Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus
forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau skar
atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan dalam
beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen
elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali
terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan
trauma.2

Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Didalam melakukan pemeriksaan
terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan pada hakekatnya dokter
diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan dan kewajiban
dokter didalam membuat Visum Et Repertum hanyalah menentukan secara
objektif adanya luka , dan bila ada luka dokter harus menentukan derajatnya.
Berdasarkan derajat luka, luka dibedakan menjadi luka ringan (luka derajat
pertama), yaitu luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu, luka sedang (luka
derajat kedua), yaitu luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu, dan luka berat yaitu

luka yang termasuk dalam pengertian hukum luka berat (pasal 90 KUHP).
Berdasarkan Pasal 352 disebutkan: (1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan
356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang
yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya. (2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa
penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et
Repertum, dimana di dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik
korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak pidana. Bagi
dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik
termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai
pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk mempermudah
tugas-tugasnya dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan benar sehingga
dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk
memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter sering
mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya
pengetahuan tentang luka. Padahal Visum et Repertum harus di buat sedemikian
rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material , sehingga dapat dipakai
sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.1,2,3

BAB II
ILUSTRASI KASUS

Identitas Korban
Nama

: Ferry Susanto

Umur

: 35 Tahun

Jenis Kelamin

: laki-laki

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Bumi Manti Kampung Baru, Rajabasa, Bandar

Lampung

Riwayat
Korban datang dalam keadaan sadar, keadaan umum baik. Korban mengaku
ditusuk oleh orang yang tak dikenal dirumah korban jalan Bumi Manti Kampung
Baru pada tanggal 24 April 2014 sekira pukul 01.30 WIB.

Visum Et Repertum nomor : 353/1174/5.13/V/2014


Halaman pertama dari dua halaman

PEMERINTAH PROPINSI LAMPUNG


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
Jl. Dr. Rivai No. 6 Telp. 0721-703312 Fax. 703952
BANDAR LAMPUNG
Nomor : 353/ 1174/5.13/V/2014
Bandar Lampung. 24 April 2014
Lamp :
Perihal : Hasil pemeriksaan luka
Atas Nama FERRY SUSANTO
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan di bawah ini Rosdiana Elisabeth, dokter spesialis
Forensik pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung, atas permintaan tertulis dari Indra Wijaya, pangkat AKP, NRP.
80031060, jabatan Kepala kepolisian Sektor Natar, Lampung Selatan dengan
suratnya nomor B/ 02/1/ 2014/ Reskrim, tertanggal dua puluh empat April tahun
dua ribu empat belas. Maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua
puluh empat April tahun dua ribu empat belas, sekira pukul empat lebih tiga puluh
menit Waktu Indonesia Barat, bertempat di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD
dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, telah melakukan pemeriksaan korban
dengan nomor register 55 70 46, dengan indentitas yang menurut surat permintaan
tersebut adalah : ----------------------------------------------Nama

: FERRY SUSANTO----------------------------------------------

Umur

: 30 tahun------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin

: Laki-laki-----------------------------------------------------------

Pekerjaan

: Karyawan honorer------------------------------------------------

Alamat

: Jl. Bumi Manti Kampung Baru, Rajabasa, Bandar


Lampung-----------------------------------------------------------

Agama

Islam---------------------------------------------------------------Korban datang dalam keadaan sadar, keadaan umum baik. Korban mengaku
ditusuk oleh satu orang yang tak dikenal dirumah korban jalan Bumi Manti
Kampung Baru pada tanggal dua puluh empat April dua ribu empat belas sekira

pukul

satu

lewat

tiga

puluh

Barat-------------------------------------------

menit

Waktu

Indonesia

Visum Et Repertum nomor : 353/1174/4.13/III/2014


Halaman kedua dari dua halaman

HASIL PEMERIKSAAN : ---------------------------------------------------------------1. Luka luka : --------------------------------------------------------------------------------a. Pada perut sisi kiri, lima belas senti meter dari garis pertengahan depan,
empat puluh satu senti meter dari puncak bahu terdapat luka terbuka yang
sudah dijahit sebanyak tujuh jahitan dengan panjang tujuh koma lima senti
meter ---------------------------------------------------------------------------------b. Pada perut sisi kiri, dua puluh koma lima senti meter dari garis
pertengahan depan, empat puluh dua senti meter dari puncak bahu terdapat
luka terbuka yang sudah dijahit sebanyak lima jahitan dengan panjang
tujuh senti meter---------------------------------------------------------------------c. Pada perut sisi kiri, delapan belas koma lima senti meter dari garis
pertengahan depan, tiga puluh Sembilan senti meter dari puncak bahu
terdapat luka lecet geser berwarna kemerahan dengan panjang tiga koma
lima senti meter kali dua senti meter---------------------------------------------d. Pada jari tengah tangan kanan sisi depan, ruas jari pertama terdapat luka
terbuka yang sudah dijahit sebanyak tiga jahitan berbentuk V---------------e. Pada tangan kanan sisi belakang, sebelas senti meter diatas pergelangan
tangan terdapat luka lecet gores berwarna kemerahan dengan panjang dua
koma lima senti meter--------------------------------------------------------------KESIMPULAN: ----------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan terhadap seorang korban laki-laki berumur tiga puluh
satu tahun ini ditemukan tiga luka terbuka yang sudah dijahit pada perut sisi kiri,
satu luka terbuka yang sudah dijahit pada jari tengah tangan kanan dan luka lecet
pada tangan kanan. Luka-luka tersebut tidak dapat menimbulkan penyakit atau
halangan dalam melaksanakan aktivitas sehari hari (luka ringan) --------------------Demikian Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenar-benarnya dengan
menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai pada
waktu menerima jabatan---------------------------------------------------------------------

Dokter tersebut di atas,


dr. Laisa Muliati
BAB III
PEMBAHASAN

Surat Permintaan Visum et Repertum dilakukan secara tertulis yang sesuai dengan
pasal 133 KUHAP ayat 2. Visum et Repertum dilakukan secara tertulis sesuai
dengan Lembaran Negara tahun 1973 No.350 pasal 1 dan pasal 2.
Terdapat tulisan PRO JUSTISIA pada sudut kiri atas yang menandakan bahwa
surat tersebut dibuat untuk kepentigan hokum, dan visum tersebut tidak perlu
bermaterai.
Pada pendahuluan terdapat identitas peminta visum (nama, pangkat, NRP, jabatan,
sektor Kepolisian, nomor SPVR, dan tanggal dibuat SPVR), yaitu Indra Wijaya,
pangkat AKP, NRP. 80031060, jabatan Kepala kepolisian Sektor Natar, Lampung
Selatan penyidik dengan pangkat AKP dengan suratnya nomor B/ 02/1/ 2014/
Reskrim, tertanggal dua puluh empat April tahun dua ribu empat belas.
Berdasarkan ketentuan, penyidik adalah Polri dengan pangkat serendah rendahnya
AIPDA/ Ajudan Inspektur Dua, sedangkan pangkat terendah untuk penyidik
pembantu adalah Bripda / Brigadir Dua.
Pada Pendahuluan juga terdapat identitas dokter yang memeriksa atau membuat
visum (nama dokter dan lokasi pemeriksaan), tanggal dan jam dilakukan
pemeriksaan, yaitu Rosdiana Elisabeth, dokter spesialis Forensik di Ruang
Instalasi Gawat Darurat, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung pada tanggal dua puluh empat April tahun dua ribu empat
belas, sekira pukul empat lebih tiga puluh menit Waktu Indonesia Barat.
Bagian terakhir dari pendahuluan memuat identitas korban (nama, umur, jenis
kelamin, pekerjaan, alamat, agama), dan keterangan dari penyidik mengenai
kronologis singkat (kejadian yang dialami, pelaku, waktu dan tempat kejadian).
Bagian Pemberitaan / hasil pemeriksaan tidak mencantumkan identitas korban
menurut pemeriksaan dokter (umur, jenis kelamin, tinggi, dan berat badan) karena
berdasarkan anamnesis, identitas korban sudah sesuai dengan yang terdapat dalam
SPVR. Bagian ini juga memuat kelainan yang ditemukan (jumlah, lokasi:
anatomis dan menurut garis khayal tubuh, bentuk ukuran dan sifat luka: batas,
tepi, sudaut, jembatan jaringan, dasar) dan tindakan yang sudah dilakukan.
Dalam hal hasil pemeriksaan pada korban ini sudah memuat hasil pemeriksaan
yang objektif sesuai dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada
korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan juga dilakukan dengan baik secara
sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya
juga tertentu yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak
antara luka dengan garis tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan
titik anatomis permanen yang terdekat), jenis luka atau cedera, karakteristiknya
serta ukurannya. 2

Pada korban ini ditemukan luka terbuka yang sudah dijahit pada perut sisi kiri
luka lecet gores pada tangan kanan sisi belakang dan telapak tangan. Ditemukan
juga memar pada pelipis kiri, kepala belakang dan leher kanan belakang akibat
kekerasan benda tumpul. Karena benda-benda yang dapat mengakibatkan luka
dengan sifat luka ini adalah benda yang memiliki permukaan tumpul. Dan luka
7

yang terjadi dapat berupa memar, luka lecet dan luka robek.4

Memar atau hematom adalah suatu pendarahan dalam jaringan bawah kulit atau
kutis akibat pecahnya kapiler dan vena, yang di sebabkan oleh kekerasan benda
tumpul. Luka memar kadang kala memberi petunjuk tentang bentuk penyebabnya,
misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu pendarahan tepi (marginal
haemorrhage). Letak, bentuk dan luas luka memar di pengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti Besarnya kekerasan, Jenis benda penyebab (karet, kayu, besi ),
Kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), Usia, Jenis
kelamin, Corak dan warna kulit, Kerapuhan pembuluh darah (hipertensi, penyakit
cardiovascular,diatesishaemorrgik). Akibat gravitasi, lokasi hematoma mungkin
terletak jauh dari letak benturan, misalnya kekerasan benda tumpul pada dahi
menimbulkan hematoma palbera ( kelopak mata) atau kekerasan benda tumpul
pada paha, dengan patah tulang paha menimbulkan hematoma pada sisi luar
tungkai bawah.4

Umur luka memar secara kasar dapat di perkirakan melalui perubahan warnanya.
Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau
hitam, setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi
kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang, dalam 14-15 hari. Perubahan
warna tersebut berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi,
tergantung derajat dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.4
Luka lecet terjadi akibat cidera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda
yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Luka lecet memiliki ciri-ciri yaitu
sebagian atau seluruh epitel hilang, kemudian luka akan tertutup oleh eksudat lalu

luka mengering atau terbentuk krusta, terjadi reaksi radang dengan adanya
infiltrasi PMN, tidak meninggalkan jaringan parut / sikatriks. Luka lecet gores
diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan permukaan kulit
(epidermis) didepannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga
dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.4

Pembagian derajat perlukaan secara tersirat diatur dalam KUHP pasal 90, 351 dan
352. Hal ini disebabkan karena tidak ada peraturan tentang perlukaan ringan dan
sedang, melainkan hanya mengatur ketentuan tentang penganiayaan dan
penganiayaan ringan yang diasosiasikan sebagai luka sedang dan luka ringan. Hal
ini dapat dilihat dalam pasal 352 (1) KUHP yang memuat ketentuan penganiayaan
ringan yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian. Pidana yang dikenakan dapat
berupa pidana penjara paling lama 3 bulan atau denda Rp. 4.500,00. Menurut
pasal 351 (1) KUHP penganiayaan diancam dengan penjara paling lama 2 tahun 8
bulan atau denda sebanyak Rp. 4.500,00. Sedangkan ketentuan luka berat ada
dicantumkan dalam pasal 90 KUHP yaitu : jatuh sakit, atau yang menimbulkan
bahaya maut, tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencaharian, kehilangan salah satu panca indera, mendapat cacat berat,
menderita sakit lumpuh, terganggunya daya piker selama empat minggu lebih,
gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. 1
Luka-luka yang dialami korban ini termasuk luka derajat sedang. Karena luka
yang dialami korban lebih berat dari luka ringan jika ditinjau dari definisi luka
ringan berdasarkan pasal 352 KUHP. Namun luka tersebut tidak termasuk

kedalam kriteria luka berat menurut pasal 90 KUHP. 1,2

10

BAB IV
KESIMPULAN

a. Pada pemeriksaan seorang korban wanita berumur kurang lebih dua puluh

satu tahun ini terdapat luka lecet gores pada tangan kanan sisi belakang dan
telapak tangan kanan, luka memar pada pelipis kiri, kepala belakang dan leher
kanan belakang akibat kekerasan benda tumpul.
b. Dereah memar tersebut dapat menimbulkan penyakit atau halangan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari (luka sedang).

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Atmadja DS. Simposium Tatalaksana Visum et Repertum Korban Hidup pada


Kasus Perlukaan & Keracunan di Rumah Sakit. Jakarta: RS Mitra Keluarga
Kelapa Gading, Rabu 10 Juli 2004.
2. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik.
Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
3.

Dahlan, Sofwan. 2003. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit


Universitas Diponegoro. Semarang.

4.

Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar


2013. Available at:
http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf.
[cited : 14 Juli 2013.

5.

Wales

J.

Visum

et

Repertum.

2013.

Available

at

Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum. [cited : 14 Juli 2013].

LAPORAN KASUS
12

PERLUKAAN

Oleh :
Mayang Cendikia Selekta 0818011029
Julita Nainggolan 0817011019
Danisa Okpitasari 0818011013
Febriyan Edmi 0818011020
Rezandi Aziztama 0818011040

STASE ILMU FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
SEPTEMBER 2013

13

14

Anda mungkin juga menyukai