Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,
yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku
hidup bersih dan sehat, mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Dinkes, 2009).
Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2014 untuk mewujudkan
masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan kedalam empat misi salah
satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani (Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan
tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009). Perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah
tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di
tempat umum.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut harus dimulai dari tatanan rumah
tangga, karena rumah tangga yang sehat merupakan aset modal pembangunan di masa depan
yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Beberapa anggota rumah
tangga mempunyai masa rawan terkena penyakit infeksi dan non infeksi, oleh karena itu
untuk mencegahnya anggota rumah tangga perlu diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) (Depkes RI, 2009).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan salah satu
upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga
untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota rumah tangga diberdayakan agar
tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan mengupayakan
lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapi, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga
1

digerakkan untuk berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan


mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI, 2006).
Pemberdayaan keluarga atau anggota rumah tangga untuk melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari peran orangtua, karena orangtua akan menjadi
panutan dan teladan bagi anggota keluarga lainnya sehingga pemberian informasi kesehatan
akan lebih. Orangtua juga memiliki fungsi afektif untuk memberikan pengetahuan dasar
kepada anggota keluarga yang lain. Agar dapat memberikan pengetahuan dasar tentang
perilaku hidup bersih dan sehat kepada anggota keluarga lainnya diperlukan pengetahuan
yang memadai dari orangtua.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi PHBS.
2. Untuk mengetahui apa saja indikator PHBS dan pelaksanaan PHBS.
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi PHBS.
2. Dapat mengetahui indikator dan pelaksanaan PHBS.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Mas Mirah Kurang Gizi
Mas Mirah seorang anak laki-laki umur sembilan bulan didapati menderita gizi buruk
pada kegiatan kasus diwilayah Puskesmas Belimbing. Ibu Ina Wati, ibunda sang anak, cukup
2

sehat meski tidak gemuk, umur 22 tahun, tingginya sekitar 146 cm. sekitar 2 tahun yang lalu
dia mengalami keguguran pada kehamilan pertamanya.
Dari wawancara terhadap ibu Ina diceritakan kondisi anaknya yang kurus sudah
diketahui kira-kira lebih dari dua bulan yang lalu. Lahirnya ditolong oleh dukun, sewaktu
bayi sering dibawa ke posyandu, tetapi kartu KMSnya lupa ditaruh dimana karena sudah
lama tidak ke Posyandu lagi.
Setelah dimotivasi agar anaknya dirawat inap di Puskesmas tanpa dipungut biaya
sampai sembuh karena diperlakukan sebagai kasus KLB, bu Ina masih menunggu suaminya
pulang dari sawah, untuk meminta persetujuan. dia tidak suka makan, agak mau makan jika
dibelikan bakso lewat, kalau dikasih sayur dia tidak suka, buahpun paling-paling pisang
sesekali, imbuh ibu Ina.
Sambil menunggu suaminya datang, disampaikan oleh ibu Ina, bahwa suaminya
berumur 26 tahun, seorang perokok. Terutama pada malam minggu, sering datang temantemannya untuk main gaple di ruang depan rumahnya yang berates jalan desa, smabil
merokok, ngopi, kadang-kadang minum tuak manis. Mendengar cerita ibu Ina itu, sekretaris
Puskesmas yang kebetulan tidak berlatar belakang pendidikan kesehatan dengan lugu
berkomentar : makanya ibu, kalau mau menyusui anaknya payudaranya dicuci dulu !.
Kepala Dinas .
2.2 Terminologi
1. PHBS
Adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatankegiatan kesehatan dimasyarakat. (Depkes RI,2007)
2. KMS
Adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indikator perkembangan yang
bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan sejak dari
lahir sampai berusia 5 tahun.
3. KLB
Adalah timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu
kejadian kematian atau kesakitan yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
4. Gizi buruk

Adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-haris sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi.
5. Sedentary life
Adalah gaya hidup dimana seseorang kurang dalam aktifitas.
2.3 Permasalahan
1. Sebutkan 10 indikator PHBS ?
2. Dari skenario diatas diketahui beberapa hal yang tidak sesuai dengan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), jelaskan apa sajakah itu ?
3. Adakah kemungkinan kaitan riwayat status kesehatan bu Ina dengan kejadian gizi buruk
4.
5.
6.
7.

anaknya ?
Riwayat apa saja yang perlu di gali tentang kesehatan ibu maupun anaknya?
Faktor resiko gizi buruk?
Adakah hubungan gaya hidup bapaknya dengan kondisi kesehatan anaknya?
Dalam beberapa pertemuan sering disebut-sebut istilah gaya hidup yang bermasalah yang

dikaitkan dengan rokok, narkoba, alkohol, sedentary life, pola makan. Jelaskan !
8. Bagaimana penatalaksanaan anak skenario diatas ?

2.4 Jawaban Permasalahan


1. Sepuluh indikator PHBS yaitu :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah persalinan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan,
dokter, dan tenaga para medis lainnya). Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan
bantuan tenaga kesehatan yang terlatih, adalah langkah awal terpenting untuk
mengurangi kematian ibu dan kematian neonatal dini. Persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril sehingga
mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
b. Memberi ASI Eksklusif
Adalah bayi pada usia 0 6 bulan hanya diberi ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan,
tidak diberi makanan tambahan dan minuman lain kecuali pemberian air putih untuk
minum obat saat bayi sakit. Asi banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Zat gizi dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan sehingga
mampu melindungi bayi dari alergi.
Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan dalam tiga kelompok yakni:

Kolostrum
Kolostrum ( susu awal ) adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah
kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental, karena mengandung
banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi
dari penyakit infeksi. Kolostrum mengandung vitamin A, E dan K serta beberapa
mineral seperti natrium dan Zn.
ASI transisi/ peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
matang. Biasanya diproduksi pada hari k2 4 10 setelah kelahiran. Kandungan
volume protein akam semakin rendahsedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi dibandingkan pada kolosrum, juga volume akan makin meningkat.
Asi matang/ matur
ASI matang adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar pada hari ke -14 dan
seterusnya

komposisi

relatif

tetap.

Merupakan

suatu

cairan

berwarna

putihkekuningan yang diakibatkan warna dari gambar c-casenat riboflavin, dan


karoten yang terdapat di dalamnya. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI
cukup. ASI ini merupakan makanan satu satunya yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Selama 6 bulan pertama, volume ASI
sekurang kurangnya sekitar 500-700 ml/hari, bulan kedua sekitar 400 600
ml/hari setelah bayi berusia satu tahun.
Keuntungan menyusui bagi bayi:
1) Ditinjau dari aspek gizi
Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh
kembang yang optimal. Mudah diserap dan dicerna.
2) Ditinjau dari aspek imunologi
Bayi tidak sering sakit. ASI mengandung kekebalan antara lain imunitas seluler
yaitu leukosit sekitar 4000/ml, misal IgA- enzim pada ASI yang mempunyai efek
antibakteri misalnya lisozim, katalase dan peroksidase.
3) Ditinjau dari aspek psikologis
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengang. Pemberian ASI mendekatkan
hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi , yang penting
5

untuk mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai mempercayai orang


lain /ibu dan akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri .
c. Menimbang bayi dan balita setiap bulan
Adalah menimbang bayi dan balita mulai dari umur 0 sampai 59 bulan setiap
bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) berturut-turut dalam 3 bulan
terakhir. Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan balita
setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi
buruk. Setelah balita ditimbang di buku KIA atau KMS maka akan terlihat berat
badannya naik atau tidak turun. Naik apabila garis pertumbuhannya naik mengikuti
salah satu pita warna di atasnya. Tidak naik bila garis pertumbuhannya mendatar dan
garis pertumbuhannya naik tetapi warna yang lebih muda. Bila balita mengalami gizi
kurang maka akan dijumpai tanda tanda:

Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut turut, badannya kurus

Mudah sakit

Tampak lesu dan lemah

Mudah menagis dan rewel

d. Mencuci tangan dengan air dan sabun


Adalah tindakan membersihkan tangan dengan air bersih yang mengalir dan
memakai sabun untuk membersihkan kotoran/ membunuh kuman serta mencegah
penularan penyakit. Misalnya: mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan
minuman, mencuci tangan sesudah buang air besar dengan sabun, karena sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman akan masih tertinggal.
Waktu yang tepat untuk mencuci tangan :

Setiap kali tangan kita kotor ( setelah memegang uang , binatang dan berkebun )

Setelah buang air besar


6

Setelah membersihkan kotoran bayi

Sebelum memegang makanan

Sebelum makan dan menyuapi makanan

Sebelum menyusui bayi

Sebelum menyuapi anak

Setelah bersin, batuk dan membuang ingus

e. Menggunakan air bersih


Air adalah sangat peting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anank anak sekitar 65%,
dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain
untuk minum, masak, mandi, mencuci ( bermacam macam cucian ).
Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,
membersihkan bahan makanan haruslah bersih agar tidak terkena penyakit atau
terhindar dari penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra kita,
antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat bersih, air belum
tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat C
(saat mendidih).
Syarat syarat air minum yang sehat agar air inum itu tidak menyebabkan
penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut:

Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening ( tidak berwarna ),
tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, cara mengenal air yang
memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri. Terutama
bakteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi
oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Dan bila
dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari 4 bakteri E. Coli maka air
tersebut sudahmemenuhi kesehatan

Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat zat tertentu dalam jumlah yang
tertentu pula.

f. Menggunakan jamban sehat


Adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan jamban/ WC dengan
tangki septic atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir. Misalnya
buang air besar di jamban dan membuang tinja bayi secara benar. Penggunaan jamban
akan bermanfaat untuk menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban
mencegah pecemaran sumber air yang ada disekitarnya. Jamban yang sehat juga
memiliki syarat seperti tidak mencemari sumber air, tidak berbau, mudah dibersihkan
dan penerangan dan ventilasi yang cukup.
g. Rumah bebas jentik
Adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dirumah satu kali seminggu
agar tidak terdapat jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air, vas bunga,
pot bunga/ alas pot bunga, wadah penampungan air dispenser, wadah pembuangan air
kulkas dan barang-barang bekas/ tempat-tempat yang bisa menampung air.
Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M (menguras. Menutup dan mengubur
plus menghindari gigitan nyamuk).
h.

Makan buah dan sayur setiap hari

Pilihan buah dan sayur yang bebas peptisida dan zat berbahaya lainnya. Biasanya
cirri-ciri sayur dan buah yang baik ada sedikit lubang bekas dimakan ulat dan tetap
segar. Adalah anggota keluarga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3
porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik 30
menit setiap hari misalnya jalan, lari, senam dan sebagainya. Aktifitas fisik dilakukan
secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari , sehingga dapat menyehatkan
jantung, paru-paru alat tubuh lainnya. Lakukan aktifitas fisik sebelum makan atau 2
jam sesudah makan.

j. Tidak merokok di dalam rumah


Adalah anggota rumah tangga tidak merokok di dalam rumah. Tidak boleh
merokok di dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan anggota keluarga
lainnya sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatan. Karena dalam satu
batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya
seperti nikotin, tar dan carbonmonoksida (CO).
2. Hal yang tidak sesuai dengan indikator PHBS di skenario adalah:
a. Ibu Ina Wati melahirkan ditolong oleh dukun.
b. Ke Posyandu tidak membawa KMS, ibu Ina lupa menaruh KMS dimana karena
sudah lama tidak ke Posyandu lagi.
c. Anak ibu Ina tidak suka makan, tidak suka sayur, jarang makan buah-buahan.
d. Suami ibu Ina seorang perokok.
e. Kurang mengerti tentang kebersihan mencuci tangan.
3. Kaitaan riwayat status kesehatan ibu dengan kejadian gizi kurang pada anaknya:
Tentu terdapat kaitan antara riwayat status kesehatan ibu dengan kejadian gizi
kurang pada anaknya, melihat tinggi badan ibu ina yakni 146 cm pada usianya yang saat
9

ini yaitu 22 tahun. Kemungkinan ibu ina dalam riwayat masa kecil juga mengalami gizi
kurang sehingga dapat menghambat pertumbuhan tubuhnya . Selanjutnya seorang wanita
yang pernah memiliki riwayat malnutrisi nantinya rentan mengalami kurang gizi selama
hamil dan pada akhirnya juga dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
4. Riwayat yang perlu digali tentang kesehatan ibu maupun anaknya :
Riwayat yang perlu digali tentang kesehatan ibu yaitu riwayat status gizi sebelum
dan selama hamil. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi
pembentukan kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh
kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan.
Jika seorang wanita hamil kekurangan gizi, dapat dimengerti bahwa bayi dalam
rahim ibu tidak menerima cukup nutrisi. Dengan kata lain, nutrisi dan mineral penting
dalam mengembangkan seluruh kehidupan tidak disediakan dalam jumlah yang cukup.
Akibatnya, bayi akan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang buruk dan berat
badan rendah. Keadaan ini maka akan memberikan dampak buruk jangka pendek pada
janin dan anak di bawah usia 2 tahun. Dampaknya adalah perkembangan janin akan
mempengaruhi ukuran dan komposisi tubuh atau organ, termasuk otak dan organ internal.
Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal (Lubis, 2007).
Kemudian dapat digali juga factor-faktor seperti geografi, sosial ekonomi dan
politik, antara lain akan menyangkut ketersediaan ketersediaan lahan, ketahanan pangan
di tingkat rumah tangga, pola asuh, penyakit infeksi dan non-infeksi, kesehatan
lingkungan, pendidikan, kemiskinan, juga faktor kebijakan.
Riwayat yang perlu digali tentang kesehatan anak yaitu riwayat berat badan saat
dilahirkan, apakah saat dilahirkan cukup bulan atau premature, faktor biologis yang
meliputi umur, jenis kelamin, penyakit infeksi kronis yang diderita,

10

5. Faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita


a. Konsumsi makanan yang tidak adekuat
Konsumsi makanan yang tidak adekuat mengarah pada bahwa makanan yang
dikonsumsi oleh anak balita kurang memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang
memenuhi syarat gizi seimbang. Konsumsi makan yang tidak seimbang akan
menimbulkan ketidakcukupan pasokan zat gizi ke dalam sel-sel tubuh .
b. Konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuat
Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi gizi buruk adalah dengan PMT-P.
PMT-P bertujuan memulihkan keadaan gizi anak balita gizi buruk melalui pemberian
makanan dengan kandungan gizi yang terukur sehingga kebutuhan gizi balita
terpenuhi. Oleh karena itu, konsumsi makanan PMT-P yang tidak adekuat juga akan
berpengaruh terhadap status gizi anak balita.
c. Penyakit infeksi
Anak-anak dengan gizi buruk daya tahannya menurun sehingga mudah terserang
infeksi. Penyakit infeksi yang sering diderita oleh anak dengan gizi buruk adalah
diare dan ISPA.
d. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Bayi baru lahir memerlukan kebutuhan yang sangat spesifik karena pada hari-hari
pertama kehidupannya memerlukan adaptasi fisiologis dan psikologis dari lingkungan
intrauterin ke lingkungan ekstrauterin. Perawatan yang dibutuhkan terutama
11

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kebersihan diri, perawatan tali


pusat dan kebutuhan istirahat tidur. Pada bayi dengan berat lahir rendah maka perlu
dilakukan perawatan yang lebih ekstra terutama terkait dengan pemenuhan kebutuhan
nutrisi bayi, karena akan berpengaruh terhadap status gizinya.
Faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kejadian gizi buruk pada anak balita
yaitu :
1) Karakteristik anak balita
a. Umur
Anak balita (bawah lima tahun) atau berumur 0-59 bulan merupakan kelompok
umur yang paling rentan menderita KEP karena sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga memerlukan asupan gizi yang memadai baik kualitas maupun
kuantitasnya.
b. Jenis kelamin
Tingkat kebutuhan pada anak laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan
perempuan. Begitu juga dengan kebutuhan energi, sehingga laki-laki mempunyai
peluang untuk menderita KEP ysng lebih tinggi daripada perempuan apabila
kebutuhan akan protein dan energinya tidak terpenuhi dengan baik. Kebutuhan
yang tinggi ini disebabkan aktivitas anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan
dengan anak perempuan sehingga membutuhkan gizi yang tinggi.
c. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Keluarga dengan banyak anak
apalagi yang selalu ribut akan berpengaruh pada ketenangan jiwa dan secara tidak
langsung akan menurunkan nafsu makan. Sebuah keluarga yang memiliki jarak
kelahiran yang terlalu dekat dengan anak sebelumnya akan mengalami kerepotan
untuk mengurusnya karena anak-anak tersebut masih belum bisa mandiri
mengurus dirinya sendiri.
d. Nomor urut anak
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup
akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima
anak. Sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang,
jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan

12

perhatian pada anak juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang, dan
perumahan pun tidak terpenuhi.
2) Karakteristik sosial ekonomi keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Jumlah
anggota keluarga yang semakin besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya
pendapatan akan menyebabkan pendistribusian konsumsi pangan akan semakin
tidak merata. Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar mungkin hanya
cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.
b. Tingkat pendidikan ibu
Ibu merupakan pendidikan pertama dalam keluarga, untuk itu ibu perlu menguasai
berbagai pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan ibu disamping merupakan
modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga juga berperan dalam
pola penyusunan makanan untuk rumah tangga. Tingkat pendidikan akan
mempengaruhi konsumsi melalui pemilihan bahan pangan. Orang yang
berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam
jumlah dan mutunya dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah.
c. Status pekerjaan ibu
Kehidupan ekonomi keluarga yang lebih baik akan memungkinkan keluarga
mampu memberikan perhatian yang layak bagi asupan gizi balita. Seorang ibu
bekerja adalah ibu yang tiga hari atau lebih dalam seminggu meninggalkan
bayinya 4 jam/hari atau lebih dalam satu waktu. Padahal disisi seorang anak usia
0-5 tahun masih sangat tergantung dengan ibunya. Balita masih perlu bantuan dari
orang tua untuk melakukan tugas pribadinya dan mereka akan belajar dari hal-hal
yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya. Ibu yang bekerja akan mengurangi
kuantitas untuk menemani anaknya dirumah. Sehingga anak yang memiliki ibu
tidak bekerja memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan anak balita yang
memiliki ibu yang bekerja.
d. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh
anggota keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil pekerjaannya. Pendapatan
keluarga mempunyai peranan penting terutama dalam memberikan efek terhadap
13

taraf hidup mereka. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan
kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan meningkatkan tingkat gizi
masyarakat.
e. Tingkat pengetahuan gizi ibu
Tingkat pengetahuan gizi ibu yang baik dan dilakukan secara terus menerus dapat
mengatasi kesalahpahaman yang terjadi tentang pantangan konsumsi makanan
tertentu menurut adat atau kebiasaan yang merupakan tradisi turun temurun.
Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun temurun
dapat mempengaruhi KEP.

6. Hubungan gaya hidup bapak dengan kondisi yang dialami anaknya alalah :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 94% ayah merokok di dalam rumah dan
79% merokok di dekat anaknya. Jadi anak merupakan korban asap rokok dari anggota
rumah yang tinggal bersamanya. Kebiasaan merokok pada ayah meningkatkan resiko
infeksi saluran nafas akut pada anaknya. Ayah dari keluarga miskin yang merokok akan
mengurangi belanja makanan bergizi bagi anaknya dan sekaligus memaparkan asap
rokok, sehingga memudahkan mereka terkena penyakit infeksi saluran nafas. Semua ini
pada akhirnya akan bermuara pada status gizi balitanya.
7. Gaya hidup yang bermasalah :
a. Rokok
Perokok Pasif Beresiko. Akibat paparan asap rokok seseorang terhadap kesehatan
orang lain sampai sekarang masih sering disepelekan. Selama ini, orang hanya
melarang seorang wanita yang perokok karena dapat membahayakan janin maupun
bayinya yang sudah lahir. Padahal, bukan hanya si ibu yang sedang menyusui saja
yang perlu menghentikan merokok. Ayah maupun orang di sekitar ibu dan bayinya,
juga harus menghentikan kegiatan merokok. Kalau seseorang merokok, itu berarti dia
hanya mengisap asap rokoknya sekitar 15 persen saja, sementara yang 85 persen
lainnya dilepaskan untuk diisap para perokok pasif.
Nikotin masuk ke bayi. Nikotin yang ada dalam rokok terserap dengan cepat dari
saluran pernapasan ke aliran pembuluh darah ibu dan langsung ditransfer ke ASI
dengan cara difusi. Jika ada orang luar yang merokok di dekat bayi, maka selain
nikotin terserap dari ASI ibu yang terpapar asap rokok, juga diserap langsung melalui
14

pernapasan (udara) si kecil. Nah, nikotin pun (bersama dengan ribuan bahan beracun
asap rokok lainnya) masuk ke saluran pernapasan bayi. Nikotin yang terhirup melalui
saluran pernapasan dan masuk ke tubuh melalui ASI ibunya akan berakumulasi di
tubuh bayi dan membahayakan kesehatan bayi. Bukan hanya itu. Nikotin ternyata
juga dapat mengubah rasa ASI, dan membahayakan kesehatan bayi. Biasanya, bayi
akan rewel dan menolak menyusu jika ibunya baru merokok atau menghirup asap
rokok. Akibat gangguan asap rokok pada bayi antara lain: muntah, diare, kolik,
denyut jantung meningkat, dan lain-lain.

b. Narkoba
Narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek
dan dampak negatif bagi pemakainya. Danmpak yang negatif itu sudah pasti
merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.
Dampak dari pengguna narkoba yaitu gangguan pada jantung, gangguan pada
hemoprosik, gangguan pada traktur urinarius, gangguan pada otak, gangguan pada
tulanG, gangguan pada pembuluh darah, gangguan pada endorin, gangguan pada
kulit, gangguan pada sistem syaraf, gangguan pada paru-paru, gangguan pada sistem
pencernaan, dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS,
Hepatitis, Herpes, TBC, dan banyak dampak lainnya yang merugikan badan manusia.

c. Alkohol
Konsumsi minuman beralkohol punya banyak dampak buruk bagi tubuh. Senyawa
etanol dalam minuman beralkohol akan mengalami metabolisme dalam tubuh
menjadi asetaldehida. Selanjutnya, asetaldehida akan mengalami metabolisme
lanjutan menjadi asam asetat yang meracuni berbagai organ tubuh.

d. Sedentary Life
Gaya hidup kurang gerak, yang disebut sedentary lifestyle. Gaya hidup kurang gerak
bisa menimbulkan masalah-masalah kesehatan di saat mereka dewasa kelak, seperti
obesitas. Kebiasaan kurang gerak memang banyak dikaitkan dengan semakin
15

meningkatnya jumlah anak-anak yang mengalami overweight atau obesitas. Anak


yang menonton teve lebih dari dua jam per hari juga lebih berisiko memiliki pola
makan yang tidak sehat, lebih sedikit mengonsumsi sayur dan buah, serta lebih sedikit
melakukan aktivitas fisik.
e. Pola makan
Tumbuh kembang anak yang optimal akan tercapai bila anak mendapatkan makanan
yang tepat. Nutrisi dibutuhkan sebagai sumber tenaga, untuk menjaga metabolisme
tubuh, serta mengganti sel-sel yang rusak.
Walaupun demikian memberikan nutrisi kepada anak bukan tanpa kendala, mulai
dari anak yang hanya suka makanan tertentu, ngemut makanan, bahkan sampai anak
yang sama sekali menolak makan. Penyebab sulit makan pada anak terdapat banyak
faktor yang menyebabkan kesulitan makan pada anak. Pertama, faktor organik seperti
penyakit saluran cerna, penyakit infeksi atau bukan infeksi. Kedua, faktor psikologis
yaitu paksaan makan, proses makan yang tidak menyenangkan, hubungan emosional
ibu dan anak. Ketiga, faktor nutrisi.

BAB III
16

KESIMPULAN
Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Perilaku hidup
bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2009).
Pada skenario, perlu diupayakan untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau
anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat salah satunya dengan penyuluhan atau
promosi kesehatan melalui pendekatan individu maupun masyarakat atau lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Asih H. 2005. Hubugan Kondisi Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA
) pada Balita di Asrama Tentara Sokanagara.
Ahmad S. 2004. Perokok Pasif Menanggung Resiko Lebih Besar Dibandingkan
Perokok Aktif. Tersedia di : Http : // www.depkes.go.id/jkt/berita [1 Januari 2015 ].
Notoatmojo, S (2003) : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-2. Jakarta : Rineka Cipta.
17

Notoatmojo, S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Citra


Depkes. 2009. Pola Hidup Bersih dan Sehat. Tersedia di : http://www.depkes.go.id. [1 januari 2015 ].

KESIMPULAN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. K3 RS
adalah upaya terpadu seluruh karyawan rumah sakit untuk menciptakan lingkungan kerja, proses
kerja, tempat kerja rumah sakit yang sehat, aman dan nyaman termasuk pasien, pengunjung/
pengantar orang sakit dan masyarakat lingkungan rumah sakit.

18

Anda mungkin juga menyukai