Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
KAMPUS PINANG MASAK | JL. RAYA JAMBI-MA.BULIAN KM 15 MANDALO DARAT 36361
@Physics Department
Universitas Jambi
Editor:
Team Fisika
DAFTAR ISI
Halaman
Modul L1. Hukum Ohm ............................................................................................ 1
Modul L2. Jembatan Wheatstone .............................................................................. 5
Modul L3. Rangkaian Seri RLC ................................................................................ 10
Modul P1. Kalorimeter .............................................................................................. 14
Modul P2. Koefisien Muai Linear ............................................................................. 17
Modul O1. Lensa ....................................................................................................... 20
Modul O2. Indeks Bias Prisma .................................................................................. 24
ii
MODUL L1
HUKUM OHM
I.
Tujuan
1. Mempelajari hukum ohm
2. Menentukan hambatan ekuivalen untuk rangkaian seri dan parallel
III. Teori
Jika suatu kawat diberi beda tegangan pada ujung-ujungnya dan diukur arus yang
melewati penghantar tersebut, maka menurut hukum Ohm akan dipenuhi :
= .
dengan V merupakan beda tegangan, I adalah arus pada penghantar dan R
(1)
hambatan
penghantar. Pers. (1) menunjukkan bahwa hukum ohm berlaku jika hubungan tegangan dan
arus adalah linier.
Dua alat ukur listrik yang cukup penting peranannya dibahas dalam modul ini. Kedua
alat ukur itu adalah alat ukur arus listrik dan alat ukur tegangan listrik. Alat ukur arus listrik
biasa disebut amperemeter dan alat ukur tegangan listrik disebut voltmeter.
Hambatan listrik suatu penghantar dapat disusun secara seri atau paralel atau gabungan
antara susunan seri dan paralel.
A. Susunan Seri
Hambatan pengganti dari n hambatan listrik yang disusun secara seri dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut :
Rtot = R1 + R2 + R3 + .. Rn
Pada hambatan susunan seri berikut empat prinsip yaitu:
Kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sama yaitu sama dengan kuat arus
yang melalui hambatan pengganti serinya I1 = I2 = I3 =.. = Iseri.
Susunan seri berfungsi sebagi pembagi tegangan dimana tegangan pada ujungujung tiap komponen sebanding dengan hambatannya. V1 : V2 : V3 := R1 : R2 : R3
B. Susunan Paralel
Secara umum untuk komponen-komponen yang disusun paralel, kebalikan atau
pengganti paralel sama dengan jumlah dari kebaikan tiap-tiap hambtan.
n
I
I
1
1
1
......
R i 1 Rp R1 R2 R3
Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan tegangan
pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya.
V1 = V2 = V3 =. V= paralel.
Kuat arus yang melakui hambtan pengganti paralel sama dengan jumlah kuat arus
yang melalui tiap-tiap komponen.
Iparalel = I1 + I2 + I3 +
Susunan paralel berfungsi sebagai pengganti arus dimana kuat arus yang melalui
tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan hambtannya.
I1 : I 2 : I 3
1
1
1
R1 R2 R3
IV. Percobaan
A. Rangkaian Seri
1. Peralatan dirangkai seperti Gambar 1. Hambatan yang digunakan dicatat.
2. Rangkaian dihubungkan dengan sumber arus.
3. Alat pengukur arus diatur pada skala Current DC.
4. Alat pengukut tegangan diatur pada skala voltage DC.
5. Sumber arus dihidupkan, arus diatur sedemikian rupa agar arus = 0,25 A.
6. Tegangan yang dihasilkan dicatat.
7. Langkah 5 dan 6 dilakukan untuk arus I yang lain.
2
V. Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian daerah Ohmik dan Non-Ohmik.
2. Jelaskan prinsip pengukuran hambatan dengan volmeter dan amperemeter!
3. Apakah pengaruh temperatur pada hambatan?
DATA PENGAMATAN
HUKUM OHM
Sesudah Percobaan
Suhu
Kelembaban relatif
Warna
Cincin 1
Cincin 2
Cincin 3
Besar Resistansi
Cincin 4
Rangkaian Seri
No Sumber Arus (A) Rtotal ()
1
VR1 (V)
VR2 (V)
VR3 (V)
Vtot (V)
I (mA)
0,25
Rangkaian Paralel
No
0,25
Rtotal ()
IR1 (V)
IR2 (V)
IR3 (V)
Itot (V)
V (V)
Jambi,
Asisten pengawas
Praktikan
)
4
MODUL L2
JEMBATAN WHEATSTONE
I.
Tujuan
1. Mempelajari rangkaian jembatan wheatstone sebagai pengukur hambatan
2. Mengukur besar hambatan dan membuktikan hukum hubungan seri dan pararel
3. Menentukan hambatan jenis suatu kawat penghantar.
III. Teori
Untuk suatu rangkaian bercabang, pada setiap kondisi tak berubah, Hukum Kirchoff
pertama menyatakan, pada setiap titk percabangan
= 0
(1)
RX
R3
G
R1
R2
Sumber arus DC
Untuk setiap loop tertutup C dari jaringan penghantar linear, pada setiap kondisi tak
berubah, Hukum Kirchoff Kedua menyatakan
( . ) = 0
(2)
Dimana Rn adalah hambatan dari penghantar ke-n dan Vn besar tegangan. Untuk
rangkaian jembatan Wheatstone seperti pada Gbr. 1, diperoleh
= . 1 = . 1
2
(3)
(4)
untuk hambatan terhubung seri dan untuk hambatan terhubung paralel adalah
1
(5)
untuk konduktor yang sama, dengan panjang dan luas penampang A, besar hambatan adalah
= .
(6)
IV. Percobaan
A. Mengukur Besar Hambatan Seri dan Paralel
1. Susun rangkaian seperti Gbr. 1!
2. Atur nilai Rs pada 100, kemudian atur kontak geser K sehingga galvanometer
menunjukkan angka nol!
3. Catat panjang L1 dan L2!
4. Ulangi percobaan dengan mengubah nilai Rs pada 150, 330, sampai 680!
5. Ulangi untuk RX yang dihubungan secara seri dan pararel!
V. Pertanyaan
1. Jelaskan cara lain untuk mengukur hambatan!
2. Buktikan Pers. (3) dan (6)!
3. Apa syarat agar R1 dan R2 sebanding dengan L1 dan L2 ?
4. Bagaimana pengaruh pengukuran jika kawat geser tidak homogen?
6
DATA PENGAMATAN
JEMBATAN WHEATSTONE
Sesudah Percobaan
Suhu
Kelembaban relatif
Rx Tunggal
Kuat Arus
l1 (cm)
l2 (cm)
l1/l2
Rs ()
Rx ()
l1 (cm)
l2 (cm)
l1/l2
Rs ()
Rx-seri ()
Rx Seri
Kuat Arus
Rx Paralel
Kuat Arus
l1 (cm)
l2 (cm)
l1/l2
Rs ()
Rx-paralel ()
Jenis
Panjang
Diameter
Kawat
kawat (m)
kawat (m)
l1 (cm)
l2 (cm)
l1/l2
Rs ()
(.m)
Jambi,
Asisten pengawas
Praktikan
MODUL L3
I. Tujuan
1. Mempelajari pengaruh frekuensi terhadap resistor, induktor dan kapasitor
2. Menentukan pengaruh frekuensi terhadap beda fase anatara arus dan tegangan dalam
rangkaian seri RLC.
II. Peralatan
1. Osiloskop
2. Generator nada
3. Amperemeter AC
4. Papan rangkaian
5. Resistor, Kapasitor, Induktor
6. Set kabel penghubung
III.
Teori
Jika sebuah lilitan dengan induktansi L, sebuah kapasitor dengan kapasitan C dan
sebuah hambatan ohmik
dihubungkan seri dengan
sumber
tegangan
V V0 cos t
AC
seperti
rangkaian
akan
terbaca
= + +
V = V0 cos t
Gbr. 1, Rangkaian seri resistor, induktor dan kapasitor (RLC)
(1)
diperoleh = cos( )
(2)
dimana
=
2
+(1/)2
(3)
10
1/
(4)
1
.
(5)
atau XL =
XC = . atau XC =
dan
(6)
dengan VLef adalah tegangan efektif antara kedua ujung induktor, VCef tegangan efektif antara
kedua ujung kapasitor Ief arus efektif yang melalui induktor atau kapasitor.
Dengan menggunakan Pers (4) dapat dibuktikan bahwa beda fase antara tegangan dan
arus dalam induktor, kapasitor dan tahanan, beturut-turut adalah -90, 90 dan 0o jadi fase
tegangan pada R sama dengan fase arus yang mengalir dalam rangkaian seri RLC. Sehingga
dengan membandingkan fase tegangan pada kedua ujung rangkaian, RLC dan fase tegangan
pada tahanan R, dapat diketahui beda fase
VL = i
XL
VC = i
XC
VR = i R
Pada Gbr. 2, terlihat bahwa di dalam induktor, fase tegangan mendahului fase arus sebesar
90o ; di dalam kapasitor fase tegangan ketinggalan dari fase arus sebesar 90o ; dan di dalam
tahanan, fase tegangan sama dengan fase arus. adalah beda fase antara tegangan dan arus
dalam rangkaian seri R, L dan C. Pada saat resonansi, dipenuhi syarat VL = VC atau = 0.
11
IV. Percobaan
1. Atur amplitudo gelombang dari generator nada pada 5 volt (10 volt peak to peak)
2. Buatlah rangkaian percobaan seperti Gbr. 1!
3. Pasang kapasitor dengan harga 22F R = 10, dan L = 500 lilitan!
4. Atur frekuensi dari generator nada untuk mendapatkan frekuensi resonansi (terjadi saat
arus yang mengalir pada rangkaian maksimum).
5. Catat arus yang mengalir pada rangkaian dan ukur tegangan pada ujung-ujung R, L dan
C serta frekuensi gelombang pada osiloskop.
6. Atur frekuensi generator nada untuk beberapa nilai frekuensi di bawah dan di atas
frekuensi resonansi, kemudian ulangi langkah 5.
7. Ulangi langkah 4 sampai 6 untuk nilai R yang lebih besar!
V. Pertanyaan
1. Buktikan bahwa beda fase tegangan dan arus dalam induktor, kaspasitor dan tahanan
berturut-turut adalah 90o, -90o dan 0o!
2. Terangkan mengapa jika terjadi resonansi, V menjadi minimum dan arus pada rangkaian
mencapai harga maksimum!
3. Ceritakan tentang resonansi pada rangkaian paralel L dan C (tentang arus, syarat
resonansi dan frekuensi resonansi)!
12
DATA PENGAMATAN
Sesudah Percobaan
Suhu
Kelembaban relatif
R=
L=
lilitan
C=
Frekuensi
IR
IL
IC
V (Vp-p)
fosiloskop
IR
IL
IC
V (Vp-p)
fosiloskop
Generator
fresonansi
< fresonansi
> fresonansi
R=
L=
lilitan
C=
Frekuensi
Generator
fresonansi
< fresonansi
> fresonansi
Jambi,
Asisten pengawas
Praktikan
13
MODUL P1
KALORIMETER
I.
Tujuan
1.
2.
Kalorimeter
2.
Termometer
3.
4.
Keping-keping logam
5.
Neraca
III. Teori
Percobaan ini didasarkan pada azas Black. Jika dua benda dengan temperatur berbeda
berada dalam satu sistem, maka terjadi perpindahan kalor
dari benda dengan temperatur lebih tinggi ke benda dengan
temperatur lebih rendah hingga mencapai keadaan
setimbang. Pada keadaan setimbang, kalor yang dilepas
sama dengan kalor yang diterima.
IV. Percobaan
A. Menentukan Nilai Air Kalorimeter
1.
Didihkan air di bejana didih, catat temperatur saat air mendidih (Tp)
2.
3.
Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma)
4.
5.
6.
Timbang kembali kalorimeter tanpa selubung, catat massa air yang ditambahkan (mp)
14
2.
3.
Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma)
4.
5.
6.
Timbang kembali kalorimeter tanpa selubung, catat massa es yang ditambahkan (mes)
Timbang keeping-keping logam catat sebagai mlgm, dan panaskan, catat temperatur
logam tersebut (Tlgm)
2.
3.
Isi kalorimeter dengan air ( bagian kalorimeter), catat massa air (ma)
4.
5.
6.
V. Pertanyaan
1.
Berikan pembahasan tentang azas Black sehingga mendapatkan persamaan yang akan
digunakan pada percobaan ini (A, B, C)
2.
Tuliskan defenisi panas jenis, kalor lebur, kapasitas kalor! tulis dimensi dari masingmasing besaran
3.
4.
2.
Hitung kalor lebur es, panas jenis logam dan kapasitas kalor dari logam yang
digunakan. Bandingkan dengan literatur!
3.
15
DATA PENGAMATAN
KALORIMETER
Sesudah Percobaan
Suhu
Kelembaban relatif
mk
ma
Ta
Ts
mp
mk
ma
Ta
Ts
mes
B. Kalor lebur es
Tes
mlgm
Tlgm
mk
ma
Ta
Ts
Jambi,
Asisten pengawas
Praktikan
16
MODUL P2
I.
Tujuan
1. Mempelajari pemuaian berbagai logam
2. Menentukan koefisien muai linier logam besi, alumunium, dan tembaga
1 set
2. Dial gauge
1 buah
3. Thermometer
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
7. Lampu spritus
1 buah
III. Teori
Sebagian besar zat memuai bila dipanaskan dan mengecil bila didinginkan. Banyaknya
pemuaian atau menjadi kecil bervariasi tergantung pada jenis material.
(1)
dengan adalah koefisien muai linier [/C]. Persamaan Ini juga dapat ditulis dalam bentuk :
17
= 0 (1 + )
(2)
Dengan L0 adalah panjang mula -mula pada suhu T0 dan L adalah panjang setelah
dipanaskan atau didinginkan pada temperatur T [C]. Besar koefisien muai linier ditentukan
oleh bahan pembentuk logam. Dalam eksperimen untuk pengukuran koefisien ini dilakukan
dengan mencari perbedaan panjang (L) dari batang yang ditempatkan pada ruang dengan suhu
t1 dan pada uap panas dengan suhu t2. Perubahan panjang L sebanding dengan panjang awal
L1 dan penambahan suhu t2 t1. Koefisien muai linear dapat ditulis:
=
1 2
(3)
IV. Percobaan
1. Ukur panjang batang logam dan catat suhu ruang
2. Masukkan batang logam yang akan diukur ke dalam peralatan muai logam linier serta
pasang thermometer.
3. Panaskan batang hingga tercapai kesetimbangan termal dengan menghubungkan
peralatan muai linier dengan sumber tegangan.
4. Catat perubahan (L) untuk setiap penurunan suhu 20C.
5. Ulangi langkah 1 s/d 4 untuk batang logam yang lain
V. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan koefisien muai linier, koefisien muai luas dan koefisien
muai volume?
2. Tentukan satuan dan dimensi dari besaran besaran pada pertanyaan no.1!
3. Apakah yang mempengaruhi besar kecilnya koefisien muai?
4. Buktikan bahwa:
a. Koefisien muai logam 2 kali koefisien muai liniernya?
b. Koefisien muai volume luas logam 3 kali koefisien muai liniernya?
DATA PENGAMATAN
Sesudah Percobaan
Suhu
Kelembaban relatif
= 0C
Penurunan Suhu
1. .
2. ..
3. ..
4. ..
5. ..
6.
7.
8.
9. .
10. .
Jambi,
Asisten pengawas
Praktikan
19
MODUL O1
LENSA
I.
Tujuan
1.
2.
Menentukan panjang fokus dan perbesaran lensa cembung dengan mengukur jarak
bayangan dan objek
3.
Menentukan panjang fokus lensa cembung dan kombinasi dari lensa cekung dengan
menggunakan metode Bessel
2.
3.
Bangku optik
4.
5.
Cermin
6.
III. Teori
Hubungan antara jarak fokus lensa f, jarak benda g, dan jarak bayangan b diperoleh dari
optik geometris. Tiga berkas cahaya utama, sinar fokus, sinar paralel dan sinar pusat seperti
terlihat pada Gambar 1:
g
b
B
G
f
Dengan melihat geometris dari gambar, jarak fokus lensa dapat dihitung dengan:
1 1 1
b.g
atau f
f b g
b g
(1)
B b
G g
(2)
dimana B adalah ukuran bayangan dan G adalah ukuran objek atau benda.
Pada jarak yang sama d antara benda dan bayangan, saat didapatkan bayangan
diperbesar (kasus I), posisi lensa cekung dapat digeser sehingga jarak antara benda dan lensa
berubah (kasus II) hingga diperoleh bayangan yang jelas namun diperkecil seperti terlihat dari
Gambar 2.
cembung
cekung
e
Gambar 3. menentukan jarak fokus lensa dengan metode
bessel
Dengan menentukan jarak d, serta posisi lensa untuk bayangan diperbesar dan
diperkecil (e) jarak fokus lensa dapat ditentukan. Penentuan fokus lensa dengan metoda ini
dinamakan juga dengan Metoda Bessel:
d 2 e2
f
4d
(3)
IV. Percobaan
A. Menentukan fokus lensa positif
1. Susunlah sistem optik seperti Gambar 1
2. Ambil jarak dari benda ke layar (layar dari 100 cm). Catat posisi benda dan
bayangan (layar)
3. Geserkan lensa sehingga didapatkan bayangan yang diperbesar yang jelas pada
layar. Catat posisi lensa
4. Tentukan jarak antara benda dengan lensa (g) dan jarak antara lensa dan bayangan/
layar (b)
5. Tentukan jarak fokus dengan menggunakan persamaan 1.
6. Tentukan perbesaran bayangan dengan persamaan 2.
21
V. Pertanyaan
1.
Lukiskan jalannya sinar istimewa pada lensa cembung dan lensa cekung
2.
Jelaskan apa itu titik fokus lensa pertama dan titik fokus kedua pada lensa?
3.
4.
Jelaskan sifat lensa cembung dan lensa cekung dalam pembentukan bayangan
2.
Jelaskan macam-macam aberasi pada lensa dan adakah pengaruhnya dalam penentuan
jarak fokus lensa?
3.
Bagaimana hubungan antara perbesaran bayangan dengan jarak fokus lensa dan jarak
benda!
4.
5.
22
DATA PENGAMATAN
LENSA
Sesudah Percobaan
Suhu
Kelembaban relatif
Posisi benda
Posisi layar
Posisi lensa
(cm)
(cm)
(+)
g (cm)
b (cm)
f (cm)
Posisi
Posisi
Posisi lensa
Posisi lensa
benda (cm)
layar (cm)
+ (cm)
(cm)
(cm)
(cm)
f (cm)
Jambi,
Asisten pengawas
Praktikan
23
MODUL O2
Tujuan
1.
2.
Spektrometer
2.
3.
Prisma
III. Teori
Apabila suatu sinar dengan sudut tertentu melewati dua medium yang berbeda, dengan
n1 adalah indeks biar medium I dan n2 untuk medium II, maka akan berlaku hubungan:
n1 sin i n2 sin r
(1)
dengan i adalah sudut datang serta r merupakan sudut bias yang diukur terhadap garis normal.
N
n1
n2
IV. Percobaan
A. Pengukuran sudut pembias prisma
1. Cari skala sudut pada saat teropong dan sumber cahaya berada pada suatu garis
lurus (titik nol)
2. Letakkan prisma dengan sudut pembias A menghadap ke sumber cahaya. Dengan
sudut datang sembarang seperti gambar.
24
3. Dengan menggunakan teropong, cari sinar pantul dari dua buah sisi sudut pembias.
Jika besar sudut antara kedua sinar pantul tersebut adalah , maka:
1
= 2
(2)
4. Cari sinar bias yang keluar dari prisma menggunakan teropong, catat skala
sudutnya!
5. Selisih deviasi sudut langkah 4 dengan skala titik nol merupakan sudut deviasi (d)
Nilai n dihitung dengan persamaan:
(3)
O
O
O
O
sin 12 ( Dm A)
sin 12 A
(4)
D3
D1
Dm
V. Pertanyaan
a. Apa yang dimaksud oleh: indeks bias, deviasi sudut, deviasi mnimum, relaksasi,
refleksi, dispersi dan daya dispersi?
b. Apa syarat deviasi mnimum terjadi?
c. Buktikan persamaan (1), (2), (3) dan (4)
26
DATA PENGAMATAN
Kelembaban relatif
Jenis lampu
ii.
Sesudah Percobaan
C
iii.
T1
T2
Tb
Jenis Prisma
Sudut
To
Dm
A
1
B
C
Jambi,
Asisten pengawas
Praktikan
27