Oleh :
SHOFI KHAQUL ILMY
NIM. 105070200131010
CEREBROVASCULAR ACCIDENT:
INTRAVENTRICULAR HEMORRHAGE (CVA-IVH)
1. DEFINISI
Perdarahan intraventrikel atau yang biasa disebut dengan IVH adalah perdarahan
yang terdapat pada sistem ventrikel otak, dimana cairan serebrospinal di produksi dan
disirkulasikan ke ruang subarachnoid. Perdarahan ini dapat disebabkan karena
adanya trauma ataupun juga perdarahan pada stroke.
Disebutkan
perdarahan
pula
bahwa
intraserebral
Primary
nontraumatik
Intraventricular
yang
terbatas
Hemorrhage
pada
merupakan
sistem ventrikel.
2. ETIOLOGI
Etiologi PIVH bervariasi dan pada beberapa pasien tidak diketahui. Tetapi menurut
penelitian didapatkan :
a. Hipertensi, aneurisma bahwa PIVH tersering berasal dari perdarahan hipertensi
pada arteri parenkim yang sangat kecil dari jaringan yang sangat dekat dengan
sistem ventrikuler.
b. Kebiasaan merokok dan Alkoholisme
Dari studi observasional dilaporkan meningkatnya kejadian stroke perdarahan
pada pasien merokok dan konsumsi alkohol. Kandungan (zat) yang terkandung
dalam rokok, terutama nikotin dapat menyebabkan penurunan elastisitas dinding
vaskuler. Konsumsi alkohol dengan jumlah banyak maupun sedikit namun dalam
jangka waktu yang lama akan berefek pada sistem kardiovasluler, gangguan yang
4. PATOFISIOLOGI
Hipertens
i
Tek. Vaskuler melebihi tek.
Maksimal vaskuler otak
Penekanan
pada area
sensitif nyeri
Nyeri kepala
abnormalitas formasi
vaskuler otak
Menyebabkan vaskuler mudah
ruptur karena formasi vaskuler
sendiri
Penekanan pada
area tertentu pada
otak dapat
Apabila dibiarkan akan
menybabkan
terjadi edema otak
gangguan fisiologis
otak seperti
Gangguan kesadaran
:gangguan bicara
(penurunan)
(area broca),
5. GEJALA
gangguan
gerak,
Pada dasarnya gejala dari IVH sama dengan gejala pada perdarahan intraserebral
lainnya, seperti sakit kepala mendadak, mual dan muntah, perubahan/penurunan
status mental atau level kesadaran.
a. Sakit kepala mendadak
b.
c.
d.
e.
f.
Kaku kuduk
Muntah
Letargi.
Penurunan Kesadaran.
Gangguan atau penurunan fisiologis pada bagian tubuh tertentu misal pada
anggota gerak.
6. PROGNOSA
Prognosa IVH akan sangat buruk apabila merupakan hasil dari perdarahan
intraserebral yang disebabkan katena hipertensi, dan prognosa akan bertambah buruk
apabila hydrocephalus mengikuti. Hal ini dapat menyababkan peningkatan TIK dan
dapat menyebabkan hernia otak. Darah yang berapa pada ventrikrl otak dapat
menggumpal dan akan menyumbat aliran dari CSF sehingga dapat terjadi
hydrochepalus yang dapat dengan cepat meningkatkan TIK dan dapat menyebabkan
kematian. Kemudian, produk-produk pemecahan bekuan darah dapat merangsang
pelepasan agen-agen inflamsi yang dapat merusak granulasi dari arachnoid,
menghalangi reabsorbsi CSF dan dapat menyebabkan hydrochepalus permanen.
7. KOMPLIKASI
a. Hidrosefalus (Octaviani, 2011)
Hal ini merupakan komplikasi yang sering dan kemungkinan disebabkan karena
obstruksi cairan sirkulasi serebrospinal atau berkurangnya absorpsi meningeal.
Hidrosefalus dapat berkembang pada 50% pasien dan berhubungan dengan
keluaran yang buruk.
b. Perdarahan ulang (rebleeding) (Octaviani, 2011)
Dapat terjadi setelah serangan hipertensi.
c. Vasospasme. (Octaviani, 2011)
Beberapa laporan telah menyimpulkan hubungan
antara
intraventricular
hemorrhage (IVH) dengan kejadian dari vasospasme serebri, yaitu: 1). Disfungsi
arteriovena hipotalamik berperan dalam perkembangan vasospasme intrakranial.
2). Penumpukkan atau jeratan dari bahan spasmogenik akibat gangguan dari
sirkulasi cairan serebrospinal
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis klinis dari PIVH sangat sulit dan jarang dicurigai sebelum CT scan meskipun
gejala klinis menunjukkan diagnosis mengarah ke IVH, namun CT Scan kepala
diperlukan untuk konfirmasi. CT sangat sensitif dalam mengidentifikasi perdarahan akut
dan dipertimbangkan sebagai baku emas. Rekomendasi AHA Guideline 2010 untuk
pencitraan pada kasus stroke adalah:
a. Computed Tomography-Scanning (CT- scan).
CT Scan merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS (perdarahan intra
serebral/ICH) dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat
dan
hemosiderin.
c. CT angiografi, CT venografi, contrast-enhanced CT, contrast-enhanced MRI,
magnetic resonance angiography, and magnetic resonance venography dapat
digunakan untuk mengevaluasi lesi struktural yang mendasari, termasuk malformasi
pembuluh darah dan tumor jika terdapat kecurigaan klinis atau radiologis.
9. PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL
a. Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius)
Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan
pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan baubauan seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut.
Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.
b. Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)
Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan.
Periksa
ketajaman
dengan
membaca,
perhatikan
jarak
baca
atau
bentuk)
c. Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan Abdusen)
Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan
perdarahan pupil
Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi
cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah.
ketiga area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam dan tumpul.
Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapat dilakukan diketiga
area wajah tersebut. Minta klien menyebabkanutkan area mana yang
mandibula.
e. Fungsi saraf kranial VII (N. Fasialis)
Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke
ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam
Fungsi motorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua
al;is berbarengan, menggembungkan pipi. Lihat kesimetrisan kanan dan kiri.
Periksa kekuatan otot bagian atas dan bawah, minta klien memejampan mata
kuat-kuat
f.
dan
coba
untuk
membukanya,
minta
pula
klien
utnuk
Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menelan air sedikit,
observasi gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara
i.
extremitas klien.
Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji
tahanan terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan
tangan.
13. TATALAKSANA
a. CT Scan kepala sangat sensitif dalam mengidentifikasi perdarahan akut
dandipertimbangkan sebagai gold standard.
b. Terapi konvensional PIVH berpusat pada
tatalaksana
hipertensi
dan
karena
peningkatan
tekanan
intrakranial
yang
berat
beralasan
pada
tehnik
operasi
yang
paling
popular
untuk
tatalaksana
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah merupakan tahap awal dari proses perawatan yaitu suatu pendekatan
yang sistematis dimana sumber data, diperoleh dari klien, keluarga klien.
1.
Anamnesia/Identitas.
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, bangsa/suku, pendidikan,
2.
3.
yang jelek, aktivitas yang kurang adekuat dan pola hidup yang kurang sehat
Riwayat Psikososial.
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologi klien dengan timbul gejalagejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penerimaan terhadap
penyakitnya.
8.
Pola Sehari-hari :
1.
2.
Pola Eliminasi.
Kebiasaan dalam BAB didapatkan ,sedangkan kebiasaan BAK akan terjadi
3.
4.
5.
Didalam perubahan konsep diri itu bisa berubah bila kecemasan dan kelemahan
6.
7.
8.
terjadi perubahan
Pola hubungan dan peran
Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan peran dan peran
9.
penyakitnya.
11. Pola tata dan kepercayaan.
Timbulnya distress dalam spiritual pada klien, maka klien akan menjadi cemas
dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
# Pemeriksaan Fisik :
1.
Keadaan umum
Biasanya klien CVA mengalami badan lemah, nyeri kepala, penurunan kesadaran,
tensi meningkat, suhu, nadi, pernafasan.
2.
Kepala dan leher
Keadaan rambut, kepala simetris atau tidak, ada tidaknya benjolan kepala, panas
atau tidak, maka simetris atau tidak, keadaan sclera, puppi reflek terhadap cahaya,
hidung simetris atau ada tidaknya polrip, epistaksis mulut, leher simetris serta ada
pembesaran kelenjar tiroid
Thorax dan abdomen
Biasanya klien CVA tidak terdapat kelainan, bentuk dada simetris.
4.
Sistem respirasi
Apa ada pernafasan abnormal, tidak ada suara tambahan dan tidak terdapat
3.
5.
Rencana Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d interupsi aliran darah, vasospasme
serebral
Kriteria hasil:
-
Intervensi keperawatan
1) Ubah Posisi klien secara bertahap
R/ klien dengan penurunan kesadaran memiliki resido untuk mengalami luka
dekubitus. Perubahan posisi secara perkala setiap 2 jam akan dapat
meminimalkan tekanan pada sisi tertentu.
2) Atur posisi klien bed rest
R/ bed rest berujuan untuk mengurangi kerja fisik, beban kerja jantung:
meminimalkan hipertensi
3) Jaga suasana tenang
R/ suasana tenang akan dapat memberikan kenyanyamanan pada klien dan
mencegah ketegangan
4) Kurangi cahaya lingkungan
R/ cahaya merupakan suatu rangsangan yang beresiko terhadap peningkatan TIK
5) Tinggikan kepala
R/ membantu drainase vena untuk mengurangi kongesti serebrovaskuler
6) Angkat kepala dengan hati-hati
R/ tindakan yang kasar dan kurang berhati-hati akan dapat meningkatkan TIK
7) Awasi kecepatan tetesan cairan IV
R/
mencegah
adanya
pemasukan
cairan
berlebih
yang
dapat
menyebabkan/memperburuk edema serebri
8) Berikan makanan menggunakan sonde sesuai jadwal
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi klien
9) Pasang pengaman tempat tidur
R/ mencegah klien untuk jatuh dari tempat tidur akibat tidak sadar
10)
Hindari prosedur nonesensial yang berulang
R/ meminimalkan peningkatan TIK
11)
Pantau tanda gejala peningkatan TIK dengan GCS
R/ fungsi kortikal dapat dikaji dengan mengevaluasi pembukaan mata dan respon
motorik. Tidak ada repon menunjukkan kerusakan mesenfalon.
12)
Kaji perubahan TTV
R/ perubahan TTV menandakan adanya peningkatan TIK. Perubahan Nadi
menunjukkan tekanan batang otak, pada awalnya akan melambat kemudian akan
meningkat untuk mengkompensasi hipoksia
13)
Intervensi Keperawatan
(1) Lakukan bantuan untuk oral hygene, mandi, dan pemenuhan ADL lainnya
R/ klien dalam kedaan penurunan kesadaran tidak dapat melakukan pemenuhan
ADLnya secara mandiri
(2) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.
R/ membantu dalam mengantisipasi pemenuhan kebutuhan secara individual.
(3) Pertahankan dukungan sikap, yang tegas, beri pasien waktu ya cukup untuk
mengerjakan tugasnya.
R/ Pasien akan memerlukan empati tetap perlu untuk mengetahui pemberi asuhan
yang akan membantu pasien secara konsisten.
(4) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang keutuhannya.
R/ tidak dapat mengatakan kebutuhannya pada fase pemulihan akut tetapi
biasanya dapat mengontrol kembali fungsi sesuai perkembangan proses
penyembuhan.
(5) Kolaborasi
-
DAFTAR PUSTAKA
Arboix, Adria, dkk. 2012. Spontaneous Primary Intraventricular Hemorrhage: Clinical
Features and Early Outcome. Medical Journal of Neurology International Scholarly
Research Network. 2012 (07) 22 : 1-7.
Boderick, Joseph, Connoly, Sander. 2007.
Penuntun
Manajemen
Perdarahan
Emergencies.
acute-management-of-adult.html,