Genap/2014
|1
Bab 1. Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jack) bearasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Kelapa sawit adalah salah satu pohon palem produktif utama yang
dikembangkan di Indonesia. Tumbuhan ini adalah penghasil minyak nabati
terbesar didunia, terutama karena minyak dapat diproduksi baik dari serabut buah
maupun inti. Minyak ini dapat digunakan sebagai minyak masak, minyak industri
maupun bahan bakar (biodiesel). Inti sawit (kernel, yang sebetulnya dalah biji)
merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas
tinggi. Inti atau kernel buah juga dapat diolah menjadi minyak inti yang kemudian
menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Komposisi inti
kelapa sawit terdiri dari minyak 47-52%, air 6-8%, protein 7,5-9,0%, selulosa 5%
dan abu 2% (Ketaren, 1986).
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Ekstraksi lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan
lemak dari bahan yang mengandung minyak atau lemak dengan menggunakan
pelarut. Metode ekstraksi bermacam-macam yaitu rendering, pengepresan
mekanik (Mechanical Expression) dan ekstraksi dengan pelarut (Solvent
Extraction) (Andinata, 2013).
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstraksi sokletasi,
sokletasi adalah suatu metode/proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut polar/non-polar sesuai dengan sampel, sehingga semua
komponen yang diinginkan akan terisolasi. Pengambilan suatu senyawa organik
dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat
dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang
digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana
pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan
dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut
|2
Tujuan Praktikum
1.
2.
|3
Kelapa Sawit
2.1.1
Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit
berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies
kelapa sawit dihutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya
tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya. Seperti Malaysia,
Indonesia, Thailand dan Papua Nugini.
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, Indonesia merupakan salah satu
produsen utama minyak sawit. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di
Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada
empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam yang
ditanam dikebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial tahun 1912 (Ramadani, 2007).
2.1.2
palm yang menghasilkan salah satu kebutuhan pokok yang paling utama.
Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit
Ordo
Family
Sub-family
Genus
Spesies
(Ramadani, 2007)
Palmales
Palmaceae
Palminae
Alaes
Alaeis Guinensis Jaco
|4
Tanaman kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan dapat memcapai ketinggian
sampai 20 meter. Tanaman ini berumah satu atau monoecious, yang artinya bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada tandan bunga betina. Masing-masing tandan
terletak terpisah dan keluar dari ketiak pelepah (Ramadani, 2007).
2.1.3
2.
Dura
Tempurung tebal (2-8 mm)
Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung
Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50 % terhadap buah
Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah
Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina
Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada
Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah dura
Daging biji sangat tipis
Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan
3.
4.
|5
Virescens
Hijau
Albescens
Keputih-putihan
(Ramadani, 2007)
Jenis unggul kelapa sawit dihasilkan melalui prinsip reproduksi
sebenarnya dari hibrida terbaik dengan melakukan persilangan. Misalnya dalam
proses persilangan antara dura dan pisifera. Hasil persilangan tersebut telah
terbukti memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan dengan
jenis lain (Ramadani, 2007).
2.2
menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar, ketel
uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali
menjadi minyak inti sawit atau (palm kernel oil). Proses pengolahan inti sawit
menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses
pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna
cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada
pemakaiannya, lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan
ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan
ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44-53% (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2003).
|6
47-52%
Air
6-8%
Protein
7,5-9,0%
Selulosa
5%
Abu
2%
(Ketaren, 1986)
2.3
dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel
oil/PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel
meal/PKM). Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak
mentahnya mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan minyak yang
telah dimurnikan. Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 25oC
30oC.
Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa
gugus asam lemak yang terikat dalam trigliseridatrigliserida yang dikandung
lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam
kaproat) sampai C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan asam
linoleat). Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan
berwarna kuning terang serta muda dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan
berwarna relative terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak
berubah (Ketaren, 1986).
Asam kaprilat
Asam kaproat
Asam laurat
Asam miristat
Asam palmitat
3-4
3-7
47-52
14-17
6,5-9,0
Asam stearat
Asam oleat
Asam linoleat
(Ketaren, 1986)
|7
1-2,5
13-19
0,5-2
Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah inti kelapa sawit yang telah
mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat
digunakan sebagai makanan ternak. Di Indonesia pabrik yang menghasilkan
minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik Ekstraksi
minyak kelapa sawit di BelawanDeli. Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti
kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya di ekspor. Pada tahun 1973 jumlah
minyak inti kelapa sawit yang di ekspor adalah 8.009.188 kg dengan nilai ekspor
US $ 3.434.986,05. Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan
standar dan pengawasan mutu minyak inti dan bungkil inti kelapa sawit untuk
memberikan jaminan mutu pada konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
mutu adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya
pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining
lose, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan
bilangan penyabunan. Semua faktor-faktor ini perlu di analisis untuk mengetahui
mutu minyak inti kelapa sawit.
2.4
minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis Jack). Kelapa sawit dikenal terdiri
dari empat macam tipe atau jenis, yaitu Macro carya, Dura, Tenera dan Pisifera.
Masing-masing jenis dibedakan berdasarkan tebal tempurungnya. Minyak kelapa
sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa
sawit (palm kernel oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit
(palm kernel meal atau pellet).
|8
Sifat fisik dan kimia kelapa sawit meliputi warna, baud an flavor,
kelarutan dalam pelarur organik, titik asap, polymorphism dan lain-lain. Warna
minyak kelapa sawit ditentukan oleh adanya pigmen yang terdapat didalam kelapa
sawit, karena asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau
kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak kelapa sawit.
Baud an flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat
adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan
bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan betaionone. Titik
cair minyak sawit berada dalam nilaikisaran suhu, karena minyak kelapa sawit
mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda.
Tabel 2.6 Sifat Fisis dan Kimia Minyak Kelapa Sawit
No
Sifat fisis dan kimia
1
Titik cair 0C
2
Berat jenis 150C
3
Indeks bias D 400C
4
Bilangan penyabunan
5
Bilangan iod
(Ramadani, 2007)
Nilai
21-29
0,859-0,870
36-37,5
224-249
14,5-19
2.5
|9
Ekstraksi
Pemisahan bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu
sampel (analisis laboratorium). Ada beberapa metode dalam pemisahan antara lain
filtrasi, sublimasi, kristalisasi, kromatografi, destilasi, adsorbsi dan ekstraksi.
Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan
pelarut. Ekstraksi lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan lemak dari bahan
yang mengandung minyak atau lemak dengan menggunakan pelarut. Metode
ekstraksi bermacam-macam yaitu rendering, pengepresan mekanik (Mechanical
Expression) dan ekstraksi dengan pelarut (Solvent Extraction) (Andinata, 2013).
2.5.1
2.
berulir
(expeller
pressing)
memerlukan
perlakuan
| 10
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahanbahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang
relative tinggi dengan menggunakan panas (suhu). Cara ini sering dipakai untuk
mengekstrak lemak atau minyak hewan yang dilakukan dengan pemanansan
jaringan. Penggunaan panas dalam proses ini merupakan suatu hal yang spesifik,
yaitu bertujuan untuk menggumpalkan protein yang terdapat pada dinding sel
bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung didalamnya. Metode rendering dibedakan
menjadi dua yaitu wet rendering dan dry rendering.
1.
Wet rendering
Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air
selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel
yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi
serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan
temperatur rendah pada wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor
netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan
pada ketel yang diperlengkapi dengan alat pangaduk kemudian air
ditambahkan dan campuran dipanaskan perlahan - lahan sampai suhu 50C
sambil diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik keatas akan naik keatas
dan kemudian dipisahkan. Proses wet rendering dengan menggunakan
temperatur rendah kurang begitu popular, sedangkan proses wet rendering
dengan mempergunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan
uap air, dipergunakan untuk menghasilkan minyak atau lemak dalam
jumlah yang besar. Peralatan yang digunakan adalah autoclave atau
digester. Dalam metode ini air dan bahan yang akan diekstraksi dimasukan
kedalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound
selama 4-6 jam. Pada proses ini suhu yang digunakan harus diatas titik
didih air. Karena pemanasan bahan, minyak atau lemak akan terpisah atau
mengapung pada permukaan air. Dengan demikian minyak atau lemak
dapat dipisahkan.
2.
Dry Rendering
| 11
minyak dalam pelarut minyak atau lemak. Dalam cara ini dihasilkan bungkil
dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1% atau lebih rendah. Pelarut
minyak atau lemak yang sering digunakan adalah eter, gasoline, karbon disulfida,
karbon tetraklorida, benzene dan n-heksana (Andinata, 2013).
1.
2.
| 12
4.
tabung mojonnier
dan ditambahkan
etanol,
ammonium
Pelarut Heksana
Heksana (C6H14) atau CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 merupakan pelarut non
polar yang tidak berwarna dan mudah menguap dengan titik didih 69 oC, pada T
dan P normal berbentuk cair. Senyawa ini merupakan fraksi petroleum eter yang
ditemukan oleh Castille da Henri. Secara umum heksana merupakan senyawa
dengan 6 rantai karbon lurus yang didapatkan dari gas alam dan minyak mentah.
| 13
Ekstraksi Sokletasi
Sokletasi adalah suatu metode/proses pemisahan suatu komponen yang
| 14
Pelarut yang mudah menguap contoh: heksana, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol
2.
3.
4.
5.
6.
Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar.
Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut-pelarut
dalam
timbel.
Kemudian
dikeringkan
dalam
oven
untuk
| 15
bahan pelarut akan sulit masuk kedalam jaringan/sel dan pelarut menjadi jenuh
dengan air. Selanjutnya ekstraksi lemak kurang efisien. Selain itu, adanya air akan
menyebabkan zat-zat yang larut dalam air akan ikut pula terekstraksi bersama
lemak sehingga analisa kurang mencerminkan yang sebenarnya (Ramadani,
2007).
2.8
penyimpanan potensi sumber provitamin A (obat anti kanker dalam bentuk kapsul
dan cair). Tokoferol merupakan sumber vitmin E yang cukup potensial untuk
mengurangi kerusakan sel tubuh, antioksidan, asam lemak linoleat, rendah dengan
kemantapan, kalori tinggi dan tidak mudah teroksidasi.
2.
Corong
3.
Gelas piala100 ml
4.
Gelas ukur 50 ml
5.
Mantel pemanas
6.
Kertas saring
3.2
3.3.1
7.
8.
Pipet tetes
| 16
2.
n-Heksana
3.
Air dan es
4.
Batu didih
Prosedur Percobaan
1.
2.
3.
4.
Selongsong (timbel) dibuat dari kertas saring, benang dan kapas yang
sudah ditimbang. ukurannya disesuaikan dengan besarnya tabung
soklet.
5.
6.
7.
8.
9.
| 17
10. Kondensor dipasangkan pada mulut tabung soklet. Jangan lupa diolesi
vaselin diujung kondensor untuk memudahkan waktu membukanya
nanti. Air pendingin dialirkan dari kran, periksa kalau ada kebocoran,
kalau ada, harus diperbaiki sebelum pekerjaan dilanjutkan.
11. Mantel pemanas dihidupkan, dan proses sokletasi dimulai.
12. Pelarut yang ada dalam labu akan menguap karena pemanasan. Uap
naik kebagian atas, dan diembunkan oleh pendingin, menetes kedalam
tabung soklet dan menumpuk dalam tabung sambil merendam contoh.
Waktu merendam inilah n-heksana akan menarik minyak dari jaringan
kernel sawit. Bila tabung soklet penuh oleh pelarut yang telah
melarutkan minyak kernel sawit, maka dengan sendirnya pelarut akan
turun kelabu. Di labu pelarut kembali menguap dan meninggalkan
minyak. Pelarut yang menguap kembali naik dan mengembun
kedalam tabung soklet untuk merendam contoh sekaligus melarutkan
minyak yang masih tersisa dalam kernel sawit. Setelah penuh kembali
turun kelabu sambil membawa minyak. Sirkulasi tersu terjadi selama
proses, sehingga akhirnya semua minyak terlarutkan oleh n heksana.
13. Bila proses dipandang telah siap, maka mantel pemanas dimatikan.
Biarkan beberapa saat, kemudian selongsong contoh dikeluarkan dari
dalam tabung soklet, diremas, sehingga kering pelarut, pelarut hasil
remasan dimasukkan kedalam tabung soklet. Lalu diuji, apakah masih
ada minyak atau tidak.
14. Setelah tidak ada lagi minyak, unit alat dipasangkan kembali, dan
mantel pemanas dihidupkan lagi. Dimulai proses pengambilan pelarut.
Amati dengan teliti, bila tabung sudah hampir penuh, pemanas cepat
dimatikan, dan pelarut yang ada dalam tabung diambil, disimpan
dalam botol tersendiri. Kalau terlambat, tabung sempat penuh, maka
semua pelarut akan turun kelabu dibagian bawah, sedangkan sekarang
kita pada tahap pengambilan pelarut.
15. Bila proses pengambilan pelarut sudah dianggap selesai, yakni minyak
dalam labu sudah terlihat lebih pekat, maka pemanas dimatikan, dan
alat dilepas menjadi bagian-bagiannya.
| 18
16. Minyak yang ada dalam labu, dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan
cara memanaskan dalam oven pada suhu diatas titik didih pelarut.
Diovenkan selama 15 menit, kemudian dinginkan dan ditimbang.
17. Pekerjaan seperti no. 16 dilakukan berulang sampai didapat berat
tetap.
18. Berat minyak dapat dihitung, sehingga persentase minyak dalam
kernel sawit juga dapat dihitung.
19. Minyak hasil sokletasi disimpan pada botol tersendiri.
3.4
Rangkaian Alat
1
2
3
4
Kondensor
2.
Selang
3.
Statip
4.
Tabung soklet
5.
6.
Mantel pemanas
4.1
4.2
Data Pengamatan
1. Berat sampel (kernel kelapa sawit)
= 30 gram
= 204,55 gram
= 4,526 gram
= 1,95 gram
= 300 ml
Waktu
00;10;00 sekon
| 19
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
| 20
00;35;46 sekon
00;51;21 sekon
00;12;07 sekon
00;06;48 sekon
00;15;30 sekon
00;09;17 sekon
00;13;00 sekon
00;19;30 sekon
00;16;15 sekon
00;14;27 sekon
00;14;10 sekon
00;20;12 sekon
00;06;04 sekon
00;04;05 sekon
00;11;06 sekon
00;13;45 sekon
4.3
253,30
225,43
225,40
Pembahasan
Pada percobaan ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menyusun alat soklet. Labu didih yang telah dibersihkan ditambahkan dengan 3
buah batu didih lalu ditimbang. Fungsi dari batu didih adalah untuk mempercepat
proses pendidihan, meratakan panas dan mencegah terjadinya bumping (letupan
akibat panas yang tidak merata). Kemudian, kertas saring, benang dan kapas
ditimbang untuk pembuatan selongsong yang sesuai dengan ukuran tabung soklet.
Setelah pembuatan selongsong selesai, langkah selanjutnya adalah menimbang
kernel kelapa sawit yang telah dihaluskan sebanyak 30 gram lalu dimasukkan
kedalam selongsong tadi. Selongsong yang telah terisi kernel kemudian
dimasukkan kedalam tabung soklet dan disambungkan dengan labu didih yang
dilakukan diatas mantel pemanas (terlebih dahulu diolesi dengan vaselin pada
ujung tepi tabung soklet). Selanjutnya, pengisian pelarut heksana pada tabung
soklet sebanyak 300 ml lalu disambungkan dengan kondensor (terlebih dahulu
diolesi dengan vaselin pada ujung tepi kondensor). Kondensor bertujuan untuk
| 21
mendinginkan uap pelarut yang naik sehingga uap tersebut mencair dan turun
kembali ke dalam tabung soklet untuk melarutkan minyak. Setelah semua alat
sokletasi terpasang dengan benar, air dialirkan ke kondensor melalui selang dan
diikuti dengan penghidupan mantel pemanas.
Proses sokletasi berlangsung, dimana pelarut (heksana) yang telah
menguap ke kondensor menetes kembali ke tabung soklet dan membasahi sampel
sampai tinggi pelarut dalam tabung soklet (diselongsong) sama tinggi dengan
pelarut pada pipa F, lalu pelarut seluruhnya akan masuk kembali ke dalam labu
didih. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 5 jam, dengan refluks sebanyak
17 kali. Setelah proses sokletasi dianggap selesai, lalu selongsong dikeluarkan
dari tabung soklet dan diperas untuk mengetahui apakah masih ada kandungan
minyak yang belum terekstrak. Pengujian dilakukan di kertas saring dan hasilnya
pada kertas saring tidak terdapat bercak minyak yang berarti proses sokletasi
selesai.
Proses selanjutnya yaitu memasukkan cairan hasil dari pemerasan sampel
kedalam tabung soklet diikuti dengan menyambungkan kondensor. Air pendingin
dialirkan kemudian mantel pemanas dihidupkan kembali. Proses ini bertujuan
untuk mengambil pelarut heksana yang masih besisa didalam labu didih. Setelah
proses pengambilan pelarut selesai pemanas dimatikan dan lepaskan kondensor
serta tabung soklet. Minyak yang terdapat didalam labu dioven selama 15 menit
kemudian didinginkan pada suhu kamar. Pada percobaan ini pengovenan
dilakukan 2 kali dan menghasilkan minyak dengan berat 16,324 gram. Kemudian
dihitung rendemenya dan diperoleh rendemen sebesar 54,41%. Rendemen kernel
kelapa sawit menurut teori adalah 47-52%. Sedangkan rendemen yang diperoleh
lebih besar dari teori. Komposisi kernel kelapa sawit matang terdiri dari air 6-8%,
protein 7,5-9,0%, selulosa 5% dan abu 2% (Ketaren, 1986). Apabila protein
dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini
disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein.
Protein mengandung asam amino yang larut dalam pelarut non polar seperti
heksana. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai
molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan bersifat
| 22
amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa) (Primasoni, 2011). Hal ini
yang menyababkan
teorinya karena protein dalam kernel kalapa sawit ikut larut kedalam minyak yang
dihasilkan.
5.1
Kesimpulan
Ekstraksi sokletasi merupakan metode pemisahan komponen dari sampel
Saran
Berhati-hati dalam memasang alat sokletasi, serta jangan lupa mengolesinya
.2
dengan vaselin.
Sebelum membuka alat soklet, sebaiknya ditunggu sampai alat menjadi
.3
dingin.
Saat praktikum berlangsung, sebaikanya selalu perhatikan prosesnya agar
tidak ada refluks yang terlewati.
| 23
Daftar Pustaka
Andinata, D., 2013, Profil Dan Karakteristik Minyak Ikan Patin Hasil Variasi
Pakan Dan Metode Ekstraksi, Halaman 16, Tesis, Universitas Jember.
Indrani, S., 2012, Sokletasi , Http://Www.Scribd.Com, Diakses Rabu 30 April
2014 Pukul : 17.35 Wib.
Ketaren, 1986, Minyak dan Lemak Pangan, UI-Press, Jakarta.
Ketaren S., 2008, Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan, Jakarta:
Uipress.
Mangoensoekarjo, S dan H. Semangun, 2003, Manajemen Agrobisnis Kelapa
Sawit, Gajah Mada University Press,Yogyakarta.
Primasoni, 2011, Manfaat Protein untuk Mendukung Aktifitas Olahraga,
Pertumbuhan, dan Perkembangan Anak Usia Dini, Tesis, Universitas
Sumatera Utara.
Ramadani, S., 2007, Penentian Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Air
Kondensat Unit Perebusan Di Ptpn Iii Pks Rambutan Tebing Tinggi Dengan
Metode Ekstraksi Sokletasi, Tesis, Universitas Sumatera Utara.
Tondra,
R,
2011,
Karakteristik
Heksana,
Http://Roytondradalam
Sebuahpejalanankehidupankarakteristikheksana.Htm, Diakses
Rabu 30
| 24
Zuliyanti, A., 2006, Kelapa Sawit: Minyak Nabati Berprospek Tinggi, Halaman
1, Tesis, Universitas Sumatera Utara.