PENGEMBANGAN
KAWASAN
MINAPOLITAN
DI KABUPATEN KAUR
PROVINSI BENGKULU
BINTUHAN
MARET 2009
KATA PENGANTAR
Program pengembangan kawasan Minapolitan
merupakan salah satu alternatif pembangunan yang
berorientasi
kewilayahan
guna
mengatasi
kesenjangan antar sektor ekonomi maupun antar
wilayah. Program ini akan mendukung revitalisasi
pertanian dan perikanan. Program pengembangan
kawasan
Minapolitan
merupakan
program
pembangunan
berbasiskan
pengembangan
kawasan. Pembangunan kawasan Minapolitan
secara simultan dan harmonis dilaksanakan tahap
demi tahap, dan salah satunya adalah penyusunan
master plan pengembangan kawasan Minapolitan.
Penyusunan Master Plan Minapolitan Kabupaten
Kaur tahun 2009 merupakan langkah awal yang
ditempuh pemerintah Kabupaten Kaur dalam
program pembangunan kawasan Minapolitan.
Kawasan pengembangan Minapolitan Kabupaten
Kaur adalah Nasal, didukung oleh Kelam Tengah
dan Muara Sahung sebagai kawasan hinterland.
Buku master plan ini memuat potret kawasan
Minapolitan
Kabupaten
Kaur,
skenario
pengembangan kawasan, strategi pengembangan
kawasan, dan rencana aksi pembangunan kawasan.
Dokumen master plan ini akan dijadikan acuan untuk
mengimplementasikan
pembangunan
kawasan
Minapolitan tersebut.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
4
5
5
11
11
14
15
17
18
18
20
23
25
26
SKENARIO PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN KAUR
28
BAB 4.
4.1
4.2
4.3
BAB 5.
STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN
7
9
29
36
44
48
iii
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
48
52
54
55
56
57
58
59
61
BAB 7. PENUTUP
65
iv
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pengembangan
pedesaan
melalui
aktivitas
pendekatan berbasiskan pertanian (agro-based
development) perlu terus ditingkatkan, karena dapat
memperkokoh pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia.
Kawasan
pedesaan
harus
dikembangkan
sebagai
suatu
kesatuan
pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan
ekonomi antar desa-kota (urban-rural linkages)
yang mempunyai hubungan timbal balik saling
menguntungkan.
Kawasan
pedesaan
yang
mempunyai produk unggulan ditumbuhkembangkan
menjadi
kawasan
agribisnis
dalam
suatu
kesisteman dan menyeluruh. Kemudian image desa
sebagai pemasok produk primer pertanian (belum
diolah) harus didorong menjadi desa yang mampu
menghasilkan bahan olahan atau industri hasil
pertanian, sehingga desa dapat menjadi kawasan
pertumbuhan ekonomi baru.
Pembangunan pertanian, termasuk perikanan, di
Indonesia selama ini baru terfokus pada
pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam dalam
bentuk
pembangunan
budidaya
pertanian.
Berdasarkan sistem pembangunan tersebut, maka
masyarakat yang terlibat dalam budidaya pertanian
pengembangan
Kawasan Minapolitan
Potret Kawasan
Kajian Potensi Kawasan
Kajian Setting Kawasan
Terhadap Kawasan Lain
Skenario Pengembangan
Kawasan Minapolitan
Strategi Pengembangan
Kawasan Minapolitan
Kajian Pengembangan
Kawasan Minapolitan
Rencana Aksi :
Kebijakan, Program dan
Kegiatan Pengembangan
Kawasan Minapolitan
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Luaran Kegiatan
1.4 Metode Pelaksanaan
1.5 Tahapan Penyusunan Master Plan Minapolitan
1.6 Sistematika Laporan
BAB II. KONSEPSI MINAPOLITAN
2.1 Pengertian Minapolitan
2.2 Kawasan Minapolitan
2.3 Tujuan dan Sasaran Minapolitan
2.4 Tipologi Minapolitan.
BAB III. PROFIL
KAWASAN
MINAPOLITAN
KAUR
3.1 Potensi Kawasan
3.2 Kajian Potensi Kawasan
3.3 Kedudukan Kawasan
3.4 Komoditi Unggulan
3.5 Tipologi Kawasan
BAB IV. SKENARIO
PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN KAUR
4.1 Rencana Alokasi Ruang
4.2 Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis
4.3
BAB V. STRATEGI
PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN KAUR
5.1 Kawasan Penghasil Bahan Baku
5.2 Kawasan Sentra Produksi Olahan
5.3 Kawasan Kota Kecil/Agropolis
5.4 Kawasan Kota Sedang/Outlet
5.5 Pola Hubungan Antar Kawasan Minapolitan
BAB VI. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN
6.1 Kegiatan Fisik
6.2 Kegiatan Non-fisik
6.3 Matriks Rencana Aksi
BAB VII. PENUTUP
10
BAB
2
KONSEPSI MINAPOLITAN
2.1. Pengertian Minapolitan
Program Minapolitan merupakan pengembangan
dan optimalisasi dari hasil-hasil pembangunan pada
kawasan andalan, kawasan sentra produksi,
kawasan pengembangan ekonomi terpadu serta
mengoptimalkan program-program yang sudah ada
sebelumnya. Program yang sudah ada sebelumnya
adalah program bimbingan masyarakat (Bimas),
kawasan industri masyarakat perkebunan (Kimbun),
Kunak, PPK, PIR, kemitraan petani dan pengusaha
agribisnis, kemitraan peternak/nelayan dengan
pengusaha
industri
makanan/eksportir,
pengembangan prasarana dan sarana penunjang
pertumbuhan ekonomi, sera program-program antar
departemen lainnya. Program dan kegiatan yang
sudah pernah ada dapat dijadikan cikal bakal
pengembangan kawasan Minapolitan.
Minapolitan terdiri dari dua kata, yakni mina dan
politan (polis). Mina berarti perikanan dan politan
berarti kota, sehingga Minapolitan dapat diartikan
sebagai kota berbasis perikanan atau kota di
daerah perikanan atau perikanan di daerah kota.
Dalam penyusunan masterplan di Kabupaten Kaur
ini, yang dimaksud dengan Minapolitan adalah kota
berbasis perikanan yang tumbuh dan berkembang
11
12
13
14
15
mengurangi kesenjangan
antar wilayah,
kesejahteraan
mengurangi kemiskinan,
16
tenaga
produktif,
serta
(iii)
pendapatan asli daerah (PAD).
meningkatkan
hutan
17
BAB
3
PROFIL KAWASAN
MINAPOLITAN KAUR
3.1. Potensi Kawasan
Potensi perairan paling potensial yang dapat
digunakan
untuk
pengembangan
kawasan
Minapolitan di Kecamatan Nasal, didukung oleh
Kecamatan Kelam Tengah dan Muara Sahung,
adalah keberadaan beberapa sungai besar yang
membentang dari Bukit Barisan sampai ke laut.
Sungai-sungai tersebut adalah Air Nasal, Air
Sawang dan Air Kulik di Kecamatan Nasal, Air
padang Guci di Kecamatan Kelam Tengah, serta
Air Luas dan Air Sahung di Kecamatan Muara
Sahung. Dengan bentangan sungai yang demikian,
budidaya ikan dapat dilakukan secara leluasa
karena semua perairan sungai berada di wilayah
kawasan Minapolitan.
Selain sungai, lahan sawah irigasi dapat pula
dijadikan tempat untuk budidaya ikan. Potensi
lahan irigasi yang sudah fungsional seluas 4.304 ha
yang terdiri dari irigasi teknis 28 ha, semi teknis 402
ha, sederhana 2.996 ha, irigasi desa 878 ha.
Adapun luas lahan yang potensial untuk budidaya
perikanan adalah 1.090 ha dan jumlah yang sudah
fungsional sebesar 1.225 ha.
18
Ikan Nila
2.
Ikan Mas
45,2
19
20
JENIS KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
Kolam
Sawah
Perairan Umum
Budidaya air payau
Budidaya Laut
JUMLAH
LUAS KETERANGAN
(Ha)
80
Fungsional 30
402 ha
190
30
10
710
21
Nama Desa
Kolam
(ha)
1.
2.
3.
Suku Tiga
T. Betuah
G. Menung
JUMLAH
30
20
10
60
Sawah
(ha)
253
85
64
402
Perairan
Umum
(ha)
40
15
7
62
No
Nama Desa
1.
2.
3.
Suku Tiga
T. Betuah
G. Menung
JUMLAH
Kolam
(ton)
Sawah
(ton)
10
7
5
22
20
10
2
32
Perairan
Umum
(ton)
-
22
23
Muara
Sahung
Kelam
Tengah
Nasal
24
hinterland
Kelam
Sebelah
selatan
Tanjung Kemuning
Sebelah
Timur
Semidang Gumay
dengan
dengan
Kecamatan
Kecamatan
hinterland
Muara
25
untuk dikembangkan
Kabupaten Kaur.
di
wilayah
Minapolitan
26
27
BAB
4
SKENARIO PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN
Skenario pengembangan kawasan Minapolitan di
Kabupaten Kaur harus menjawab permasalahan
yang berhubungan dengan budidaya ikan.
Permasalahan
yang
ditemukan
dalam
pengembangan perikanan budidaya antara lain:
1. Lemahnya struktur permodalan
2. Rendahnya SDM dan Tehnologi
3. Rendahnya kepercayaan perbankan dalam
mendukun permodalan usaha perikanan
4. Belum adanya infestor menamankan
modalnya untuk usaha dibidang perikanan
5. Terbatasnya
perikanan
sarana
dan
prasarana
28
29
Muara
Sahung
Kelam
Tengah
Nasal
Bintuhan
30
Sumatera.
Jalan provinsi yang melintasi
Kecamatan Muara Sahung merupakan jalan
penghubung (feeder road) kawasan barat Sumatera
yang relatif tertinggal dengan kawasan timur
Sumatera yang telah maju. Kawasan hinterland
Muara
Sahung
dapat
berfungsi
sebagai
penghubung antara daerah tertinggal dan daerah
maju di wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Berdasarkan fenomena di atas maka rencana
alokasi ruang untuk aktivitas agribisnis khususnya
perikanan budidaya di kawasan Minapolitan Nasal,
Kelam Tengah dan Muara Sahung dapat dibuat
sebagai berikut:
31
Muara
Sahung
Kelam
Tengah
Nasal
Outlet
BBI
Industri Pengolahan
Jalan dan Rel Kereta
ke M. Enim, Sumsel
Gambar 4. Peta rencana pengembangan sarana dan
prasarana di kawasan Minapolitan dan kawasan
hinterland
32
Kec. Nasal
Sentra Produksi
Tj. Betuah
Suku Tiga
Gd. Menung
Pasar
Merpas
Sentra Pengolahan
Gambar 5. Sebaran
fasilitas
di
Minapolitan wilayah Nasal
kawasan
33
Ke Bungin Tambun
Sentra
Produksi Ikan
Sentra
Pengolahan
Hasil
Tj. Ganti II
Tj. Ganti I
Rigangan III
RIGANGAN I
Unit
Perbenihan
Rakyat
Ke Tj. Kemuning
Gambar 6. Sebaran
fasilitas
di
kawasan
Minapolitan wilayah Kelam Tengah
34
103020 BT
103030 BT
PROV. SUMSEL
4020
LS
Ke Ujan Mas,
Sumsel
KEC. KINAL
A. Luas
Ke Bungin
Tambun
Pasar
4030
LS
PROV. SUMSEL
Ulak Bandung
Sentra Pengolahan
ULAK LEBAR
Muara Sahung
Bukitr Makmur
Sumber Makmur
Tri Tunggal Bakti
Cinta Makmur
Ke Tanjung Iman
KEC. LUAS
Gambar 7. Sebaran
fasilitas
di
kawasan
Minapolitan wilayah Muara Sahung
35
36
KP3KP
PENYULUH PROFESIONAL
KELOMPOK
TANI
INKUBATOR
TEKNOLOGI
KELOMPOK
NELAYAN
KLINIK KONSULTASI
AGRIBISNIS
MANAJEMEN
LEMBAGA
TEKNOLOGI
BUDIDAYA
PEMASARAN
Gambar 8. Skema
Pengembangan
Manusia
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN
Sumberdaya
37
38
PETANI &
NELAYAN
KELOMPOK
TANI NELAYAN
PETANI &
NELAYAN
PETANI &
NELAYAN
KELOMPOK
TANI -
KELOMPOK
TANI -
JPN-MINAPOLITAN
(JARINGAN PETANI-NELAYAN
MINAPOLITAN)
K
P3
K
P
P3R
(PERSATUAN PENELITIAN
PERIKANAN RAKYAT
UNIT
BUDIDAYA
TEKNOLOGI
BUDIDAYA
K
P3
K
P
UNIT
PEMASARAN
UNIT
PENGOLAHAN
PEMASARAN
TEKNOLOGI
PENGOLAHAN
39
PERUSAHAAN
BANK
ASOSIASI
PETANI
BELI
BAHAN
BAKU
PERUSAHAAN
KREDIT
KONSOLIDATOR
PABRIKAN
SEWA
NELAYAN
Gambar 10.
LAHAN
NELAYAN
PETANI
Pengembangan
sumber-sumber
permodalan berbasis konsolidasi lahan
40
Model
pengembangan
usaha
independen
menghendaki kondisi perusahaan bersama dengan
pabrikan otonom yang hanya menyetorkan biaya
pengelolaan. Pada Model ini, pabrikan sebagai
badan yang independen bergabung dengan
Pemda/Investor dan Petani membuat sebuah
perusahaan.
Pabrikan
memberikan
biaya
pengolahan sebagai saham, Pemda menjadikan
pajak, retribusi dan lain-lain (termasuk fresh money)
sebagai saham dalam perusahaan tersebut,
Investor akan menyetor modal segar (fresh money)
sebagai
saham
dan
petani
memberikan
lahan/bahan baku sebagai saham dalam perusahan
tersebut. Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset
dapat menyumbangkan hasil-hasil penelitian dan
pengembangan (IPTEK) sebagai saham dalam
perusahaan. Kemudian perusahaan melakukan
aktifitas
on-farm,
angkutan
dan
aktivitas
pemasaran.
Model pengembangan usaha independen di atas
dapat disebut sebagai pengembangan Badan
Usaha Milik Bersama (BUMB), dengan skenario
sebagaimana disajikan pada Gambar 11.
Pemasaran merupakan ujung tombak dari kegiatan
produksi, karena penilaian terakhir akan diberikan
oleh pembeli atau konsumen. Tujuan pemasaran
adalah memuaskan konsumen dan bukan
memuaskan produsen. Skenario pengembangan
pemasaran disajikan pada Gambar 12.
41
PERUSAHAAN
(PABRIKAN)
PEMDA/
INVESTOR
PETANI
Lahan
(bahan baku)
Biaya
pengolahan
Pajak/Modal
PERUSAHAAN/
INDUSTRI MAKANAN
ON-FARM
Gambar 11.
ANGKUTAN
PERGURUAN
TINGGI
IPTEK
PEMASARAN
Pengembangan
sumber-sumber
permodalan berbasis konsolidasi usaha
independen seperti Badan Usaha Milik
Bersama (BUMB)
42
PASAR
LOKAL
PETANI/
NELAYAN
PENGUMPUL
PASAR
LUAR
K
O
N
S
U
M
E
N
PEDAGANG
DAERAH
K
O
N
S
U
M
E
N
PENGOLAH
P
E
N
G
E
M
B
A
N
G
A
N
PUJASERI/
TOSERBI
KOPERASI
OUTLET
PRODUK
SUPER
MARKET
PABRIKAN
Gambar 12.
Pengembangan
Sistem
Kawasan Minapolitan
Pemasaran
43
44
45
BUPATI
TIM PENGENDALI:
KETUA DPRD
KEPALA BADAN/DINAS/KANTOR
TIM AHLI
UNSUR PERGURUAN TINGGI
INSTANSI PENELITIAN
EKS-POKJA AGROPOLITAN
MANAJER
PROFESIONAL
MANAGER
PRODUKSI
MANAGER
PEMASARAN
MANAGER
KEUANGAN DAN JASA
46
BUPATI
TIM PENGENDALI:
KETUA DPRD
KEPALA BADAN/DINAS/KANTOR
TIM AHLI
UNSUR PERGURUAN TINGGI;
INSTANSI PENELITIAN; EKS-POKJA MINAPOLITAN
DIREKTUR
BUMD
BIDANG
PRODUKSI
BIDANG
PEMASARAN
BIDANG
KEUANGAN DAN JASA
47
BAB
5
STRATEGI PENGEMBANGAN
KAWASAN
Skenario pengembangan kawasan Minapolitan di
Kabupaten Kaur harus diikuti dengan penyusunan
strategi yang tepat agar kawasan yang akan
dibangun dapat berkesinambungan.
Strategi
pengembangan kawasan Minapolitan diarahkan
pada
empat
komponen,
yakni
strategi
pengembangan kawasan penghasil bahan baku,
kawasan sentra produksi olahan, kawasan
pemasaran (kota kecil/agropolis), dan kawasan
prasarana-sarana pendukung (kota sedang/outlet).
48
Air Sawang (atas), Air Kulik Besar (tengah) dan Air Kulik Kecil
(bawah) sebagai lokasi kerambah di Nasal
49
50
Lokasi
Desa Terlibat
Perbenihan
BBI
Perbenihan
rakyat
UPR
Budidaya
Kolam
Kawasan
permukiman
dan rumah
makan
Budidaya
Mina-padi
Lahan sawah
irigasi seluas
200 ha
Semua desa
minapolis di 3
kecmatan
Budidaya
Keramba
Air Sawang
Tebat Lingkar
Ulak Bandung
(Muara Sahung)
51
52
Penetapan harga
kegiatan distribusi,
promosi,
informasi pasar,
intelijen pasar,
kebijakan, dan
struktur pasar.
53
54
kawasan
55
56
Air Nasal
Air Kulik Besar
Air Sawang
Tj. Baru
Kawasan
Outlet
Suku Tiga
Kawasan
Minapolis
Ikan segar dan
olahan
Bintuhan
Hasil Keramba
Tj. Betuah
Gd. Menung
Kulik
Kawasan
Outlet
Ulak Pandan
Hasil Keramba
Muara Air Kulik
Merpas
57
BAB
6
RENCANA AKSI
PENGEMBANGAN KAWASAN
MINAPOLITAN
Rencana aksi pengembangan kawasan Minapolitan
di Kabupaten Kaur disusun untuk jangka waktu
empat tahun, yakni tahun 2009 sampai 2012.
Kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam rencana
aksi ini diharapkan didanai dari berbagai sumber,
seperti APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan
APBN yang berasal dari berbagai kementerian dan
lembaga.
Setelah periode empat tahun selesai, kawasan
Minapolitan diharapkan sudah mandiri sehingga
mampu membiayai semua kebutuhannya secara
swadaya. Modal yang diberikan secara stimulan
kepada kelompok-kelompok tani diharapkan sudah
mulai bergulir, sementara infrastruktur pendukung
sudah mencukupi. Pembinaan dalam kawasan
Minapolitan selanjutnya dapat dibiayai melalui
kegiatan-kegiatan pada satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) terkait melalui APBD Kabupaten
Kaur.
Program pengembangan kawasan
Minapolitan perlu didukung oleh kelembagaan
pasca fasilitasi pemerintah yang melibatkan semua
pengambil kebijakan di daerah.
58
59
dibutuhkan sebagai
usaha
kelompok
60
61
Kegiatan
Satuan
Harga
satuan Volume
(Rp. Ribu)
Biaya
(Rp. Ribu)
Manfaat
Lokasi
2009
Biaya
Vol
Vol
Jadwal Pelaksanaan
2010
2011
Biaya
Vol
Biaya
Vol
2012
Biaya
Penanggung
Jawab
KEGIATAN FISIK
1,500
1,500
400
600,000
350
400
600,000
0 Pemkab
525,000
350
525,000
0 Pemkab;
KNPDT;
Bangda
350 525,000 Pemkab
10,000
20,000
200
300,000
3 Pembangunan outlet
Pusat Jajan Serba Ikan
(Pujaseri)
m2
1,500
4 Pembangunan kios/outlet
penjualan prouk
perikanan
m2
5,000
5 Pembangunan Toko/kios
Sarana Produksi
m2
1,500
300,000 Bintuhan
600,000 Merpas
300,000
300,000
6 Pembangunan kawasan
industri pengolahan ikan
m2
1,500
unit
150,000
5 penyediaan
benih
kawasan hinterland
pada
10 memberikan contoh
budidaya ikan terpadu
usaha
8 Pembangunan sistem
budidaya Tebat Lingkar
9 Penyediaan alat
pengolah abon
10 Penyediaan alat
pengolah ikan asin/
pengeringan hygenis
11 Penyediaan alat
pengasapan ikan
12 Penyediaan alat
pengolah kerupuk ikan
13 Penyediaan alat
packaging
14 Penyediaan kantor
koperasi dan LKM
Ha
50,000
unit
15,000
paket
10,000
paket
10,000
paket
7,500
paket
5,000
m2
1,500
usaha
50,000 Sepanjang
jalan negara
di Kab Kaur
20,000 Pemkab
0 Pemkab
400 600,000 Depperind;
KNPDT; PU
1 150,000 DKP
10
500,000
75,000 Merpas
30,000
45,000
0 Pemkab
50,000 Merpas
20,000
30,000
0 Pemkab
50,000 Merpas
20,000
30,000
0 Pemkab
37,500 Merpas
15,000
22,500
0 Pemkab
25,000 Merpas
10,000
15,000
225,000 Bintuhan
0 PNPM;
Pemkab
0 Pemkab
150 225,000 Dep. Kop.
UKM
62
500
4,000 memperlancar
produksi
2 Pengembangan
pariwisata terpadu pada
sistem budidaya di Tebat
3 Lingkar
Penyediaan jaringan
ha
20,000
10 Meningkatkan
masyarkat
unit
15,000
paket
paket
6 Pembangunan
jalan
menuju klinik konsultasi
agribisnis
7 Pembangunan
Balai
penelitian
dan
pengembangan teknologi
perikanan
0 4,000 2,000,000
10
200,000
30,000
30,000
60,000
10,000
3 memperlancar komunikasi
750
m2
1,500
8 Pembangunan
Pengujian
mutu
kesehatan ikan
Balai paket
dan
9 Pembangunan
Perikanan
SMK
m2
1,500
kendaraan
unit
75,000
kendaraan
unit
15,000
10 Pengadaan
roda 4
11 Pengadaan
roda 2
12 Peningkatan
irigasi
150,000
100 tempat
dilakukannya
penyuluhan bagi masyarakat
dan konsultasi usaha
350 tempat dilakukannya penelitian
komoditi
perikanan
dan
pengembangan
teknologi
budidaya
dan pengolahan
perikanan
1 meningkatkan mutu produk
hasil perikanan dan mengatasi
serangan penyakit ikan
400 meningkatkan kualitas SDM
yang akan mengelola usaha
perikanan
2 memperlancar pengangkutan
dan pemasaran produk
4 meningkatkan kinerja tenaga
penyuluh
1,000 meningkatkan
ketersediaan
sumber air pada budidaya ikan
jaringan
500
13 Pemasangan
saluran
khusus (paralon) dari
bendungan ke kolam BBI
500
1,500 meningkatkan
ketersediaan
sumber air pada budidaya ikan
5,000
14 Pembuatan baliho
unit
15 Pengadaan
peralatan paket
laboratorium BBI
16 Pengadaan alat pembuat
pakan ikan/pelet mini
unit
200,000
2 memperlancar
aktivitas
produksi
dan
administrasi
perkantoran
1 meningkatkan produksi benih
listrik
4 Penyediaan jaringan air
bersih
5 Penyediaan jaringan
telepon
50,000
15
100
600,000 Merpas
250,000
45 Merpas
0 Pemkab
150,000
0 DKP
150,000
0 Pemkab
0 Pemkab
0 Pemkab
1,500
750,000
0 Pemprov
20,000
0 Pemkab
0 DKP
45
0 Dep.
KOMINFO
60,000
1,000
0 Pemkab
75,000
0 PLN
30,000
500
0 Dep. PU
Pemkab
525,000 Merpas
500,000 Tanjung
Betuah,
Gedung
Menung
750,000 Suku Tiga,
Nasal (BBI)
0 DKP (TP)
63
B.
75,000
1 untuk
mencari
dan
mengembangkan bibit unggul
20,000
60,000 3 kecamatan
250,000 A. Tetap, A.
Kulik,
A.
Sawang,
Tebat
Lingkar
50,000 Bintuhan
50,000
4 Penyusunan
roadmap paket
industri
berbasis
perikanan budidaya
5 Pengkajian potensi dan paket
peluang pengembangan
komoditi unggulan
50,000
50,000
paket
50,000
paket
100,000
paket
50,000
paket
25,000
paket
50,000
paket
50,000
paket
50,000
75,000
20,000
20,000
20,000
Pemkab
50,000
100,000
50,000
50,000
Pemkab
50,000
Pemkab
50,000
Pemkab
200,000
100,000
100,000
50,000
50,000 Bintuhan
25,000
50,000 Bintuhan
50,000
50,000
50,000
50,000
500,000 3 kecamatan
150,000 3 kecamatan
50,000 3 kecamatan
100,000
DKP
2 100,000 Pemkab
0 Pemkab
0 Depkop UKM
25,000
0 Pemkab
Pemkab
50,000
Pemkab
(Pokja)
Pemkab
64
BAB
7
PENUTUP
Penyusunan Master Plan kawasan Minapolitan
merupakan tahapan ketiga dalam program
Minapolitan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten Kaur. Pada tahapan selanjutnya, yakni
pembangunan
kawasan
Minapolitan,
pelaksanaannya harus sudah menggunakan
dokumen
master
plan
sebagai
dokumen
perencanaan. Oleh sebab itu, ke depan master plan
ini harus dijadikan acuan dalam tahapan
pengembangan kawasan Minapolitan. Penyusunan
program
implementasi
atau
rencana
detil
pengembangan selanjutnya harus secara sinergis
dan harmonis dilakukan oleh departemen dan
instansi terkait.
Kawasan Minapolitan Kabupaten Kaur merupakan
kawasan Minapolitan di tingkat Kabupaten Kaur.
Pada kawasan Minapolitan tersebut tipologi
pengembangan yang utama adalah berbasiskan
pertanian tanaman pangan dalam bentuk integerasi
padi dan ikan, tipologi perikanan budidaya,
disamping didukung oleh tipologi agrowisata.
Kawasan tersebut diharapkan segera berkembang
menjadi kawasan Minapolitan mandiri yang dikelola
oleh masyarakat tani-nelayan dan difasilitasi oleh
pemerintah Kabupaten Kaur.
65
66