A. Definisi
Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau
komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui
IV. Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan homeostasis, tranfusi
darah dapat membahayakan. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi
komponen darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang
kemungkinan
menerima darah dan komponen darah dan pemberian produk-produk ini adalah
tanggung jawab keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji
sebelum dan selama tranfusi yang dilakukan. Apabila klien sudah terpasang
selang IV, perawat harus mengkaji tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau
infilrasi. Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien
menggunakan kateter ukuran besar (18-19). Komponen darah harus diberikan
oleh personel yang kompeten, berpengalaman dan sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
B. Tujuan
1. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau
perdarahan
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien yang mengalami anemia berat
3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal :
faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien
yang menderita hemofilia)
sedangkan yang tidak memiliki antibodi D disebut Rh negatif, tidak menjadi soal
apakah ada antibodi Rh lainnya. Antibody D dapat menyebabkan destruksi sel
darah merah, seperti dalam kasus reaksi tranfusi hemolitik lambat.
Penggolongan darah mengidentifikasi penggolonga ABO dan Rh dalam
donor
darah.
Pencocoksilangan
(crossmatching)
kemudian
menentukan
kompatibilitas ABO dan Rh adalah penting dalam pemberian terapi tranfusi darah.
System HLA merupakan komponen berikutnya untuk dipertimbangkan
dalam pemberian tranfusi. System HLA didasarkan pada antigen yang terdapat
dalam
leukosit,
trombosit
dan
sel-sel
lainnya.
Penggolongan
dan
2. Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen
dari volume darah total
Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena
sebagian plasma telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan
selama 2 sampai 4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Hindari menggunakan
Platelet/trombosit
Indikasi:
1. Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit, peningkatan
pemecahan trombosit
2. Pasien dengan leukemia dan marrow aplasia
Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat
kehilangan darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan
darah (factor V, VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada
pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia,
karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life 12 bulan jika
dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan pencocokan golongan
darah ABO dan system Rh.
Indikasi:
1.Pencegahan perdarahan postoperasi dan syok
2.
3.
Indikasi :
1.Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau
infeksi
2. Terapi hyponatremi
F. Pertimbangan Pediatrik dan Gerontik
Pediatrik
1.
2.
Darah untuk bayi baru lahir dicocok silangkan dengan serum ibu karena
mungkin mempunyai antibody lebih dari bayi tersebut dan memungkinkan
identifikasi yang lebih mudah tentang inkompabilitas
3.
Dosis untuk anak-anak bervariasi menurut umur dan berat badan (hitung
dosis dalam milliliter per kilogram berat badan)
4.
Tranfusi sel darah merah memerlukan waktu infus yang ketat (untuk
mempermudah deteksi dini reaksi hemolitik yang mungkin terjadi)
5.
6.
7.
Gunakan vena umbilikalis pada bayi baru lahir sebagai tempat akses vena
8.
Tranfusi pada bayi baru lahir hanya boleh dilakukan oleh perawat atau
dokter yang kompeten dan berpengalaman (prosedur ini memerlukan
ketrampilan tingkat tinggi)
9.
Alergi
Penyebab:
1.
2.
Gejala:
Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria,
wheezing), demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest,
kolaps sirkulasi
Intervensi:
1. Lambatkan atau hentikan tranfusi
2. Berikkan normal saline
3. Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
4. Berikan oksigenasi jika diperlukan
5. Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan
kortikosteroid
6. Apabila diresepkan, sebelum pemberian tranfusi berikan diphenhidramin
Anafilaksis
Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah
membentuk antibodi IgA
Gejala:
Sepsis
Penyebab:
Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau endotoksin
Gejala:
Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok,
syok
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Ambil kultur darah pasien
3. Pantau tanda vital setiap 15 menit
4. Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program
Pencegahan:
Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian
Urtikaria
Penyebab:
Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma donor
Gejala:
Hemolitik
Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor,
resipien menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam
system ABO
Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun,
dyspnea, mual dan muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria,
perdarahan abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok,
ikterus ringan.
Hemolitik akut terjadi bila sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel
telah diinfuskan, sedangkan reaksi hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari atau
lebih setelah tranfusi.
Intervensi:
1. Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok
2. Hentikan tranfusi
3. Lanjutkan infus normal saline
4. Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria
5. Ambil sample darah dan urine
6. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau
pemeriksaan darah untuk anemia yang berlanjut
Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan
golongannya dan saat darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering
karena salah mengidentifikasi).
Demam Non-Hemolitik
Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit
yang ditranfusikan.
Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise,
sakit kepala
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
Hiperkalemia
Penyebab:
Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam plasma sel
Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan
QRS melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal
Hipokalemia
Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi
dapat dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik
Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi,
poliuria, kelemahan otot, bising usus menurun
Hipotermia
Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin
diberikan melalui kateter vena sentral.
Gejala:
Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest
Intervensi:
1. Hentikan tranfusi
2. Hangatkan pasien dengan selimut
3. Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien
4. Hangatkan darah sebelum ditranfusikan
5. Periksa EKG
AIDS
Penyebab:
Darah donor HIV seropositif
Gejala:
Demam, keringat malam, letih, berat badan menurun, adenopati, lesi kulit
seropositif terhadap virus HIV
Kontaminasi bakteri
Penyebab:
Kontaminasi pada saat penyumbangan atau persiapan, bakteri endotoksin
melepaskan endotoksin
Gejala:
Serangan dalam 2 jam tranfusi (menggigil, demam, nyeri abdomen, syok,
hipotensi yang nyata
Cytomegalovirus (CMV)
Virus CMV dapat berada pada orang dewasa yang sehat. Pasien-pasien dengan
imunosupresi berisiko tinggi tertular CMV
Gejala:
Letih, lemah, adenopati, demam derajat rendah
Hepatitis
Hepatitis A dan hepatitis B jarang, penyakit hati kronik lebih umum dengan
Hepatitis C daripada hepatitis B
Gejala:
Terjadi dalam dalam beberapa minggu sampai bulan setelah tranfusi, mual,
muntah, ikterus, malaise, kadar enzim hati tinggi
Demam, ruam kulit, diare, infeksi, gangguan fungsi hati (jaundice, supresi
sumsum tulang)
Intervensi:
Berikan metotresat dan kortikosteroid jika diprogramkan
Pencegahan;
Berikan darah yang tidak diradiasi jika diprogramkan, berikan darah yang
telah dicuci dengan saline jika diprogramkan
I. Manajemen efek tranfusi
Pedoman untuk mengatasi reaksi tranfusi yang dibuat oleh American Assotiation
of Blood Banks adalah:
1. Hentikan tranfusi untuk membatasi jumlah darah yang diinfuskan
2. Beritahu dokter
3. Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan infus normal saline
4. Periksa semua label, formulir, dan identifikasi pasien untuk menentukan
apakah pasien menerima darah atau komponen darah yang benar
5. Segera laporkan reaksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah
6. Kirimkan sample darah yang diperlukan ke bank darah sesegera mungkin,
bersama-sama dengan kantong darah yang telah dihentikan, set pemberian,
larutan IV yang diberikan, dan semua formulir dan label yang
berhubungan.
7. Kirim sampel lainnya (misal urin)
8. Lengkapi laporan institusi atau formulir reaksi tranfusi yang dicurigai
9. Peralatan yang harus disiapkan (obat-obatan seperti: aminophilin,
difenhidramin, hidroklorida, dopamine, epinefrin, heparin, hidrokortison,
furosemid, asetaminofen, aspirin; set oksigenasi; kit kateter foley; botol
kultur darah; cairan IV; selang IV)
J. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi
2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan
L. Persiapan Alat
1. Set pemberian darah
2. Kateter besar (18 G atau 19 G)
3. Cairan IV normal saline (NaCl 0,9 %)
4. Set infus darah dengan filter
5. Produk darah yang tepat
6. Sarung tangan sekali pakai
7. Kapas alkohol
8. Plester dan gunting
9. Manset tekanan darah
10. Stetoskope
11. Termometer
12. Format persetujuan pemberian tranfusi yang ditandatangani
13. Bengkok
14. Penghangat darah (jika diperlukan)
M. Prosedur kerja
1. Baca status dan data klien untuk memastikan program tranfusi darah
2. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persertujuan tindakan
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Cuci tangan
5. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
6. Perkenalkan nama perawat
7. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
Pasien mengeluh nyeri pada punggungnya, setelah jatuh dari ketinggian 2 meter
sejak 5 hari yang lalu. Pusing -, mual -, muntah, tanggal MRS 27 agustus 2008
b. TTV RR: 18 x/mnt, S: 36,5o C, Nadi: 80 x/mnt, TD : 120/70 mmHg
c. Data fokus
DS :
DO : Lab: Hb ;9,1 gr/dL
2. Diagnosa keperawatan
PK Anemia
3. Tujuan
Setelah diberikan transfusi PRC 2 colf diharapkan tidak terjadi anemia dengan
kriteria Hb 10 g%
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pemberian tranfusi darah (SPO
pemasangan tranfusi terlampir)
Setelah apa yang saya jelaskan tadi apakah ada yang perlu ditanyakan sebelum
saya mulai melakukan tindakan
Sebelum saya melakukan tindakan saya telah mencuci tangan dan saat ini tangan
saya sudah bersih
Apa yang bapak rasakan saat ini, apa bapak merasa demam / panas badan ijinkan
saya menutup pintu dan gorden terlebih dahulu
Apa bapak sudah merasa nyaman dalam posisi ini (posisi semifowler / supine)
sebelum saya mulai tindakan
Meskipun tadi saya telah mencuci tangan tapi juga harus memakai sarung tangan
agar bapak dan saya terlindung dari kuman penyakit.
Maaf pak saya akan melakukan pemasangan infusnya dilengan kiri ya pak, bpk
tolong angkat sedikit karena saya akan memasang pengalas, kepalkan tangan,
kalau nanti saya beri aba-aba untuk membuka tangan, dibuka ya pak, pada waktu
saya memasukkan jarum bapak akan merasakan agak sakit.
3. Terminasi
S : apa bpk merasa ada gatal-gatal, menggigil
O: tanda-tanda alergi tidak ada
Terima kasih ya pak bpk telah banyak membantu saya selama tindakan tranfusi
tadi.
Saya akan datang lagi 10 menit kemudian untuk memberikan obat oral
Kalau nanti ada tanda-tanda seperti gatal-gatal panas mendadak tolong bapak
cepat beri tahu saya, saya ada di kantor.
Saya permisi dulu ya pak untuk melakukan kegiatan pada pasien yang lain
REKOMENDASI
A. Nomer register pada label PMI dicocokkan kembali dengan yang
terdapat pada kantong darah.