Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Irma nurlistiawati
31112024
Putri mentari
31112037
31112032
I.
II.
III.
Metampiron
Sinomim
Rumus molekul
Pemerian
Indikasi
: Aminopyrine, Metamphyrone
: C13H16N3NaO4S (BM. 333,339)
: Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan
: Merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang
Kelarutan
rasa nyeri serta demam. Pada pemakaian secara oral, dosis tunggal metampiron
antara 500-1000 mg. Efek samping yang parah adalah agranulositosis alergik.
Semakin tinggi dosis dan jangka pengobatan, semakin besar risikonya.
Metampiron memiliki struktur yang merupakan kombinasi obat analgetik,
antipiretik yang masih ditemukan dipasaran. Telah diketahui bahwa campuran
metampiron mampu membentuk interaksi molecular berupa senyawa molekular
yang melebur in-kongruen (peritektik) jika diberi perlakuan berupa energy termik
(Soewandhi, 2007).
Metampiron adalah suatu senyawa analgetika non narkotik yang berkerja
sebagai analgetika dan antiinflamasi. Merupakan natrium sulfonat dari
aminopirin. Karena resiko efek samping yang baik dan serius, pemakaian obat ini
hanya dibenarkan pada situasi yang serius. Senyawa ini merupakan turunan 5pirazolon yang secara umum digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada
keadaan nyeri kepala, nyeri pada spasma usus, ginjal, saluran empedu dan urin,
nyeri gigi, dan nyeri pada reumatik (Sri, 2009).
Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Antalgin merupakan
derivat sulfonat dari aminofenazon yang larut dalam air. Obat ini dapat secara
mendadak dan tak terduga menimbulkan kelainan darah yang adakalanya fatal.
Karena bahaya agranulositosis, obat ini sudal lama dilarang peredarannya di
banyak negara, antara lain Amerika Serikat, Swedia, Inggris, dan Belanda.
IV.
4.
5.
6.
7.
8.
Tabung sentripuge
Gelas kimia 100 ml
Spatula
Magnetic stirer
Labu ukur
Bahan
1.
2.
3.
4.
V.
Sampel (antalgin)
Aquadest
Pereaksi mayer
HCL
Prosedur
a. Isolasi sampel antalgin
Filtrat
Residu
Ditambahkan aquadest
Residu
Filtrat
Ditambahkan aquadest
Filtrat
Ditambahkan HCl
dan Mayer
pilih spektrum
atur panjang
gelombang 200-
endapan
VI.
absorban
0,324
0,414
0,346
0,468
0,552
0,602
0.5
0.4
absorban
Absorban 0.3
Linear (absorban)
0.2
0.1
0
14
16
18
20
Konsentrasi
22
24
26
4.2 Perhitungan
a. Perhitungan kurva kalibrasi
500 ppm dalam 100 ml
500 mg
= 1000 ml
=
100 ml
x 500 mg=50 mg
1000 ml
% kadar =
1438,40625 mg
1000 ml
35960,15625
1000 ml
x
25
= 35,96015625 mg/25 ml
35,96015625
x 100 %
200
= 14,9833 %
VII.
Pembahasan
Antalgin memiliki rumus kimia C13H16N3NaO4S.H2O. Dilihat dari
strukturnya antalgin memiliki gugus kromofor dan auxokrom sehingga dapat
dianalisis menggunakan metode spektofotometri UV. Memiliki sifat basa yang
cukup kuat dengan Pka 9,13 kareana antalgin mempunyai banyak elektron bebas
sehingga dapat mendonorkan pasangan elektron dan juga disebabkan oleh adanya
cincin N aromatik sehingga dapat dianalisis menggunakan metode titrasi
asidimetri, dititrasi dalam air dengan asam-asam mineral, kompleksometri dan
metode bromametri. Bisa juga menggunakan metode gravimetri dengan cara
sampel dilarutkan dalam larutan alkali dan diekstraksi dengan kloroform berlebih,
diuapkan dan dieringkan pada suhu 800C selama 2 jam dan ditimbang.
Metode analisis kuantitatif pada percobaan ini yaitu menggunakan
spektrofotometri ultraviolet dengan metode kurva kalibrasi atau bisa disebut
dengan eksternal standar, metode ini menggunakan larutan pembanding baku yang
dibuat menjadi beberapa tingkat konsentrasi, kemudian diukur absorbansinya
untuk mendapatkan suatu persamaan linier yang memenuhi hukum lambert-beer.
Antalgin memiliki gugus kromofor yang mampu menyerap sinar uv. Kromofor itu
senndiri merupakan gugus fungsi yang menyerap atau mengabsorbsi radiasi
elektromagnetik didaerah panjang gelombang ultraviolet.
Pemilihan tingkat konsentrasi haruslah mendapatkan absorbansi diantara
rentang 0,2 0,8 untuk mendapatkan suatu garis linier hubungan antara
konsentrasi dan absorbansi dengan nilai koefisien korelasi yang sedekat mungkin
dengan 1 atau ~ 0,999. Sehingga apabila konsentrasi (ppm) dari BPFI
menghasilkan absorbansi yang terlalu besar atau terlalu kecil dari rentang, maka
harus disesuaikan.
Pada praktikum analisis kuantitaf ini terlebih dahulu dilakukan isolasi
terhadap sampel. Dimana sampel antalgin dalam sediaan serbuk, pelarut yang
digunakan untuk isolasi adalah air, pelarut yang digunakan adalah air karena
dilihat dari sifat fisikokimianya didalam clarkes kelarutan antalgin dalam air
dalah 1,5 bagian, 30 bagian dalam etanol dan tidak larut dalam eter, aseton,
benzene, kloroform. Antalgin merupakan alkaloid berbentuk garam yang bersifat
basa dengan Pka 9,13. Dilihat dari struktur dan kelarutannnya bahwa antalgin
dapat larut dalam air karena bentuknya garam sedangkan sifat kebasaanya
dipengaruhi oleh adanya N aromatik.
Untuk cara isolasi sampel di sentrifuce selama 10 menit agar analit dengan
matrik terpisah dimana analit tertarik oleh air dan matriknya mengendap di fase
bawah. Untuk memastikan bahwa antalgin sudah tidak ada lagi dalam fase residu
maka filtrat diidentifikasi dengan pereaksi mayer dan HCl hasil positif ditandai
dengan terbentuknya endapan putih maka menunjukan masih terdapat analit
dalam sampel tersebut. Sentrifuge di hentikan ketika saat penambahan pereaksi
mayer dan HCl tidak terbentuk endapan.
Mengapa pereaksi yang digunakan adalah pereaksi mayer dan HCl, karena
antalgin merupakan alkaloid yang kebasaanya cukup kuat yang dapat larut dalam
air dimana perlakuan penambahan HCl sebelum penambahan pereaksi dilakuakn
untuk menghilangkan protein. Adanya protein yang mengendap pada penambahan
pereaksi yang mengandung logam berat (pereaksi mayer) dapat memberikan
reaski positif palsu pada beberapa senyawa. Antalgin mengandung atom nitrogen
yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam. Pada uji antalgin dengan
mengguanakan pereaksi mayer, maka nitrogen pada antalgin bereaksi dengan ion
logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-antalgin
yang mengendap.
Dalam pembuatan kurva baku merupakan suatu metode yang cocok untuk
analisis senyawa tunggal dengan konsentrasi cukup besar yang dapat memberikan
respon. Pembuatan larutan standart antalgin pro analisis dibuat dengan konsentrasi
15 ppm, 17 ppm, 19 ppm, 21 ppm, 22 ppm dan 24 ppm. Untuk menentukan
panjang gelombang analisis yang akan digunakan, dibuat spektrum serapan
larutan standar antalgin dengan konsentrasi 20 ppm, pada panjang gelombang 200
400 nm. Panjang gelombang analisis yang dipilih adalah 258 nm, karena pada
panjang gelombang tersebut, antalgin memberikan panjang gelombang pada
absorbansi maksimal. Dari kurva standar antara absorbansi terhadap konsentrasi
diperoleh persamaan garis linier yang merupakan hubungan antara absorbansi (y)
dengan konsentrasi (x) larutan standar sebagai berikut : y = 1,635x - 0,192 dengan
nilai r sebesar 0,957. Hal ini menyatakan bahwa kurva kalibrasi linier dan
memenuhi hukum lambert-beer. Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan
spektrofotometri UV diperoleh absorban sampel yaitu 0,495 abs.
Dari hasil tersebut kadar sampel ditentukan dengan cara mensubstitusikan
absorban sampel pada persamaan linier yang diperoleh dari kurva kalibrasi
sehingga diperoleh kadar sampel dalam 1 gram sebanyak 35,96015625 mg / 25
ml
VIII.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa hasil kadar
dari sediaan Antalgin no 1D yang dilakukan dengan metode spektrofotometri UV
adalah 14,9833%.
IX.
Daftar Pustaka
Lampiran 1