Pendahuluan
Hepatobilier mencakup bagian hepar dan bilier dalam tubuh manusia. Keduanya memiliki
peran penting dalam tubuh manusia. Gangguannya seperti pada kandung empedu berupa
sumbatan pada kandung empedu dan menyebabkan penyakit kuning. Selain itu juga dapat
diduga penyakit-penyakit lain seperti pankreatitis dan hepatitis. Semua penyakit hepatobilier
ini sulit untuk dibedakan jika tidak ada dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang lebih
spesifik. Jadi biasanya pada kasus-kasus tertentu yang kurang dilakukan pemeriksaan seperti
pemeriksaan penunjang akan sulit untuk menentukan diagnosis pasti. Oleh karena itu hanya
didapatkan diagnosis bandingnya saja.
Pada kasus seperti yang akan dibahas ini, sulit dibedakan adakah batu pada kandung empedu
pasien. Sedangkan pemeriksaan penunjang belum didapatkan hasilnya sehingga diagnosis
pasti masih sulit untuk ditegakkan.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara
melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau
dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara
biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang
1
penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta
bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter
akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal berikut.2
1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan
diagnosis)
2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan
pasien (diagnosis banding)
3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor
predisposisi dan faktor risiko)
4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor
prognostik, termasuk upaya pengobatan)
6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan
diagnosisnya.2
Melalui skenario yang ada, dapat diketahui bahwa seorang wanita berusia 46 tahun
mengalami nyeri di ulu hati terus menerus sejak 2 minggu, demam tinggi sejak 3 hari.
Terdapat mual-mual terus menerus, mata kuning tidak disadari. Riwayat 'maag' 2 tahun. Sejak
setahun yang lalu, diketahui ada batu empedu, tetapi menolak untuk dioperasi.
Hal utama yang perlu ditanyakan dalam anamnesis adalah identitas pasien, yang
meliputi nama pasien, umur pasien, perkerjaan dari pasien, alamat (tempat tinggal), dan lainlain. Lalu yang perlu ditanyakan selanjutnya adalah keluhan utama, yaitu hal yang
menyebabkan pasien datang berobat, dalam kasus ini adalah nyeri ulu hati terus menerus
sejak 2 minggu.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, yang perlu dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tandatanda vital seperti tekanan darah, respiratory rate, suhu tubuh, nadi. Lalu dilakukan
pemeriksaan abdomen, terutama pemeriksaan Murphy sign untuk mengetahui apakah ada
nyeri tekan atau tidak pada kantung empedu
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (USG)
Merupakan sarana diagnosis pencitraan pilihan dan pemeriksaan rutin untuk menilai
penyakit batu empedu. Hati dan pankreas juga secara rutin dievaluasi. Sensitivitas untuk
2
mendeteksi batu kandung empdu lebih dari 96%. Penemuan yang khas berupa fokus
ekogenik disertai bayangan akustik. Ultrasonografi juga akan menampakkan ketebalan
dinding, gas intramural dan pengumpulan cairan perikolesistik. Cairan perikolesistik dan gas
intramural sangat spesifik untuk kolesistitis akut. Dapat juga ditemukan lumpur bilier yang
biasa ditemukan pada obstruksi bilier ekstrahepatik. Adanya tanda Murphy sonografik (rasa
nyeri maksimum tepat di atas kandung empedu) juga khas pada kolesistitis akut.1,3
USG dapat juga secara akurat mengidentifikasi pelebaran saluran empedu baik intra
dan ekstrahepatik, selain juga lesi parenkim hati atau pankreas. Batu di koledokus bisa juga
terlihat dengan USG walau sensitivitas tidak lebih dari 50%. Ketiadaan gambaran sonografi
baru batu pada duktus koledokus tidak menyingkirkan kemungkinan adanya batu
koledokus.1,3
Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatgraphy (ERCP)
ERCP dilakukan jika diperlukan gambaran definitif sistem bilier dan saluran
pankreas. ERCP adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan cara kolangiografi dan
pankreatografi langsung secara retrograd. Melalui kanulasi papila vateri, kontras disuntikkan
kedalam saluran bilier atau pankreas. Indikasi utama ERCP adalah ikterus obstruktif,
misalnya karena batu empedu.1,3
MRCP
MRCP merupakan suatu adaptasi MRI dengan sensitivitas dan spesivitas lebih dari
90% untuk batu saluran empedu dibandingkan dengan ERCP. MRCP merupakan pilihan
terbaik apabila terdapat kecurigaan adanya batu di saluran empedu. Bila dicurigai kuat ada
batu koledokus, ERCP didahulukan karena bisa diikuti oleh ekstraksi batu perendoskopi.
Keuntungan MRCP adalah noninvasif dan tidak menggunakan bahan kontras.3
Diagnosis Kerja
Diagnosis kerja masih belum bisa ditentukan
Diagnosis banding
Kolesistitis
Kolesistitis Akut
Kolesistitis akut adalah inflamasi akut kandung empedu yang dicetuskan oleh
obstruksi duktus sistikus. Penyebab tersering kolesistitis akut adalah obstruksi terus-menerus
duktus sistikus oleh batu empedu yang mengakibatkan peradangan akut kandung empedu.
Pada hampir 90% kasus disertai dengan kolelitiasis. Respons inflamasi ditimbulkan oleh tiga
faktor, yakni mekanik, kimiawi, dan bakterial. Inflamasi mekanik disebabkan oleh
4
pemeriksaan
laboratorium,
didapatkan
leukositosis
dan
hitung
jenis
menunjukkan pergeseran kekiri. Adanya gangguan tes fungsi hati, seperti meningkatnya
bilirubin serum, fosfatase alkali/ gamma GT, mengarah pada kecurigaan adanya obstruksi
saluran empedu. Diagnosis kolesistitis akut ditegakkan atas dasar riwayat penyakit dan
pemeriksaan jasmani yang khas. Adanya triad gejala berupa nyeri di kuadran kanan atas,
demam, dan leukositosis mengarah pada kolesistitis akut. Pemeriksaan USG abdomen
5
menunjukkan adanya edema kandung empedu dan ada batu di dalamnya pada sebagian besar
kasus.3
Etiologi Kolesistitis
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah statis cairan
empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis
akut adalah batu kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan
statis cairan empedu.3
Epidemiologi
Kolesistitis lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan semakin
bertambah seiring meningkatnya usia. Peningkatan progesteron saat kehamilan mungkin
dapat menyebabkan statis bilier, yang menyebabkan tingginya kasus kolesistitis pada wanita
hamil, sedangkan kolesistitis akalkulus banyak dijumpai pada pria tua.3
Manifestasi Klinis
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di sebelah
kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang-kadang rasa sakit
menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda.
Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kelainan inflamasi yang
ringan sampai dengan gangrens atau perforasi kandung empedu.3
Ikterus dijumpai pada 20% kasus, umuya deraja ringan (bilirubin <4,0 mg/dl).
Apabila konsentrasi bilirubin tinggi, perlu dipikirkan adanya batu di saluran empedu ekstra
hepatik.3
Komplikasi Kolesistitis Akut
Komplikasi kolesistitis akut dapat berupa empiema dan hidrops kandung empedu,
perforasi kandung empedu, abses perikolesistik, fistulasi ke usus, kolesistitis emfisematus,
ileus batu empedu, dan sindroma Mirizzi.3
Empiema dan Hidrops
Empiema kandung empedu biasanya terjadi akibat progresi kolesistitis akut dengan
obstruksi duktus sistikus persisen dan superinfeksi cairan empedu yang stagnan disertai
6
pembentukan pus. Gambaran klinis menyerupai kolangitis dengan demem tinggi, nyeri hebat
di kuadran kanan atas, dan leukositosis yang nyata. Hidrops atau mukokel kandung empedu
dapat juga timbul akibat obstruksi duktus sistikus yang berkepanjangan, biasanya karena batu
soliter yang besar. Pada keadaan ini, lumen kandung empedu yang tersumbat melebar dengan
progresif oleh mukus (mukokel) atau oleh transudat yang jernih (hidrops). Pada pemeriksaan
fisik didapatkan massa visibel, mudah diraba, tidak nyeri, dan kadang meluas dari kuadran
kanan sampai kedalam fossa iliaka kanan, biasanya asimptomatik walau dapat timbul nyeri
kronik di kuadran kanan atas.3
Gangren dan Perforasi
Gangren kandung empedu timbul akibat iskemia dan nekrosis dinding, dan
merupakan predisposisi untuk terjadinya perforasi. Batu empedu dapat mengikis dinding
yang nekrotik. Perforasi biasanya terjadi di bagian fundus yang merupakan bagian yang
paling sedikit vaskularisasinya. Prognosis buruk dengan angka mortalitas sekitar 30%.
Penanganan berupa antibiotik yang adekuat dan tindakan bedah secepatnya.3
Sindrom Mirizzi
Pada keadaan ini, batu terjepit di leher kandung empedu atau duktus sistikus sehingga
dapat menyebabkan obstruksi parsial duktus hepatikus komunis di dekatnya. Sindrom ini
sering menyebabkan kolangitis dan didiagnosis dengan cara ERCP.3
Tatalaksana
Tindakan umum yang sering dilakukan adalah tirah baring, pemberian cairan
intravena, diet ringan tanpa lemak dan menghilangkan nyeri dengan petidin (demerol) dan
buscopan. Pemberian antibiotika sering diberikan untuk mengobati septikemia serta
mencegah peritonitis dan empiema. Mikroorganisme yang sering ditemukan adalah
Eschericia coli, Streptococcus faecalis, dan Klebsiella sp. Dapat juga ditemukan kuman
anaerob seperti Bacteroides sp dan Clostridium.3
Pembedahan merupakan salah satu cara terbaik dalam kasus kolesistitis. Pada
kolesistitis akut sebaiknya dilakukan kolesistektomi laparoskopik secepatnya pada 1-2 hari
perawatan. Beberapa dokter bedah lebih menyukai menunggu dan mengobati pasien dengan
harapan menjadi lebih baik selama perawatan, dan mencadangkan tindakan bedah bila
kondisi pasien benar-benar hampir pulih, dengan dasar pemikiran, bahwa aspek teknik
kolesistektomi akan lebih mudah jika proses inflamasi tekah mulai menyembuh.3
Dibandingkan dengan kolesistektomi konvensional, pada kolesistektomi laparoskopi,
pasien dapat keluar rumah sakit 1-2 hari pascaoperasi dengan jaringan parut minimal dan
dapat kembali beraktivitas lebih cepat. Sekitar 10%, kolesistektomi laparoskopi harus diubah
menjadi kolesistektomi konvensional dikamar operasi karena adanya inflamasi yang luas,
perlekatan, atau adanya komplikasi, seperti cedera saluran empedu yang memerlukan
perbaikan.3
Prognosis
Sekitar 75% pasien yang ditangani secara medis akan mengalami remisi dari gejala
akut dalam kurun waktu 2-7 hari perawatan rumah sakit. Pada 25% kasus, timbul penyulit,
misalnya empiema dan hidrops, gangren dan perforasi, pembentukan fistula dan ileus batu
empedu, serta kandung empedu porselen. Dalam hal ini, diperlukan segera tindakan bedah.3
Dari 75% pasien kolesistitis akut dengan gejala yang mereda, hampir seperempatnya
akan kambuh dalam kurun waktu satu tahun, dan 60% setidaknya akan mendapat satu kali
serangan kekambuhan dalam waktu enam tahun. Oleh karena itu, bila mungkin, tindakan
yang terbaik adalah tindakan bedah dini.3
Kolesistitis Akut Akalkulus
Pada 5-10% pasien kolesistitis akut, tidak ditemukan batu yang menyumbat duktus
sistikus pada saat pembedahan. Kolesistitis akut akalkulus ini paling sering muncul pada
pasien yang sakit kritis di unit perawatan intensif, misalnya pasien pascabedah, pasien cedera
berat, kebakaran luas, hiperalimentasi parenteral yang lama, gagal organ multisistem, sepsis
dan lain-lain. Patogenesisnya belum jelas dan kemungkinan multifaktoral. Duktus sistikus
tersumbat pada hampir semua kasus kolesistitis akut akalkulus, dan hal ini diduga karena
inflamasi dan edema. Mukus kandung empedu, kepekatan empedu, dan lumpur bilier diduga
berperan penting pada banyak kasus.3
Secara klinis pasien dengan kolesistitis akut akalkulus memiliki gejala dan tanda
serupa dengan pasien kolesistitis kalkulus, namun banyak pasien tidak menunjukkan gejala,
gejala minim atau berupa nyeri tekan pada pemeriksaan. Hal ini terutama terdapat pada
pasien sakit berat yang sedang diintubasi, memakai ventilator, atau sedang mendapatkan
8
dalam kandung empedu dengan dinding berkerut dan menebal. Pemeriksaan kolesistografi
menunjukkan kandung empedu yang tidak berfungsi.3
Terapi
Bila didiagnosis tidak jelas, terapi dilakukan dengan obat-obatan dan dilakukan
observasi terlebih dahulu. Hal ini terutama bila gejala tidak jelas dan fungsi kandung empedu
masih baik. Tatalaksana lainnya berupa menurunkan berat badan dan diet rendah lemak.
Kolesistektomi dilakukan bila terdapat episode nyeri berulang dan terdapat batu koledokus
yang harus dikeluarkan.3
Kholesistitis
Kholangitis
Kholedolitiasis
Pankreatitis
Pankreas merupakan suatu organ yang tidak biasa karena berfungsi sebagai kelenjar endokrin
dan eksokrin. Gangguan endokrin pankreas yang terutama adalah diabetes.
Faktor etiologi utama pankreatitis adalah penyakit saluran empedu dan alkoholisme.
Penyebab yang lebih jarang adalah trauma, terutama luka peluru atau pisau, tukak duodenum
yang mengadakan penetrasi, hiperparatiroidisme, hiperlipidemia, infeksi virus, dan obat-obat
tertentu seperti kortikosteroid dan diuretik tiazid.
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang dewasa tetapi jarang pada anak. Pankreatitis
lebih sering dikaitkan dengan alkoholisme pada laki-laki, dan lebih sering dikatitkan dengan
batu empedu pada perempuan.
Gejala pankreatitis akut yang paling menonjol adalah nyeri hebat yang timbul mendadak dan
terus menerus. Nyeri biasanya di epigastrium, tetapi dapat terpusat di kanan atau di kiri linea
mediana. Nyeri sering menyebar ke punggung, dan penderita mungkin merasa lebih enak bila
duduk sambil membungkuk ke depan. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan berbagai derajat
syok, takikardia, leukositosis, dan demam. Ikterus ringan dapat timbul bila terjadi obstruksi
10
biliaris. Timbul nyeri tekan dan defans muskular otot abdomen dengan distensi, rigiditas dan
bukti lain adanya peritonitis timbul bila peradangan mengenai peritoneum. Bising usus dapat
menurun atau tidak ada.
Komplikasi pankreatitis akut adalah timbulnya diabetes melitus, tetani hebat, efusi pleura dan
abses pankreas atau pseudokista.
Pengobatan awal utama pankreatitis adalah obat-obatan, sedangkan pembedahan hanya
dilakukan bila terjadi obstruksi atau komplikasi khusus seperti pseudokista pankreas. Untuk
mengatasi nyeri diberi meperidin (demerol) dan bukan opiat, karena kurang menyebabkan
spasme sfingter oddi. Penghentian asupan oral dan penyedotan isi lambung secara terus
menerus akan mengurangi distensi usus, mencegah isi lambung yang asam masuk ke
dudodenum dan merangsang sekresi pankreas. Apabila terjadi infeksi perlu diberi antibiotik.
Abses pankreas diobati dengan drainase melalui dinding anterior abdomen atau pinggang.9
Jenis pancreatitis:
1. Akut : radang pancreatitis akut, terjadi perbaikan ke fungsi normal pancreas
2. Kronis : radang pancreatitis akut berulang, gangguan fungsi pancreas menetap dan
malabsorpsi
Gejala Klinis:
1. Nyeri hebat di perut kanan atas bagian tenga, di bawah tulang sternum. Nyeri
2.
3.
4.
5.
Diagnosis:
1. Anamnesis
muntah
2. Pem. Fisik
Kesimpulan
11
Pada umumnya penyakit pada hepatobilier ini sulit dibedakan. Butuh pemeriksaan yang lebih
spesifik untuk dapat mengetahui diagnosis pasti suatu penyakit. Keterbatasannya informasi
pada suatu kasus menyebabkan diagnosis hanya sebagai diagnosis banding.
Daftar Pustaka
1 Lesmana LA. Penyakit batu empedu. In:Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed, 1st vol. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FK UI; 2006. h.479-81
2 Dandan
IS.
Choledocolithiasis.
15
Desember
2009.
Diunduh
dari
12