitam-putih


Sel ganglion

Lapisan bagian dalam retina

dan pengelihatan malam


Penting dalam oengelolaan
rangsangan
retina,

Sel kerucut

Foto

reseptor

paling luar retina

di

cahaya

oleh

membentuk

saraf

optikus
bagian Bertanggung
ketajaman

jawab

untuk

pengelihatan

warna, dan pengelihatan siang


hari

Sklera

Lapisan luar mata yang kuat

Lapisan

jaringan

ikat

protektif, membentuk bagian


putih mata yang di bagian
Vitreus humor

Antara lensa dan retina

anterior membentuk kornea


Zat semi cair mirip jeli yang
membantu mempertahankan
bentuk mata yang bulat

Akomodasi juga mengubah ukuran pupil. Kontraksi iris akan membuat pupil
mengecil dan dilatasi iris akan mebuat pupil melebar. Pupil mempunyai dua fingsi yaitu :
a. Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar sinar tidak seluruhnya
masuk kedalam matakarena menyilaukan mata. Bila keadaan gelap pupil
melebar mengharapkan banyak sinar yang dapat di tangkap. Hal ini di sebut
refleks cahaya.
b. Respon dalam melihat benda. Jika mata melihat jauh kemudian melihat dekat
maka pupil berkontraksi agar terjadi peningkatan kedalam lapangan
pengelihatan.
Pengaturan otot pergerakan mata di atur oleh tiga pasang :
a) M. Rektus lateralis dan medialis,berkontrsi timbel balik untuk menggerakan
mata dari sisi ke sisi
b) M. Rektus superior dan inferior berkontraksi menggerakan mata ke atas dan
kebawah.
c) M. Obligus superior inferior memutarbola mata dalam mempertahankan
lapangan pengelihatan dan posisi berdiri.

2.2.1.1 Akomodasi Mata (1)


Bentuk lensa yang bikonveks. Tekanan intraokuler dibentuk oleh aqueous
humor dan vitreous humor, menjaga bola mata bundar & terpasang kokoh.
1. Terbentuk bayangan tajam pada retina jika terjadi akomodasi, perubahan
lengkung lensa.
2. Jika otot siliaris dlm keadaan istirahat : ligament suspensori kaku dan
lensa akan berada pada bentuk yang relative pipih.
3. Berkas sinar sejajar pada mata normal akan difokuskan pada retina.
2.2.1.2 Akomodasi Mata (2)
Jika obyek mendekat : otot siliaris akan mengubah lengkung lensa sehingga
bayangan akan jatuh pada retina.
1.

Titik dekat : titik dimana otot siliaris akan berkontraksi sempurna dan
lensa akan cembung maksimal

2.

Pada mata normal dapat melihat obyek dengan jelas pada jarak paling
dekat 15 cm
Untuk melihat obyek dengan jelas:
a) Benda diusahakan focus pada retina pada daerah dengan sensitivitas >>,
yi: fovea centralis (bagian ini lebih tipis sehingga berkas cahaya masuk ke
sel-sel kerucut yang peka)

b) Kedua mata harus memfoskuskan benda pada daerah yang sama,


membentuk 1 bayangan
Serabut retina yang satu akan bersilangan pada chiasmaopticus, bergabung
dengan serabut lateral retina lainnya.
Titik pada tiap retina yang tempatnya saling bersesuaian: corresponding points
2.2.1.3 Refleks Visual
Jika suatu obyek didekatkan perlahan pada mata, ada 3 perubahan mekanisme
penglihatan:
1.

Akomodasi, memfokuskan bayangan tepat pada retina

2.

Konvergensi, menjamin bayangan mengenai corresponding points

3.

Kontriksi pupil, mengurangi jumlah cahaya masuk kemata

2.2.1.4 Refleks Akomodasi


a. Ada 2 atau salah 1 stimuli yang berperan :
(a) Konvergensi
(b) Bayangan yang tidak tepat pada fokus
b. Jalur refleks
(a) Afferen : nervus opticus
(b) Efferen : simpatis, parasimpatis
2.2.1.5 Refleks Konvergensi
a. Jalur refleks
(a) Afferen: nervusoptikus
(b) Efferen: serabut motorik saraf cranial ke3, 4, dan 6 yang mempersarafi
otot ekstrinsik mata
b. Jika saat benda dibawa mendekati mata, mata tidak berkonvergensi maka
bayangan tidak akan jatuh pada corresponding points, bayangan ganda,
stimulus bagi saraf pusat melalui jalur optik, otak tengah mengaktifkan saraf
yang mempersarafi otot ekstrinsik mata

2.2.1.6 Refleks Cahaya


a. Mata memiliki kemampuan mengatur jumlah cahaya masuk.
b. Jika terang, pupil mengecil. Demikian sebaliknya. Perubahan ukuran pupil
diatur oleh iris, makin besar pupil, cahaya akan lebih banyak masuk mata.
c. Iris disusun oleh otot polos yang dipersarafi oleh saraf otonom. Intensitas
cahaya yang mengenai retina menjadi stimulus efektif untuk terjadinya
refleks cahaya.
d. Jika cahaya >>, impuls akan melewati jalur saraf, jumlah cahaya masuk mata
dikurangi. Demikian juga sebaliknya.
e. Jika cahaya dikenai pada 1 mata, kedua pupil akan berkontriksi dengan
segera, disebut refleks cahaya konsensual.
2.2.1.7 Refleks Proteksi
Mekanisme refleks proteksi
a) Mengedipkan mata : jika konjuctiva tersentuh benda asing, reseptor
penerima impuls mengirimkan ke batang otak, bersinapsis dengan serabut
motorik, menutup kelopak mata.
b) Lakrimasi : jika refleks kornea gagal mengusir benda asing, air mata akan
disekresikan untuk mencuci mata
2.2.1.8 Kelainan pada mata
1. Myopia : Rabun dekat.
Mata dapat melihat dengan jelas jika benda diletakkan sangat dekat, sumbu
mata amat panjang, focus jatuh didepan retina. Untuk mengatasi, digunakan
lensa bikonkaf.
2.Hiperopia : Rabun jauh.
Sumbu mata lebih pendek dari normal. Bayangan jatuh dibelakang bola
mata. Pada orang usia muda yang menderita hiperopiaini tanpa lensa masih bisa

melihat dengan akomodasi penuh, mata mudah lelah. Untuk mengatasi


digunakan lensa bikonveks.

2.2.2

Indra Pendengaran (Telinga)


Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena memberikan respon

terhadap getaran mekanik gelombangsuara yang terdapat di udara. Telinga dapat di bagi
menjadi tiga bagian :
2.2.2.1 Telinga Luar
a. Aurikula
Seluruh permukaan diliputi kulit tipis dengan lapisan subkutis pada
permukaan anterolateral, di temukan rambut kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat.
b. Meatus Akustikus Eksterna
Tebung berkelok kelok yang terbentang antara aurikula dan membran
timpani, berfungsi mengahantarkan gelombang suara dari aurikula ke membran
timpani, panjangnya kira kira 2,5cm.

2.2.2.2 Telinga Tengah (Kavum Timpani)


Telinga tengah (kavum timpani) adalah ruang berisi udara dalam pars
peterosa ossis temporalis yang di lapisi oleh membran mukosa di dalamnya,
terdapat tulang tulang pendengar yang memisahkan kavum timpani dari
meningen dan lobus temporalis dalam fossa kranii media.
a. Membran timpani
Membran timpani adalah membran fibrosa. Tepinya menebal tertanam
ke dalam alur sisi tulang yang di sebut sulkus timpani. Membran timpani
sangan peka terhadap

yeri dan permukaan luarnya di sarafi oleh N.

Auditorius.
b. Ossikula Auditus
Terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Malius dan ikus berputar pada
sumbu anterior, posterior dan berjalan melalui :
(a) Ligamentum yang menguhubungkan prosesus anterior maleus dengan
dinding anterior kavum timpani.
(b) Prosesus anterior maleus dengan prosesua brave inkudis.
(c) Ligamentum yang menhubungkan prosesua brave inkudis dengan dinding
posterior kavum timpani.
(d) Selama penghantar getaran dari membran timpani ke perilimf melalui
oksikula.

c. Tuba auditiva
Bagian ini meluas dari dinding anterior kavum timpani ke bawah, depan
dan medial samping nasofaring, 1/3 posterior terdiri dari tulang dan 2/3
anterior tulang rawan.
d. Antrum mastoideum

Bagian ini terletak di bagisn belakang kavum timpani dalam pars


petrosa ossis temporalis, bentuknya bundar, diameter 1 cm
e. Selulae mostoidea
Prosesus mostoideus mulai berkembang pada tahun kedua kehidupan.
Selulae mostoid adalah suatu rongga yang bersambungan dalam prosesus
mastoid.

2.2.2.3 Telinga Dalam (labirinitus)


Suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum tulang temporalis. Di
dalamnya terdapat labirin membranosa, merupakan suatu rangkaian saluran dan
rongga rongga. Labirin membranosa berisi cairan endolimf.
1. Labirinitus osseus
Terdiri dari vestibulum, semisirkularis, dan kokhlea. Ketiganya
merupakan rongga rongga yang terletak dalam substansi tulang padat
terstruktur dilapisi endosteum dan berisi cairan bening (perilimf) yang
terletak dalam labirinitus membranaseus.
(1) Vestibulum
Bagian pusat labirinitus osseus pada dinding lateral, terdapat
vebestra vestibuli yang ditutup oleh basis stapedis dan venestra kokhlea.
Di dalam vestibulum terdapat sakulus dan utrikulus labirinitus
membranaseus.
(2) Kanalis Semisirkularis

Bermuara pada bagian posterior vestibulum. Ada tiga kanalis yaitu


posterior, superior dan lateralis. Tiap kanalis melebar pada salah satu
ujungnya di sebut ampula.
(3) Kokhlea
Bermuara pada bagian anterior vestibulum. Puncaknya menghadap
ke anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Perilimf dalam skala
vestibuli di pisahkan dari cavum timpani oleh basis stapedis dan
ligamentum anulare pada venestra vestibuli.
2. Labirinitus membranosus
Terdapat dalam labirinitus osseus. Struktrur ini bersifat endolimf dan di
kelilingi oleh perilimf, terdiri dari utrikulus dan sakulus yang terdapat dalam
vestibulum, terdiri dari duktus semi sirkularis.
(1) Utrikulus
Bagian terbesar terdiri dari dua buah sakus, mempunyai hubungan
tidak langsung dengan sakulus dan duktus endolimfatikus melalui
duktus utrikulosakularis.
(2) Sakulus
Bentuknya bulat berhubungan dengan utrikulus, bergabung
dengan duktus utrikulosakularis, berlanjut dan berakhir pada kantong
buntu kecil sakus endolimfatikus, terletak di bawah durameter pada
permukaan posterior pars petrossa ossis temporalis.
3. Duktus semisirkularis
Duktus semisirkularis ini meskipun diameternya jauh lebih kecil dari
kanalis semisirkularis memiliki konfigurasi yang sama. Sebuah krista di
temukan dalam setiap ampula.
4. Duktus kokhlearis
Duktus kokhlearis berbentuk segituga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sakulus melalui duktus reuniens.
5. Organ korti
Organ korti terdiri dari sel penyokong, berjalan sepanjang kokhlea,
berbentuk kerucut ramping.
6. Ganglion spiral
Ganglion spiral merupakan neuron bipolar cabang darei sentral akson
bermielin, membentuk nervus akustikus.

2.2.2.4 Kanal Semicircularis

Tabel : fungsi utama komponen telinga


Struktur
Telinga luar

Letak
Fungsi
Samping kiri dan kanan di Mengumpulkan
bawah temporal

Pinna

da

memindahkan suara ke teling

tengah
Lengan tlang rawan yang Mengumpulkan

glomban

terbungkus kulit dan terletak suara dan menyakurkannya k


di kedua sisi kepala
Meatus auditorius eksternus Saluran
(saluran telinga)

dari

saluran

telinga

berpera

dalam lokalisasi suara


eksterior Mengarahkan
gelomban

melalui tulang temporalis ke suara ke membran timpan


membran timpani

mengandung rambut rambu


penyaring

da

mengsekresikan
telingan
Membran timpani (gendang Membran
telinga)

memisahkan

kotora

untuk

menangka

partikel partikel asing


yang Bergetar
secara
sinkro

tipis

telinga dengan gelombang suara yan

luarvdan telinga tengah

mengenainya,
tulang

menyebabka

tulang

pendengara

telinga tengah bergetar


Telinga tengah

Memindahkan

getara

membran timpani ke cairand


koklea,

dalam

prosesny

memperkuat energi suara

Maleus, inkus, stapes

Rangkaian tulang yang dapat Bersilia secara sinkron denga


bergerak

yang

berjalan getaran

melinytasi

rongga

membran

timpan

telinga serta menimbulkan getara

tengah. Maleus melekat ke seperti gelombang di perilim


membran timpani dan stapes kokhlea
melekat pada jendela oval
Telinga dalam
Jendela oval

Membran

ripis

di

dengan

frekuens

yang sama
Tempat sistem sensorik untu

mendengar
pintu Bergetar bersama

denga

masuk kokhlea, memisahkan getaran stapes yang meleka


telinga tengah dengan skala padanya.
vestibuli
Skala

vestibuli,

timpani

Gerakan

jendel

oval menyebabkan perilim

kokhlea bergerak
skala Kompartemen atas kokhlea, Mengandung perilimf yang d
kompartemen

bawah buat bergerak oleh geraka

kokhlea

jendela oval yang dindoron

oleh getaran tulang tulan


Duktus

kokhlearis

(skala Kompartemen tengah koklea

telinga tengah
Mengandung endolimf tempa

media)
Membran basilaris

Membentuk

Organ korti

kokhlearis
membran basilaris
Terletak di bagian atas dan Mengandung sel

lantai

membram basilaris
duktus Mengandung endolimftempa

sepanjang membran basilaris

rambu

reseptor untuk suara, yan


mengeluarkan
reseptor
akibat

Membran tektorial

Membran

stasioner

potensia

sewaktu
gerakan

terteku
cairan

kokhlea
yang Tempat rambut sel sel resepto

tergantung di atas organ korti yang terbenam di dalamnya


dan tempat sel sel rambut menekuk

dan

reseptor

reseptor

permukaan potensial

terbenam di dalamnya

membentu

ketik

membran basilaris bergeta

terhadap membran tektoria


Jendela bundar

Membran

tipis

yang stasioner
yang Bergerak bersama

denga

memisahkan skala timpani cairan


dari telinga tengah

di

perilimf

untu

meredam tekanan di dalam

kokhlea, tidak berperan dalam

penerimaan suara
Tempat sistem vestibulari

Aparatus vestibularis

untuk

keseimbangan

da

memberikan masukan yan


penting

untu

mempertahankan postur da
Kanalis semisirkularis

Tiga

saluran

keseimbangan
semisirkuler Mendeteksi

akseleras

yang tersusun tiga dimensi (percepatan)

diseleras

dalam bidang bidang yang (perlambatan) rotasional ata


tegak lurus satu sama lain di angular
dekat korteks jauh di dalam
Utrikulus

tulang temporalis
Struktur seperti

kantong Mendeteksi : 1. Perubaha

dirongga bertulang antara posisi kepala menjauhi sumb


kokhlea

Sakulus

dan

kanalis vertikal.

2.

Mengarahka

semisirkularis

akselerasi dan diselerasi linea

Terletak di samping utriklus

secara horizontal
Mendeteksi : 1. Perubaha

posisi kepala menjauhi sumb

horizontal. 2. Mengarahka
akselerasi

dan

linear secara vertikal

2.2.2.5 Kesetimbangan
a. Telinga dalam atau labirin terdiri dari saluran-saluran & merupakan struktur
kompleks yang berperan dalam pendengaran & kesetimbangan.
b. Di dalam perilimfe di vestibulater dapat utrikula & sakula yang dihubungkan
satu sama lain dengan saluran kecil.

deseleras

c. Utrikula dan saluran semisirkuler berperan dalam kesetimbangan & propriosepsi


(pengetahuan tentang letak tubuh dalam ruang).

2.2.3

Indra Penciuman (Hidung)

2.2.3.1 Struktur Indra Penciuman


Indra oenciuman merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang erak
kaitannya dengan gastrointestinalis. Reseptor penciuman merupakan komereseptor yang
di rangsang oleh molekul larutan di dalam mukus. Reseptor penciuman merupakan
reseptor jauh (telereseptor). Reseptor olfaktorius terletak di dalam bagian khusus mukosa
hidung berpigmen kekuning kuningan. Diantara sel sel ini terdapat 10-20 juta sel
reseptor. Tiap reseptor olfaktorius merupakan suatu neuron dan membran mukosa
olfaktorius merupakan tempat di dalam badan dengan susunan saraf terdekat ke dunia
luar. Bau berupa gas atau zat yang menguap mencapai kavum nasal melalui nostril. Di
dalam bulbus, akson reseptor berakhir diantara sel dendrit, sel mitral, untuk membentuk
sinaps globular kompleks yang dinamakan glomeruli olfaktorius. Keluaran olfaktori dari
bulbus ke otak mempnyai beberapa target :
a. Korteks olfaktori primer dan area asosiasi olfaktori. Kedua area ini merupakan
tempat membedakan persepsi bau dan memori yangberkaitan dengan pusat
olfaktori di otak.
b. Sistem limbik (amigdala dan septum) tempat sinyal olfaktori mengaktifkan
emosi dan prilaku yangberkaitan dengan bau yang memprojeksikan insting dan
respon stereoptik disebut feromon.
c. Pusat hipotalamik, pengatur makanan, respon otonom dan kontrol hormon
terutama hormon reproduksi.
d. Formasioretrikular suatau pengatur atensi dan terjaga, sinyal ini di pancarkan
secara tidak langsung melalui sistem limbik dan korteks.
2.2.3.2 Fisiologi Penciuman

Indra penciuman merupakan fenomena subjektif yang tidak mudah di pelajari.


Ambang batas penciuman merupakan salah satu karakteristik penciuman yang utama
yang bergantung pada jumlah bahan perangsang yang terkandung dalam udara untuk
menumbulkan sensasi penciuman. Membran olfaktori terletak di bagian superior setiap
lubang hidung sebelah medial. Membran sedikit terlipat kebawah. Sel sel reseptor
sensasi penciuman adalah sel olfaktori, merupakan sel saraf bipolar yang berasal dari
sistem saraf pusat, sekitar 100 juta sel. Silia olfaktori yang terprojeksi ini akan
membentuk alas yang padat. Silia bereaksi terhadap bau di udara dan kemudian akan
merangsan sel sel olfaktori.
Sel olfaktori yang memberi respon terhadap rangsangan kimia olfaktori adalah
silia. Reseptor ini merupakan molekul panjang yang menyusup dari membran melipat
dari arah dalam dan ke arah luar, saling berpasangan membentuk protein G,
mengaktifkan protein membran lain yaitu ion natrium mengalir ke dalam sitoplasma sel
reseptor. Rangsangan reseptor hanya berespon terhadap senyawa yang berkontrak
dengan epitel olfaktorius dan di larutkan dalam lapisan tipis mukus yang menutupinya.
Manusia dapat membedakan 2000 sampai 4000 bau yang berbeda tetapi bau berbeda
menghasilkan pola ruang berbeda dari peningkatan aktivitas metabolik di dalam bulbus
olfaktori. Bagian kavitas nasal yang mengandung reseptor olfatorius berventilasi buruk.
Kebanyakan udara normalnya bergerak tenang ke bagian bawah hidung bersama dengan
setiap siklus pernafasan.
Bila seseorang kontinu terpapar pada bau yang paling tidak di sukai, maka
persepsi bau menurun kemudia berhenti. Ini di sebabkan oleh adaptasi yang cukup cepat
yang timbul di dalam sistem olfaktorius. Pada usia umur di atas 80 tahun 75% manusia
mengalami gangguan kemampuan mengidentifikasi bau. Kelainan penciuman meliputi
anosmia (tidak adanya indra penciuman), hiposmia (pengurangan sensitivitas
olfaktorius), disosmia (indra penciuma berubah)

2.2.4

INDRA PENGECAP (LIDAH)


Pengecapan merupakan fungsi puting kecap pada mulut. Berdasarkan

penyelidikan paling sedikitbterdapat empat kesan pengecapan primer (asam, asin, manis,
pahit). Namun kita tahu bahwa seseorang dapat mengecapberatus ratus rasa, di duga itu
merupakan gabungan dari berbagai rasa primer.
1. Struktur Indra Pengecapan
Tunas pengecapan merupakan badan ovoid yang berukuran 50-70m. Tiap
tunas pengecap di bentuk oleh empat jenis sel, mempunyai mikrofil yang
menonjol ke dalam pori pengecapan (lubang dalam pori lidah ). Pada manusia
tunas pengecap terletak dalammukosa epilogtis, palatum, faring dan di dalam
dinding papilafungipormis dan di dalam papila vallate lidah.
Rasa primer yang kita kenal adalah manis, asam, asin dan pahit. Rasa manis
akan baik di rasakan oleh ujung lidah. Bagian anteoral sensitif terhadap rasa asin.
Bagian posteoral sensitif terhadap rasa asin. Pangkal lidah sensitif terhadap rasa
pahit. Salive membantu pelarutan makanan sebab hanya makana yang larut yang
dapat di kecap. Sinyal refleks viseral berintegrasi dengan pusat degistif di
medula. Perintah motor parasimpatis di kirim ke kelenjar ludah melalui saraf
fasialis dan ke lambung melalui nerfvus vagus ke sistem limbik dan hipotalamus
untuk reseptor afektif.
2. Fisiologi Pengecapan
Pengecapan merupakan keadaan umum yang sangat berperan terhadap
persepsi makanan melalui deteksi oleh indra pengecap dalam rongga mulut dan
adanya elemen elemen dalam makanan yang merangsang ujung unung saraf yang
sangat berperan pada pengecapan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sejumlah tunas pengecapan hanya
berespon terhadap rangsangan pahit, sedangkan tunas pengecapan lain berspon
terhadap rangsangan rasa :
a. Rasa asam, disebabkan oleh asam dan intensitas dari sensasi rasa hampir
sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen yaitu makin asam
b. Rasa asin, kualitas rasa berbeda beda antara garam yang satu dengan garam
yang lain. Garam membentuk sensai rasa yang lain selain rasa asin. Kation
dari garam berperan membentuk rasa asin anion.
c. Rasa manis, tidak di bentuk oleh satu golongan susbstansi kimia saja. Ada
beberapa substansi kimia yang menyebabkan rasa manis, misalnya gula,
glikol, aldehid, keton, amida dan asam amino.
d. Rasa pahit, substansi yang membentuk rasa pahit hampir seluruhnya
merupakan substansi organic.
1. Susbtansi organik rantai panjang yang mengandung nitrogen

2. Alkaloid yang meliputi banyak zat yang di gunakan dalam obat obatan.
Tanaman yang beracun kerana banyak toksin yang mematikan alkaloid
yang menimbulkkan rasa sangat pahit.
Kemampuan manusia dalam membedakan intesitas pengecapan relatif kasar.
Lintasan saraf untuk menghantarkan sensasi rasa dari lidah dan faring ke susunan saraf
pusat melalui inpuls pengecapan melintasi saraf IX (N. Glosofaringeus), ke otak, saraf
VII (N. Fasialis), saraf X (N. Vagus). Menuju batang otak tempat berakhirnya di traktus
solitarius.

2.2.5 INDRA PERABA


Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan
hidup. Kulit menyokong penampilan dan kepribadian sesorang dan menjadi ciri
berbagai tanda kehidupan yaitu ras, genetik, estetik, budaya, bangsa dan agama.
Kulit juga dapat menjadi indikator kesehatan, kemakmuran, kemiskinan, dan kebiasaan,
di samping sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan lainnya.
Kulit juga dapat menjadi sarana kontak seksual, cinta, persahabatan, atau kebencian.
Kerusakan lebih dari 30% luas kulit, misalnya akibat luka bakar, dapat segera
menyebabkan kematian, karena kulit mempunyai faal yang vital bagi tubuh manusia.
2.2.5.1 Bagian-bagian kulit:

a. Epidermis
Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang
mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. Sel superfisial dari
stratum ini secara kostan dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung cairan
berminyak. Lapisan ketiga tediri dari sel-sel yang mengandung granula yang
mampu merefraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada kulit.
Lapisan keempat mengandung sel yang memproduksi melamin, suatu bahan yang
bertindak sebagai perlindungan terhadap pengaruh sinar UV. Epidermis tidak
mengandung pembuluh darah, tetapi limfe bersirkulasi dalam ruang interselular.
b. Dermis
Dermis terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial
dibandingkan bagian dalamnya. Dapat diidentifikasi 2 lapisan : yang pertama
mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limfatika ; yang kedua
mengandung serat kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula sudorifera,
folikel rambut dan muskulus arrektor pilli.
c. Hipodermis
Ini merupakan zona transisional diantara kulit dan jaringan adiposa di
bawahnya. Mengandung sel lemak demikian juga jaringan ikat putih dan kuning,
kumparan dari sejumlah glandula sebasea dan radiks dari sejumlah rambut.
Pemberian zat makanan dermis atau porium tergantung pada vena dan
limfatika. Baik saraf bermielin maupun tidak bermielin ditemukan dalam kulit
yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf. Organ ini memberikan respon
sensasi panas, dingin, nyeri, gatal, dan raba ringan.
d. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat terdiri dari glomerolus atau bagian sekresi dan duktus.
Secara relatif terdapat catu darah yang kaya dan menskresi keringat yang agak
keruh, hampir tidak berbau, hampir mengandung 99% air, dan sejumlah kecil
khlorida, urea, amonium, asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe kelenjar keringat
ditemukan pada area seperti genetalia, anus, aksila dan puting susu dan masingmasing juga mempunyai bau yang khas.
e. Appendises

Appendises termasuk rambut dan kuku. Rambut berasal epitel dan terbentuk
dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang timbul dalam struktur yang
kompleks, yaitu folikel yang terletak dalam lapisan dermis yang lebih dalam.
Pada saat rambut melintasi lapisan permukaan dari dermis maka rambut dilapisi
oleh sebum yang merupakan eksresi dari glandula kecil yang terletak berdekatan
dengan batang rambut. Fungsinya adalah melumasi kulit dan menjaga kulit tetap
lentur, bertindak sebagai penolak air dan melindungi kulit dari udara yang kering.
Kuku terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan
kuat. Pada bagian proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku
terdiri dari sel prickle yang mengalami modifikasi pada mana kuku melekat
dengan kuat.
Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian dari pigmen
dalam epidermis terutama melanin. Sebagai penitup bagian luar maka kulit
mempunyai banyak fungsi yang tidak saja besifat protektif, tetepi juga termasuk
yang berikut :
1. Bertindak sebagai barier terhadap infeksi asal berada dalam keadaan utuh,
tetapi dapat juda dirusak oleh mikroorganisme dengan aksi dari asam lemak
rantai panjang yang ditemukan dalam kulit. Invasi bakteri dapat juga
terhalang oleh keasaman kulit.
2. Ketahanan jaringan yang kuat melindungi jaringan di bawahnya.
3. Kulit bertindak sebagai insulator (hipoderm) dan membantu mengatur suhu
tubuh. Pengendalian suhu tubuh juga merupakan fungsi dari glandula
sudorifera dan pembuluh darah. Ketika hari panas, glandula menskresi
keringat, dan penguapannya menyebabkan pendinginan ; pembuluh darah
berdilatasi

untuk

memungkinkan

keluarnya

panas

tubuh

dengan

meningkatkan aliran darah dekat dengan permukaan tubuh. Ketika hari


dingin, pembuluh darah berkonstriksi, menurunkan aliran darah dan dengan
demikian menurunkan kehilangan panas.
4. Karena mengandung akhiran saraf sensorik, sensasi dari kulit memainkan
peranan penting dalam mempertahankan kesehatan.
5. Sampai tingkat tertentu, kulit bertindak sebagai organ ekskresi untuk
mengeluarkan produk sampah tubuh. Karena itu memainkan peranan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

6. Dalam kondisi yang sesuai, kulit mencatu vitamin D tubuh. Vitamin ini
terbentuk dengan aksi fotokimia dari sinar UV pada sterol yang diduga
diekskresikan dalam sebum.
2.2.5.2 Fisiologi kulit
a. Fungsi Proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang
menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan
adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang
mempunyai pH 5,0 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi
banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk
melepaskan diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar
kulit berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di
luar ke dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama
berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada
satu tempat kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis
di tempat tersebut. Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah
sehingga paling permeabel, disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan.
Sebaliknya telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik
sawarnya sehingga hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.
b. Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat

yang larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2
mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,
kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di
kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran
keluar rambut.
c. Fungsi Ekskresi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau
sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak.
Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari
ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan
amnion yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa. Sebum yang diproduksi
kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan
penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar
lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5
6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel
epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air
melalui sel epidermis (transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak
melebihi kebutuhan tubuh.
d. Fungsi Pengindra (Sensori)
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangasangan dingin dan
rangsangan panas diperankan oleh badan Krausse. Badan taktil Meissner yang
terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan MerkelRenvier yang terletak di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnya di daerah erotik.
e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat,
kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan
penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi
pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan
panas pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara
ini cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis

yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada
bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum
berjalan dengan baik.
f. Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)
Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis.
Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit
serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit.
Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion
Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel
melanosit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan
bertambah, produksi melanin akan meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam
lapisan atas sel epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada
melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain oleh
pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hboksidasi, dan karoten.
g. Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal
yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel
spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi
sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan
granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di
permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi
keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas
dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses
keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari.
Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit
agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam
penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal,
dan kering.
h. Fungsi Produksi Vitamin D

Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah
dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D
dari luar melaui makanan.
i. Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum,
kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya,
ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi
pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh
kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak
semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada
manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh
lain.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sistem indra pada tubuh manusia sangat penting bagi proses aktivitas/kegiatan
pada manusia. Indra adalah orkan akhir yang dikhususkan fungsinya untuk meneriam
reseptor baik dari luar tubuh mupun dalam tubuh.
Manusia memiliki beberapa macam alat indra pada tubuhnya yang membantu
menopang aktivitas sehari-harinya.

Adapun indra yang dimiliki oleh manusia beserta fungsinya, yaitu :


1. Indra penglihatan (untuk melihat)
2. Indra pendengaran (untuk proses pendengaran pada manusia)
3. Indra penciuman (untuk proses pembauan)
4. Indra perasa (untuk proses perasa/sensasi rasa pada makanan yang masuk)
5. Indraaa peraba (untuk sensasi rabaan yang terjadi pada kulit manusia).
Semua indra mempunyai peran dan fungsi masing-masing dalam tubuh manusia.
Dan apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem indra di atas, maka akan terjadi
ketidakseimbangan dan ketidakmampuan pada aktivitas yang dilakukan manusia
sehubungan dengan fungsi sistem indra di atas.
3.2 Saran
1. Di harapkan untuk lebih mejaga kesehatan indra yang kita miliki agar bisa kita
gunakan dengan baik.
2. Agar lebih mengetahui apa yang bisa menyebabkan disfungsi pada sistem indra
kita agar kita bisa menghindari kerusakan pada sistem indra yang kita miliki.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai