Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat
Disusun oleh:
Nama
No. Stambuk
: 12 777 052
Kelompok
: II (dua)
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Seorang wanita 20 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan gatal dan
bercak kemerahan disertai sisik pada daerah badan yang telah dialami sejak 2
minggu yang lalu. Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama tidak ada.
Hasil
pemeriksaan
laboratorium
dalam
batas
B. Kata Kunci
Wanita 20 tahun
BAB II
normal.
PEMBAHASAN
A. Anatomi, Histologi dan Fisiologi Kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis atau kutikel
2. Lapisan dermis (korium kutis vera, true skin)
3. Lapisan subkutis(hipodermis)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis,subkutis
ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.
1.
b.
2.
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.secara garis besar dibagi
dalam dua bagian yaitu:
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kearah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri
atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini
terdat pula fibroblas, membentuk ikatan (bundel) yang mengandung
hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda serabut bersifat lentur
dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.
Retikulin mirip kolagen muda. serabut elastin biasanya bergelombang,
berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3.
FISIOLOGI KULIT
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya
zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisol, karbol, asam,
alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi,
sengatan sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri
maupun jamur.
Hal diatas dimungkinkan karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang yang berperanan
sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperanan dalam melindungi kulit terhadap
pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan
kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel
terhadap berbagai zat kimia dan air, disamping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat kimia dan kulit. Lapisan
keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan
sebum, keasaman kulit menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 - 6,5
sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri
maupun jamur. Proses kreatinisasi juga berperan sebagai sawar (barrier)
mekanis karena sel-sel mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi absorbsi,
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun
yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap oksigen dan karbondioksida
dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel-sel epidermis atau
melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi,
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak beguna
lagi atau sisa metabolisme dalam tubuhberupa NaCl, urea, asam urat, dana
amonia. Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari
ibunya memproduksi serum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan
amonion, pada waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa. Sebum yang
diproduksi melindungi kulit karena lapisan sebum ini selain meminyaki
kulit juga menahan evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit
menyebabkan keasaman kulit pada pH 5 - 6.5.
4. Fungsi persepsi,
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini
di dermis dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan
krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla
B. Liken Planus
Lichen planus adalah lesi putih ataupun plak pada mukosa rongga
mulut yang tidak dapat dihapuskan dan tidak dapat dikategorikan sebagai
salah satu lesi putih yang lain. Lesi pada rongga mulut dapat disertai dengan
lesi pada membrana mukosa yang lain ataupun pada kulit terutama pada
pergelangan tangan dan kaki. Lesi oral dari lichen planus cenderung untuk
lebih menetap daripada yang ada di kulit. Daerah yang paling sering terkena
adalah mukosa pipi, lidah, bibir, palatum, gusi dan dasar mulut juga dapat
terkena.
1. Etiologi
Etiologinya
menunjukkan
tidak
bahwa
diketahui
lichen
planus
secara
adalah
pasti
meskipun
kelainan
bukti
imunologik,
Atrofik
Akibat dari atrofi epitel dan terutama tampak sebagai
bercak-bercak mukosa yang merah, tanpa ulserasi. Tipe striae
seringkali dijumpai di tepi lesinya.
b. Tipe erosive
Plak
Lesi berupa bercak putih padat yang mempunyai
permukaan yang licin, sedikit tidak teratur, dan asimetris. Lesi
tersebut umumnya dijumpai pada mukosa pipi dan lidah. Pasien
tidak akan menyadari adanya lesi ini.
Erosif
Bila permukaan epitel sama sekali hilang dan
mengakibatkan ulserasi. Mukosa pipi dan lidah adalah daerah
yang umum terkena. Pada awalnya timbul vesikel atau bulla, yang
akhirnya tererosi dan menjadi ulserasi. Lesi-lesi yang matang
mempunyai tepi-tepi merah tak teratur, pseudomembran sentral
nekrotik yang kekuning-kuningan dan bercak putih melingkar
yang sering terdapat di perifernya. Keadaan ini sangat sakit dan
dapat terjadi cepat sekali.
5. Pemeriksaan
Dalam banyak kasus, gambaran klinis saja dapat memastikan
diagnosis lichen planus oral. Biopsi tidak perlu dilakukan. Lesi-lesi
intaoral tanpa gejala dapat dibiarkan. Biopsy dari bentuk atrofik dan
erosive
harus
dilakukan
pada
tepi
lesinya.
yaitu :
1. adanya kerusakan lapisan membran basalis epitelium,
2. adanya infiltrasi sel-sel limfosit yang padat disertai membentuk untaian
(band),
3. adanya eosinofilik material pada daerah lamina propia
Topikal
Lini
Pertama
-
Steroid
Fisikal
-
PUVA
Sistemik
-
Steroid
topikal 4-
sistemik anti-
6x/hr
Lidokain
Steroid
kandida 30-
80mg/hr
Etretinat
75mg/hr
Asitretin
40mg/ml
Tretinoin
30mg/hr
Isotretinoin
gel 2x/hr
Isotretinoin
gel 2x/hr
Takrolimus
1-4x/hr
Pimekrolim
intralesi 5-
20-40mg/hr
us 1-4x/hr
Lini
Kedua
Fotokemot
erapi
4x/hr
-
ekstrakorporeal
Terapi
fotodinamik
Siklosporin 310mg/kg/hr
Griseofulvin
200-400mg/hr
Hidroksikloro
kuin 50-200mg/hr
Thalidomid
Azatioprine,
siklofosfamid,
mikofenolat,
mofetil
Kondisi
Khusus
Doksisiklin,
tetrasiklin dan
nikotinamid
liken planus
pemfigoides
-
Interferon-
2b generalisata
Metronidazol
generalisata
Siklofosfamid
Liken planus
refraktori
Metotreksat
liken planus
refraktori
7. Prognosis
Liken Planus merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri (self
limiting disease) dalam jangka waktu 1-2 tahun. Baik buruknya
penyembuhan Liken Planus tergantung pada luas dan bentuknya, kedua
hal itu yang mempengaruhi cepat atau lambatnya waktu penyembuhan.
Kekambuhan yang terjadi sekitar 12-20% pada penderita Liken Planus.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Anatomi UNHAS. Anatomi Biomedik 2. Ed. 2. Makassar: 2012
2. Eroschenko VP. Atlas Histologi Difiore. Edisi ke-11. Jakarta: EGC, 2010.
3. Sherwood L. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: EGC,
2011.
4. Natahusada EC. Liken Planus. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin;
Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI: 2011.
5. Lichen Planus. Available from: http://www.aad.org/dermatology-a-toz/disease-and-treatment/i---l/lichen-planus. Diakses pada 31 Desember 2014.