Oleh :
Nama
NRP
Kelompok
Meja
Tanggal Praktikum
Asisten
I PENDAHULUAN
teknologi mikro enkapsulasi yang sudah. Melalui teknologi ini, buah-buahan bisa
dijadikan serbuk lengkap dengan kandungan seratnya.
Pembuatan
makanan atau
tersebut
dapat
Jambu
Trimming
Pengeringan
Pencetakan
Penghalusan
Penimbangan
Pencampuran
Penimbangan
Penghancuran
Pengocokan
Hasil
5.
Berat Produk
43,5 gram
6.
% Produk
21,75 %
7.
Organoleptik
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
Kenampakan
Gambar Produk
Krem
Khas jambu tidak terlalu kuat
Sedikit manis
Halus berpasir
Berpasir
8.
3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan foaming didapatkan hasil berat produk sebesar
43,5 gram dan % produk sebesar adalah 21,70%. Sedangkan berdasarkan
organoleptik hasil yang didapat dalam hal warna krem, aroma khas jambu yang
tidak terlalu kuat, rasa sedikit manis, tekstur halus berpasir, dan kenampakan
berpasir.
Bahan-bahan yang digunakan adalah putih telur, dekstrin, dan CMC. Putih
telur berfungsi sebagai penstabil, berperan penting terhadap pembentukan busa dan
menjaga warna dan rasa dari jambu biji tersebut. CMC berfungsi sebagai
pengemulsi dan dekstrin berfungsi sebagai penstabil dimana berperan untuk
memperbaiki karakteristik dari bahan pangan. Albumin dari putih telur adalah
larutan protein yang akan langsung berbusa jika dikocok.
CMC merupakan turunan dari selulosa yang dihasilkan dari reaksi antara
selulosa alkali dengan sodium monokhlorasetat. Karboksimetil selulosa merupakan
suatu polielektrolitanionik turunan dari selulosa yang digunakan secara luas dalam
industri makanan. Bentuknya telah dimurnikan dan termasuk bahan untuk makanan
sering juga disebut gum selulosa, sedangkan yang paling banyak digunakan garam
natrium dari karboksil selulosa (Yati, 2002).
Dekstrin digunakan sebagai bahan penstabil. Dekstrin adalah hasil hidrolisis
tidak sempuna dari pati pangan dengan katalis asam atau dengan pemanasan pati
kering. Dekstrin juga terbentuk oleh enzim tertentu. Dekstrin pada umumnya
berbentuk serbuk dan mempunyai daya ikat yang lebih rendah dibandingkan
dengan molekul pati asalnya. Dekstrin merupakan zat koloidal dengan ukuran
molekul lebih kecil dibandingkan pati semula dan dapat bergerak bebas. Dekstrin
biasanya digunakan sebagai bahan pengisi dimana berguna untuk memperbaiki
volume, dapat melapisi flavor seta meningkatkan jumlah total padatan dari produk
pangan. Besarnya total padatan akan mempercepat dalam proses pengeringan
sehingga kerusakan bahan karena pemanasan dapat seminimal mungkin dicegah.
Dalam industri pangan dekstrin sering digunakan sebagai bahan pengisi dan
pembawa aroma serta banyak digunakan untuk memperbaiki karakteristik dari
bahan pangan (Hutapea, 2007).
Foaming merupakan produk hasil seperti mikrokristal yaitu berupa bubuk
atau serbuk. Hanya saja, terdapat perbedaan pengolahan antara foaming dan
mikrokristal. Pada foaming tidak dilakukan proses pemanasan lewat jenuh yang
menyebabkan kristalisasi, tetapi dilakukan proses pengeringan sehingga bahan
menjadi kering lalu digilling sehingga berbentuk bubuk atau serbuk.
Tahapan proses yang dilakukan pada pembuatan Foaming :
1. Penimbangan bahan
Proses penimbangan dilakukan agar didapatkan berat yang sesuai basis.
Pengukuran berat ini sangat penting karena dapat mempengaruhi hasil akhir produk
foaming.
2. Trimming
Pada proses ini berfungsi untuk memisahkan biji dan kulit.
3. Pengocokan albumin
Pada proses ini dilakukan agar dapat menghasilkan foam dari albumin
untuk pencampuran dengan sari buah.
4. Pencampuran
Pada proses ini berfungsi untuk mencampurkan semua bahan agar berupa
sari buah.
5. Pencetakan
Pada proses ini agar foaming dapat disimpan di tempat kaca dan diratakan
agar pengeringan dapat dilakukan dengan mudah.
6. Penghancuran
Pada proses ini berfungsi agar didapat hasil foaming berupa partikel halus/
serbuk.
Proses pengolahan foaming jambu ini adalah sebagai berikut, pertama-tama
bahan-bahan ditimbang sesuai dengan formulasi. Setiap proses memiliki tujuan dan
fungsi masing-masing. Proses pertama yang dilakukan adalah proses pengocokan
albumin atau putih telur. Pengocokan ini dilakukan untuk mendapatkan foam atau
buih yang paling maksimal sehingga akan memaksimalkan terperangkapnya gas.
Albumin dari putih telur adalah larutan protein yang akan langsung berbusa
jika dikocok. Hasil penelitian menyebutkan bahwa protein ovomusin, ovoglobulin,
dan konalbuminlah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan busa. Protein
akan berada pada permukaan udara-air dari gelembung udara dan mengalami
denaturasi (unfold) untuk mendukung struktur busa. Denaturasi lebih lanjut terjadi
ketika pemanasan (pemanggangan) menyebabkan koagulasi protein sehingga
yang rantainya telah terbuka dan tertahan sehingga volume bagian buih telur
menjadi bertambah (Alfonsus, 2007).
Proses selanjutnya adalah menyusun adonan yang telah mengental di atas
tray. Adonan secara merata dan setipis mungkin disusun diatas tray agar proses
pengeringan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Waktu pengeringan
disesuaikan dengan kering atau tidaknya bahan. Secara umum waktu pengeringan
untuk proses pengolahan foaming ini adalah 4 jam dengan suhu 70-80oC. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kadar air sampai batas tertentu, sehingga mikroba
dan kegiatan enzim yang mengakibatkan kerusakan bahan terhambat atau terhenti,
dengan demikian bahan mempunyai daya simpan yang lebih tahan lama. Selain itu
apabila dilakukan pada suhu yang lebih tinggi maka akan menyebabkan perubahan
warna pada sebuk yang dihasilkan. Dimana makin tinggi suhu maka senyawasenyawa yang ada dalam bahan ikut terbawa oleh air yang menguap sehingga akan
mempengaruhi pada produk yang dihasilkan.
Setelah kering tray diangkat kemudian dilakukan penghacuran dengan
menggunakan blender. Penghancuran ini dimaksudkan untuk menambah nilai
ekonomis dari produk. Selain itu juga untuk memenuhi salah satu syarat mutu jika
ada. Kemudian produk yang telah direduksi ukurannya disaring untuk
mendapatkan serbuk yang halus.
Foaming, mikrokristalisasi dan kokristalisasi merupakan proses yang hampir
sama satu sama lain. Akan tetapi pasti memiliki perbedaan satu dengan yang
lainnya.
Foaming didefinisikan sebagai langkah atau aktivitas yang secara umum
mirip dengan mikrokistal, yang dalam hal ini pengemasan zat padat, zat cair atau
gas kedalam suatu bentuk mikrokapsul yang sewaktu-waktu dapat melepaskan zatzat tersebut dalam kondisi tertentu.
Mikrokristal adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan
larutan, melt (campuran leleh), atau lebih jarang pengendapan langsung dari gas.
Mikroristalisasi juga merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan padat-cair,
di mana terjadi perpindahan massa (mass transfer) dari suat zat terlarut (solute)
dari cairan larutan ke fase kristal padat dalam bentuk serbuk berukuran 3-30
mikrometer (Anonim, 2013).
Sedangkan kokristalisasi adalah adalah suatu proses pemisahan dengan cara
pemekatan larutan sampai konsentrasi bahan yang terlarut (solut) menjadi lebih
besar daripada pelarutnya pada suhu yang sama (IPB, 2008).
Dari ketiga definisi tersebut, dapat diketahui perbedaan dari ketiga istilah
tersebut. Pada proses pengolahan foaming ini bahan yang digunakan sebagai
penyalut adalah albumin. Selain albumin bahan lain yang dapat digunakan untuk
menyalut adalah maltodekstrin atau justru dapat digunakan sukrosa Maltodekstrin
sudah digunakan sebagai bahan salut gula tablet (dragee) (Anwar, 2002).
Foaming Agent adalah suatu larutan pekat dari bahan surfaktan, dimana
apabila hendak yang digunakan harus dilarutkan dengan air yang merupakan
larutan koloid. Dengan menggunakan foam generator makan akan menghasilkan
pre foam awal yang stabil dalam kondisi basa (Anonim,2014).
Mekanisme terbentuknya foam adalah dengan adanya pengocokan pada
albumin, ikatan-ikatan pada molekul protein akan terbuka sehingga rantai protein
menjadi panjang. Protein-protein akan saling bereaksi dan membentuk lapisan
monomolekul yang akan menangkap udara yang masuk dalam albumin cair dan
dalam hasil produk. Pada proses penghancuran jambu yang kemudian diambil sari
buahnya terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan harus diendapkan terlebih
dahulu supaya sari buah yang digunakan tidak mengandung padatan atau bubur
buah yang tertinggal. Pada proses pembuihan, dimana saat pengkocokan putih telur
harus benar dan tebentuk busa agar saat dilakukan pengeringan didapat struktur
yang stabil. Kemudian pada saat pelarutan cmc kmudian dicampurkan dengan
dekstrin sedikit demi sedikit sampai tercampur rata karena akan berpengaruh pada
proses pengeringan, bila cmc belum larut dan masih terdapat butiran-butiran yang
kasar maka proses pengeringan yang dibutuhkan akan lama sehingga waktu yang
diperlukan menjadi lama. dimana dengan menggunakan air panas setelah Selain
itu CCP juga digunakan dalam proses pengeringan, dimana suhunya jangan terlalu
tinggi suapaya produk yang dihasilkan tidak menyimpang.
. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Foaming Agent. Puskim.pu.go.id. Diakses: 11 Mei 2014.
Anonim. 2014. Mekanisme Terbentuknya Foam .abipbu6.blogspot.com,
Diakses : 11 Mei 2014.
Anonim. 2013. Kristalisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalisasi. Diakses : 11
Mei 2014.
Alfonsus Simbolon. 2007. Daya dan Kestabilan Buih Putih Telur Ayan Ras
Pada UmurTelur Level Penambahan Asam Asetat yang Berbeda.
Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
= 200,4 gram
Dekstrin
17,5
= 100 x 200 gram = 32,6 gram
Albumin
5
100 x 200 gram = 9,34 gram
CMC
0,5
100
W produk
77,2
100 x 200 gram = 154,2 gram
= 43,5 gram
%Produk
W produk
W basis
= 43,5
200
x 100%
x 100%= 21,75 %
LAMPIRAN KUIS
1
2
4
5
Buah
Trimming
Pencucian
Air bersih
Air kotor
Reduksi ukuran
Pengancuran
Penyaringan
Sari buah
Pengocokan hingga
kaku
Pencampuran
Pengocokan 15
Pengeringan 5 jam
Penggilingan
Pengayakan
Foaming