Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.3. MANFAAT
Penulisan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami penggolongan
logam nikel dan mengetahui cara ekstraksi logam nikel.
BAB II
PEMBAHASAN
Biru
Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel (II) menghasilkan
endapan gelatin hijau nikel (II) hidroksida menurut persamaan reaksi;
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)
Seperti halnya kobalt (II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri tertrahedron
yaitu halida, misalnya ion tertrakloronikelat (II) yang berwarna biru. Senyawa kompleks ini
terbentuk dari penambahan HCl pekat ke dalam larutan garam nikel (II) dalam air menurut
persamaan reaksi ;
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq) [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
Hijau
Biru
Senyawa kompleks nikel (II) bujursangkar yang umum dikenal yaitu ion
tetrasianonikelat (II). [NiCl4]2-, yang berwarna kuning, dan bis (dimetilglioksimato) nikel
(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink. Warna yang karakteristik pada kompleks
yang di kedua ini merupakan reaksi penguji terhadap ion nikel (II) ; senyawa kompleks ini
dapat diperoleh dari penambahan larutan dimetilglikosim (C 4N2O2H8 = DMGH) ke dalam
larutan nikel (II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan amonia menurut persamaan
reaksi ;
Logam nikel dapat didapatkan dengan cara penambangan, Operasi penambangan nikel
biasanya digolongkan sebagai tambang terbuka dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pemboran
Pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah guna
mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah tersebut.
2. Pembersihan dan pengupasan
Lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di tempat tertentu
ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah purna tambang.
3. Penggalian
Lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke tempat
pengolahan.
2. Drying
Drying atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadarmoisture dalam bjih.
Bisanya kadar kelembaban dalam bijih sdekitar 30-35% dan diturunkan dalam proses ini
dengan rotary dryer menjadi 23%. Dalam rotary dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara
mengalirkan gas panasa yang dihasilkan dari pembakaran batu bara bubuk dan marine
fuel dalam Hot Air Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperatur sampai
200o C.
3. Calcining
Tujuan Utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam bijih, air kristal
yang biasa dijumpai adalah serpentine 3MgO.2SiO2.2H2O dan goethite (Fe2O3.H2O). Proses
dekomposisi dilakukan dalam Rotary Kiln (Tempat pembakaran berputar) dengan temperatur
sampai 850o C meggunakan batu bara bubuk secara Counter Current. Disamping
menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya didesain sudah terjadi reaksi reduksi
dari NiO dan Fe2o3. Dalam teknologi Krupp rent, semua reduksi dilakukan dalam rotaru kiln
dan dihasilkan luppen. Sedangkan dalan teknologi Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO
tereduksi secara tidak langsung dalam rotary kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO
sedangkan sisanya dilakukan dalam electric furnace. Produk dari rotary kiln ini disebut
dengan calcined bijih dengan kandungan moisture sekitar 2% dan siap lebur dalam electric
furnace.
4. Smelting
Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalan rangkaian proses ini.
Reaksi reduksi 80% terjadi secara lagsung dan 20% secara tidak langsung pada temperature
sampai 1650o C.
5. Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/ memperkecil kandungan Sulfur
dalan crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan dengan
kebutuhan proses lanjutan yang digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan baja
dimana baja yang bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan
Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0.3% sehingga jika kandungan Sulfur tidak diturunkan
maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk menurunkan kadar.
Bijih nikel dipanggang di udara menghasilkan NiO, yang kemudian direduksi dengan C
menjadi Ni. Nikel biasanya dimurnikan dengan elektrodeposisi namun dalam nikel yang
tinggi kemurniannya tetap dibuat dengan proses karbonil. CO bereaksi dengan Ni yang tidak
murni pada suhu 50C dan tekanan biasa atau dengan anyaman nikel tembaga dalam keadaan
yang lebih kuat menghasilkan Ni(CO)4 yang mudah menguap, di mana logam dengan
kemurnian 99,90-99,99 % diperoleh pada komposisi termal 200 C.
Nikel diekstrak dari bijih nya dengan proses pemanggangan menghasilkan logam yang
kemurniannya >80%. Pemurnian akhir dari pemurnian nikel oksida menggunakan proses
Mond, yang dapat meningkatkan kemurnian nikel hingga 99%. Proses modern dipatenkan
oleh L. Mond.
Proses ini memanfaatkan fakta bahwa ikatan kompleks antara karbon monoksida dengan
nikel mudah dan reversibel untuk memberikan karbonil nikel. Proses ini memiliki tiga
langkah :
a. Nikel oksida direaksikan dengan Syngas pada 200 C untuk menghilangkan oksigen,
meninggalkan nikel murni. Kotoran termasuk besi dan kobalt.
NiO (s) + H2 (g) Ni (s) + H2O (g)
b. Nikel murni direaksikan dengan karbon monoksida berlebih pada 50-60 C untuk
membentuk karbonil nikel.
Ni (s) + 4 CO (g) Ni (CO)4 (g)
c. Campuran karbon monoksida berlebih dan nikel karbonil dipanaskan hingga 220-250
C. Pada pemanasan, tetracarbonyl nikel nikel terurai untuk memberikan:
Ni (CO) 4 (g) Ni (s) + 4 CO (g)
Selanjutnya
untuk
memproses Nickel
matte menggunakan
ekstraksi
logam hydrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah
dengan cara pelindian dengan media cairan). Proses Pyrometallurgy Reduksi yang terjadi
pada proses ini hanya sebagian dari besi saja yang dapat diikat menjadi terak, dan sebagian
besar masih dalam bentuk ferro-nikelalloy.Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel
pada reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung belerang
(Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel terhadap oksigen dan
belerang, sehingga proses ini didapatkan metal yaitu paduan Ni3S2 dan FeS.
Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60 % Fe dan selanjutnya
metal yang masih dalam keadaan cair terus diproses lagi dalam konvertor. Proses-proses
konvertor diberikan bahan tambah silikon untuk mengerakkan oksida besi. Gerak hasil
konvertor ini masih mengandung nikel yang cukup tinggi, sehingga gerak ini biasanya di
proses ulang pada peleburan (Resmelting). Proses selanjutnya metal di panggang untuk
memisahkan belerang.
Nikel oksida yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di reduksi dengan bahan
tambah arang (charcoal), sehingga didapat logam nikel.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Nikel adalah logam yang berwarna putih keperakan, kuat dan keras, yang bisa
didapatkan dengan cara ekstraksi . Nikel dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu logam
nikel oksida dan logam nikel sulfida. Nikel bersifat feromagnetik ,bereaksi sangat lambat
pada suhu kamar dan tidak akan beraksi dengan basa alkali. Logam nikel dapat diekstraksi
meggunakan proses pyrometalurgy yaitu proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur
tinggi untuk menghasilkan liquid mattle yang akan digunakan untuk pemurnian pada tahap
berikutnya. Untuk memproses nikel mattle menggunakan ekstraksi logam hydrometalurgy
yaitu proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur yang relatif rendah dengan cara
pelindian dengan media cairan
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia.2001.Penuntun Belajar Kimia Dasar Kimia Unsur dan Radiokimia.
Bandung:PT. Citra Aditya Bakti.
Brady, James E. 2002. Kimia Universitas Asas dan Strukutur. jilid 2. Tangerang :Binarupa
Aksara.
Cotton, F. Albert dan Geofrey Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Handoyo, Kristian, dkk. 2001. Buku Materi Pokok Kimia Anorganik 2. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Rahayu, Sri. 2007. Sains Kimia 3 SMA/MA Kelas XII.Jakarta: Bumi Aksara.