Anda di halaman 1dari 18

Makalah Pancasila Sebagai Etika Politik

NAMA KELOMPOK:
1.
2.
3.
4.
5.

RASYID DWI SAFII


ACHMAD ILHAM AULIA
(5113413010)
IWANUDIN
(5113413011)
MUHAMMAD KHAERUDIN (5113413020)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITA NEGRI SEMARANG
TAHUN AJARAN 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah umum Pendidikan Pancasila
yang membahas tentang Pancasila sebagai Etika Politik. Terimakasih pula kami ucapkan
kepada dosen yang telah memberikan kepercayaan kepada kelompok kami dalam
menyelesaikan tugas Pendidikan Pancasila yang mengakaji tentang Peranan
Pancasila Sebagai Etika Politik Bangsa.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini pada akhirnya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya. Amin.

Semarang, 12 September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

1.2

Identifikasi Makalah

1.3

Rumusan Masalah

1.4 Tujuan dan Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

17

3.2 Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengamalan atau praktek Pancasila dalam berbagai kehidupan dewasa ini memang sudah
sangat sulit untuk ditemukan. Tidak terkecuali dikalangan intelektual dan kaum elit politik
bangsa Indonesia tercinta ini. Aspek kehidupan berpolitik, ekonomi, dan hukum serta hankam
merupakan ranah kerjanya Pancasila di dunia Indonesia yang sudah menjadi dasar Negara
dan membawa Negara ini merdeka hingga. Secara hukum Indonesia memang sudah merdeka
selama itu, namun jika kita telaah secara individu (minoritas) hal itu belum terbukti. Masih
banyak penyimpangan yang dilakukan para elit politik dalam berbagai pengambilan
keputusan yang seharusnya menjungjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan Keadilan bagi
seluruh warga Negara Indonesia. Keadilan yang seharusnya mengacu pada Pancasila dan
UUD 1945 yang mencita-citakan rakyat yang adil dan makmur sebagaimana mana termuat
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 1 dan 2 hilanglah sudah ditelan kepentingan politik
pribadi.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma
hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Dalam Filsafat Pancasila
terkandung didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional,
sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai.
Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan noram-norma yang
merupaka pedoman dalam tindakan atau suatu aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang
bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, Pancasila merupakan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal
bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangasa dan bernegara. Adapun manakala
nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan
yang nyata dalam masyarakat bangsa, maupun negara mkaa nilai-nilai tersebut kemudian
dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu norma pedoman.

1.2.Identifikasi Makalah
Bertitik tolak dari latar belakang, maka permasalahan yang timbul adalah Bagaimana
Pelaksanaan Pancasila sebagai Etika Politik.

1.3.Bataasan Masalah
Mengingat Permasalahan Pancasila yang sangat luas dan kompleks, yaitu menyangkut segala
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar tidak rancu, maka perlu diadakan
pembatasan pembahasannya. Adapun batasan pembahasannya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pengertian Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Etika Politik dan Etika Pancasila
Pengertian Nilai
Nilai nilai etika dalam Politik
Etika dalam Kehidupan Kenegaraan Hukum
Evaluasi Kritis Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan
Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

1.4.Tujuan
Tujuan dan Manfaat
1.

Sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Pancasila.

2.
Untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih jauh mengenai Pancasila sebagai
Sistem Etika Politik.
3.
Untuk menambah literatur pengetahuan Pancasila dalam pengamalan kehidupan seharihari khususnya yang berkaitan dengan etika politik.
4.
Memahami, memperdalam, mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan seharihari yang berkaitan dengan etika politik yang sesuai dengan pengamalan Pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah Ethos, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etikabiasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam bentuk jamaknya
Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan
moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan,
yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah lain yang identik denganetika, yaitu:
Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang
lebih baik (su). Akhlak (Arab), berarti moral, dan etikaberarti ilmu akhlak.
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-aaran
dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang menbahasa tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral terntentu atau bagaimana kita
haru mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral
(Suseno, 1987). Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya
dengan pelbagai kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika
individual yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendir dan etika sosial
merupakan keawajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang
merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.

2.2.Pancasila sebagai Sistem Etika


Etika adalah ilmu yang an mempertanyakan tanggungjawab dan kewajiban manusia. Etika
yang mempertanyakan prinsip-prinsip dasar dalam hubungan dengan kewajiban manusia
dalam berbagai lingkup kehidupan khusus disebut etika khusus. Dalam etika khusus terdapat
etika individual dan etika sosial. Etika individual yaitu etika yang mempertanyakan
tanggungjawab dan kewajiban manusia sebagai makhluk individu terhadap dirinya sendiri.
Sedangkan etika sosial adalah etika yang mempertanyakan tanggungjawab dan kewajiban
manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai umat manusia. Dalam etika sosial terdapat sikap
terdapat sikap terhadap sesama, etika keluarga, etika profesi, etika pendidikan, etika
lingkungan hidup, dan etika politik, dan kritik ideologi.
Pancasila dikaitkan dengan sistem etika maka akan memberi jawaban mengenai kehidupan
yang dicita-citakan, sebab di dalamnya terkandung prinsip terdalam dan gagasan mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Selain itu, Pancasila memberi jawaban bagaimana
seharusnya manusia Indonesia bertanggungjawab dan berkewajiban sebagai makhluk pribadi,
makhluk sosial, dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bernegara, selain etika

kelompok bagaimana dengan sesama warga negara. Dalam hidup berkelompok, selain etika
kelompok bagaimana warga negara Indonesia bergaul dalam hidupnya, akan muncul etika
yang berkaitan dengan kerja atau profesi, seperti etika guru/ dosen Indonesia, etika
jurnalistik/ wartawan Indonesia, dan sebagainya.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa Pancasila pun memiliki sistem etika seperti yang telah
diuraikan, yaitu memiliki etika yang bersifat umum dan khusus; mengatur etika individual
dan sosial, serta mengembangkan etika yang berkaitan dengan lingkungan dan kerja atau
profesi.

2.3.Etika Politik dan Etika Pancasila


Kebijaksanaan adalah syarat yang harus dimiliki untuk menuju kebahagiaan hidup. Karena
itu, etika pada zaman itu bercorak eudomonistik ( bahagia).
Tampilnya ajaran Imanuel Kant pada abad ke-18, masalah etika bukan lagi masalah
kebijaksanaan melainkan sudah merupakan kewajiban. Etika menurut Imanuel Kant adalah
suatu kategori imperatif dalam arti bahwa etika bukanlah alat untuk mencapai tujuan tertentu,
melainkan menjadi tujuan di dalam dirinya sendiri. Artinya etika dipatuhi, dengan etika
tersebut orang berbuat baik atau susila bukan untuk mencapai suatu tujuan melainkan untuk
dan demi kebaikan atau kesusilaan itu sendiri.
Pengertian politik dalam proses pemakainnya dewasa ini terasa sudah sangat jauh
menyimpang, atau mungkin sudah jauh lebih luas dari pengertian asalnya. Konsekuensi dari
sinyalemen tersebut ialah timbulnya semacam prasangaka, sikap sinis, dan sebagainya.
Kaitan dengan Pancasila, maka etika politik dengan rasa etik tidak lain adalah Etika
Pancasila. Pancasila sebagai etika politik bagi bangsa dan negara Indonesia adalah etika yang
dijiwai oleh Falsafah negara Pancasila yang meliputi:
1.
Etika yang berjiwa Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna percaya akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa, patuh pada perintah Tuhan dan menjauhi Larangan-Nya.
2.
Etika yang berperikemanusiaan, mengandung makna menilai harkat kemanusiaan tetap
lebih tinggi dari nilai kebendaan, tidak membenarkan adanya rasialisme, dan sikap membedabedakan manusia.
3.
Etika yang dijiwai oleh rasa Kesatuan Nasional, mengandung makna sifat bangsa
Indonesia yanh Bhineka Tunggal Ika dan bangsa yang cinta persatuan.
4.
Etika yang berjiwa demokrasi, mengandung makna lambang persaudaraan manusia,
sama-sama berhak akan kemerdekaan dan memperoleh kemerdekaan
5.
Etika yang berjiwa keadilaan sosial, mengandung makna manifestasi dari kehidupan
masyarakat yang dilandasi oleh jiwa kemanusiaan, jiwa yang cinta kepada persatuan, jiwa
yang bersifat demokrasi, dan semangat mau bekarja keras

2.4. Pengertian Nilai


Terbagi atas 3 :
Nilai dasar yaitu Asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak.
Nilai Instrumental yaitu Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar ,yang biasanya dalam wujudd
norma sosial atau norma hukum ,yang selanjutnnya akan terkristalisasi oleh lembagalembaga yang sesuai dengan kebutuhan temapat dan waktu.
Nilai Praktis yaitu nilai yang seesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
1. Nilai ideal
2. Nilai material
3. Nilai spiritual
4. Nilai pragmatis
5. Nilai positif
6. Nilai logis
7. Nilai etis
8. Nilai estetis
9. Nilai sosial
10. Nilai religius

2.5.Nilai-Nilai Pancasila Dalam Etika Berpolitik


Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu kesatuan nilai yang
tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silasilanya. Karena jika dilihat satu
persatu dari masing-masing sila itu dapat saja ditemukan dalam kehidupan berbangsa yang
lainnya. Namun, makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai
satu kesatuan yang tak bias ditukarbalikan letak dan susunannya. Untuk memahami dan
mendalami nilai nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu semua terkandung dalam kelima
sila Pancasila.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, sang pencipta seluruh alam. YangMaha Esa berarti Maha
Tunggal, tidak ada sekutu dalam zat-Nya, sifat- Nya dan perbuatan-Nya. Atas keyakinan
demikianlah, maka Negara Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, dan
Negara memberikan jaminan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya untuk beribadat
dan beragama. Bagi semua warga tanpa kecuali tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti
Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti keagamaan. Hal ini diatur dalam UUD 1945 Pasal 29
ayat 1 dan 2.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang berbudaya dan memiliki potensi
pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan normanorma. Adil berarti wajar, yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang.
Beradab kata pokoknya adalah adab, sinonim dengan sopan, berbudi luhur dan susila.
Beradab artinya berbudi luhur, berkesopanan, dan bersusila. Hakikatnya terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 alinea pertama: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan . Selanjutnya dijabarkan dalam batang
tubuh UUD 1945.
Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung
pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang berabeka ragam menjadi satu kebulatan.
Sila Persatuan Indonesia ini mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi,
social budaya, dan hankam. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat,
yang berbunyi, Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
. Selanjutnya lihat batang tubuh UUD 1945.
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/Perwakilan Kata rakyat yang menjadi dasar Kerakyatan, yaitu sekelompok
manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Sila ini bermaksud bahwa Indonesia
menganut system demokrasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini berarti
bahwa kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam melaksanakan
tugas kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan. Sebagaimana dinyatakan
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yaitu, maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat . Selanjutnya lihat dalam pokok pasalpasal UUD 1945.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan,
baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat berarti semua warga Negara Indonesia baik
yang tinggal didalam negeri maupun yang di luar negeri. Hakikat keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia dinyatakan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945, yaitu Dan
perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Selanjutnya dijabarkan dalam pasalpasal UUD 1945. Pola pikir
untuk membangun kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai
dengan kelima sila yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam berpolitik harus bertumpu
pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyarawatan/Perwakilan

dan dengan penuh keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia tampa pandang bulu. Nilainilai Pancasila tersebut mutlak harus dimiliki oleh setiap penguasa yang berkuasa mengatur
pemerintahan, agar tidak menyebabkan berbaghai penyimpangan seperti yang sering terjadi
dewasa ini. Seperti tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan,
terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan dikalangan elit politik yang
menjadi momok masyarakat.

2.5.Nilai-nilai Etika dalam Pancasila


Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia melakukan semua tindakan sehari-harinya
baik dalam masyarakat maupun dalam bernegara. Etika mambantu manusia menunjukan
nilai-nilai untuk membulatkan hati mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu
dilakukan dan mengapa hal itu dilakukan.
Pancasila adalah etika bagi bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara. Adapun
nilai-nilai etika yang terkandung dalam Pancasila tertuang dalam berbagai tatanan berikut ini:
1.

Tatanan bermasyarakat

2.

Tatanan bernegara

3.

Tatanan kerjasama antar negara atau tatanan luar negeri

4.

Tatanan pemerintah daerah

5.

Tatanan hidup beragama

6.

Tatanan bela negara

7.

Tatanan pendidikan

8.

Tatanan berserikat, berkumpul dan menyatakan pendapat

9.

Tatanan hukum dan keikutsertaan dalam pemerintahan

10. Tatanan kesejahteraan sosial


2.6.Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum
Manusia dalam hidupnya tidak lepas dari manusia lain. Untuk itu, manusia perlu hidup
berkelompok (zoon politicon) yang menampilkan insan berfikir sekaligus sebagai insan usaha
( homo economicus). Hal itu dilakukan selain sebagai kodratnya, dimaksudkan untuk
mencapai kesejahteraan bersama.
Bangsa Indonesia memilih bentuk ( organisasi) negara yang dinamakan Republik yang
merupakan suatu pola yang mengutamakan pencapaian kepentingan umum ( respublica) dan
bukan kepentingan perseorangan atau kepentingan golongan.

Pada umumnya, kegiatan kenegaraan kaitannya dengan hasil perjanjian bermasyarakat, orang
beranggapan bahwa kegiatan kenegaraan meliputi:
1.

Membentuk hukum atau kewenangan legislatif.

2.

Menerapkan hukum atau kewenangan eksekutif.

3.

Menegakkan hukum atau kewenangan yudikatif.

Oleh karena itu, analisis kenegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisis tata hukum.
Konstitusi adalah suatu pola hidup berkelompok dalam organisasi negara, yang
seringkali diperluas dalam organisasi apapun. Sebagai pola hidup berkelompok dalam
organisasi negara maka konstitusi pada umumnya memuat:
1. Hal-hal yang dianggap fundamental dalam berorganisasi.
2. Hal-hal yang dianggap penting dalam hidup berkelompok oleh suatu bangsa, sekalipun
oleh bangsa lain tidak dianggap demikian.
3. Hal-hal yang dicita-citakan, sekalipun hal itu seolah-olah sulit untuk dicapai karena
idealistik.
Etika dalam Kehidupan Kenegaraan dan Hukum
Manusia dalam hidupnya tidak lepas dari manusia lain. Untuk itu, manusia perlu hidup
berkelompok (zoon politicon) yang menampilkan insan berfikir sekaligus sebagai insan usaha
( homo economicus). Hal itu dilakukan selain sebagai kodratnya, dimaksudkan untuk
mencapai kesejahteraan bersama.
Bangsa Indonesia memilih bentuk ( organisasi) negara yang dinamakan Republik yang
merupakan suatu pola yang mengutamakan pencapaian kepentingan umum ( respublica) dan
bukan kepentingan perseorangan atau kepentingan golongan.
Pada umumnya, kegiatan kenegaraan kaitannya dengan hasil perjanjian bermasyarakat, orang
beranggapan bahwa kegiatan kenegaraan meliputi:
1.

Membentuk hukum atau kewenangan legislatif.

2.

Menerapkan hukum atau kewenangan eksekutif.

3.

Menegakkan hukum atau kewenangan yudikatif.

Oleh karena itu, analisis kenegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisis tata hukum.
Konstitusi adalah suatu pola hidup berkelompok dalam organisasi negara, yang
seringkali diperluas dalam organisasi apapun. Sebagai pola hidup berkelompok dalam
organisasi negara maka konstitusi pada umumnya memuat:
1.

Hal-hal yang dianggap fundamental dalam berorganisasi.

2.
Hal-hal yang dianggap penting dalam hidup berkelompok oleh suatu bangsa, sekalipun
oleh bangsa lain tidak dianggap demikian.
3.
Hal-hal yang dicita-citakan, sekalipun hal itu seolah-olah sulit untuk dicapai karena
idealistik.

2.7. Evaluasi Kritis Penerapan Etika dalam Kehidupan Kenegaraan


Dalam kaitan dengan nilai dan norma terdapat dua macam etika yaitu etika deskriptif dan
etika normatif. Etika deskriptif berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan pola
perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidupnya. Sedangkan etika
normatif ialah etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang
seharusnya dimiliki atau dijalankan oleh manusia, dan tindakan apa yang seharusnya diambil.
Kaitan dengan penerapan etika dalam kehidupan kenegaraan, kajiannya tidak lepas dari
sedikitnya empat kelompok masalah kenegaraan, yaitu tata organisasi, tata jabatan, tata
hukum, dan tata nilai yang dicita-citakan oleh suatu negara. Penerapan etika dalam kehidupan
kenegaraan, sorotannya tidak lepas dari fungsi etika bagi kehidupan kenegaraan. Fungsi etika
bagi kehidupan kenegaraan adalah alat untuk mengatur tertib hidup kenegaraan memberikan
pedoman yang merupakab batas gerak hak dan wewenang kenegaraan, menanamkan
kesadaran kemanusiaan dalam bermasyarakat dan bernegara, mempelajari dan menjadikan
objek tingkah laku manusia dalam hidup kenegaraan, memberi landasan fleksibilitas bergerak
yang bersumber dari pengalaman.

2.8.Etika Kehidupan Berbangsa


Sejak terjadinya krisis multidimensional, muncul ancaman yang serius terhadap persatuan
bangsa dan terjadi kemunduran dalam pelaksanaan etika kehidupan berbangsa, yang
disebabkan oleh berbagai faktor baik yang berasal dari dalam negri maupun yang berasal dari
luar negri. Arah kebijakan untuk membangun etika kehidupan berbangsa di implementasikan
sebagai berikut:
1.
Mengaktualisasikan nilai-nilai agama dan kebudayaan luhur bangsa dalam kehidupan
pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pendidikan fornal, informal, dan
nonformal dan pemberian contoh keteladanan.
2.
Mengarahkan orientasi pendidikan yang mengutamakan aspek pengenalan menjadi
pendidikan yang bersifat terpadu.
3.
Mengupayakan agar setiap program pembangunan dan keseluruhan aktivitas kehidupan
berbangsa dijiwai oleh nilai-nilai etikad dan akhlak mulia.

Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedapankan kejujuran, amanah,


keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu,
tanggungjawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.
Sesuai Tap MPR No. VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian dari etika kehiddupan berbangsa
adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang bersifat universal dan nilai-nilai
budaya bangsa yang terjamin dalam pancasila sebagai acuan dalam berpikir, bersikap, dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat bertujuan untuk:
1.
Memberikan landasan etik moral bagi seluruh komponen bangsa dalam menjalankan
kehidupan kebangsaan dalam berbagai aspek
2.

Menentukan pokok-pokok etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

3.
Menjadi kerangka acuan dalam mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai etika dan moral
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
Etika kehidupan berbangsa meliputi sebagai berikut:
a.

Etika sosial dan Budaya

Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap
jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan tolongmenolong di antara sesame manusia dan anak bangsa. Senada dengan itu juga
menghidupkansuburkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
b.

Etika pemerintahan dan politik

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efesien, dan efektif
serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, tanggung
jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur dalam persaingan, serta
menjujunjung tinggi hak asasi manusia.
c.

Etika ekonomi dan bisnis

Etika ini bertujuan agar prinsip dan prilaku ekonomi baik oleh pribadi, institusi, maupun
keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan ekonomi dengan kondisi yang baik dan
realitas.
d.

Etika penegakan hukum yang berkeadilan

Etika ini bertujuan agar penegakan hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak
diskriminatif terhadap setiap warga Negara di hadapan hukum, dan menghindarkan
peggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan.
e.

Etika keilmuan dan disiplin kehidupan

Etika ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan objektif.
Dengan berpedoman pada etika kehidupan berbangsa tersebut, penyelenggara Negara dan
warga Negara berprilaku secara baik bersumber pada nilai-nilai pancasila dalam
kehidupannya. Etika kehidupan berbangsa tidak memiliki sanksi hukum. Namun sebagai
semacam kode etik, pedoman etik berbangsa memberikan sanksi moral bagi siapa saja yang
berprilaku menyimpang dari norma-norma etik yang baik. Etika kehidupan berbangsa ini
dapat kita pandang sebagai norma etik Negara sebagai perwujudan dari nilai-nilai dasar
Pancasila.
Etika dan moral bagi manusia dalam kehiduan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat,
senantiasa bersifat relasional. Hal ini berarti bahwa etika serta moral yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila, tidak dimaksudkan untuk manusia secara pribadi, namun secara
relasioanal senantiasa memiliki hubungan dengan yang lain baik kepada Tuhan yang maha
esa maupun kepada manusia lainnya.
f.

Etika lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lain baik secara langsung
maupun secara tidak langsung.
Jadi, etika lingkungan merupakan kebijaksanaan moral manusia dalam bergaul dengan
lingkungannya.etika lingkungan diperlukan agar setiap kegiatan yang menyangkut
lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan penerapan etika lingkungan
sebagai berikut:
1. Etika Ekologi Dangkal
Etika ekologi dangkal adalah pendekatan terhadap lingkungan yang menekankan bahwa
lingkungan sebagai sarana untuk kepentingan manusia, yang bersifat antroposentris. Etika
ekologi dangkal ini biasanya diterapkan pada filsafat rasionalisme dan humanisme serta ilmu
pengetahuan mekanistik yang kemudian diikuti dan dianut oleh banyak ahli lingkungan.
Jenis-Jenis Etika Lingkungan
Etika Lingkungan disebut juga Etika Ekologi. Etika Ekologi selanjutnya dibedakan dan
menjadi dua yaitu etika ekologi dalam dan etika ekologi dangkal. Selain itu etika lingkungan
juga dibedakan lagi sebagai etika pelestarian dan etika pemeliharaan. Etika pelestarian adalah
etika yang menekankan pada mengusahakan pelestarian alam untuk kepentingan manusia,
sedangkan etika pemeliharaan dimaksudkan untuk mendukung usaha pemeliharaan
lingkungan untuk kepentingan semua makhluk.Kebanyakan para ahli lingkungan ini memiliki
pandangan bahwa alam bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Secara umum, Etika ekologi dangkal ini menekankan hal-hal berikut ini :

Manusia terpisah dari alam.


Mengutamakan hak-hak manusia atas alam tetapi tidak menekankan tanggung jawab
manusia.
Mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.
Kebijakan dan manajemen sunber daya alam untuk kepentingan manusia.
Norma utama adalah untung rugi.
Mengutamakan rencana jangka pendek.
Pemecahan krisis ekologis melalui pengaturan jumlah penduduk
khususnya dinegara miskin.
Menerima secara positif pertumbuhan ekonomi.

2. Etika Ekologi Dalam


Etika ekologi dalam adalah pendekatan terhadap lingkungan yang melihat pentingnya
memahami lingkungan sebagai keseluruhan kehidupan yang saling menopang, sehingga
semua unsur mempunyai arti dan makna yang sama. Etika Ekologi ini memiliki prinsip yaitu
bahwa semua bentuk kehidupan memiliki nilai bawaan dan karena itu memiliki hak untuk
menuntut penghargaan karena harga diri, hak untuk hidup dan hak untuk berkembang.
Premisnya adalah bahwa lingkungan moral harus melampaui spesies manusia dengan
memasukkan komunitas yang lebih luas. Komunitas yang lebih luas disini maksudnya adalah
komunitas yang menyertakan binatang dan tumbuhan serta alam.

Secara umum etika ekologi dalam ini menekankan hal-hal berikut :

Manusia adalah bagian dari alam.


Menekankan hak hidup mahluk lain, walaupun dapat dimanfaatkan oleh manusia,
tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang.
Prihatin akan perasaan semua mahluk dan sedih kalau alam diperlakukan sewenangwenang.
Kebijakan manajemen lingkungan bagi semua mahluk.
Alam harus dilestarikan dan tidak dikuasai.
Pentingnya melindungi keanekaragaman hayati.
Menghargai dan memelihara tata alam.
Mengutamakan tujuan jangka panjang sesuai ekosistem.
Mengkritik sistem ekonomi dan politik dan menyodorkan sistem alternatif yaitu
sistem mengambil sambil memelihara.

BAB.III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

Kita harus mengerti bagaimana politik itu sendiri yang seharusnya dilaksanakan sesuai
denganamanahpancasila,tudakbertentangandanbukanbagaimanapancasiladipolitikkan
olehparapenguasanegarakhususnyanegaraIndonesia

3.2.SARAN
Sebagai calon penerus bangsa yang ber-intelektual seorang mahasiswa berkewajiban
untuk mempelajari dan menjunjung tinggi pancasila, karena pancasila memberikan dasardasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Daftar Pustaka
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Soegito. A. T. Dkk. 2005. Pendidikan Pancasila. Semarang: Pengembangan MKU/MKDKLP3.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Filsafat Pancasila. Jakarta: PT Pancuran Tujuh.
http://chayoy.blogspot.com/2012/06/makalah-etika-politik.html

http://id.wikipedia.org/wiki/pengertian_etika_lingkungan.
http://www.findyou.com.pdf/2010/04/10/Etika_lingkungan_hidup

Anda mungkin juga menyukai